• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pergeseran Fungsi “Parhobas“ Dalam Acara Pesta Pada Sistem Kekerabatan Batak Toba. (Studi Deskriptif di Desa Sitinjak, Kec. Onan Runggu, Kab. Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pergeseran Fungsi “Parhobas“ Dalam Acara Pesta Pada Sistem Kekerabatan Batak Toba. (Studi Deskriptif di Desa Sitinjak, Kec. Onan Runggu, Kab. Samosir)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Modernisasi

Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya merupakan

bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan sosial (social

planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau negara yang sedang

mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada

pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat

berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern.

Adapun ciri-ciri modernitas menurut Kumar adalah:

 Individualisme

Yang memegang kekuasaan dalam masyrakat adalah individu, bukan

komunitas, suku, kelompok atau bangsa. Individu bebas dari posisi

tergantikan ; bebas dari tekanan kelompok; bebas berpindah dari kelompok

yang diinginkannya; bebas memilih keanggotaan kesatuan sosial;

bertanggunga jawab sandiri atas kesuksesan atau kegagalan dirinya.

 Diferensiasi

Maksudnya adalah munculnya spesialisasi, penyempitan defenisi

pekerjaan dan profesi, yang akan menyebabkan keragaman keterampilan,

kecakapan dan latihan .

 Rasionalitas artinya berperhitungan. Manajemen efisien atau rasional

(2)

Ekonomisme. Seluruh aspek sosial didomonasi oleh ke hidupan Ekonomi,

tujuan ekonomi, kriteri ekonomi, dan prestasi ekonomi. Masyarakat

moderen terutama memusatkan perhatian pada produksi, distribusi, dan

konsumsi barang dan jasa dan tentu saja pada uang sebagai ukuran umum

dan alat tukar.

Adapun dalam bidang kultur yang terjadi perubahan adalah

1. Sekulerisasi. Merosotnya arti penting keyakinan agama, kekuatan gaib,

nilai dan norma dan digantikan dengan gagasan dan aturan yang disahkan

oleh argumen dan pertimbangan “Duniawi”.

2. Peran sentral ilmu yang membuka jalan untuk mendapatkan pengetahuan

yang benar dan selanjutnya dimnfaatkan dalam bentuk teknologi atau

kegiatan produktif.

3. Demokratisasi pendidikan yang menjagkau lapisan penduduk yang makin

luas dan tingkat pendidikan yang makin tinggi.

4. Munculnya kultur massa. Produk estetika, kesusasteraan, dan artistik

berubah menjadi komoditi yang tersebar luas dipasar dan menarik semua

lapisan sosial.

Adapun fenomen yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Adanya pemisahan antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk bersantai

dan waktu untuk bersantai lebih baik.

2. Peningkatan konsumerisme. Kehidupan sehari-hari tertuju pada

pendapatan dan konsumsi barang yang dianggap sebagai simbol peran

(3)

2.2Faktor-Faktor Yang Mendorong Jalannya Proses Perubahan

Di dalam masyarakat dimana terjadi suatu proses perubahan, terdapat

faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Beberapa

diantaranya tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kontak dengan kebudayaan lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah

proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu-individu kepada

individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses

tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang

telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang

telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskann dan disebarkan pada

masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikmati

kegunaanya. Proses tersebut merupakan pendorong pertumbuhan suatu

kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan masyarakat

manusia.

b. System pendidikan formal yang maju

Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu.

Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam

membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara

berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat

berpikir secara objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai

apakah kebudayaan masyarakat akan dapat memenuhi

(4)

c. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang (deviation) yang bukan merupakan delik.

d. Ketidakpuasaan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

2.3. Kebudayaan Masyarakat Batak Toba

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville j.

Herskovits dan bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri. Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai

sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur social,

religious, dan lain-lain.

(http://averroess.or.id/2014/15/03/teori-interaksionisme-simbolik) diakses 15-3-2014 pkul 09.15.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, Kebudayaan

adalah sarana hasil karya, rasa,dan cipta masyarakat.

