• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pergeseran Fungsi “Parhobas“ Dalam Acara Pesta Pada Sistem Kekerabatan Batak Toba. (Studi Deskriptif di Desa Sitinjak, Kec. Onan Runggu, Kab. Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pergeseran Fungsi “Parhobas“ Dalam Acara Pesta Pada Sistem Kekerabatan Batak Toba. (Studi Deskriptif di Desa Sitinjak, Kec. Onan Runggu, Kab. Samosir)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Averroes Community.htm (Prof Dr. Riyadi Soeprapto, MS (Alm) Teori SosiologiModern,Bernard Raho

Arikunto, Suharsimi, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta, Jakarta,2002.

Basrowi, M.S. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Douglas J Goodman. 2004. Teori sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media, Kencana.

Gultom, Dj.1992. Dalihan Na Tolu : nilai budaya Suku Batak. Medan TV armada.

.H.P. Panggabean,Pembinaan Nilai Adat Budaya Batak Dalihan Natolu. Jakarta: Dian Utama, 2007

Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Nainggolan, Togar. 2006. Batak Toba di Jakarta. Medan: Bina Media Perintis. Poloma, Margaret, M ,2004, Sosiologi Temporer, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Ritzer, Geoerge. Sosiologi Ilmu Pengetahuan berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Ritrzer, George, 2003. Sosiologi Ilmu Pengetauan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafido Persada.

(2)

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Simanjuntak, B. 2001. Pergesran Adat B atak Toba Bagian I

(online)./www.silaban.net, diakses 24 maret 2014).

Zuriah, Nurul, Metodologi penelitian soaial dan pendidikan teori-aplikasi, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007.

Sumber Lain.

(http://www.anneahira.com/gotong-royong-dalam-masyarakat.htm.)

(http://averroess.or.id/2014/15/03/teori-interaksionisme-simbolik)

diakses 15-3-2014 pkul 09.15.

http://habatakon01.blogspot.com/2013/08/filsafah-orang-batak-toba-dalam-dalihan.html

diakses 6-5-2014 pukul 21.00

http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/13/parhobas-388522.htm diakses

6-5-2014 pukul 21.00

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Zuriah (2006:47),

penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif adalah penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian

secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Penelitian deskriptif berusaha untuk memberikan gambaran terhadap fakta-fakta

penelitian yang terjadi dilapangan.

Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut di dalamnya.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian peneliti yaitu Desa Sitinjak

Kecamatan Onan Runggu. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah mayoritas

penduduk yang menetap ditempat ini adalah etnis Batak Toba, dan lokasi

penelitian adalah merupakan tempat peneliti berdomisili sehingga memudahkan

(4)

3.3. Unit Analisis dan Informan

a. Unit Analisis Data

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek

penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2001:51-52).

Dalam penelitian yang menjadi unit analisis adalah masyarakat Batak Toba yang

tinggal di Desa Sitinjak Kecamatan Onanrunggu, Samosir.

b. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti

sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin,

2007:76). Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci

dan informan biasa.

1. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah:

a. “Raja Parhata” yakni orangtua yang dipercayakan sebagai ketua adat dan

berperan penting ketika ada acara adat.

b. ”Natua-tua ni huta”yakni orangtua yang sudah lama tinggal di Desa Sitinjak dan mengetahui sejarah desa tersebut.

c. Kepala Desa Sitinjak Kecamatan Onanrunggu, Samosir.

2. Yang menjadi informan Biasa dalam penelitian ini adalah :

(5)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulanbdata yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang

langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data

primer dapat dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.

1) Metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang berhubungan langsung

dengan penelitian.

2) Metode Observasi yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap

fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang

diperoleh melalui bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data

primer. Teknik pengumpulan data sekunder terdiri dari studi dokumentasi dan

studi kepustakaan.

1) Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian

dan penelaahaan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan maslah yang diteliti.

2) Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan

mengumpulkan berbagai literatur seperti buku, majalah, dan berbagai bahan yang

(6)

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan benda.

Orang sebagai informan dalam arti sebagai subjek yang mengemukakan data-data

yang dibutuhkan oleh peneliti, sedangkan benda merupakan sumber data dalam

bentuk dokumen seperti artikel dan berita yang mendukung tercapainya tujuan

penelitian.

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Pemilihan data primer berdasarkan pada kapasitas subjek penelitian yang dinilai

dapat memberikan informasi yang dibutuhkan secara menyeluruh. Data sekunder

dalam penelitian ini diperoleh berupa dokumen seperti artikel-artikel yang

dibutuhkan peneliti untuk membantu dalam memperjelas dalam menganalisis

data.

3.6. Interpretasi Data

Data-data yang diperoleh dilapangan akan diatur, diurutkan,

dikelompokkan kedalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti

mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan

lain sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar

diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik. Selain itu data yang diperoleh akan

dibuat kedalam bentuk matriks agar dapat dlihat berbagai data sebagai indikator

(7)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Selama dalam proses penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa kendala.

Kurangnya pengalaman dan pemahaman peneliti dalam bidang penelitian.

Akibatnya peneliti merasa kesulitan melakukan deskripsi tentang data-data yang

diperoleh, baik melalui wawancara maupun observasi.

Namun kendala ini sedikit banyak dapat teratasi melalui proses bimbingan

dengan dosen pembimbing skripsi. Selain itu peneliti juga mencari informasi

(8)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi lokasi penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Desa

Desa Sitinjak adalah salah satu Desa di Kecamatan Onan Runggu dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatas dengan Desa

Rinabolak/Desa Hutahotang/Toguan Galung Sebelah Selatan berbatas dengan

Danau Toba Sebelah Timur berbatas Desa Pakpahan/Desa Pardomuan/Tambun

Sukkean sebelah Barat berbatas dengan Desa Harian.

Tabel .1

Luas Wilayah Desa Sitinjak per Dusun

No. Dusun Jumlah Huta

Luas Wil.

(Km²)

% Luas

1 I 9 1.36 40

2 II 10 1,22 29

3 III 7 1,16 44,26

Jumlah 26 4,74 100

(9)

Luas wilayah Desa Sitinjak adalah sekitar 113,26 atau 4,74 Km²

dimana 30% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 70%

daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk

persawahan irigasi, persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat.

TABEL 2.

SARANA DAN PRASARANA DESA

NO SARANA/PRASARANA JUMLAH/VOLUME KETERANGAN

1 Kantor Desa 1 SEWA

2 Poskes Des 1 Dusun III

3 Gereja 3 Dusun I,II

4 SD Negeri 1 Dusun I, II

5 3 Dusun I,II, III

6 Jalan Tanah 3 Dusun II, III

7 Jalan aspal Penetrasi 3 Dusun I, II, III

8 Jembatan 3 Dusun I, II, III

9 Sumur Bor 20 Dusun I,II,III

(10)

Dari table diatas dapat dilihat sarana dan prasarana di desa sitinjak bisa

disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di desa sitinjak masih tergolong kurang

memadai karena hanya memiliki satu pos kesehatan desa yang harus digunakan

masyarakat desa sitinjak.

4.1.2 Sejarah Desa

Desa Sitinjak Dulunya terbentuk dua Desa yaitu Desa Sitahuru dan Desa

Huta Barat. Kedua desa di gabung menjadi satu Desa dan diberi nama Desa

Sitinjak semenjak tahun 1992 sesuai dengan peraturan Pemerintah. Sejak

keluarnya peraturan Pemerintah maka terbentuklah Pemerintahan Desa Sitinjak.

TABEL 3.

MASA PERIODE KEPALA DESA

PERIODE KEPALA DESA

Tahun 1992-2000 Burhan Sitinjak

Tahun 2001-2006 Loven Sitinjak

Tahun 2007-2013 Viktor Sitinjak

Sumber: Kepala Desa Sitinjak

Desa sitinjak sudah pernah dipimpin oleh tiga kepala desa dimana

kepala desa yang pertama memimpin selama 8 tahun yang dpimpin oleh bpk.

