Daftar Pustaka
Averroes Community.htm (Prof Dr. Riyadi Soeprapto, MS (Alm) Teori SosiologiModern,Bernard Raho
Arikunto, Suharsimi, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta, Jakarta,2002.
Basrowi, M.S. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Douglas J Goodman. 2004. Teori sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media, Kencana.
Gultom, Dj.1992. Dalihan Na Tolu : nilai budaya Suku Batak. Medan TV armada.
.H.P. Panggabean,Pembinaan Nilai Adat Budaya Batak Dalihan Natolu. Jakarta: Dian Utama, 2007
Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Nainggolan, Togar. 2006. Batak Toba di Jakarta. Medan: Bina Media Perintis. Poloma, Margaret, M ,2004, Sosiologi Temporer, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Ritzer, Geoerge. Sosiologi Ilmu Pengetahuan berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Ritrzer, George, 2003. Sosiologi Ilmu Pengetauan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafido Persada.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Simanjuntak, B. 2001. Pergesran Adat B atak Toba Bagian I
(online)./www.silaban.net, diakses 24 maret 2014).
Zuriah, Nurul, Metodologi penelitian soaial dan pendidikan teori-aplikasi, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2007.
Sumber Lain.
(http://www.anneahira.com/gotong-royong-dalam-masyarakat.htm.)
(http://averroess.or.id/2014/15/03/teori-interaksionisme-simbolik)
diakses 15-3-2014 pkul 09.15.
http://habatakon01.blogspot.com/2013/08/filsafah-orang-batak-toba-dalam-dalihan.html
diakses 6-5-2014 pukul 21.00
http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/13/parhobas-388522.htm diakses
6-5-2014 pukul 21.00
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Zuriah (2006:47),
penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif adalah penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian
secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Penelitian deskriptif berusaha untuk memberikan gambaran terhadap fakta-fakta
penelitian yang terjadi dilapangan.
Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut di dalamnya.
3.2. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian peneliti yaitu Desa Sitinjak
Kecamatan Onan Runggu. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah mayoritas
penduduk yang menetap ditempat ini adalah etnis Batak Toba, dan lokasi
penelitian adalah merupakan tempat peneliti berdomisili sehingga memudahkan
3.3. Unit Analisis dan Informan
a. Unit Analisis Data
Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek
penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2001:51-52).
Dalam penelitian yang menjadi unit analisis adalah masyarakat Batak Toba yang
tinggal di Desa Sitinjak Kecamatan Onanrunggu, Samosir.
b. Informan
Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti
sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin,
2007:76). Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci
dan informan biasa.
1. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah:
a. “Raja Parhata” yakni orangtua yang dipercayakan sebagai ketua adat dan
berperan penting ketika ada acara adat.
b. ”Natua-tua ni huta”yakni orangtua yang sudah lama tinggal di Desa Sitinjak dan mengetahui sejarah desa tersebut.
c. Kepala Desa Sitinjak Kecamatan Onanrunggu, Samosir.
2. Yang menjadi informan Biasa dalam penelitian ini adalah :
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulanbdata yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang
langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data
primer dapat dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.
1) Metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang berhubungan langsung
dengan penelitian.
2) Metode Observasi yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap
fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
diperoleh melalui bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data
primer. Teknik pengumpulan data sekunder terdiri dari studi dokumentasi dan
studi kepustakaan.
1) Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian
dan penelaahaan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan maslah yang diteliti.
2) Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan
mengumpulkan berbagai literatur seperti buku, majalah, dan berbagai bahan yang
3.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan benda.
Orang sebagai informan dalam arti sebagai subjek yang mengemukakan data-data
yang dibutuhkan oleh peneliti, sedangkan benda merupakan sumber data dalam
bentuk dokumen seperti artikel dan berita yang mendukung tercapainya tujuan
penelitian.
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Pemilihan data primer berdasarkan pada kapasitas subjek penelitian yang dinilai
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan secara menyeluruh. Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh berupa dokumen seperti artikel-artikel yang
dibutuhkan peneliti untuk membantu dalam memperjelas dalam menganalisis
data.
3.6. Interpretasi Data
Data-data yang diperoleh dilapangan akan diatur, diurutkan,
dikelompokkan kedalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti
mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan
lain sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar
diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik. Selain itu data yang diperoleh akan
dibuat kedalam bentuk matriks agar dapat dlihat berbagai data sebagai indikator
3.7. Keterbatasan Penelitian
Selama dalam proses penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa kendala.
Kurangnya pengalaman dan pemahaman peneliti dalam bidang penelitian.
Akibatnya peneliti merasa kesulitan melakukan deskripsi tentang data-data yang
diperoleh, baik melalui wawancara maupun observasi.
Namun kendala ini sedikit banyak dapat teratasi melalui proses bimbingan
dengan dosen pembimbing skripsi. Selain itu peneliti juga mencari informasi
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi lokasi penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Desa
Desa Sitinjak adalah salah satu Desa di Kecamatan Onan Runggu dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatas dengan Desa
Rinabolak/Desa Hutahotang/Toguan Galung Sebelah Selatan berbatas dengan
Danau Toba Sebelah Timur berbatas Desa Pakpahan/Desa Pardomuan/Tambun
Sukkean sebelah Barat berbatas dengan Desa Harian.
Tabel .1
Luas Wilayah Desa Sitinjak per Dusun
No. Dusun Jumlah Huta
Luas Wil.
(Km²)
% Luas
1 I 9 1.36 40
2 II 10 1,22 29
3 III 7 1,16 44,26
Jumlah 26 4,74 100
Luas wilayah Desa Sitinjak adalah sekitar 113,26 atau 4,74 Km²
dimana 30% berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan 70%
daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk
persawahan irigasi, persawahan tadah hujan dan areal perkebunan rakyat.
TABEL 2.
SARANA DAN PRASARANA DESA
NO SARANA/PRASARANA JUMLAH/VOLUME KETERANGAN
1 Kantor Desa 1 SEWA
2 Poskes Des 1 Dusun III
3 Gereja 3 Dusun I,II
4 SD Negeri 1 Dusun I, II
5 3 Dusun I,II, III
6 Jalan Tanah 3 Dusun II, III
7 Jalan aspal Penetrasi 3 Dusun I, II, III
8 Jembatan 3 Dusun I, II, III
9 Sumur Bor 20 Dusun I,II,III
Dari table diatas dapat dilihat sarana dan prasarana di desa sitinjak bisa
disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di desa sitinjak masih tergolong kurang
memadai karena hanya memiliki satu pos kesehatan desa yang harus digunakan
masyarakat desa sitinjak.
4.1.2 Sejarah Desa
Desa Sitinjak Dulunya terbentuk dua Desa yaitu Desa Sitahuru dan Desa
Huta Barat. Kedua desa di gabung menjadi satu Desa dan diberi nama Desa
Sitinjak semenjak tahun 1992 sesuai dengan peraturan Pemerintah. Sejak
keluarnya peraturan Pemerintah maka terbentuklah Pemerintahan Desa Sitinjak.
TABEL 3.
MASA PERIODE KEPALA DESA
PERIODE KEPALA DESA
Tahun 1992-2000 Burhan Sitinjak
Tahun 2001-2006 Loven Sitinjak
Tahun 2007-2013 Viktor Sitinjak
Sumber: Kepala Desa Sitinjak
Desa sitinjak sudah pernah dipimpin oleh tiga kepala desa dimana
kepala desa yang pertama memimpin selama 8 tahun yang dpimpin oleh bpk.
