KABUPATEN SAMOSIR
3. Elek Marboru
4.4. Bentuk Pergeseran fungsi Parhobas dalam acara pesta pada
Sistem kekerabatan Batak Toba
Menurut Bintaro, desa merupakanperwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut Paul H.Landis desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan cirri-ciri:
a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c) Cara brusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti: iklim,keadaan alam. Kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Dalam kamus sosiologi kata tradisional berasal dari bahasa Inggris, Tradition artinya adat istiadat dan kepercayaan yang turun temurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desai itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsure-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standard an pemeliharaan system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai cirri yang jelas. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NegaraKesatuan Repubik Indonesia. Gambaran kondisi kehidupan masyarakat desa terlihat dalam kebudaya Batak Toba seperti kebiasaan marhobas yaitu bentuk persaudaraan dan sikap tolong menolong.
Masyarakat senantiasa mengalami pergeseran, dan selalu berada pada tataran sistem dari pergeseran. Sehubungan dengan itu, Fungsi dari suatu masyarakat dalam kelompok juga tidak luput dari pergeseran. Namun yang mengalami pergeseran bukan pada nilai pada sistem kekerabatan dalam arti pergeseran pada tradisi sebenarnya. Pergeseran yang terjadi ialah fungsi dari
gelleng dan dongan saulaon sebagai parhobas pada saat acara pesta adat batak diadakan. Hal ini tergambar dari pernyataan informan yang bernama T. Sitinjak (lk, 49 tahun) yang mengatakan :
“semenjak dulu selalunya parhobas datang untuk mengerjakan persiapan pesta. Parhobas itu tugasnya gelleng dan dongan saulaon, marhobas itu sudah menjadi tanggung jawab gelleng dan dongan saulaon. Tetapi sekarang setelah catering ini jadi tak ada lagi parhobas kalo ada pesta. Semua sudah ditanggung jawabi par catering.tapi status boru dan dongan saulaon tetapnya ada tetapi kao ada pesta tugasnya sebagai parhobas itu gak ada lagi karena kan sudah ada catering”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Gultom (lk,60 tahun)
“Dulu memang parhobas itu selalu nya ada setiap ada pesta, kalo ada pesta meskipun tidak ikut rapat pemilihan ketua parhobas udah langsung
samanya persiapan yang dilakukan di setiap acara pesta adat. Tapi sekarang parhobas itu udah gak pernah lagi dilakukan kalau ada pesta sejak ada catering ini. Kalo status gelleng dari paradaton adanya dan dongan saulaon tapi pekerjaan marhobas yang biasanya dikerjakan gelleng dan dongan saulaon itu sudah diambil alih sama catering. Sebenarnya jadi kurang lengkapnya sebenarnya kelihatannya pesta itu kalo tidak ada parhobasnya”.
(wawancara, agustus 2014)
Alfred ( Sztompka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus –menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Dalam setiap perubahan ataupun pergeseran yang terjadi dalam masyarakat, ada proses yang dilalui secara bertahap hingga pada akhirnya perubahan maupun pergeseran tersebut dapat terlihat dan disadari secara jelas oleh pihak yang terlibat didalamnya maupun masyarakat secara umum.
Jika dilihat dengan apa yang menjadi makna parhobas yang sebenarnya adalah untuk memupuk kebersamaan, saling tolong menolong, menjaga
solidaritas, di desa Sitinjak telah terjadi pergeseran makna parhobas dimana sekarang tanggung jawab parhobas sudah diambil alih oleh catering seiring dengan semakin modernya jaman.hal ini sesuai dengan pendapat informan D. Sitink(lk, 60 tahun) menyatakan:
“kalo makna parhobas yang saya tahu dari orang tua jaman dahulu adalah bertujuan untuk memupuk sikap saling membantu, saling menolong sesame manusia apalagi ditempat tinggal yang sama, berasal dari satu opung. Dan marhobas ini diwariskan secara turun temurun”.
(wawancara, agustus 2014)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh V. Sitinjak (lk, 38 tahun) informan ini mengatakan:
“Maknanya marhobas itu adalah saling membantuberbagi beban dengan sesama kalo ada acara adat. Ini adalah warisan dari nenek moyang dan harusnya tetap dipertahankan”.
(wawancara, agustus 2014)
Tidak jauh berbeda dengan kedua informan diatas M. Boru Sitinjak (pr,48 tahun)
seperti yang dilakukan para opung-opung jaman dulu yang pada akhirnya diwariskan kepada generasi penerus”.
(wawancara, agustus 2014).
Pergeseran fungsi parhobas yang dialami masyarakat tidak terjadi secara mutlak dan dalam waktu yang singkat. Melainkan proses pergeseran tersebut terjadi secara bertahap dan dalam waktu yang lama. Gambaran diatas diperoleh dari nforman M. Sitinjak (lk,65 Tahun).
“ Sebenarnya pergeseran fungsi parhobas ini terjadi secara perlahan-lahan nya. Itu bukan dalam waktu yang singkat terjadi. Sedikit demi sedikitnya prosesnta terjadi”.
(wawancara, agustus 2014).
Dari jaman dahulu, masyarakat sangat setia dalam marhobas, masyarakat masih memahami dan mengerti apa fungsi dari parhobas, sehingga marhobas yang dilakukan masyarakat sesuai dengan nilai yang terkandung dalam nilai budaya Batak Toba. Kegiatan marhobas yang dilakukan pada setiap acara pesta adat selalu sama tidak ada yang berubah. Seiring berjalannya waktu, pengaruh dari dalam dan luar menghampiri keasrian budaya parhobas. Pekembangan jaman dan teknologi seperti barang elektronik telah memepengaruhi pikiran masyarakat untuk menciptakan suatu perubahan secara perlahan-lahan.
Awalnya perubahan tersebut hanya dilakukan oleh orang atau pihak-pihak tertentu saja. Tetapi dengan interaksi rutin yang dilakukan dengan masyarakat sekitarnya, telah mempekenalkan sesuatu hal baru di dalam masyarakat. Oleh
karena manusia yang memiliki sifat penasaran yang tinggi, maka timbul niat untuk mencoba sampai pada akhirnya mereka menikmati apa yang mereka lakukan. Dengan demikian, pergeseran telah terjadi secara perlahan-lahan. Hal ini seperti dikatakan informan yang bernama J. Sitinjak (lk, 42 tahun).
“dulunya sikitnya orang memakai jasa catering ini. Paling -paling lah yang ekonominya lumayan karena kan awalnya orang mengira lebih banyak pengeluaran kalo catering.”
(wawancara, agustus 2014)
Pernyataan diatas diperkuat lagi oleh M. Sitinjak (lk, 50 tahun)
“dulu pertama-tama Cuma satu-satunya warga yang mau memakai jasa catering ini.tapi makin lama makin diperhatikan lebih simpel memakai jasa catering ini, jadi tidak terlalu repot. Akhirnya lama-lama makin berminat juga lah warga disini memakai catering.
(wawancara, agustus 2014)