Burhan Sitinjak, dan yang kedua adalah bpk. Loven Sitinjak dan yang ketiga

adalah bapak Viktor Sitinjak sekaligus yang masih menjabat hingga saat ini di

(11)

4.1.3 Demografi

Tabel 4

Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Dusun

No Dus un Luas Wil. (Km²) Jml.Pend uduk (Jiwa) Laki-Laki Perempu an Rumah Tangga RT M Kepa datan (Jiwa/ Km²)

1 I 1.54 439 211 228 101 100

2 II 1.4 378 176 202 71

74,47

3 III 2.16

501

240 261 102 100

Total Dusun

4,74 1.318 627 691 274

274,47

Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa desa sitinjak memiliki

jumlah penduduk yang banyak dengan jumlah 1318 jiwa. Dusun yang

memiliki jumlah penduduk yang paling banyak adalah dusun 3 dimana

(12)

Tabel 5

Sex Ratio Penduduk Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

No Dusun Laki-laki Perempuan Penduduk Sex Ratio

1 I 211 228 439 103

2 II 176 202 378 99,5

3 III 240 261 501 100,5

Total Dusun

627

691 1.318 101,5

Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk didominasi oleh

penduduk berjenis kelamin perempuan dimana jumlah total perempuan adalah

691 sedangkan laki-laki hanya 627 orang.

Berdasarkan kelompok umur, penduduk Desa Sitinjak dapat dilihat seperti

(13)

Tabel 6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Sitinjak Kec. Onan Runggu

Sumber: Pendataan Oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari tabel diatas dapat dilihat penduduk yang menghuni desa sitinjak

lebuh banyak yang berusia 10-14 tahun dengan jumlah 171 orang. Jumlah yang

paling sedikit ialah penduduk yang berusia 60-64 tahun dengan jumlah hanya 44

orang saja.

Jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk Desa Sitinjak Secara lengkap

dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Kelompok Umur Laki-laki

Perempua n

Laki-laki + Perempuan

Rasio Jenis Kelamin

(1) (2) (3) (4) (5)

0 - 4 37 42 79 90

5 - 9 52 64 121 87,3

10 - 14 72 78 150 92,2

15 - 19 84 87 171 96.5

20 - 24 72 72 146 97.2

25 - 29 39 43 82 90.4

30 - 34 31 35 66 85.7

35 - 39 27 31 58 87.0

40 - 44 37 40 77 92.5

45 - 49 50 50 100 100

50 - 54 23 27 50 85.1

55 - 59 40 45 85 88.8

60 - 64 19 25 44 76

65 + 42 47 89 89.3

(14)

Tabel 7

Jumlah Penduduk Menurut Dusun Desa Sitinjak Kec. Onan Runggu

Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dusun yang memiliki jumlah

penduduk yang paling banyak adalah dusun III dengan jumlah penduduk 501

orang dan dusun yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah dusun II dengan

jumlah penduduk 378 orang.

Dusun/ Sub Village Jumlah / Total (Jiwa) Persentase (%)

I 439 33,28

II 378 28,74

III 501 37,90

(15)

Tabel 8

Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

Sumber : Sitinjak Dalam Angka 2014 dan Pendataan oleh Tim Perumus RPJM Desa/KPMD

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk desa

sitinjak masih tergolong rendah, hal ini terbukti dengan masih banyaknya

penduduk yang hanya tamatan SMP dengan jumlah 177 orang dan yang tidak

PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN

PERSENTASE

Laki-laki Perempuan Total

1

.

TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH 7 13 20

2

.

TIDAK/ BELUM TAMAT SD 35 41 76

3

.

PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN

- SD 23 27 50

- SMTP 87 90 177

- SMTA 279 335 614

- Diploma I/II/III/Akademi/Universitas 11 14 25

(16)

4.1.4 Keadaan Sosial

Keadaan sosial masyarakat Desa Sitinjak cukup baik, keadaan ini juga

didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen, hampir semua

masyarakat Desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama

Kristen Protestan, Katolik,dan aliran kepercayaan Sehingga hampir tidak pernah

terjadi gesekan sosial skala besar kecuali konflik individu skala kecil. Disamping

itu secara kultural Penduduk Desa Sitinjak masih berasal dari satu Klan

Keturunan Raja Sonang (Gultom, Samosir, Pakpahan, Sitinjak) ditambah dengan

Marga-Marga lain yang juga masih sanak saudaranya.

1. Agama

Tabel 9

Data Penduduk Desa Sitinjak berdasarkan Agama

No Agama Pria Wanita Jumlah

1 Protestan 241 302 543

2 Katolik 369 403 772

3 Aliran

Kepercayaan

1 2 3

Penduduk Desa Sitinjak sebagian besar menganut agama nasrani yang terbagi

kedalam Agama Protestan dengan dua aliran yakni HKBP dan Pentakosta, dan

Agama Katolik,dan aliran kepercayaan. Di Desa Sitinjak terdapat 3 Tempat

Ibadah yakni Gereja HKBP Sigordang ,Gereja Pentakosta siholi-holi, dan Katolik

(17)

Sebaliknya sebagian Masyarakat Desa Sitinjak menjadi Jemaat Gereja yang

terletak di Desa Pakpahan. Sepanjang sejarah tidak pernah terjadi gesekan antar

agama di Desa ini.

2. Sosial Politik

Dari sisi sosial politik, Desa Sitinjak juga sangat kondusif terbukti dari

beberapa kali pelaksanaan Pemilihan umum baik Pemilihan Legislatif maupun

eksekutif dan terutama Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi masyarakat sangat

tinggi. Salah satu bukti yang paling akhir adalah pemilihan Kepala Desa Sitinjak

yang dilaksanakaan pada bulan Nopember 2013 berjalan dengan lancar, kondusif

dan penuh dengan semangat kekeluargaan. Tidak ditemukan adanya perpecahan

di kalangan masyarakat, dan seluruh aspirasi masyarakat tetap terakomodir

dengan baik.

3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Desa Sitinjak tetap terjaga

dengan baik, hampir tidak ada peristiwa kriminal di desa ini selama beberapa

tahun terkahir. Tetapi persoalan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah

baik Pemerintah Desa maupun jajaran pemrintah diatasnya adalah masalah

sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan tetap berpotensi menjadi masalah

(18)

4. Sosial Ekonomi

Tabel 10

Data Penduduk Desa Sitinjak berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Pria Wanita RTM Jumlah

1 Petani 396 422 197 818

2 Pedagang 13 14 27

3 PNS 7 14 21

4 Lainnya 29 - 23 29

Dari sisi ekonomi, Desa Sitinjak memiliki potensi yang sangat besar

dikembangkan. Salah satu potensi yang nampak adalah masih luasnya lahan tidur

yang cukup subur di Dusun I, II,III lahan ini sangat potensial dikembangkan

menjadi areal pertanian khususnya tanaman pangan dan palawija, palawija sayur

dan buah, serta tanaman kopi yang sudah terbukti dapat tumbuh dan produktif.

Selain untuk pertanian lahan ini juga bisa dikembangkan untuk peternakan,

khususnya peternakan besar seperti Sapi, Kerbau, dan Kambing.

Selain areal yang disebutkan diatas, sesungguhnya Desa Sitinjak memang

dihuni penduduk bermatapencaharian petani lebih dari 95 persen, namun

pertanian yang dikembangakan selama ini masih pertanian tradisional seperti padi,

kopi, Pisang, cabai, cengkeh, cacao dan lain-lain. Dibutuhkan sebuah

pembaharuan dibidang pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian yang

telah ada khususnya untuk menyikapi lahan pertanian yang relatif kurang subur

(19)

ramah lingkungan mutlak diperlukan.

Selain bertani sebagai matapencaharian pokok, beberapa penduduk juga

aktif berdagang sebagai usaha sampingan, serta ada segelintir yang berpropesi

sebagai pegawai negeri sipil.