Burhan Sitinjak, dan yang kedua adalah bpk. Loven Sitinjak dan yang ketiga
adalah bapak Viktor Sitinjak sekaligus yang masih menjabat hingga saat ini di
4.1.3 Demografi
Tabel 4
Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Dusun
No Dus un Luas Wil. (Km²) Jml.Pend uduk (Jiwa) Laki-Laki Perempu an Rumah Tangga RT M Kepa datan (Jiwa/ Km²)
1 I 1.54 439 211 228 101 100
2 II 1.4 378 176 202 71
74,47
3 III 2.16
501
240 261 102 100
Total Dusun
4,74 1.318 627 691 274
274,47
Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa desa sitinjak memiliki
jumlah penduduk yang banyak dengan jumlah 1318 jiwa. Dusun yang
memiliki jumlah penduduk yang paling banyak adalah dusun 3 dimana
Tabel 5
Sex Ratio Penduduk Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir
No Dusun Laki-laki Perempuan Penduduk Sex Ratio
1 I 211 228 439 103
2 II 176 202 378 99,5
3 III 240 261 501 100,5
Total Dusun
627
691 1.318 101,5
Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk didominasi oleh
penduduk berjenis kelamin perempuan dimana jumlah total perempuan adalah
691 sedangkan laki-laki hanya 627 orang.
Berdasarkan kelompok umur, penduduk Desa Sitinjak dapat dilihat seperti
Tabel 6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Sitinjak Kec. Onan Runggu
Sumber: Pendataan Oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD
Dari tabel diatas dapat dilihat penduduk yang menghuni desa sitinjak
lebuh banyak yang berusia 10-14 tahun dengan jumlah 171 orang. Jumlah yang
paling sedikit ialah penduduk yang berusia 60-64 tahun dengan jumlah hanya 44
orang saja.
Jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk Desa Sitinjak Secara lengkap
dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Kelompok Umur Laki-laki
Perempua n
Laki-laki + Perempuan
Rasio Jenis Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5)
0 - 4 37 42 79 90
5 - 9 52 64 121 87,3
10 - 14 72 78 150 92,2
15 - 19 84 87 171 96.5
20 - 24 72 72 146 97.2
25 - 29 39 43 82 90.4
30 - 34 31 35 66 85.7
35 - 39 27 31 58 87.0
40 - 44 37 40 77 92.5
45 - 49 50 50 100 100
50 - 54 23 27 50 85.1
55 - 59 40 45 85 88.8
60 - 64 19 25 44 76
65 + 42 47 89 89.3
Tabel 7
Jumlah Penduduk Menurut Dusun Desa Sitinjak Kec. Onan Runggu
Sumber : Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dusun yang memiliki jumlah
penduduk yang paling banyak adalah dusun III dengan jumlah penduduk 501
orang dan dusun yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah dusun II dengan
jumlah penduduk 378 orang.
Dusun/ Sub Village Jumlah / Total (Jiwa) Persentase (%)
I 439 33,28
II 378 28,74
III 501 37,90
Tabel 8
Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin
Sumber : Sitinjak Dalam Angka 2014 dan Pendataan oleh Tim Perumus RPJM Desa/KPMD
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk desa
sitinjak masih tergolong rendah, hal ini terbukti dengan masih banyaknya
penduduk yang hanya tamatan SMP dengan jumlah 177 orang dan yang tidak
PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN
PERSENTASE
Laki-laki Perempuan Total
1
.
TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH 7 13 20
2
.
TIDAK/ BELUM TAMAT SD 35 41 76
3
.
PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN
- SD 23 27 50
- SMTP 87 90 177
- SMTA 279 335 614
- Diploma I/II/III/Akademi/Universitas 11 14 25
4.1.4 Keadaan Sosial
Keadaan sosial masyarakat Desa Sitinjak cukup baik, keadaan ini juga
didukung oleh masyarakatnya yang tidak terlalu heterogen, hampir semua
masyarakat Desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama
Kristen Protestan, Katolik,dan aliran kepercayaan Sehingga hampir tidak pernah
terjadi gesekan sosial skala besar kecuali konflik individu skala kecil. Disamping
itu secara kultural Penduduk Desa Sitinjak masih berasal dari satu Klan
Keturunan Raja Sonang (Gultom, Samosir, Pakpahan, Sitinjak) ditambah dengan
Marga-Marga lain yang juga masih sanak saudaranya.
1. Agama
Tabel 9
Data Penduduk Desa Sitinjak berdasarkan Agama
No Agama Pria Wanita Jumlah
1 Protestan 241 302 543
2 Katolik 369 403 772
3 Aliran
Kepercayaan
1 2 3
Penduduk Desa Sitinjak sebagian besar menganut agama nasrani yang terbagi
kedalam Agama Protestan dengan dua aliran yakni HKBP dan Pentakosta, dan
Agama Katolik,dan aliran kepercayaan. Di Desa Sitinjak terdapat 3 Tempat
Ibadah yakni Gereja HKBP Sigordang ,Gereja Pentakosta siholi-holi, dan Katolik
Sebaliknya sebagian Masyarakat Desa Sitinjak menjadi Jemaat Gereja yang
terletak di Desa Pakpahan. Sepanjang sejarah tidak pernah terjadi gesekan antar
agama di Desa ini.
2. Sosial Politik
Dari sisi sosial politik, Desa Sitinjak juga sangat kondusif terbukti dari
beberapa kali pelaksanaan Pemilihan umum baik Pemilihan Legislatif maupun
eksekutif dan terutama Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi masyarakat sangat
tinggi. Salah satu bukti yang paling akhir adalah pemilihan Kepala Desa Sitinjak
yang dilaksanakaan pada bulan Nopember 2013 berjalan dengan lancar, kondusif
dan penuh dengan semangat kekeluargaan. Tidak ditemukan adanya perpecahan
di kalangan masyarakat, dan seluruh aspirasi masyarakat tetap terakomodir
dengan baik.
3. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Desa Sitinjak tetap terjaga
dengan baik, hampir tidak ada peristiwa kriminal di desa ini selama beberapa
tahun terkahir. Tetapi persoalan yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah
baik Pemerintah Desa maupun jajaran pemrintah diatasnya adalah masalah
sengketa lahan pertanian yang kerap terjadi dan tetap berpotensi menjadi masalah
4. Sosial Ekonomi
Tabel 10
Data Penduduk Desa Sitinjak berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Pria Wanita RTM Jumlah
1 Petani 396 422 197 818
2 Pedagang 13 14 27
3 PNS 7 14 21
4 Lainnya 29 - 23 29
Dari sisi ekonomi, Desa Sitinjak memiliki potensi yang sangat besar
dikembangkan. Salah satu potensi yang nampak adalah masih luasnya lahan tidur
yang cukup subur di Dusun I, II,III lahan ini sangat potensial dikembangkan
menjadi areal pertanian khususnya tanaman pangan dan palawija, palawija sayur
dan buah, serta tanaman kopi yang sudah terbukti dapat tumbuh dan produktif.
Selain untuk pertanian lahan ini juga bisa dikembangkan untuk peternakan,
khususnya peternakan besar seperti Sapi, Kerbau, dan Kambing.
Selain areal yang disebutkan diatas, sesungguhnya Desa Sitinjak memang
dihuni penduduk bermatapencaharian petani lebih dari 95 persen, namun
pertanian yang dikembangakan selama ini masih pertanian tradisional seperti padi,
kopi, Pisang, cabai, cengkeh, cacao dan lain-lain. Dibutuhkan sebuah
pembaharuan dibidang pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian yang
telah ada khususnya untuk menyikapi lahan pertanian yang relatif kurang subur
ramah lingkungan mutlak diperlukan.
Selain bertani sebagai matapencaharian pokok, beberapa penduduk juga
aktif berdagang sebagai usaha sampingan, serta ada segelintir yang berpropesi
sebagai pegawai negeri sipil.
5. Sosial Budaya
Dari sisi sosial budaya, Desa Sitinjak sudah sejak lama dikenal sebagai
sebuah wilayah adat yang aktif dan terpelihara hingga saat ini, Desa Sitinjak
identik dengan ”bius” Sitinjak yang dikenal dengan ”Bius Toga Sitinjak”,. Dalam
kehidupan sehari-hari adat (batak) sangat dominan dan sudah tertata dengan baik
oleh para tetua-tetua di desa Sitinjak. Beberapa hal yang belum tercipta adalah
kelompok-kelompok seni budaya, hal ini tentunya menjadi tugas pemerintah desa
kedepan untuk mencipkatakan kelompok seni untuk mengangkat citra Desa
Sitinjak sekaligus menjadi sarana pembinaan kaum muda dan kepariwisataan.
