• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP KENYAMANAN DAN KEAMANAN WISATAWAN

7.1 Bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk partisipasi masyarakat secara tidak langsung untuk menjaga kenyamanan dan keamanan di kawasan pariwisata Kuta Lombok berupa pendelegasian atas partisipasi masyarakat melalui organisasi yang dibentuk.

7.1.1 Satuan Pengamanan Pantai (Satpam Pantai)

Organisasi kemasyarakatan merupakan salah satu bentuk perwakilan dari suatu masyarakat dalam menyampaikan harapan masyarakat. Permasalahan kenyamanan dan keamanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok merupakan hal vital untuk dikaji. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, di kawasan pariwisata Kuta Lombok telah dibentuk kelompok Pengamanan Pariwisata (Satpam Pantai) yang berkewajiban untuk menjaga ketertiban aktivitas pariwisata.

“Demi keamanan di Pantai Kuta, kami telah membentuk kelompok pengamanan dan memberikan kewenangan kepada mereka untuk mengatur ketertiban pantai”. (Wawancara, H. Lalu Moh. Putria, S.Pd.,M.Pd., tgl 11 Maret 2014)”.

Hal tersebut disampaikan Kepala disbudpar kabupaten Lombok Tengah yang kerap disapa Mamiq Putria dari hasil wawancara di Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah dan menegaskan bahwa tanggung jawab yang diberikan kepada Satpam Pantai berupa wewenang untuk mengatur ketertiban pada kawasan pariwisata. Tenaga kerja atau anggota direkrut dari masyarakat setempat yang

diterangkan dengan pemberian SK pengangkatan sebagai PNS daerah sebanyak 32 orang dan enam puluh satu orang berstatus non-PNS atau sukarela.

Hasil wawancara dengan anggota satpam pantai (L. Amanan) di pos penjagaan Pantai Kuta memberikan keterangan tentang tugas dan tanggung jawab terhadap keamanan dan kenyamanan wisatawan sebagai berikut.

“Tugaste jeq jagaq ketertiban kun Kute sengker Aan, araq posth leq setiepn tame pante, anuq ngawihn karcis tame. Tebagiqth jari 2 (due) sif, kelemaq dait kembian. Saq kelemaq jeq eleq jam 7 (pituq) sampe jam 1 (sekeq), trus saq kembian jeq jam sekeq sampen sepi wisatawan”. (Wawancara, tgl 2 April 2014).

Gambar 7.1 Wawancara dengan Anggota Satpam Pantai Kuta Lombok Sumber: Dokumen Peneliti, 2014

Berdasarkan keterangan yang diberikan bahwa pembagian jadwal kerja ke dalam dua shif yaitu pagi dan sore, dengan jam kerja pagi dari jam 7 (tujuh) sampai jam 13, kemudian dilanjutkan oleh petugas berikutnya sampai wisatawan sepi. Tugas

dan tanggung jawab satpam pantai tidak hanya menjaga ketertiban, tetapi juga menjaga kebersihan areal pantai sebagaimana yang terlihat pada Gambar 7.2.

Gambar 7.2 Anggota Satpam Pantai sedang Membersihkan Sampah di Sekitar Pantai Kuta

Sumber: Dokumen Peneliti, 2014

“Tugas saq lain sambilante bejage jeq mersiq-mersiq kun pante, laun girangn saq pade teteh doron macem taoqn. Pengereq saq bdagang-dagang iyaq, semeleq-meleqn. Doro leman mare endah, onosn saq pade madaq muq tejauk taek siq umbak”. (Wawancara, tgl 2 April 2014).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, tugas dan tanggungjawab tambahan lain dari satpam pantai adalah menjaga kebersihan dan menertibkan pedangan asongan serta pedagang yang membuang sampah sembarangan pada tiga pantai di kawasan pariwisata Kuta Lombok. Dari segi keamanan dan kenyamanan di areal pantai, masih terlihat tempat parkir wisatawan yang tidak teratur.

7.1.2 Organisasi Masyarakat

Organisasi kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat yang dibentuk secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila (Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2013) tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Hasil survey yang dilakukan tentang pembentukan organisasi masyarakat oleh masyarakat di Desa Kuta Lombok khususnya yang berkaitan dengan aspek keamanan dan kenyamanan adalah sebagai berikut (Profil Desa Kuta Tahun 2012-2013).

1. Jumlah anggota hansip : 70 orang 2. Jumlah hansip terlatih : 41 orang 3. Alat pemadam kebakaran : -

4. Pam swakarsa : 5 kelompok

a. Jejak Kumpul b. Bumi Gora c. Amphibie

d. BMW (Bina Masyarakat Wisata) e. Putra Angkasa

Organisasi masyarakat yang memiliki hubungan dengan aktivitas pariwisata secara langsung di kawasan pariwisata Kuta Lombok adalah Bina Masyarakat Wisata

(BMW). Bina Masyarakat Wisata pada dasarnya bertujuan untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang pariwisata dan untuk mempersiapkan mental masyarakat terhadap perkembangan pariwisata di Kuta Lombok. Sebagaimana yang dinyatakan oleh pelopor ormas tersebut (Lalu Sungkul) Kabag Pengembangan di Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah melalui wawancara yang dilakukan di Praya, bahwa:

“…….pembentukan Lembaga Bina Masyarakat Wisata atau BMW niki dilatarbelakangi dari perkembangan pariwisata dan supaya masyarakat di sekitarnya dapat mengerti dan ikut di kegiatan pariwisata”. (Wawancara, tgl 16 Februari 2014).