5. Sosial Budaya

Dari sisi sosial budaya, Desa Sitinjak sudah sejak lama dikenal sebagai

sebuah wilayah adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini, Desa Sitinjak

identik dengan ”bius” Sitinjak yang dikenal dengan ”Bius Toga Sitinjak”,. Dalam

kehidupan sehari-hari adat (batak) sangat dominan dan sudah tertata dengan baik

oleh para tetua-tetua di desa Sitinjak. Beberapa hal yang belum tercipta adalah

kelompok-kelompok seni budaya, hal ini tentunya menjadi tugas pemerintah desa

kedepan untuk mencipkatakan kelompok seni untuk mengangkat citra Desa

Sitinjak sekaligus menjadi sarana pembinaan kaum muda dan kepariwisataan.

6. Kesehatan

Desa Sitinjak memiliki 2 sarana kesehatan desa yakni Polin Des dan Poskes

Des di dusun III dan masing-masing dilayani oleh satu orang bidan desa. Dari sisi

jumlah penduduk, sesungguhnya keberadaan 2 sarana kesehatan ini belum

memadai, dan dari sisi sebaran wilayah sebagian wilayah di desa ini masih sulit

mengakses sarana kesehatan ini, karena topografi desa Sitinjak yang membentang

(20)

Tabel 11

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011 DUS UN RSU PUS KESMA S PUSTU PO LI N DE S PO S YA ND U POS KES DES A P O TI K TO K O OB AT DOK TER PRA KTE K

I - - - -

II - - - -

III - - 1 - 1 - - -

Dari table diatas dapat disimpulakan bahwa sarana kesehatan di desa

sitinjak masih sangat kurang. Dengan jumlah penduduk 1318 jiwa penduduk

(21)

Tabel 12

Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Dusun di Desa Sitinjak tahun 2011

DUSUN

DOKTER UMUM

BIDAN PERAWAT

I - - -

II - - -

III - 2 -

Total - 2 -

Sumber : Sitinjak Dalam Angka 2014 dan Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga medis di desa sitinjak

masih sangat kurang karena hanya memiliki tenaga medis bidan hanya 2 orang.

Salah satu masalah kesehatan yang sangat mendesak dibenahi masih sulitnya

mewujudkan masayarak ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), hal ini

disebabkan belum adanya sarana air bersih sehingga sebagian besar penduduk

belum memiliki jamban umum maupun jamban keluarga.

7. Pendidikan

Dari sisi pendidikan Desa Sitinjak memiliki 1 Unit Sekolah Dasar Negeri

yakni di Dusun I. Secara umum penduduk desa Sitinjak menjunjung tinggi

pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar

(22)

beberapa orang tidak melanjut ke janjang yang lebih tinggi karena kerterbatasan

ekonomi dan karena faktor lainnya.

Tabel 13

Sarana Prasarana Sekolah di desa Sitinjak Kec. Onan Runggu Kabupaten Samosir Tahun 2013/2014

NO SEKO LAH JUMLAH GEDUNG/SEK OLAH JUMLAH GURU JUMLAH SISWA

2 SD 1 7 129

Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa

Table diatas menyimpulkan bahwa sarana prasarana pendidikan di desa

sitinjak juga masih kurang dimana dengan jumlah tenaga pengajar yang sangat

sedikit, hanya 7 orang jumlah guru dan jumlah murid 129 orang.

Tabel 14

Nama Sekolah Dasar (SD) yang ada di Desa Sitinjak

NO SEKOLAH DASAR JUMLA H RUANG JUMLAH GURU JUMLAH SISWA LETAK 1

SD Negeri 15

Sitinjak

7 7 129 Dusun I

Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa

Tidak seluruhnya warga Desa Sitinjak bersekolah di Sekolah Dasar yang

(23)

sekolah yang ada di Desa Pakpahan, hal ini lebih disebabkan oleh kedekatan dan

topografi wilayah.

Pada tabel 14 dibawah ini diuraikan data indikator pendidikan di Desa

Sitinjak, masih terdapat penduduk yang sudah berusia diatas 10 tahun tetapi tidak

bersekolah, bahkan masih ditemukan penduduk yang buta huruf tetapi hampir

(24)

Tabel 15

Indikator Pendidikan Desa Sitinjak Tahun 2014

Indikator Pendidikan Persentase (%) Laki-laki Perempua n Total

1. Partisipasi Pendidikan

a. Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Status Pendidikan 1). Tidak/ belum pernah Sekolah

7 12 58.33

2). Masih Sekolah

a. SD 57 81 10.31

b. SMTP

52 73 71.23

c. SMTA

48 59 18.51

d. Diploma/Sarjana

11 14 78.57

3). Tidak Sekolah lagi

323 370 87.29

b. Penduduk 10 tahun ke atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

1). Tidak/ Belum Pernah Sekolah

19 23 82.60

2). Tidak/ Belum Tamat SD

53 80 68.25

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan : a. SD

59 76 77.63

b. SMTP

89 105 84.76

c. SMTA

267 282

94.68

d. Diploma/Sarjana

5 7 71.42

2. Angka Buta Huruf 2011 19 23 82.60

3. Angka Melek Huruf 2011

(25)

Salah satu kebutuhan yang cukup mendesak di bidang pendidikan di Desa

Sitinjak adalah pendirian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hal ini juga sesuai

dengan program yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir

yakni ”Satu Desa, Satu PAUD” tetapi disisi lain pendirian PAUD ini juga akan

terkendala oleh topografi wilayah dan jarak antar kampung yang menyebar dan

berbukit-bukit.

Untuk anak usia sekolah SMP dan SMU/sederajat sebagian besar bersekolah

di desa Pakpahan, dengan menempuh perjalanan antara 2 hingga lebih dari 3

kilometer, dan sebagian besar ditempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda

Motor, sedangkan sebagian yang lain memilih tinggal di tempat kos atau tinggal

ditempat sanak saudara. Kedepan diharapkan ada program khusus yang bisa

diambil oleh pemerintah Desa ataupun Pemerintah Daerah untuk mengadakan

sarana transportasi anak sekolah antar desa.

4.1.5 Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat Sitinjak sesungguhnya masih jauh dari

sejahtera, sekalipun tidak ditemukan Rawan Pangan di Desa ini atau penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

Pertanian merupakan sector ekonomi utama yang menopang kehidupan

hampir seluruh masyarakat Desa Sitinjak kecuali beberapa orang yang berprofesi

sebagai PNS Guru di 1Sekolah Dasar yang ada di Sitinjak. Pertanian yang digeluti

hampir seluruhnya masih bersifat tradisional, sehingga sekalipun luas lahan

(26)

diusahai ini adalah keterbatasan tehnologi dan pemilikan lahan belum jelas,

karena sebagian besar dimiliki bersama satu rumpun keluarga atau bahkan satu

keturunan, yang kerap menimbulkan persoalan untuk dikelola.

1. Pertanian

Tabel 16

Luas Lahan Pertanian dan Peruntukannya

NO JENIS

LAHAN LUAS LAHAN PERUNTUKA N JENIS KOMODITI PRODU KTIVIT AS

1 Lahan Basah 39,Ha Tanaman Padi Padi Ir 4,5Ton/H a

2 Lahan Kering

69,Ha Tanaman Kopi Arabika

... Ton /Ha

Robusta ... Ton /Ha

Ateng 2,5 Ton /Ha

Tanaman Cengkeh

1,5 Ton /Ha

Jagung 2,8 Ton

/Ha

Holtikultura Sayuran

3,7 Ton /Ha

Buah-buahan 3,6 Ton

/Ha

Cabai 1,4 Ton

/Ha

Dll 4,6 Ton

/Ha

(27)

Pertanian di Desa Sitinjak secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni

pertanian lahan basah dan lahan kering. Pertanian lahan basah terdapat di Dusun I,

Dusun II,dan dusun III Pertanian lahan basah merupakan pertanian tadah hujan

dan menggunakan bibit padi jenis IR, pasca panan pun dua kali setahun sebab

umur padi dari mulai bibit sampai dengan panen rata-rata 5 bulan. Persawahan di

desa Sitinjak berbentuk terasering dan pengolahannya sebagian besar

menggunakan Handtraktor. Persawahan ini mampu memproduksi padi dengan

kualitas dan produktifitas yang baik. Persoalan umum yang dihadapi akhir-akhir

ini adalah kecenderungan ketergantungan terhadap pupuk kimia semakin besar.