6. Kesehatan
Desa Sitinjak memiliki 2 sarana kesehatan desa yakni Polin Des dan Poskes
Des di dusun III dan masing-masing dilayani oleh satu orang bidan desa. Dari sisi
jumlah penduduk, sesungguhnya keberadaan 2 sarana kesehatan ini belum
memadai, dan dari sisi sebaran wilayah sebagian wilayah di desa ini masih sulit
mengakses sarana kesehatan ini, karena topografi desa Sitinjak yang membentang
Tabel 11
Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Dusun Tahun 2011 DUS UN RSU PUS KESMA S PUSTU PO LI N DE S PO S YA ND U POS KES DES A P O TI K TO K O OB AT DOK TER PRA KTE K
I - - - -
II - - - -
III - - 1 - 1 - - -
Dari table diatas dapat disimpulakan bahwa sarana kesehatan di desa
sitinjak masih sangat kurang. Dengan jumlah penduduk 1318 jiwa penduduk
Tabel 12
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Dusun di Desa Sitinjak tahun 2011
DUSUN
DOKTER UMUM
BIDAN PERAWAT
I - - -
II - - -
III - 2 -
Total - 2 -
Sumber : Sitinjak Dalam Angka 2014 dan Pendataan oleh Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga medis di desa sitinjak
masih sangat kurang karena hanya memiliki tenaga medis bidan hanya 2 orang.
Salah satu masalah kesehatan yang sangat mendesak dibenahi masih sulitnya
mewujudkan masayarak ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), hal ini
disebabkan belum adanya sarana air bersih sehingga sebagian besar penduduk
belum memiliki jamban umum maupun jamban keluarga.
7. Pendidikan
Dari sisi pendidikan Desa Sitinjak memiliki 1 Unit Sekolah Dasar Negeri
yakni di Dusun I. Secara umum penduduk desa Sitinjak menjunjung tinggi
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar
beberapa orang tidak melanjut ke janjang yang lebih tinggi karena kerterbatasan
ekonomi dan karena faktor lainnya.
Tabel 13
Sarana Prasarana Sekolah di desa Sitinjak Kec. Onan Runggu Kabupaten Samosir Tahun 2013/2014
NO SEKO LAH JUMLAH GEDUNG/SEK OLAH JUMLAH GURU JUMLAH SISWA
2 SD 1 7 129
Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa
Table diatas menyimpulkan bahwa sarana prasarana pendidikan di desa
sitinjak juga masih kurang dimana dengan jumlah tenaga pengajar yang sangat
sedikit, hanya 7 orang jumlah guru dan jumlah murid 129 orang.
Tabel 14
Nama Sekolah Dasar (SD) yang ada di Desa Sitinjak
NO SEKOLAH DASAR JUMLA H RUANG JUMLAH GURU JUMLAH SISWA LETAK 1
SD Negeri 15
Sitinjak
7 7 129 Dusun I
Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa
Tidak seluruhnya warga Desa Sitinjak bersekolah di Sekolah Dasar yang
sekolah yang ada di Desa Pakpahan, hal ini lebih disebabkan oleh kedekatan dan
topografi wilayah.
Pada tabel 14 dibawah ini diuraikan data indikator pendidikan di Desa
Sitinjak, masih terdapat penduduk yang sudah berusia diatas 10 tahun tetapi tidak
bersekolah, bahkan masih ditemukan penduduk yang buta huruf tetapi hampir
Tabel 15
Indikator Pendidikan Desa Sitinjak Tahun 2014
Indikator Pendidikan Persentase (%) Laki-laki Perempua n Total
1. Partisipasi Pendidikan
a. Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Status Pendidikan 1). Tidak/ belum pernah Sekolah
7 12 58.33
2). Masih Sekolah
a. SD 57 81 10.31
b. SMTP
52 73 71.23
c. SMTA
48 59 18.51
d. Diploma/Sarjana
11 14 78.57
3). Tidak Sekolah lagi
323 370 87.29
b. Penduduk 10 tahun ke atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
1). Tidak/ Belum Pernah Sekolah
19 23 82.60
2). Tidak/ Belum Tamat SD
53 80 68.25
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan : a. SD
59 76 77.63
b. SMTP
89 105 84.76
c. SMTA
267 282
94.68
d. Diploma/Sarjana
5 7 71.42
2. Angka Buta Huruf 2011 19 23 82.60
3. Angka Melek Huruf 2011
Salah satu kebutuhan yang cukup mendesak di bidang pendidikan di Desa
Sitinjak adalah pendirian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), hal ini juga sesuai
dengan program yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir
yakni ”Satu Desa, Satu PAUD” tetapi disisi lain pendirian PAUD ini juga akan
terkendala oleh topografi wilayah dan jarak antar kampung yang menyebar dan
berbukit-bukit.
Untuk anak usia sekolah SMP dan SMU/sederajat sebagian besar bersekolah
di desa Pakpahan, dengan menempuh perjalanan antara 2 hingga lebih dari 3
kilometer, dan sebagian besar ditempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda
Motor, sedangkan sebagian yang lain memilih tinggal di tempat kos atau tinggal
ditempat sanak saudara. Kedepan diharapkan ada program khusus yang bisa
diambil oleh pemerintah Desa ataupun Pemerintah Daerah untuk mengadakan
sarana transportasi anak sekolah antar desa.
4.1.5 Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat Sitinjak sesungguhnya masih jauh dari
sejahtera, sekalipun tidak ditemukan Rawan Pangan di Desa ini atau penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Pertanian merupakan sector ekonomi utama yang menopang kehidupan
hampir seluruh masyarakat Desa Sitinjak kecuali beberapa orang yang berprofesi
sebagai PNS Guru di 1Sekolah Dasar yang ada di Sitinjak. Pertanian yang digeluti
hampir seluruhnya masih bersifat tradisional, sehingga sekalipun luas lahan
diusahai ini adalah keterbatasan tehnologi dan pemilikan lahan belum jelas,
karena sebagian besar dimiliki bersama satu rumpun keluarga atau bahkan satu
keturunan, yang kerap menimbulkan persoalan untuk dikelola.
1. Pertanian
Tabel 16
Luas Lahan Pertanian dan Peruntukannya
NO JENIS
LAHAN LUAS LAHAN PERUNTUKA N JENIS KOMODITI PRODU KTIVIT AS
1 Lahan Basah 39,Ha Tanaman Padi Padi Ir 4,5Ton/H a
2 Lahan Kering
69,Ha Tanaman Kopi Arabika
... Ton /Ha
Robusta ... Ton /Ha
Ateng 2,5 Ton /Ha
Tanaman Cengkeh
1,5 Ton /Ha
Jagung 2,8 Ton
/Ha
Holtikultura Sayuran
3,7 Ton /Ha
Buah-buahan 3,6 Ton
/Ha
Cabai 1,4 Ton
/Ha
Dll 4,6 Ton
/Ha
Pertanian di Desa Sitinjak secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni
pertanian lahan basah dan lahan kering. Pertanian lahan basah terdapat di Dusun I,
Dusun II,dan dusun III Pertanian lahan basah merupakan pertanian tadah hujan
dan menggunakan bibit padi jenis IR, pasca panan pun dua kali setahun sebab
umur padi dari mulai bibit sampai dengan panen rata-rata 5 bulan. Persawahan di
desa Sitinjak berbentuk terasering dan pengolahannya sebagian besar
menggunakan Handtraktor. Persawahan ini mampu memproduksi padi dengan
kualitas dan produktifitas yang baik. Persoalan umum yang dihadapi akhir-akhir
ini adalah kecenderungan ketergantungan terhadap pupuk kimia semakin besar.
