• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETIDAK-NYAMANAN DAN KETIDAK-AMANAN WISATAWAN

5.2 Faktor Kegiatan Ekonomi

Mata pencaharian merupakan hal yang sangat pokok dan didefinisikan sebagai pekerjaan utama yang dilakukan masyarakat. Frank Ellis menjelaskan bahwa, “the term livehood attempts to capture not just what people do in order to make a living, but the resources that provide them with the capacity to build a satisfactory living, the risk factors that they must consider in managing their resources, and the institutional and policy context the either helps or hinders them in their pursuit of a viable or improving living”. Istilah yang diungkapkan tentang mata pencaharian adalah tidak hanya apa yang dilakukan manusia untuk hidup, tetapi juga sumber daya yang menyediakan mereka dengan kapabilitas untuk membangun kehidupan ayang memuaskan, faktor yang beresiko adalah mereha harus memperhatikan dalam

mengurus sumber daya, dan lembaga serta hubungan politik yang juga membantu dan menghalangi dalam tujuan mereka agar dapat hidup dan meningkatkan tarap hidup. Berikut analisis faktor yang memengaruhi ketidak-nyamanan dan ketidak-amanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok.

5.2.1 Pedagang Asongan

Sikap agresif pedagang asongan merupakan faktor yang menyebabkan ketidak-nyamanan dan amanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok. Pada umumnya di pusat keramaian pasti ada pedagang asongan, akan tetapi tingkat agresif tergantung pada tempat mereka berdagang, perihal tersebut digambarkan pada Gambar 5.4.

Perilaku tersebut umum terjadi pada objek wisata, dalam penelitian yang dilakukan bahwa pedagang asongan adalah anak-anak yang masih sekolah. Kepala Desa Kuta menerangkan bahwa pedangang asongan yang berada di kawasan Pariwisata Mandalika (Kawasan Pariwisata Kuta, Seger, Aan) berasal dari desa tetangga, sebagian besar berasal dari Sade dan Rembitan. Ditambahkan pula bahwa pihak Desa Kuta telah memaksimalkan penertiban pedagang asongan dan pedagang kaki lima, akan tetapi mendapatkan perlawanan dari para pedagang. Kenyamanan dan keamanan wisatawan di kawasan pariwisata Kuta Lombok masih kurang.

Faktor yang menyebabkan ketidak-nyamanan adalah sikap yang diberikan oleh pedagang asongan yang terlalu agresif dan selalu berorientasi pada keuntungan. Seorang pedangang asongan (Gunawan) asal desa Sade memberikan keterangan yang merupakan motivasi mereka untuk berjualan.

“….rate-rate baturte saq bedang leman Sade deit Rembitan, mun batur Kute jeq baunt titung. Piran wahkh kuliah kun Akpar, laguq kediq angenkh, kelebet nini kance bedagang ngere. Munseq jangke rame tamu, uli mauqte jangke lime ratus sejelo, pire laloq mun modalte jeq. Iku kanaq-kanaq keceq siku, saq njual gelang benang onos dengan bjait, bareh ye muqn pinaq. Edaq modaln iku jeq, anuq ngmbunen. Muq siqn betanje selae ribu kun wisatawan, lime ribu doang anuq untungn. (Wawancara, tgl 2 April 2014).

Gambar 5.4 Perilaku Agresif Pedangan Asongan di Pantai Kuta Lombok

Sumber: Dokumen Peneliti, 2014.

Berdasarkan keterangan tersebut bahwa keuntungan faktor ekonomi merupakan motivasi mereka untuk selalu berjualan jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi. Akan tetapi dari sudut pandang kenyamanan wisatawan, hal tersebut dapat mengganggu karena wisatawan akan merasa tidak nyaman dan lambat laun mengurungkan diri untuk datang kembali. Teori motivasi (teori hirarki kebutuhan manusia) oleh Abraham Maslow (Chapman, 2001;4) memberikan alasan kepada wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata. Salah satunya adalah

kebutuhan rasa aman yang berarti wisatawan tidak merasa terganggu dengan sikap yang diberikan masyarakat (host) sebagai penyedia jasa dan pelaku pariwisata.