Pertanian lahan kering terdapat di ketiga dusun, dan masih terdapat potensi

yang sangat besar untuk mengembangkan pertanian lahan kering ini khusunya

tanaman palawija dan holtikultura khususnya holtikultura buah dan sayur. Selain

itu tanaman keras seperti kopi jenis robusta dan arabika juga tumbuh subur, sejak

satu dekade terakhir desa ini juga sudah menjadi salah satu Sentra tanaman kopi

ateng atau yang akrab disebut “kopi sigarar utang”. Tanaman perkebunan lainnya

(28)

2. Peternakan

Tabel 17

Jenis dan jumlah ternak di Desa Sitinjak

NO JENIS TERNAK JUMLAH

1 Kerbau 265 ekor

2 Sapi - ekor

3 Anjing 386 ekor

4 Kambing 7 ekor

5 Babi 756 ekor

6 Ayam 2800 ekor

7 Bebek - ekor

8 Dll 500 ekor

Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa tahun 2014.

Selain pertanian, hampir seluruh warga desa ini juga peternak secara

tradisional. Hewan ternak yang diusahai penduduk secara umum terdiri dari

ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar seperti Kerbau. Ternak kecil

diantaranya adalah Kambing dan Babi, sedangkan unggas diantaranya adalah

ayam . Kegiatan beternak biasanya masih bersifat tradisional dan merupakan

usaha sampingan. Karena produksi ternak yang terbatas, biasanya sebagian besar

hasil ternak warga hanya untuk konsumsi rumah tangga sendiri dan hanya sedikit

(29)

Dari sisi luas wilayah, topografi, iklim dan suhu udara, Desa Sitinjak

menyimpan potensi untuk peternakan besar yakni di Dusun III, kedepan

diharapkan daerah ini dapat dikembangkan menjadi sentra ternak di Kabupaten

Samosir.

3. Perikanan

Desa Sitinjak juga menyimpan potensi perikanan, khususnya perikanan

danau. Perikanan ini dalam bentuk kolam danau, yang tersebar di seluruh wilayah

(30)

4.1.6 KONDISI PEMERINTAH DESA

[image:30.595.141.516.154.658.2]

4.1.6.1 Pembagian Wilayah Desa

Tabel 18

Penamaan Kampung di Desa Sitinjak

NO DUSUN NAMA KAMPUNG

1 Dusun I Onan Baru Onan Baru

Sosor Dagal Tapian Nauli

Sitahuru Lumban Gur-gur Simpangan Bolon

Siapporik Siantar Matio Dolok Nagodang 2 Dusun II Siholi-holi Siholi-holi

Sosor Bolak Huta Gur-Gur

Naga Timbul Parmonangan Sampe Tua Sosor Mangadar

Pananggangan Huta Bolon Lumban Sosor

3 Dusun III Tanding Tanding

Simaninggir Huta Barat Saba-Saba Parribuan Sijalu-jalu Siparunggu

Pembagian wilayah Desa Sitinjak dibagi menjadi 3 (tiga) dusun yang

(31)

Desa. Masing- masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara administrasi

pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang

dikenal dengan ”huta”, ”Sosor”, masing-masing kampung ini memiliki nama

sendiri yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya. Selama

puluhan atau ratusan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada

masalah, kecuali persoalan keadministrasian karena belum dikenal penamaan

jalan dan penomoran rumah warga. Kedepan diperlukan sebuah kajian khusus

untuk formalisasi nama kampung yang barangkali harus disertai kajian akademis

sehingga tidak merusak kultur masyarakat lokal.

4.1.7 Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)

Struktur Organisasi Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu menganut

Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal,

(32)
[image:32.595.120.586.182.551.2]

TABEL 19

DESA SITINJAK KECAMATAN ONAN RUNGGU

KABUPATEN SAMOSIR

Keterangan Singkatan:

1. Kades adalah Kepala Desa

2. Sekdes adalah Sekretaris Desa

3. Kasi Kessos adalah Kepala seksi kesejahteraan Sosial

4. Kasi P.Tani adalah Kepala seksi Pamong Tani

5. Kasi Kamtib adalah Kepala Seksi Ketertiban Masyarakat

6. Kadus adalah Kepala Dusun

7. BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa

(33)

4.2. Profil Informan

Dalam penelitian terdapat beberapa orang yng menjadi informan kunci dan

informan biasa. Keberadn informan tersebut tetntunya menjadi elemen ang sangat

penting dalam pengumpulan data, yang pastinya menjadi kunci utama dalam

penulisan laporan penelitian ini. Berbagai ketetapan atau regulasi mengenai

pengamnbilan informan telah ditetapkan pada halaman sebelumnya. Penetapan

tersebut adalah langkah yang harus dilakukan guna mendapatkan informasi yang

akurat dan terjamian secara validitas. Adapun yang menjadi informan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.2.1. Informan kunci

Dalam penelitian terdapat beberapa orang yang menjadi informan kunci,

yaitu tokoh adat Batak Toba, profil informan kunci tersebut adalah sebagai berikut

:

M.Sitinjak

Pria yang berusia 65 tahun ini memiliki pekerjaan sebagai raja parhata

(pengetua adat) ini adalah merupakan seorang ayah yang telah dikaruniai 6 orang

anak, yang terdiri dari 2 anak perempuan dan 4 orang laki-laki. Dalam

keehariannya inforan ini dikenal sebagai orang yang mengerti dan paham tentang

apa dan bagaimana kehidupan etnis Batak Toba. Masyarakat sekitar tempat

(34)

dan sebagainya. Biasanyasyarakat langsung mempercayakan kepada beliau untuk

mengurus segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan tersebut.

Jika lihat dari tingkat pendidikannya informan ini memiliki latar belakang

yang rendah, dimana ia hanya menempuh pendidikan sekolah dasar (SD). Namun

walaupun ia hanya lulus sekolah dasar, dia tidak ingin anak-anaknya mengalami

nasib yang sama. Dan kiniterbukti bahwa anak-anak beliau semuanya dapat

menempuh pendidikan SLTA bahkan 4 orang anaknya bekerja di Jakarta.

Informan ini tinggal bersama istrinya S. boru Sitindaon dirumahnya yang terletak

di Siminggir Desa Sitinjak, kecamatan Onan Runggu. Rumah yang kondisinya

cukup sederhana sudah ditinggalinya selama kurang lebih 36 Tahun.

M. Boru Sitinjak (48 tahun)

Informan ini mempunyai nama lengkap Masri boru Sitinjak namun ia

biasa disapa dengan nama akrab nai Dormasi. Informan yang kini berusia 48

tahun ini sudah janda. Mendiang suaminya marga Sihombing. Dari pernikahannya

tersebut ibu masri telah mempunyai empat(4) orang anak laki-laki dan tiga (3)

orang anak perempuan. Informan adalah salah satu boru yang tinggal Di desa

Sitinjak, Dimana Disetiap acara adat sesuai dengan posisinya sebagai boru maka

informan biasa bekerja untuk melayani untuk kepentingan pesta tersebut.

Informan sering terlihat aktip disetiap acara pesta yang diselenggarakan

masyarakat yang tinggal disekitar rumahnya. Informan memang sudah menikah

sama marga sihombing tetapi dia tetap tinggal di Desa Sitinak.

Dilihat dari latar belakang pendidikannya, informan hanya menempuh

(35)

bisa sekolah sampai ke SMA harus menempuh jarak yang sangat jauh, itulah

sebabnya informan memutuskan sekolah hanya sebatas SMP. Sebagai ibu Rumah

tangga yang sudah janda, informan cukup cermat dalam membelanjakan uang

penghasilan dari penjualan hasil panennya unuk kebutuhan hidup sehari-hari dan

membiayai anaknya yang dua orang lagi yang masih duduk dibangku SMP dan

SMA.

J.Sitinjak

Informasi yang bernama lengkap Jonter Sitinjak berusia 42 tahun.

Orang-orang disekitar lingkungannya sering memanggil beliau dengan panggilan amani

Boi karena anak pertama beliau bernama Boi pandapotan sitinjak. Informn ini

bertempat tinggal di huta Prribuan Toruan Desa Sitinjak, Kecamatan Onan ruggu.