Pertanian lahan kering terdapat di ketiga dusun, dan masih terdapat potensi
yang sangat besar untuk mengembangkan pertanian lahan kering ini khusunya
tanaman palawija dan holtikultura khususnya holtikultura buah dan sayur. Selain
itu tanaman keras seperti kopi jenis robusta dan arabika juga tumbuh subur, sejak
satu dekade terakhir desa ini juga sudah menjadi salah satu Sentra tanaman kopi
ateng atau yang akrab disebut “kopi sigarar utang”. Tanaman perkebunan lainnya
2. Peternakan
Tabel 17
Jenis dan jumlah ternak di Desa Sitinjak
NO JENIS TERNAK JUMLAH
1 Kerbau 265 ekor
2 Sapi - ekor
3 Anjing 386 ekor
4 Kambing 7 ekor
5 Babi 756 ekor
6 Ayam 2800 ekor
7 Bebek - ekor
8 Dll 500 ekor
Sumber : Pendataan KPMD/Tim Perumus RPJM-Desa tahun 2014.
Selain pertanian, hampir seluruh warga desa ini juga peternak secara
tradisional. Hewan ternak yang diusahai penduduk secara umum terdiri dari
ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar seperti Kerbau. Ternak kecil
diantaranya adalah Kambing dan Babi, sedangkan unggas diantaranya adalah
ayam . Kegiatan beternak biasanya masih bersifat tradisional dan merupakan
usaha sampingan. Karena produksi ternak yang terbatas, biasanya sebagian besar
hasil ternak warga hanya untuk konsumsi rumah tangga sendiri dan hanya sedikit
Dari sisi luas wilayah, topografi, iklim dan suhu udara, Desa Sitinjak
menyimpan potensi untuk peternakan besar yakni di Dusun III, kedepan
diharapkan daerah ini dapat dikembangkan menjadi sentra ternak di Kabupaten
Samosir.
3. Perikanan
Desa Sitinjak juga menyimpan potensi perikanan, khususnya perikanan
danau. Perikanan ini dalam bentuk kolam danau, yang tersebar di seluruh wilayah
4.1.6 KONDISI PEMERINTAH DESA
[image:30.595.141.516.154.658.2]4.1.6.1 Pembagian Wilayah Desa
Tabel 18
Penamaan Kampung di Desa Sitinjak
NO DUSUN NAMA KAMPUNG
1 Dusun I Onan Baru Onan Baru
Sosor Dagal Tapian Nauli
Sitahuru Lumban Gur-gur Simpangan Bolon
Siapporik Siantar Matio Dolok Nagodang 2 Dusun II Siholi-holi Siholi-holi
Sosor Bolak Huta Gur-Gur
Naga Timbul Parmonangan Sampe Tua Sosor Mangadar
Pananggangan Huta Bolon Lumban Sosor
3 Dusun III Tanding Tanding
Simaninggir Huta Barat Saba-Saba Parribuan Sijalu-jalu Siparunggu
Pembagian wilayah Desa Sitinjak dibagi menjadi 3 (tiga) dusun yang
Desa. Masing- masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara administrasi
pemerintahan, namun secara kultur bisa dibedakan atas beberapa kampung yang
dikenal dengan ”huta”, ”Sosor”, masing-masing kampung ini memiliki nama
sendiri yang menjadi identitas setiap warga yang bermukim di dalamnya. Selama
puluhan atau ratusan tahun kondisi ini masih tetap dipertahankan dan belum ada
masalah, kecuali persoalan keadministrasian karena belum dikenal penamaan
jalan dan penomoran rumah warga. Kedepan diperlukan sebuah kajian khusus
untuk formalisasi nama kampung yang barangkali harus disertai kajian akademis
sehingga tidak merusak kultur masyarakat lokal.
4.1.7 Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)
Struktur Organisasi Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu menganut
Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal,
TABEL 19
DESA SITINJAK KECAMATAN ONAN RUNGGU
KABUPATEN SAMOSIR
Keterangan Singkatan:
1. Kades adalah Kepala Desa
2. Sekdes adalah Sekretaris Desa
3. Kasi Kessos adalah Kepala seksi kesejahteraan Sosial
4. Kasi P.Tani adalah Kepala seksi Pamong Tani
5. Kasi Kamtib adalah Kepala Seksi Ketertiban Masyarakat
6. Kadus adalah Kepala Dusun
7. BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa
4.2. Profil Informan
Dalam penelitian terdapat beberapa orang yng menjadi informan kunci dan
informan biasa. Keberadn informan tersebut tetntunya menjadi elemen ang sangat
penting dalam pengumpulan data, yang pastinya menjadi kunci utama dalam
penulisan laporan penelitian ini. Berbagai ketetapan atau regulasi mengenai
pengamnbilan informan telah ditetapkan pada halaman sebelumnya. Penetapan
tersebut adalah langkah yang harus dilakukan guna mendapatkan informasi yang
akurat dan terjamian secara validitas. Adapun yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.2.1. Informan kunci
Dalam penelitian terdapat beberapa orang yang menjadi informan kunci,
yaitu tokoh adat Batak Toba, profil informan kunci tersebut adalah sebagai berikut
:
M.Sitinjak
Pria yang berusia 65 tahun ini memiliki pekerjaan sebagai raja parhata
(pengetua adat) ini adalah merupakan seorang ayah yang telah dikaruniai 6 orang
anak, yang terdiri dari 2 anak perempuan dan 4 orang laki-laki. Dalam
keehariannya inforan ini dikenal sebagai orang yang mengerti dan paham tentang
apa dan bagaimana kehidupan etnis Batak Toba. Masyarakat sekitar tempat
dan sebagainya. Biasanyasyarakat langsung mempercayakan kepada beliau untuk
mengurus segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan tersebut.
Jika lihat dari tingkat pendidikannya informan ini memiliki latar belakang
yang rendah, dimana ia hanya menempuh pendidikan sekolah dasar (SD). Namun
walaupun ia hanya lulus sekolah dasar, dia tidak ingin anak-anaknya mengalami
nasib yang sama. Dan kiniterbukti bahwa anak-anak beliau semuanya dapat
menempuh pendidikan SLTA bahkan 4 orang anaknya bekerja di Jakarta.
Informan ini tinggal bersama istrinya S. boru Sitindaon dirumahnya yang terletak
di Siminggir Desa Sitinjak, kecamatan Onan Runggu. Rumah yang kondisinya
cukup sederhana sudah ditinggalinya selama kurang lebih 36 Tahun.
M. Boru Sitinjak (48 tahun)
Informan ini mempunyai nama lengkap Masri boru Sitinjak namun ia
biasa disapa dengan nama akrab nai Dormasi. Informan yang kini berusia 48
tahun ini sudah janda. Mendiang suaminya marga Sihombing. Dari pernikahannya
tersebut ibu masri telah mempunyai empat(4) orang anak laki-laki dan tiga (3)
orang anak perempuan. Informan adalah salah satu boru yang tinggal Di desa
Sitinjak, Dimana Disetiap acara adat sesuai dengan posisinya sebagai boru maka
informan biasa bekerja untuk melayani untuk kepentingan pesta tersebut.
Informan sering terlihat aktip disetiap acara pesta yang diselenggarakan
masyarakat yang tinggal disekitar rumahnya. Informan memang sudah menikah
sama marga sihombing tetapi dia tetap tinggal di Desa Sitinak.
Dilihat dari latar belakang pendidikannya, informan hanya menempuh
bisa sekolah sampai ke SMA harus menempuh jarak yang sangat jauh, itulah
sebabnya informan memutuskan sekolah hanya sebatas SMP. Sebagai ibu Rumah
tangga yang sudah janda, informan cukup cermat dalam membelanjakan uang
penghasilan dari penjualan hasil panennya unuk kebutuhan hidup sehari-hari dan
membiayai anaknya yang dua orang lagi yang masih duduk dibangku SMP dan
SMA.
J.Sitinjak
Informasi yang bernama lengkap Jonter Sitinjak berusia 42 tahun.