Disela-sela perbincangan, beliau juga mengatakan tentang tingkat keamanan dan kenyamanan wisatawan merupakan salah satu yang melatar-belakangi terbentuknya lembaga BMW tersebut. Pemahaman masyarakat tentang pariwisata khususnya di Kuta Lombok masih kurang sehingga sebagian masyarakat berperilaku sensitif terhadap wisatawan. Teori Irrindex dari Doxey (dalam Yasong Wang, 2006) memberikan pengertian tentang sikap tuan rumah terhadap hal baru yaitu, euphoria, apathy, annoyance, antagonism.

Salah satu anggota masyarakat Lalu Arian Wiryadi yang berprofesi sebagai freelands driver di bagian timur kawasan pariwisata Kuta Lombok mengakui bahwa semenjak didirikannya organisasi BMW, aktivitas wisata terasa aman dan nyaman.

“Eleqn saq araq BMW iku, baunte beridap aman munte jeq gaweq ape-ape ndeqte was-was, dait saq jari anggoten batur nini doang. Ketika ditanya mengenai golongan anggota: baunte kene batur saq tengal-tengal iku ye

terekrut jari anggote. Mun saq meriku edaq jarin yaq minaq ribut, anuq ketue geng ye milu kun BMW”. (Dokumen Wawancara, tgl 17 April 2014).

Keterangan yang diberikan Rian berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa sejak terbentuknya organisasi BMW, masyarakat merasa aman dan tidak merasa was-was jika melakukan sesuatu, dan yang menjadi anggota adalah warga setempat. Serta warga yang dijadikan adalah anggota masyarakat yang bisa dikatakan orang dulunya sering membuat keributan.

Pembentukan Pam Swakarsa seperti Jejak Kumpul, Bumi Gora, Amphibie, dan Putra Angkasa merupakan organisasi kemasyarakatan yang berperan dalam menjaga perangkat kemasyarakatan. Desa Kuta merupakan salah satu desa yang masyarakatnya menjadi anggota dari organisasi kemasyarakatan tersebut, sehingga masyarakat memiliki kewajiban dalam berperan serta terhadap keamanan dan kenyaman. Trevino (2001) menjelaskan yang paling penting dalam sistem sosial bahwa sistem sosial harus terstruktur sehingga dapat beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistem lain. Parson dalam teori fungisonalnya memandang masyarakat sebagai suatu sistem dimana sistem tersebut berjalan sesuai fungsi. kemudian Parson (dalam Sarif, 2009) menjelaskan empat fungsi yang harus dimiliki dalam sistem sosial sebagaimana sistem sosial masyarakat yang berada di kawasan pariwisata Kuta Lombok. Yaitu, adaptasi masyarakat terhadap gejala luar yang dapat mengancam kenyamanan dan keamanan di Desa Kuta.

Akan tetapi, pada ruang lingkup pariwisata organisasi masyarakat tersebut tidak terlalu berpengaruh karena ormas tersebut hanya pada intern masyarakat. Lalu

Amanah Gare sebagai tokoh pemuda menjelaskan tentang keterlibatan masyarakat dalam ormas tersebut:

“Loeqn masyarakat Kuta saq milu kun ormas, maraq ntan amphibie, kumpul jejak, dait saq lain ye bertujuan jari jagaq keamanan masyarakat. Laguq araq bae ntan batur, laun skedarn pade jagaq anggoten mesaq doank. Contohn, lamun kehilangan anggote saq lain, ndeqn mele belen, ye pade bele doe bande mesaq doang” (Dokumen Wawancara, tgl 17 April 2014).

Dari pernyataan yang diberikan bahwa setiap ormas memiliki anggota di dalam masyarakat. Jika dilihat dari pembagiannya, kelompok masyarakat cenderung menjadi anggota jejak kumpul yang basisnya berada di Kecamatan Pujut. Kemudian diikuti kedalam ormas Bumi Gora. Ormas-ormas tersebut cenderung lebih mementingkan kepentingan kelompok daripada kepentingan masyarakat. Jika dilihat pada Undang-Undang No 2 tahun 2002 tentang kepolisian di sebutkan bahwa ketertiban masyarkatat merupakan kondisi keamanan yang dinamis dengan ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman yang mengandung kemampuan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran yang dapat meresahkan masyarakat.

“……kalo kita lihat dari fungsi yang sebenarnya dari pam swakaras seperti jejak kumpul dan yang lainnya, iya untuk menjaga keamanan dan membantu masyarakat. Akan tetapi, kita lihat disini masyarkat kadang-kadang tidak mau membantu anggota yang lain ketika mengalami kehilangan karena mereka beralasan itu dari kelompok lain, ungkap Sudiwarta”. (Wawancara, tgl 10 Maret 2014).

Faktanya, dalam intern masyarakat di desa Kuta masih terpaku pada kepentingan kelompok. Kondisi masyarakat yang dianggap telah berhasil adalah dapat menghindari perpecahan antar anggota masyarakat, ketidak-pastian dari anggota masyarakat, peperangan sosial (konflik), dan pemerasan masyarkat terhadap anggota masyarakat yang lain (Zeitlin, 1995). Analisis perilaku tersebut dapat dimaknai bahwa keamanan dan kenyamanan pada intern masyarakat masih belum berfungsi dengan maksimal.

Dokumen terkait