Ia tinggal bersama istri yang bernama N. Manurung dan 4 orang anaknya yang

masih sekolah. Bapak J.sitinjak dikaruniai 6 orang anak yang semuanya adalah

laki-laki.

Sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup biasanya informan ini

memperoleh penghasilan dari hasil panen dan hasil nelalan juga penghasilan

sebagai raja parhata yang sudah ditekuninya selama 10 tahun. Ia memperoleh

penghasilan dari hasil panen dan nelayan 3.000.000;/ bulan, sedangkan

penghasilan sebagai raja parhata tergantung dari berapa banyak ulaon (pesta)

setiap bulannya.

Karena pandang memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang etnis

(36)

upacara adat perkawinan, ataupun upacara adat kematian, memasuki rumah baru, tardidi (babtisan). Walau demikian beliau merasa tidak pantas disebut sebagai tokoh adat Batak Toba, karena selan umur yang masih tergolong kurang tua

menurutnya ia hanya mengerti sedikit tentang Batak Toba.

Biasanya dalam penyelenggaraan upacara-upacara adat, masyarakat yang

memanfaatkan jasanya langsung mempercayakan dan menyerahkan kepada beliau

untuk mengurus segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk acara tersebut.

Biasanya untuk acara adat yang diadakan di sekitar desa Sitinjak beliau bekerja

sama dengan bapak M.Sitinjak yang juga dipercayakan masyarakat sebagai raja parhata juga. Beliau secara pribadi menjalankan amanat tersebut dengan ikhlas tanpa meminta bayaran untuk kegiatan tersebut. Beliau merasa itu sudah menjadi

tanggung jawabnya sebagai penerus adat dari nenek moyang terdahulu. Namunika

ada yang member ucapan terimakasih, beliau tidak sungkan untuk menerimanya.

Informan ini memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap budaya dan

kehidupan etnis Batak Toba.

D.Sitinjak.

Informan yang telah berusia 60 tahun ini biasa dipanggil dengan op.

relando karena memiliki cucu yang paling besar dari anak laki-laki tertuanya

bernama relando. Inrforman ini tinggal di huta parribuan desa Sitinjak selama 40

tahun dan dikaruniai 10 orang anak. 4(empat) orang anak laki-laki dan 6 (enam)

orang anak perempuan. Hingga sekarang informan telah memiliki 6 (enam) orang

cucu dari kelima anaknya yang sudah menikah, sedangkan anaknya yang lima lagi

(37)

kesehariannya informan ini dikenal sebagai natiua-tua ni huta, karena mengerti

dan paham tentang apa dan bagaimana kehidupan etnis Batak Toba, selain itu

informan sudah tinggal di hut tersebut sangat lama, bahkan semenjak informan

lahir. Informan ini mempunyai seorang istri yang bernama N. boru Gultom dan

mereka tinggal di huta Parribuan Dolok.

Disaat kesehatannya masih sangat baik, informan bekerja sebagai petani,

tetapii seiring berjalannnya waktu, dan semakin bertambahnya usia dia tidak

mampu lagi bekerja penuh sebagai petani karena kesehatannya yang kurang

memungkinkan. Beliau pernah mengalami penyakit gangguan dibagian perut

hingga operasi. Hai ini membuat kondisi kesehatan beliau semakin buruk.

M. Sitinjak (50 tahun)

M. Sitinjak adalah salah seorang yang dianggap sebagai natua-tua ni huta

di desa Sitinjak dengan ide dan pemikirannya yang selalau dipertimbangkan

dalam hal adat. Informan tinggal di huta Barat dan asli kelahiran di desa Sitinjak.

Informan adalah bapak dari empat orang anak dimana tiga anaknya adalah

perempuan dan satu orang laki-laki. Informan berusia 50 tahun, bersuku Batak

Toba dan mengecap pendidikan terakhir di bangku sekolah menengah pertama

(SMP).

V. Sitinjak (38 tahun)

Informan yang bernama lengkap Viktor ini merupakan Kepala Desa yang

sedang menjabat untuk period ke-2 di desa Sitinjak. Tepatnya 6 tahun sudah

(38)

pernikahannyatersebut informan telah mempunyai 3 orang anak yang terdiri dari

dua orang laki-laki dan satu orang anak perempuan. Anak pertama duduk di

sekolah dasar kelas 4. Anak kedua di kelas 1 sekolah dasar dan anak ke tiga

masih berusia 4 tahun. Informan ini memiliki latar belakang pendidikan sampai

tamatan SLTA. Meskipun informan ini hanya tamatan SLTA, tapi informan ini

mampu meminpin desa tersebut dengan baik, sehingga masyarakat sangat

menghargai pemimpin desa Sitinjak ini. Informan terkenal sebagai orang yang

bijaksana dan baik hati kepada warga di Desa Sitinjak, mungkin inilah

penyebabnya informan terpilih sebagai Kepala Desa sampai 2 periode.

Dalam kesehariannya, informan ini memiliki penghasilan sebagai petani.

Dari profesi yang dijalaninya sebagai Kepala Desa dan petani tersebut, iforman ini

dan istrinya mampu memperoleh penghasilan rata-rata sebesar Rp. 3.

000.000/bulan. Bagi informan ini penghasilan yang dperoleh tersebut hanya

pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan 2 orang anaknya, dan juga kebutuhan

sehari-hari.

4.2.2. Informan Biasa

Dalam penelitian ini, sumber data juga diperoleh dari informan tambahan

yang terdiri dari masyarakat etnis Batak Toba, karena mereka memiliki

pengetahuan dan pengalaman tentang apa yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Adapun profil dari informan tambahan tersebut adalah sebagai berikut :

(39)

Informan ini adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil. Setelah

pensiun Bapak ini mengisi kesehariannya sebagai petani. Infoman biasanya

dipanggil dengan opung duma, opung duma memiliki seorang istri yaitu N. boru

Sinaga. Keluarga opung duma dikaruniai 4 orag anak, tiga orang anak laki-laki

dan satu orang anak perempuan. Semua anaknya sudah menikah dan tinggal jauh

dari mereka. Opung duma hanya tinggal berdua dengan istrinya dirumah. Opung

duma memiliki Sembilan orang cucu.

T, Sitinjak (49 tahun)

Infoman yang bernama lengkap tahan sitinjak, dan biasanya disapa dengan

amani lemora sitinjak, jika dihitung dari tahun kelahirannya maka beliau berusia

49 tahun. Beliau menikah dengan seorang perempuan yang berasal dari etnis

batak Toba juga. Dalam perjalanan rumah tangganya beliau sudah dikaruniai 6

orang anak. 2 anak perempuan dan 4 orang anak laki-laki. Dua org anak informan

tinggal di Siantar karena sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan

tinggi swasta yang ada di Siantar, Sedangkan ke 4 anaknya yang lain masih

tinggal bersama dengan bapak ini. Sehar-hari ia bekerja sebagai guru PNS disalah

satu Sekolah Dasar di desa Sitinjak. Beliau memperoleh penghasilan dari gajinya

sebagi PNS ditambah dari hasil ladang juga karena beliau juga bekerja sebagai

(40)

4.3. Keterkaitan Dalihan Na Tolu Dengan Etnis Batak Toba

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia.

Masyarakat Desa Sitinjak adalah mayoritas etnis Batak Toba. Batak Toba sebagai

satu suku yang memiliki budaya tersendiri dalam menata kehidupan

masyarakatnya. Proses interaksi yang dilakukan antar masyarakat yaitu melalui

dalihan na tolu atau disebut tungku nan tiga yang Kalau diartikan langsung

“Dalihan Natolu” adalah “Dalihan” artinya sebuah tungku yang dibuat dari batu,

sedangkan “Dalihan Natolu” ialah tungku tempat memasak yang diletakkan diatas

dari tiga batu. Ketiga dalihan yang dibuat berfungsi sebagai tempat tungku tempat memasak diatasnya. Dalihan yang dibuat haruslah sama besar dan diletakkan atau ditanam ditanah serta jaraknya seimbang satu sama lain serta tingginya sama

agar dalihan yang diletakkan tidak miring dan menyebabkan isinya dapat tumpah

atau terbuang. Dulunya, kebiasaan ini oleh masyarakat Batak khususnya Batak

Toba memasak di atas tiga tumpukan batu, dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku

jika diterjemahkan langsung dalam bahasa Batak Toba disebut juga dalihan natolu. Namun sebutan dalihan natolu paopat sihalsihal adalah falsafah yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat

Batak.