Orang-orang disekitar lingkungannya sering memanggil beliau dengan panggilan amani
Boi karena anak pertama beliau bernama Boi pandapotan sitinjak. Informn ini
bertempat tinggal di huta Prribuan Toruan Desa Sitinjak, Kecamatan Onan ruggu.
Ia tinggal bersama istri yang bernama N. Manurung dan 4 orang anaknya yang
masih sekolah. Bapak J.sitinjak dikaruniai 6 orang anak yang semuanya adalah
laki-laki.
Sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup biasanya informan ini
memperoleh penghasilan dari hasil panen dan hasil nelalan juga penghasilan
sebagai raja parhata yang sudah ditekuninya selama 10 tahun. Ia memperoleh
penghasilan dari hasil panen dan nelayan 3.000.000;/ bulan, sedangkan
penghasilan sebagai raja parhata tergantung dari berapa banyak ulaon (pesta)
setiap bulannya.
Karena pandang memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang etnis
upacara adat perkawinan, ataupun upacara adat kematian, memasuki rumah baru, tardidi (babtisan). Walau demikian beliau merasa tidak pantas disebut sebagai tokoh adat Batak Toba, karena selan umur yang masih tergolong kurang tua
menurutnya ia hanya mengerti sedikit tentang Batak Toba.
Biasanya dalam penyelenggaraan upacara-upacara adat, masyarakat yang
memanfaatkan jasanya langsung mempercayakan dan menyerahkan kepada beliau
untuk mengurus segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk acara tersebut.
Biasanya untuk acara adat yang diadakan di sekitar desa Sitinjak beliau bekerja
sama dengan bapak M.Sitinjak yang juga dipercayakan masyarakat sebagai raja parhata juga. Beliau secara pribadi menjalankan amanat tersebut dengan ikhlas tanpa meminta bayaran untuk kegiatan tersebut. Beliau merasa itu sudah menjadi
tanggung jawabnya sebagai penerus adat dari nenek moyang terdahulu. Namunika
ada yang member ucapan terimakasih, beliau tidak sungkan untuk menerimanya.
Informan ini memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap budaya dan
kehidupan etnis Batak Toba.
D.Sitinjak.
Informan yang telah berusia 60 tahun ini biasa dipanggil dengan op.
relando karena memiliki cucu yang paling besar dari anak laki-laki tertuanya
bernama relando. Inrforman ini tinggal di huta parribuan desa Sitinjak selama 40
tahun dan dikaruniai 10 orang anak. 4(empat) orang anak laki-laki dan 6 (enam)
orang anak perempuan. Hingga sekarang informan telah memiliki 6 (enam) orang
cucu dari kelima anaknya yang sudah menikah, sedangkan anaknya yang lima lagi
kesehariannya informan ini dikenal sebagai natiua-tua ni huta, karena mengerti
dan paham tentang apa dan bagaimana kehidupan etnis Batak Toba, selain itu
informan sudah tinggal di hut tersebut sangat lama, bahkan semenjak informan
lahir. Informan ini mempunyai seorang istri yang bernama N. boru Gultom dan
mereka tinggal di huta Parribuan Dolok.
Disaat kesehatannya masih sangat baik, informan bekerja sebagai petani,
tetapii seiring berjalannnya waktu, dan semakin bertambahnya usia dia tidak
mampu lagi bekerja penuh sebagai petani karena kesehatannya yang kurang
memungkinkan. Beliau pernah mengalami penyakit gangguan dibagian perut
hingga operasi. Hai ini membuat kondisi kesehatan beliau semakin buruk.
M. Sitinjak (50 tahun)
M. Sitinjak adalah salah seorang yang dianggap sebagai natua-tua ni huta
di desa Sitinjak dengan ide dan pemikirannya yang selalau dipertimbangkan
dalam hal adat. Informan tinggal di huta Barat dan asli kelahiran di desa Sitinjak.
Informan adalah bapak dari empat orang anak dimana tiga anaknya adalah
perempuan dan satu orang laki-laki. Informan berusia 50 tahun, bersuku Batak
Toba dan mengecap pendidikan terakhir di bangku sekolah menengah pertama
(SMP).
V. Sitinjak (38 tahun)
Informan yang bernama lengkap Viktor ini merupakan Kepala Desa yang
sedang menjabat untuk period ke-2 di desa Sitinjak. Tepatnya 6 tahun sudah
pernikahannyatersebut informan telah mempunyai 3 orang anak yang terdiri dari
dua orang laki-laki dan satu orang anak perempuan. Anak pertama duduk di
sekolah dasar kelas 4. Anak kedua di kelas 1 sekolah dasar dan anak ke tiga
masih berusia 4 tahun. Informan ini memiliki latar belakang pendidikan sampai
tamatan SLTA. Meskipun informan ini hanya tamatan SLTA, tapi informan ini
mampu meminpin desa tersebut dengan baik, sehingga masyarakat sangat
menghargai pemimpin desa Sitinjak ini. Informan terkenal sebagai orang yang
bijaksana dan baik hati kepada warga di Desa Sitinjak, mungkin inilah
penyebabnya informan terpilih sebagai Kepala Desa sampai 2 periode.
Dalam kesehariannya, informan ini memiliki penghasilan sebagai petani.
Dari profesi yang dijalaninya sebagai Kepala Desa dan petani tersebut, iforman ini
dan istrinya mampu memperoleh penghasilan rata-rata sebesar Rp. 3.
000.000/bulan. Bagi informan ini penghasilan yang dperoleh tersebut hanya
pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan 2 orang anaknya, dan juga kebutuhan
sehari-hari.
4.2.2. Informan Biasa
Dalam penelitian ini, sumber data juga diperoleh dari informan tambahan
yang terdiri dari masyarakat etnis Batak Toba, karena mereka memiliki
pengetahuan dan pengalaman tentang apa yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Adapun profil dari informan tambahan tersebut adalah sebagai berikut :
Informan ini adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil. Setelah
pensiun Bapak ini mengisi kesehariannya sebagai petani. Infoman biasanya
dipanggil dengan opung duma, opung duma memiliki seorang istri yaitu N. boru
Sinaga. Keluarga opung duma dikaruniai 4 orag anak, tiga orang anak laki-laki
dan satu orang anak perempuan. Semua anaknya sudah menikah dan tinggal jauh
dari mereka. Opung duma hanya tinggal berdua dengan istrinya dirumah. Opung
duma memiliki Sembilan orang cucu.
T, Sitinjak (49 tahun)
Infoman yang bernama lengkap tahan sitinjak, dan biasanya disapa dengan
amani lemora sitinjak, jika dihitung dari tahun kelahirannya maka beliau berusia
49 tahun. Beliau menikah dengan seorang perempuan yang berasal dari etnis
batak Toba juga. Dalam perjalanan rumah tangganya beliau sudah dikaruniai 6
orang anak. 2 anak perempuan dan 4 orang anak laki-laki. Dua org anak informan
tinggal di Siantar karena sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan
tinggi swasta yang ada di Siantar, Sedangkan ke 4 anaknya yang lain masih
tinggal bersama dengan bapak ini. Sehar-hari ia bekerja sebagai guru PNS disalah
satu Sekolah Dasar di desa Sitinjak. Beliau memperoleh penghasilan dari gajinya
sebagi PNS ditambah dari hasil ladang juga karena beliau juga bekerja sebagai
4.3. Keterkaitan Dalihan Na Tolu Dengan Etnis Batak Toba
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia.