5.2.2 Penyedia Jasa Transportasi

Jasa transportasi merupakan salah satu jenis usaha yang menjadi kebutuhan wisatawan. Jasa penyewaan kendaraan dari segi fungsional bertujuan memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mencapai objek wisata yang diinginkan. Lalu Rian menjelaskan jenis jasa transportasi yang terdapat di kawasan pariwisata Kuta Lombok yaitu kendaraan roda empat (mobil) dan kendaraan roda dua (motor) (Wawancara, tgl 18 April 2014).

Penyedia jasa transportasi khusus untuk jasa transportasi mobil di bagi tiga yaitu kelompok satu di Pantai Kuta yang disebut juga dengan sebutan Roy Pantai. Kedua, yaitu di Pantai Seger yang terletak di sebelah Novotel Kuta Lombok, dan ketiga di Pantai Aan yaitu pantai yang terletak si bagian timur kawasan pariwisata Kuta Lombok.

Penawaran dan penyediaan jasa transportasi di Kuta Lombok ditinjau dari segi harga masih sangat mahal karena penyediaan jasa masih terbatas. Ketidak-nyamanan yang sering terjadi menurut Lalu Amanah terjadi ketika kendaraan yang disewakan kepada tamu mengalami kecelakaan, baik kecelakaan ringan seperti tergores, helm hilang, kaca spion rusak/hilang sedangkan kecelakaan berat seperti tabrakan dan kehilangan kendaraan.

“….sistim penyewaan motor di sini adalah konter yang ada itu kadang tidak ada motor di tempat, sehingga harus mencari motor teman kemudian disewakan dengan harga yang mereka tentukan. Ketika terjadi kejadian

yang tidak diinginkan, si penyewa motor meminta ganti rugi dari tamu dengan harga yang bisa dua kali lipat, tentu saja tamu meras keberatan dan saling adu mulut, itu menurut kami membuat tamu tidak mau menyewa kembali”. (Wawancara, tgl 18 April 2014).

Dari penggalan wawancara tersebut dapat diketahui sistem yang digunakan penyedia jasa transportasi yaitu pihak pertama meminjam kendaraan orang lain dan kemudian disewakan dengan persyaratan yang disetujui antara si pemilik dan yang menyewakan. Jika dianalisis lebih jauh bahwa sikap masyarakat tersebut dapat menyebabkan ketidak-nyamanan bagi wisatawan yang secara umum dapat berdampak negatif terhadap perkembangan kepariwisataan Kuta Lombok.

Penciptaan rasa nyaman dan aman tentu tidak hanya berasal dari sikap tuan rumah (host) tetapi juga sikap wisatawan (guest). Greenwood (dalam Pitana, 2005:83) melihat bahwa hubungan antara wisatawan dan masyarakat lokal menyebabkan terjadinya proses komodititasi dan komersialisasi dari keramahan masyarakat lokal. Perspektif komodititasi dan komersialisasi tersebut menyebabkan kedua pihak bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Sehingga tercipta ketidakamanan dan nyamanan di kalangan masyarakat lokal sebagai tuan rumah (host) dan wisatawan sebagai (guest).

Salah satu penyebab terjadinya komersialisasi yang diciptakan masyarakat sebagai pelaku wisata dengan mengambil kesempatan ketika terjadi hal yang tidak diinginkan pada waktu wisatawan menyewa kendaraan. Akan tetapi, sikap tersebut terjadi karena adanya kesempatan dari wisatawan yang memberikan peluang komersialisasi yang berlebihan, seperti Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Wisatawan dengan Motor Sewaan Sumber: Dokumen Peneliti, 2014

Perilaku yang dilakukan wisatawan seperti pada Gambar 5.5 terlihat wisatawan sedang belajar menggunakan kendaraan. Perilaku tersebut merupakan bukti bahwa adanya pemberian peluang bagi masyarakat lokal khusunya penyedia jasa transportasi mengambil sikap dan meminta ganti rugi dari kerusakan yang disebabkan wisatawan. Hal tersebut merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya ketidak-nyamanan bagi wisatawan (guest) dan masyarakat lokal (host).

Dokumen terkait