Sehari-hari alat tungku merupakan bagian peralatan rumah yang paling

vital untuk memasak. Makanan yang dimasak baik makanan dan minuman untuk

memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga. Biasanya memasak di atas dalihan

(41)

maka digunakanlah benda lain untuk mengganjal. Dalam bahasa sehari-harinya

kebanyakan orang Batak Toba tambahan benda untuk mengganjal disebut

Sihal-sihal. Contoh umpasa Batak Toba yang menggunakan kata Dalihan Natolu :

“Ompunta naparjolo martungkot sialagundi. Adat napinungka ni naparjolo

sipaihut-ihut on ni na parpudi. Umpasa itu sangat relevan dengan falsafah dalihan

natolu paopat sihal-sihal sebagai sumber hukum adat Batak.”Apakah yang disebut

dengan dalihan natolu paopat sihal-sihal itu? dari umpasa di atas, dapat disebutkan bahwa dalihan natolu itu diuraikan sebagai berikut :

Somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru. Angka na so somba marhula-hula

siraraonma gadongna, molo so Manat mardongan tubu, natajom ma adopanna, jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna.

Berikut penjabaran singkat tentang makna filsafah Dalihan Natolu dalam

kehidupan Batak Toba serta contoh penerapan bersosial dalam adat Batak Toba.

1.Sombamarhula-hula

Hula-hula dalam adat Batak adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau

ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Dalam adat

Batak yang paternalistik, yang melakukan peminangan adalah pihak lelaki,

sehingga apabila perempuan sering datang ke rumah laki-laki yang bukan

(42)

diperlukan tangga bambu yang disebut Sige. Sige dibawa oleh orang yang mau mengambil tuak (maragat). Itulah sebabnya, Bagot tidak bisa bergerak, yang datang adalah sige. Sehingga, perempuan yang mendatangi rumah laki-laki dianggap menyalahi adat.

Pihak perempuan pantas dihormati, karena mau memberikan putrinya

sebagai istri yang memberi keturunan kepada satu-satu marga. Penghormatan itu

tidak hanya diberikan pada tingkat ibu, tetapi sampai kepada tingkat ompung dan

seterusnya.

Hula-hula dalam adat Batak akan lebih kelihatan dalam upacara Saurmatua

(meninggal setelah semua anak berkeluarga dan mempunyai cucu). Biasanya akan

dipanggil satu-persatu, antara lain : Bonaniari, Bonatulang, Tulangrorobot, Tulang, Tunggane, dengan sebutan hula-hula. Disebutkan, Naso somba marhula-hula, siraraon ma gadong na. Gadong dalam masyarakat Batak dianggap salah satu makanan pokok pengganti nasi, khususnya sebagai sarapan pagi atau

bekal/makan selingan waktu kerja (tugo). Siraraon adalah kondisi ubi jalar (gadong) yang rasanya hambar. Seakan-akan busuk dan isi nya berair. Pernyataan itu mengandung makna, pihak yang tidak menghormati hula-hula akan menemui kesulitan mencari nafkah. Dalam adat Batak, pihak borulah yang menghormati hula-hula. Di dalam satu wilayah yang dikuasai hula-hula, tanah adat selalu dikuasai oleh hula-hula. Sehingga boru yang tinggal di kampung hula-hulanya

akan kesulitan mencari nafkah apabila tidak menghormati hula-hulanya.

Misalnya, tanah adat tidak akan diberikan untuk diolah boru yang tidak

(43)

2.Manat Marongan Tubu

Dongan tubu dalam adat Batak adalah kelompok masyarakat dalam satu

rumpun marga. Rumpun marga suku Batak mencapai ratusan marga induk.

Silsilah marga-marga Batak hanya diisi oleh satu marga. Namun dalam

perkembangannya, marga bisa memecah diri menurut peringkat yang dianggap

perlu, walaupun dalam kegiatan adat menyatukan diri. Misalnya: Si Raja Guru

Mangaloksa menjadi Hutabarat, Hutagalung, Panggabean, dan Hutatoruan

(Tobing dan Hutapea). Atau Toga Sihombing yakni Lumbantoruan, Silaban,

Nababan dan Hutasoit.Dongan Tubu dalam adat batak selalu dimulai dari tingkat

pelaksanaan adat bagi tuan rumah atau yang disebut Suhut. Kalau marga A

mempunyai upacara adat, yang menjadi pelaksana dalam adat adalah seluruh

marga A yang kalau ditarik silsilah ke bawah, belum saling kimpoi.Gambaran

dongan tubu adalah sosok abang dan adik. Secara psikologis dalam kehidupan

sehari-hari hubungan antara abang dan adik sangat erat. Namun satu saat

hubungan itu akan renggang, bahkan dapat menimbulkan perkelahian. seperti

umpama “Angka naso manat mardongan tubu, na tajom ma adopanna’.

Ungkapan itu mengingatkan, na mardongan tubu (yang semarga) potensil pada suatu pertikaian. Pertikaian yang sering berakhir dengan adu fisik.Dalam adat

Batak, ada istilah panombol atau parhata yang menetapkan perwakilan suhut (tuan rumah) dalam adat yang dilaksanakan. Itulah sebabnya, untuk merencanakan

suatu adat (pesta atau kematian) namardongan tubu selalu membicarakannya terlebih dahulu. Hal itu berguna untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan dalam

(44)

3. Elek Marboru

Boru ialah kelompok orang dari saudara perempuan kita, dan pihak marga suaminya atau keluarga perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan sehari-hari

sering kita dengar istilah elek marboru yang artinya agar saling mengasihi supaya mendapat berkat(pasu-pasu). Istilah boru dalam adat batak tidak memandang status, jabatan, kekayaan oleh sebab itu mungkin saja seorang pejabat harus sibuk

dalam suatu pesta adat batak karena posisinya saat itu sebagai boru.Pada hakikatnya setiap laki-laki dalam adat batak mempunyai 3 status yang berbeda

pada tempat atau adat yg diselenggarakan misalnya: waktu anak dari saudara

perempuannya menikah maka posisinya sebagai Hula-hula, dan sebaliknya jika

marga dari istrinya mengadakan pesta adat, maka posisinya sebagai boru dan

sebagai dongan tubu saat teman semarganya melakukan pesta. http://habatakon01.blogspot.com/2013/08/filsafah-orang-batak-toba-dalam-dalihan.html

Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain,

manusia harus hidup berdampingan dengan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan yang beraneka ragam, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan

kebutuhan rohani. Sehubungan dengan hal ini manusia membentuk perkumpulan

organisasi sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini penduduk kumpulan antar

(45)

mempermudah masyarakat untuk berinteraksi karena menjadi tempat bertemunya

mereka yang satu garis keturunan atau satu oppung.

Sejak dahulu kala etnis Batak Toba sangat setia melaksanakan upacara

adat dalam berbagai kegiatan. Adat sebagai bagian dari kebudayaan elemen untuk

mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan merupakan identitas budaya dalam

khasanah kebhinekaan Indonesia. Pada dasarnya adat di dalam implementasinya

berfungsi menciptakan dan memelihara keteraturan, ketentuan-ketentuan adat

dalam jaringan hubungan social diadakan untuk menciptakan keteraturan,

sehingga tercapai harmonisasi hubungan secara horizontal sesamawarga dan

hubungan vertical kepada Tuhan. Dengan demikian adat adalah aturan hukum

yang mengatur kehidupan manusia sehingga menciptakan keteraturan,

ketentraman dan keharmonisan. (Prof. DR. B. Sitinjak, 2001).