Masyarakat Desa Sitinjak adalah mayoritas etnis Batak Toba. Batak Toba sebagai
satu suku yang memiliki budaya tersendiri dalam menata kehidupan
masyarakatnya. Proses interaksi yang dilakukan antar masyarakat yaitu melalui
dalihan na tolu atau disebut tungku nan tiga yang Kalau diartikan langsung
“Dalihan Natolu” adalah “Dalihan” artinya sebuah tungku yang dibuat dari batu,
sedangkan “Dalihan Natolu” ialah tungku tempat memasak yang diletakkan diatas
dari tiga batu. Ketiga dalihan yang dibuat berfungsi sebagai tempat tungku tempat memasak diatasnya. Dalihan yang dibuat haruslah sama besar dan diletakkan atau ditanam ditanah serta jaraknya seimbang satu sama lain serta tingginya sama
agar dalihan yang diletakkan tidak miring dan menyebabkan isinya dapat tumpah
atau terbuang. Dulunya, kebiasaan ini oleh masyarakat Batak khususnya Batak
Toba memasak di atas tiga tumpukan batu, dengan bahan bakar kayu. Tiga tungku
jika diterjemahkan langsung dalam bahasa Batak Toba disebut juga dalihan natolu. Namun sebutan dalihan natolu paopat sihalsihal adalah falsafah yang dimaknakan sebagai kebersamaan yang cukup adil dalam kehidupan masyarakat
Batak.
Sehari-hari alat tungku merupakan bagian peralatan rumah yang paling
vital untuk memasak. Makanan yang dimasak baik makanan dan minuman untuk
memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga. Biasanya memasak di atas dalihan
maka digunakanlah benda lain untuk mengganjal. Dalam bahasa sehari-harinya
kebanyakan orang Batak Toba tambahan benda untuk mengganjal disebut
Sihal-sihal. Contoh umpasa Batak Toba yang menggunakan kata Dalihan Natolu :
“Ompunta naparjolo martungkot sialagundi. Adat napinungka ni naparjolo
sipaihut-ihut on ni na parpudi. Umpasa itu sangat relevan dengan falsafah dalihan
natolu paopat sihal-sihal sebagai sumber hukum adat Batak.”Apakah yang disebut
dengan dalihan natolu paopat sihal-sihal itu? dari umpasa di atas, dapat disebutkan bahwa dalihan natolu itu diuraikan sebagai berikut :
Somba marhula-hula, manat mardongan tubu, elek marboru. Angka na so somba marhula-hula
siraraonma gadongna, molo so Manat mardongan tubu, natajom ma adopanna, jala molo so elek marboru, andurabionma tarusanna.
Berikut penjabaran singkat tentang makna filsafah Dalihan Natolu dalam
kehidupan Batak Toba serta contoh penerapan bersosial dalam adat Batak Toba.
1.Sombamarhula-hula
Hula-hula dalam adat Batak adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau
ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Dalam adat
Batak yang paternalistik, yang melakukan peminangan adalah pihak lelaki,
sehingga apabila perempuan sering datang ke rumah laki-laki yang bukan
diperlukan tangga bambu yang disebut Sige. Sige dibawa oleh orang yang mau mengambil tuak (maragat). Itulah sebabnya, Bagot tidak bisa bergerak, yang datang adalah sige. Sehingga, perempuan yang mendatangi rumah laki-laki dianggap menyalahi adat.
Pihak perempuan pantas dihormati, karena mau memberikan putrinya
sebagai istri yang memberi keturunan kepada satu-satu marga. Penghormatan itu
tidak hanya diberikan pada tingkat ibu, tetapi sampai kepada tingkat ompung dan
seterusnya.
Hula-hula dalam adat Batak akan lebih kelihatan dalam upacara Saurmatua
(meninggal setelah semua anak berkeluarga dan mempunyai cucu). Biasanya akan
dipanggil satu-persatu, antara lain : Bonaniari, Bonatulang, Tulangrorobot, Tulang, Tunggane, dengan sebutan hula-hula. Disebutkan, Naso somba marhula-hula, siraraon ma gadong na. Gadong dalam masyarakat Batak dianggap salah satu makanan pokok pengganti nasi, khususnya sebagai sarapan pagi atau
bekal/makan selingan waktu kerja (tugo). Siraraon adalah kondisi ubi jalar (gadong) yang rasanya hambar. Seakan-akan busuk dan isi nya berair. Pernyataan itu mengandung makna, pihak yang tidak menghormati hula-hula akan menemui kesulitan mencari nafkah. Dalam adat Batak, pihak borulah yang menghormati hula-hula. Di dalam satu wilayah yang dikuasai hula-hula, tanah adat selalu dikuasai oleh hula-hula. Sehingga boru yang tinggal di kampung hula-hulanya
akan kesulitan mencari nafkah apabila tidak menghormati hula-hulanya.
Misalnya, tanah adat tidak akan diberikan untuk diolah boru yang tidak
2.Manat Marongan Tubu
Dongan tubu dalam adat Batak adalah kelompok masyarakat dalam satu
rumpun marga. Rumpun marga suku Batak mencapai ratusan marga induk.
Silsilah marga-marga Batak hanya diisi oleh satu marga. Namun dalam
perkembangannya, marga bisa memecah diri menurut peringkat yang dianggap
perlu, walaupun dalam kegiatan adat menyatukan diri. Misalnya: Si Raja Guru
Mangaloksa menjadi Hutabarat, Hutagalung, Panggabean, dan Hutatoruan
(Tobing dan Hutapea). Atau Toga Sihombing yakni Lumbantoruan, Silaban,
Nababan dan Hutasoit.Dongan Tubu dalam adat batak selalu dimulai dari tingkat
pelaksanaan adat bagi tuan rumah atau yang disebut Suhut. Kalau marga A
mempunyai upacara adat, yang menjadi pelaksana dalam adat adalah seluruh
marga A yang kalau ditarik silsilah ke bawah, belum saling kimpoi.Gambaran
dongan tubu adalah sosok abang dan adik. Secara psikologis dalam kehidupan
sehari-hari hubungan antara abang dan adik sangat erat. Namun satu saat
hubungan itu akan renggang, bahkan dapat menimbulkan perkelahian. seperti
umpama “Angka naso manat mardongan tubu, na tajom ma adopanna’.
Ungkapan itu mengingatkan, na mardongan tubu (yang semarga) potensil pada suatu pertikaian. Pertikaian yang sering berakhir dengan adu fisik.Dalam adat
Batak, ada istilah panombol atau parhata yang menetapkan perwakilan suhut (tuan rumah) dalam adat yang dilaksanakan. Itulah sebabnya, untuk merencanakan
suatu adat (pesta atau kematian) namardongan tubu selalu membicarakannya terlebih dahulu. Hal itu berguna untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan dalam
3. Elek Marboru
Boru ialah kelompok orang dari saudara perempuan kita, dan pihak marga suaminya atau keluarga perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan sehari-hari
sering kita dengar istilah elek marboru yang artinya agar saling mengasihi supaya mendapat berkat(pasu-pasu). Istilah boru dalam adat batak tidak memandang status, jabatan, kekayaan oleh sebab itu mungkin saja seorang pejabat harus sibuk
dalam suatu pesta adat batak karena posisinya saat itu sebagai boru.Pada hakikatnya setiap laki-laki dalam adat batak mempunyai 3 status yang berbeda
pada tempat atau adat yg diselenggarakan misalnya: waktu anak dari saudara
perempuannya menikah maka posisinya sebagai Hula-hula, dan sebaliknya jika
marga dari istrinya mengadakan pesta adat, maka posisinya sebagai boru dan
sebagai dongan tubu saat teman semarganya melakukan pesta. http://habatakon01.blogspot.com/2013/08/filsafah-orang-batak-toba-dalam-dalihan.html
Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain,
manusia harus hidup berdampingan dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan yang beraneka ragam, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan
kebutuhan rohani. Sehubungan dengan hal ini manusia membentuk perkumpulan
organisasi sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini penduduk kumpulan antar
mempermudah masyarakat untuk berinteraksi karena menjadi tempat bertemunya
mereka yang satu garis keturunan atau satu oppung.
Sejak dahulu kala etnis Batak Toba sangat setia melaksanakan upacara
adat dalam berbagai kegiatan. Adat sebagai bagian dari kebudayaan elemen untuk
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan merupakan identitas budaya dalam
khasanah kebhinekaan Indonesia. Pada dasarnya adat di dalam implementasinya
berfungsi menciptakan dan memelihara keteraturan, ketentuan-ketentuan adat
dalam jaringan hubungan social diadakan untuk menciptakan keteraturan,
sehingga tercapai harmonisasi hubungan secara horizontal sesamawarga dan
hubungan vertical kepada Tuhan. Dengan demikian adat adalah aturan hukum
yang mengatur kehidupan manusia sehingga menciptakan keteraturan,
ketentraman dan keharmonisan. (Prof. DR. B. Sitinjak, 2001).
Dalam kehidupan etnis Batak Toba terdapat adat dan budaya yang
senantiasa mempengaruhi hidup mereka. Adat istiadat pada etnis Batak Toba
memiliki tingkatan tertentu.
4.4. Bentuk Pergeseran fungsi Parhobas dalam acara pesta pada
Sistem kekerabatan Batak Toba
Menurut Bintaro, desa merupakanperwujudan atau kesatuan geografi,
social, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah),
dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbale balik dengan daerah lain.
Sedangkan menurut Paul H.Landis desa adalah penduduknya kurang dari 2.500
a) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara
ribuan jiwa
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap
kebiasaan
c) Cara brusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang
sangat dipengaruhi alam seperti: iklim,keadaan alam. Kekayaan
alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat
sambilan.
Dalam kamus sosiologi kata tradisional berasal dari bahasa Inggris,
Tradition artinya adat istiadat dan kepercayaan yang turun temurun dipelihara, dan
ada beberapa pendapat yang ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desai
itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain
diantara unsure-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standard
an pemeliharaan system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti
tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam
berpakaian, adat istiadat, kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang
mempunyai cirri yang jelas. Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 disebutkan
pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan NegaraKesatuan Repubik Indonesia.
Gambaran kondisi kehidupan masyarakat desa terlihat dalam kebudaya Batak
Toba seperti kebiasaan marhobas yaitu bentuk persaudaraan dan sikap tolong
Masyarakat senantiasa mengalami pergeseran, dan selalu berada pada
tataran sistem dari pergeseran. Sehubungan dengan itu, Fungsi dari suatu
masyarakat dalam kelompok juga tidak luput dari pergeseran. Namun yang
mengalami pergeseran bukan pada nilai pada sistem kekerabatan dalam arti
pergeseran pada tradisi sebenarnya. Pergeseran yang terjadi ialah fungsi dari
gelleng dan dongan saulaon sebagai parhobas pada saat acara pesta adat batak diadakan. Hal ini tergambar dari pernyataan informan yang bernama T. Sitinjak
(lk, 49 tahun) yang mengatakan :
“semenjak dulu selalunya parhobas datang
untuk mengerjakan persiapan pesta. Parhobas itu tugasnya gelleng dan dongan saulaon, marhobas itu sudah menjadi tanggung jawab gelleng dan dongan saulaon. Tetapi sekarang setelah catering ini jadi tak ada lagi parhobas kalo ada pesta. Semua sudah ditanggung jawabi par catering.tapi status boru dan dongan saulaon tetapnya ada tetapi kao ada pesta tugasnya sebagai parhobas itu gak ada lagi karena kan sudah ada catering”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Gultom (lk,60 tahun)
“Dulu memang parhobas itu selalu nya ada
samanya persiapan yang dilakukan di setiap acara pesta adat. Tapi sekarang parhobas itu udah gak pernah lagi dilakukan kalau ada pesta sejak ada catering ini. Kalo status gelleng dari paradaton adanya dan dongan saulaon tapi pekerjaan marhobas yang biasanya dikerjakan gelleng dan dongan saulaon itu sudah diambil alih sama catering. Sebenarnya jadi kurang lengkapnya sebenarnya kelihatannya pesta itu kalo tidak ada parhobasnya”.
(wawancara, agustus 2014)
Alfred ( Sztompka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh
dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu
yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus –menerus tiada henti. Diakui
bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat
dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya
tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Dalam setiap
perubahan ataupun pergeseran yang terjadi dalam masyarakat, ada proses yang
dilalui secara bertahap hingga pada akhirnya perubahan maupun pergeseran
tersebut dapat terlihat dan disadari secara jelas oleh pihak yang terlibat
didalamnya maupun masyarakat secara umum.
Jika dilihat dengan apa yang menjadi makna parhobas yang sebenarnya
solidaritas, di desa Sitinjak telah terjadi pergeseran makna parhobas dimana
sekarang tanggung jawab parhobas sudah diambil alih oleh catering seiring
dengan semakin modernya jaman.hal ini sesuai dengan pendapat informan D.
Sitink(lk, 60 tahun) menyatakan:
“kalo makna parhobas yang saya tahu dari orang tua jaman dahulu adalah bertujuan untuk memupuk sikap saling membantu, saling menolong sesame manusia apalagi ditempat tinggal yang sama, berasal dari satu opung. Dan marhobas ini diwariskan secara turun temurun”.
(wawancara, agustus 2014)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh V. Sitinjak (lk, 38 tahun) informan
ini mengatakan:
“Maknanya marhobas itu adalah saling membantuberbagi beban dengan sesama kalo ada acara adat. Ini adalah warisan dari nenek moyang dan harusnya tetap dipertahankan”.
(wawancara, agustus 2014)
Tidak jauh berbeda dengan kedua informan diatas M. Boru Sitinjak (pr,48
tahun)
seperti yang dilakukan para opung-opung jaman dulu yang pada akhirnya diwariskan kepada generasi penerus”.
(wawancara, agustus 2014).
Pergeseran fungsi parhobas yang dialami masyarakat tidak terjadi secara
mutlak dan dalam waktu yang singkat. Melainkan proses pergeseran tersebut
terjadi secara bertahap dan dalam waktu yang lama. Gambaran diatas diperoleh
dari nforman M. Sitinjak (lk,65 Tahun).
“ Sebenarnya pergeseran fungsi parhobas ini terjadi secara
perlahan-lahan nya. Itu bukan dalam waktu yang singkat terjadi. Sedikit demi sedikitnya prosesnta terjadi”.
(wawancara, agustus 2014).
Dari jaman dahulu, masyarakat sangat setia dalam marhobas, masyarakat
masih memahami dan mengerti apa fungsi dari parhobas, sehingga marhobas yang
dilakukan masyarakat sesuai dengan nilai yang terkandung dalam nilai budaya
Batak Toba. Kegiatan marhobas yang dilakukan pada setiap acara pesta adat
selalu sama tidak ada yang berubah. Seiring berjalannya waktu, pengaruh dari
dalam dan luar menghampiri keasrian budaya parhobas. Pekembangan jaman dan
teknologi seperti barang elektronik telah memepengaruhi pikiran masyarakat
untuk menciptakan suatu perubahan secara perlahan-lahan.
Awalnya perubahan tersebut hanya dilakukan oleh orang atau pihak-pihak
tertentu saja. Tetapi dengan interaksi rutin yang dilakukan dengan masyarakat
karena manusia yang memiliki sifat penasaran yang tinggi, maka timbul niat
untuk mencoba sampai pada akhirnya mereka menikmati apa yang mereka
lakukan. Dengan demikian, pergeseran telah terjadi secara perlahan-lahan. Hal ini
seperti dikatakan informan yang bernama J. Sitinjak (lk, 42 tahun).
“dulunya sikitnya orang memakai jasa catering ini. Paling -paling lah yang ekonominya lumayan karena kan awalnya orang mengira lebih banyak pengeluaran kalo catering.”
(wawancara, agustus 2014)
Pernyataan diatas diperkuat lagi oleh M. Sitinjak (lk, 50 tahun)
“dulu pertama-tama Cuma satu-satunya warga yang mau memakai jasa catering ini.tapi makin lama makin diperhatikan lebih simpel memakai jasa catering ini, jadi tidak terlalu repot. Akhirnya lama-lama makin berminat juga lah warga disini memakai catering.