Dalam kehidupan etnis Batak Toba terdapat adat dan budaya yang

senantiasa mempengaruhi hidup mereka. Adat istiadat pada etnis Batak Toba

memiliki tingkatan tertentu.

4.4. Bentuk Pergeseran fungsi Parhobas dalam acara pesta pada

Sistem kekerabatan Batak Toba

Menurut Bintaro, desa merupakanperwujudan atau kesatuan geografi,

social, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah),

dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain.

Sedangkan menurut Paul H.Landis desa adalah penduduknya kurang dari 2.500

(46)

a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara

ribuan jiwa

b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap

kebiasaan

c) Cara brusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang

sangat dipengaruhi alam seperti: iklim,keadaan alam. Kekayaan

alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat

sambilan.

Dalam kamus sosiologi kata tradisional berasal dari bahasa Inggris,

Tradition artinya adat istiadat dan kepercayaan yang turun temurun dipelihara, dan

ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desai

itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain

diantara unsure-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standard

an pemeliharaan system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti

tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam

berpakaian, adat istiadat, kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang

mempunyai cirri yang jelas. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan

pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas

wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan NegaraKesatuan Repubik Indonesia.

Gambaran kondisi kehidupan masyarakat desa terlihat dalam kebudaya Batak

Toba seperti kebiasaan marhobas yaitu bentuk persaudaraan dan sikap tolong

(47)

Masyarakat senantiasa mengalami pergeseran, dan selalu berada pada

tataran sistem dari pergeseran. Sehubungan dengan itu, Fungsi dari suatu

masyarakat dalam kelompok juga tidak luput dari pergeseran. Namun yang

mengalami pergeseran bukan pada nilai pada sistem kekerabatan dalam arti

pergeseran pada tradisi sebenarnya. Pergeseran yang terjadi ialah fungsi dari

gelleng dan dongan saulaon sebagai parhobas pada saat acara pesta adat batak diadakan. Hal ini tergambar dari pernyataan informan yang bernama T. Sitinjak

(lk, 49 tahun) yang mengatakan :

“semenjak dulu selalunya parhobas datang

untuk mengerjakan persiapan pesta. Parhobas itu tugasnya gelleng dan dongan saulaon, marhobas itu sudah menjadi tanggung jawab gelleng dan dongan saulaon. Tetapi sekarang setelah catering ini jadi tak ada lagi parhobas kalo ada pesta. Semua sudah ditanggung jawabi par catering.tapi status boru dan dongan saulaon tetapnya ada tetapi kao ada pesta tugasnya sebagai parhobas itu gak ada lagi karena kan sudah ada catering”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Gultom (lk,60 tahun)

“Dulu memang parhobas itu selalu nya ada

(48)

samanya persiapan yang dilakukan di setiap acara pesta adat. Tapi sekarang parhobas itu udah gak pernah lagi dilakukan kalau ada pesta sejak ada catering ini. Kalo status gelleng dari paradaton adanya dan dongan saulaon tapi pekerjaan marhobas yang biasanya dikerjakan gelleng dan dongan saulaon itu sudah diambil alih sama catering. Sebenarnya jadi kurang lengkapnya sebenarnya kelihatannya pesta itu kalo tidak ada parhobasnya”.

(wawancara, agustus 2014)

Alfred ( Sztompka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh

dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu

yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus –menerus tiada henti. Diakui

bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat

dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya

tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Dalam setiap

perubahan ataupun pergeseran yang terjadi dalam masyarakat, ada proses yang

dilalui secara bertahap hingga pada akhirnya perubahan maupun pergeseran

tersebut dapat terlihat dan disadari secara jelas oleh pihak yang terlibat

didalamnya maupun masyarakat secara umum.

Jika dilihat dengan apa yang menjadi makna parhobas yang sebenarnya

(49)

solidaritas, di desa Sitinjak telah terjadi pergeseran makna parhobas dimana

sekarang tanggung jawab parhobas sudah diambil alih oleh catering seiring

dengan semakin modernya jaman.hal ini sesuai dengan pendapat informan D.

Sitink(lk, 60 tahun) menyatakan:

“kalo makna parhobas yang saya tahu dari orang tua jaman dahulu adalah bertujuan untuk memupuk sikap saling membantu, saling menolong sesame manusia apalagi ditempat tinggal yang sama, berasal dari satu opung. Dan marhobas ini diwariskan secara turun temurun”.

(wawancara, agustus 2014)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh V. Sitinjak (lk, 38 tahun) informan

ini mengatakan:

“Maknanya marhobas itu adalah saling membantuberbagi beban dengan sesama kalo ada acara adat. Ini adalah warisan dari nenek moyang dan harusnya tetap dipertahankan”.

(wawancara, agustus 2014)

Tidak jauh berbeda dengan kedua informan diatas M. Boru Sitinjak (pr,48

tahun)

(50)

seperti yang dilakukan para opung-opung jaman dulu yang pada akhirnya diwariskan kepada generasi penerus”.

(wawancara, agustus 2014).

Pergeseran fungsi parhobas yang dialami masyarakat tidak terjadi secara

mutlak dan dalam waktu yang singkat. Melainkan proses pergeseran tersebut

terjadi secara bertahap dan dalam waktu yang lama. Gambaran diatas diperoleh

dari nforman M. Sitinjak (lk,65 Tahun).

“ Sebenarnya pergeseran fungsi parhobas ini terjadi secara

perlahan-lahan nya. Itu bukan dalam waktu yang singkat terjadi. Sedikit demi sedikitnya prosesnta terjadi”.

(wawancara, agustus 2014).

Dari jaman dahulu, masyarakat sangat setia dalam marhobas, masyarakat

masih memahami dan mengerti apa fungsi dari parhobas, sehingga marhobas yang

dilakukan masyarakat sesuai dengan nilai yang terkandung dalam nilai budaya

Batak Toba. Kegiatan marhobas yang dilakukan pada setiap acara pesta adat

selalu sama tidak ada yang berubah. Seiring berjalannya waktu, pengaruh dari

dalam dan luar menghampiri keasrian budaya parhobas. Pekembangan jaman dan

teknologi seperti barang elektronik telah memepengaruhi pikiran masyarakat

untuk menciptakan suatu perubahan secara perlahan-lahan.

Awalnya perubahan tersebut hanya dilakukan oleh orang atau pihak-pihak

tertentu saja. Tetapi dengan interaksi rutin yang dilakukan dengan masyarakat

(51)

karena manusia yang memiliki sifat penasaran yang tinggi, maka timbul niat

untuk mencoba sampai pada akhirnya mereka menikmati apa yang mereka

lakukan. Dengan demikian, pergeseran telah terjadi secara perlahan-lahan. Hal ini

seperti dikatakan informan yang bernama J. Sitinjak (lk, 42 tahun).

“dulunya sikitnya orang memakai jasa catering ini. Paling -paling lah yang ekonominya lumayan karena kan awalnya orang mengira lebih banyak pengeluaran kalo catering.”

(wawancara, agustus 2014)

Pernyataan diatas diperkuat lagi oleh M. Sitinjak (lk, 50 tahun)

“dulu pertama-tama Cuma satu-satunya warga yang mau memakai jasa catering ini.tapi makin lama makin diperhatikan lebih simpel memakai jasa catering ini, jadi tidak terlalu repot. Akhirnya lama-lama makin berminat juga lah warga disini memakai catering.

(wawancara, agustus 2014)

4.5. Faktor Penyebab Pergeseran Fungsi Parhobas

Pergeseran senantiasa mewarnai kehidupan manusia. Pergeseran itu

sendiri tidak dapat ditahan kehadirannya, karena cepat atau lambat pergeseran itu

akan datang dengan sendirinnya. Terjadinya pergeseran budaya secara umum

(52)

Yang dimaksud secara eksternal adalah perubahan yang didorong oleh

terjadinya akulturasi budaya lokal dengan budaya luar. Semakin luasnya mobilitas

maka masyarakat secara tidak langsung akan memproses terjadinya interaksi antar

individu dengan latar budaya yang berbeda. Selanjutnya akan menghasilkan

individu yang berpikiran moderat dalam melakukan suatu aturan-aturan adat,

budaya, termasuk dalam menentukan fungsi parhobas dalam acara pesta adat

batak. Secara internal perubahan ini lebih didorong oleh semakin tingginya tingkat

pendidikan masyarakat yang membawa kesadaran baru dalam menyikapi hukum

adat dan budaya yang berlaku serta dapat dipatuhi oleh masyarakat.

Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa

perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian

baik itu dalam adat dan budaya, dimana perubahan-perubahan yang dimaksud

yaitu menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan

budaya tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang

terkandung didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan.

Dari semua sikap atau tindakan, itu merupakan penyesuaian yang terdapat dalam

nilai maupun makna tersendiri yang suatu keharusan bagi setiap kehidupan

bersama akan terikat pada keteraturan sikap yang tidaklah bersifat statis.

Penyesuaian disini adalah kesediaan individu untuk meyesuaikan dirinya ataupun

berubah secara alami sesuai dengan perubhan menurut waktu serta jaman.

Berikut ini akan dipaparkan faktor yang menjawab penyebab pergeseran

(53)

1. Penemuan baru dan kemajuan teknologi informasi

Teknologi merupakan hasil kreasi manusia yang ditujukan untuk

membantu atau mempermudah proses hidup dan kehidupan manusia. Namun

disisi lain teknologi juga membawa dampak negatif yang dapat mengancam

kehidupan manusia itu sendiri seperti hilangnya nilai-nilai atau ikatan sosial

masyarakat. Dampak teknologi dalam hal ini juga telah membawa akibat terhadap

hilangnya tradisi, peribadatan etnis Batak Toba. (Simanjuntak, B. 2001.

Pergeseran adat batak toba bagian I (online). (www.silaban.net. Diakses 12

agustus 2014, pukul 09.15).

Dengan ditemukannya catering sebagai cara baru dalam menyediakan makanan dan snack dalam acara pesta yang pada awalnya semua persiapan acara

pesta dilakukan dan dikerjakan parhobas beralih menjadi menggunakan jasa

catering. Adapun yang menjadi alasan mereka adalah lebih praktisnya jika menggunakan jasa catering karena semua bahan dan barang yang diperlukan untuk menjamu tamu undangan sudah disediakan pihak catering.

Hal diatas diungkapkan oleh informan kunci yang bernama M. Sitinjak

(lk,65 tahun). Berikut pernyataan informan :

(54)

diperlukan, menyiapkan bumbu untuk daging dan persiapan lainnya. Semenjak masyarakat disini sudah mengenal catering, mulailah masyarakat disini melihat-lihat daerah-daerah lain yang menggunakan jasa catering juga. Mereka melihat bagaimana catering bisa membantu dan mempermudah yang punya pesta dalam menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjamu para tamu undangan pesta. Tidak perlu repot lagi menjemput dang-dang dan alat masak lainnya sehari sebelum pesta karena pihak catering sudah membawa masakan yang sudah matang di hari pesta diadakan. Pihak yang sedang mengadakan pesta sangat terbantu dengan adanya jasa catering tersebut.”

(wawancara agustus 2014)

Hal senada juga diungkapkan oleh V. Sitinjak (lk,38 tahun):

“Kalo dulu setiap acara pesta adat khususnya

(55)

Itulah sebabnya masyarakat pun jadinya lebih memilih jasa catering terjadilah pergeseran fungsi parhobas itu sekarang karena sudah ada catering ini”.

(wawancara,agustus 2014).

Perkembangan teknologi dalam dunia informasi juga telah membawa

dampak negatif, selain dampak positifnya. Teknologi informasi yang dimaksud

disini adalah televisi. Munculnya televisi dalam kehidupan manusia tidak jarang

juga menghadirkan suatu efek sosial yatu perubahan nilai-nilai social dan budaya

suatu kelompok masyarakat. Televisi memberikan informasi sekaligus dengan

adanya penayangan gambar sehingga memudahkan penyerapan informasi

tersebut. Tidak jarang siaran-siaran dari televisi tersebut mempengaruhi pola piker

masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi tatanan kehidupan sosial mereka.

http:id.wikipedia.org/wiki/televise/ diakses pada tanggal 21 agustus,2014).

Adanya tayangan-tayangan yang disiarkan melalui televisi banyak

mempengaruhi pandangan dan pola pikir masyarakat desa Sitinjak, dan

budayanya sendiri. Informasi yang diperoleh melalui televisi membawa akibat

pada perilaku masyarakat desa Sitinjak, khususnya pada generasi mudanya.

Dampak perilaku tersebut yaitu dalam proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya

yang ditayangkan oleh televisi yang kemudian diterapkan dan dijadikan pedoman

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dari cara berpakaian, cara bergaul, cara

bertindak, dan sebagainya yang dapat diistilahkan dengan gaya hidup modern,

(56)

Sitinjak termasuk kebiasaan marhobas tanpa dibarengi dengan hal-hal yang baru setiap tahunnya merupakan hal yang ketinggalan jaman, atau dengan kata lain

kuno. Berikut merupakan pernyataan dari ibu M. boru Sitinjak (pr, 48 tahun):

(57)

dikerjakan. Karena udah semakin malas masyarakat disini marhobas makanya sekarang orang-orang disini jadi lebih memilih catering. Gaya hidup orang-orang dsini juga berubah karena pengaruh dari televise itu”.

(wawancara agustus 2014).

T.Gultom (lk, 50 tahun)

(58)

marhobas, jadi udah makin sombonglah masyarakat disini seperti yang di tipi-tipi itu”.

(wawancara agustus 2014).

2. Faktor ekonomi dan efisiensi waktu

Sebagian masyarakat desa Sitinjak sekarang ini menganggap bahwa parhobas

tidak lagi efisien karena memakan waktu yang lama dan juga memerlukan

persiapan biaya yang banyak. Masyarakat desa Sitinjak menganggap kebiasaan

marhobas tidak efisien lagi dengan kondisi masyarakat yang sekarang, yang menuntut segala pekerjaan harus dilakukan dengan cepat. Mereka lebih memilih

mengadakan kebiasaan marhobas dengan cara yang lebih sederhana dan mengerjakan segala sesuatunya dengan serba instan. Hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh salah satu informan yang bernama D. Sitinjak

(lk,60 tahun) infoman ini mengatakan:

“karena sulitnya mencari uang sekarang ini,

(59)

parhobas ini yang kesempatan dalam kesempitan yang sukak membawa persediaan pesta kerumahnya, misalnya gula yang disediakan untuk acara pesta besok diambil parhobas dan dibawa pulang kerumahnya kan terpaksa harus beli lagi, gitu juga daging tak jarang hilang dari dapur parhobas. Sekarang banyak orang yang menganggap marhobas itu hanya buang-buang waktu. Jadi sekarang ini sudah banyak orang yang yang menggunakan jasa catering untuk menghemat waktu dan biaya. Kalo udah di cateringkan kan jadi gak merepotkan waktu orang lain lagi, semua pekerjaan ditanggung jawabi oleh pihak catering jadi gak repot lagi. Dan mereka juga mengerjakannya gak di tempat pesta jadi sudah simpel kali jadinya”.

(wawancara agustus 2014)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh M. Sitinjak (lk,50 tahun)

“Kalo untuk sekarang ini udah banyak yang

(60)

marhobas.kalopun dibutuhkan hanya di hari H nya lah datang itupun

Gambar

Tabel .1
TABEL 3. MASA PERIODE  KEPALA DESA
Tabel 4 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah dan Kepadatan
Tabel 5 Sex Ratio Penduduk Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya untuk mengawali pembicaraan tentang acara adat masyarakat Batak yang pertama bicara dimulai dari pihak teman semarga atau teman seperadatan.Undangan yang datang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pergeseran fungsi uang jujur (sinamot) pada perkawinan adat masyarakat Batak Toba dan untuk mengetahui tindakan yang

Mangongkal holi merupa kan salah satu kebiasaan masyarakat Batak Toba, kebiasaan ini dianggap juga sebagai suatu acara adat yang ingin mengangkat tulang