(wawancara, agustus 2014)
4.5. Faktor Penyebab Pergeseran Fungsi Parhobas
Pergeseran senantiasa mewarnai kehidupan manusia. Pergeseran itu
sendiri tidak dapat ditahan kehadirannya, karena cepat atau lambat pergeseran itu
akan datang dengan sendirinnya. Terjadinya pergeseran budaya secara umum
Yang dimaksud secara eksternal adalah perubahan yang didorong oleh
terjadinya akulturasi budaya lokal dengan budaya luar. Semakin luasnya mobilitas
maka masyarakat secara tidak langsung akan memproses terjadinya interaksi antar
individu dengan latar budaya yang berbeda. Selanjutnya akan menghasilkan
individu yang berpikiran moderat dalam melakukan suatu aturan-aturan adat,
budaya, termasuk dalam menentukan fungsi parhobas dalam acara pesta adat
batak. Secara internal perubahan ini lebih didorong oleh semakin tingginya tingkat
pendidikan masyarakat yang membawa kesadaran baru dalam menyikapi hukum
adat dan budaya yang berlaku serta dapat dipatuhi oleh masyarakat.
Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa
perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian
baik itu dalam adat dan budaya, dimana perubahan-perubahan yang dimaksud
yaitu menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan
budaya tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang
terkandung didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan.
Dari semua sikap atau tindakan, itu merupakan penyesuaian yang terdapat dalam
nilai maupun makna tersendiri yang suatu keharusan bagi setiap kehidupan
bersama akan terikat pada keteraturan sikap yang tidaklah bersifat statis.
Penyesuaian disini adalah kesediaan individu untuk meyesuaikan dirinya ataupun
berubah secara alami sesuai dengan perubhan menurut waktu serta jaman.
Berikut ini akan dipaparkan faktor yang menjawab penyebab pergeseran
1. Penemuan baru dan kemajuan teknologi informasi
Teknologi merupakan hasil kreasi manusia yang ditujukan untuk
membantu atau mempermudah proses hidup dan kehidupan manusia. Namun
disisi lain teknologi juga membawa dampak negatif yang dapat mengancam
kehidupan manusia itu sendiri seperti hilangnya nilai-nilai atau ikatan sosial
masyarakat. Dampak teknologi dalam hal ini juga telah membawa akibat terhadap
hilangnya tradisi, peribadatan etnis Batak Toba. (Simanjuntak, B. 2001.
Pergeseran adat batak toba bagian I (online). (www.silaban.net. Diakses 12
agustus 2014, pukul 09.15).
Dengan ditemukannya catering sebagai cara baru dalam menyediakan makanan dan snack dalam acara pesta yang pada awalnya semua persiapan acara
pesta dilakukan dan dikerjakan parhobas beralih menjadi menggunakan jasa
catering. Adapun yang menjadi alasan mereka adalah lebih praktisnya jika menggunakan jasa catering karena semua bahan dan barang yang diperlukan untuk menjamu tamu undangan sudah disediakan pihak catering.
Hal diatas diungkapkan oleh informan kunci yang bernama M. Sitinjak
(lk,65 tahun). Berikut pernyataan informan :
diperlukan, menyiapkan bumbu untuk daging dan persiapan lainnya. Semenjak masyarakat disini sudah mengenal catering, mulailah masyarakat disini melihat-lihat daerah-daerah lain yang menggunakan jasa catering juga. Mereka melihat bagaimana catering bisa membantu dan mempermudah yang punya pesta dalam menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjamu para tamu undangan pesta. Tidak perlu repot lagi menjemput dang-dang dan alat masak lainnya sehari sebelum pesta karena pihak catering sudah membawa masakan yang sudah matang di hari pesta diadakan. Pihak yang sedang mengadakan pesta sangat terbantu dengan adanya jasa catering tersebut.”
(wawancara agustus 2014)
Hal senada juga diungkapkan oleh V. Sitinjak (lk,38 tahun):
“Kalo dulu setiap acara pesta adat khususnya
Itulah sebabnya masyarakat pun jadinya lebih memilih jasa catering terjadilah pergeseran fungsi parhobas itu sekarang karena sudah ada catering ini”.
(wawancara,agustus 2014).
Perkembangan teknologi dalam dunia informasi juga telah membawa
dampak negatif, selain dampak positifnya. Teknologi informasi yang dimaksud
disini adalah televisi. Munculnya televisi dalam kehidupan manusia tidak jarang
juga menghadirkan suatu efek sosial yatu perubahan nilai-nilai social dan budaya
suatu kelompok masyarakat. Televisi memberikan informasi sekaligus dengan
adanya penayangan gambar sehingga memudahkan penyerapan informasi
tersebut. Tidak jarang siaran-siaran dari televisi tersebut mempengaruhi pola piker
masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi tatanan kehidupan sosial mereka.
http:id.wikipedia.org/wiki/televise/ diakses pada tanggal 21 agustus,2014).
Adanya tayangan-tayangan yang disiarkan melalui televisi banyak
mempengaruhi pandangan dan pola pikir masyarakat desa Sitinjak, dan
budayanya sendiri. Informasi yang diperoleh melalui televisi membawa akibat
pada perilaku masyarakat desa Sitinjak, khususnya pada generasi mudanya.
Dampak perilaku tersebut yaitu dalam proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya
yang ditayangkan oleh televisi yang kemudian diterapkan dan dijadikan pedoman
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dari cara berpakaian, cara bergaul, cara
bertindak, dan sebagainya yang dapat diistilahkan dengan gaya hidup modern,
Sitinjak termasuk kebiasaan marhobas tanpa dibarengi dengan hal-hal yang baru setiap tahunnya merupakan hal yang ketinggalan jaman, atau dengan kata lain
kuno. Berikut merupakan pernyataan dari ibu M. boru Sitinjak (pr, 48 tahun):
dikerjakan. Karena udah semakin malas masyarakat disini marhobas makanya sekarang orang-orang disini jadi lebih memilih catering. Gaya hidup orang-orang dsini juga berubah karena pengaruh dari televise itu”.
(wawancara agustus 2014).
T.Gultom (lk, 50 tahun)
marhobas, jadi udah makin sombonglah masyarakat disini seperti yang di tipi-tipi itu”.
(wawancara agustus 2014).
2. Faktor ekonomi dan efisiensi waktu
Sebagian masyarakat desa Sitinjak sekarang ini menganggap bahwa parhobas
tidak lagi efisien karena memakan waktu yang lama dan juga memerlukan
persiapan biaya yang banyak. Masyarakat desa Sitinjak menganggap kebiasaan
marhobas tidak efisien lagi dengan kondisi masyarakat yang sekarang, yang menuntut segala pekerjaan harus dilakukan dengan cepat. Mereka lebih memilih
mengadakan kebiasaan marhobas dengan cara yang lebih sederhana dan mengerjakan segala sesuatunya dengan serba instan. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh salah satu informan yang bernama D. Sitinjak
(lk,60 tahun) infoman ini mengatakan:
“karena sulitnya mencari uang sekarang ini,
parhobas ini yang kesempatan dalam kesempitan yang sukak membawa persediaan pesta kerumahnya, misalnya gula yang disediakan untuk acara pesta besok diambil parhobas dan dibawa pulang kerumahnya kan terpaksa harus beli lagi, gitu juga daging tak jarang hilang dari dapur parhobas. Sekarang banyak orang yang menganggap marhobas itu hanya buang-buang waktu. Jadi sekarang ini sudah banyak orang yang yang menggunakan jasa catering untuk menghemat waktu dan biaya. Kalo udah di cateringkan kan jadi gak merepotkan waktu orang lain lagi, semua pekerjaan ditanggung jawabi oleh pihak catering jadi gak repot lagi. Dan mereka juga mengerjakannya gak di tempat pesta jadi sudah simpel kali jadinya”.
(wawancara agustus 2014)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh M. Sitinjak (lk,50 tahun)
“Kalo untuk sekarang ini udah banyak yang
marhobas.kalopun dibutuhkan hanya di hari H nya lah datang itupun