(http://averroess.or.id/2014/15/03/teori-interaksionisme-simbolik) diakses

15-3-2014 pkul 09.15.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,

sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan

perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

(5)

nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social,

religi,seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia

dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.1.1 Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu

pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan

dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Kebudayaan mencakup

segenap cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang

komunikatif.pada dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial

dapat diketahui dari adanya cirri-ciri tertentu yaitu sebagai berikut:

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap

masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau

secara cepat.

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu diikuti

perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau

bidang spiritual sajan karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan

timbale balik yang sangat kuat.

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan perubahan sosial dan

(6)

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk

Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan

dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa

ke kota atau dari daerah ke daerah lain.

b. Penemuan-penemuan baru

Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan dapat

dibedakan dalam pengertian discovery dan invention. Discovery adalah

penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun berupa

gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para

individu. Discovery baru invention kalau masyarakat sudah mengakui,

menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Proses tersebut meliputi suatu

penemuan baru, jalannyqa unsure kebudayaan baru yang tersebar kelain-lain

bagian masyarakat, dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima,

dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.

c. Pertentangan (conflict) masyarakat

Pertentangan masyarakat mungkin pula menjadi sebagai sebab terjadinya

perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi

antara individu dengan kelompok atau perantara kelompok perantara

(7)

2.4. Parhobas

Parhobas (bahasa batak) adalah pekerjaan pihak parboru untuk melayani

atau membantu dalam sebuah acara, biasanya dalam hal pembagian makanan,

beres2 atau bersih2 seperti nyuci piring, dan seksi sibuk lainnya. Dari

hirarki/status sosial Dalihan Natolu (Paranak, Parboru, Hula-Hula), maka wanita

yang sudah menikah di dalam keluarganya sendiri ia dan suaminya disebut

sebagai pihak parboru, sudah menjadi tugasnya untuk menjadi parhobas. Dongan

saulaon atau donagn sahuta (warga sekitar tempat tinggal) adalah termasuk

parhobas jika ada warga yang mengadakan pesta.

Parhobas adalah orang yang bertugas untuk mempersiapkan makanan

dalam pesta orang batak,dan yang melakukan pekerjaan ini adalah boru dan

dongan saulaon. Boru merupakan pihak perempuan atau anggota keluarga

perempuan yang sudah menikah.di dalam adat batak, gelleng atau boru hanya

memiliki kapasitas untuk marhobas. Sedangkan dongan saulaon adalah tetangga

atau masyarakat sekitar tempat tinggal. marhobas merupakan bentuk kontribusi

kursial seorang gelleng terhadap hula-hulanya.Hula-hula merupakan orang-orang

yang harus di hormati gelleng.saudara laki-laki yang sudah menikah disebut

hula-hula.sebut saja luhut,ia akan menikah. sehari menjelang pesta, parhobas sudah

sibuk mempersiapkan makanan untuk para hula-hula dan tamu undangan. Saudara

perempuan luhut yang sudah menikah, serta keturunannya, disebut gelleng, bibi

luhut, saudara perempuan ayahnya juga disebut gelleng. Suami kakak perempuan

luhut yang sudah menikah akan marhobas,begitu juga bibi luhut saudara

(8)

Para gelleng atau boru akan bekerja sama melayani hula-hula, dan tamu.

menyajikan makanan selezat mungkin merupakan misi dan visi para gelleng

dalam marhobas. nenek moyang orang batak zaman dahulu sudah memberi

mandat kepada para gelleng untuk selalu siap di dapur menyajikan makanan,

sehingga pada saat pesta adat orang batak pihak gelleng yang sudah menikah di

wajibkan untuk marhobas. marhobas sudah menjadi kodrat gelleng dan dongan

saulaon. Dalam marhobas para parhobas bertugas untuk memasak teh dan

nasi,sedangkan para laki-laki suami mereka dan anak-anak mereka yang sudah

menikah, akan bertugas untuk memotong daging dan memasaknya. untuk urusan

memasak daging adalah peran para lelaki karena konon katanya masakan para

lelaki batak di pesta lebih memiliki cita rasa yang khas dibandingkan

perempuan.Setelah para parhobas sudah selesai mempersiapkan makanan, mereka

akan melayani para tamu dan hula hula secara bersama-sama.mereka akan

membentuk barisan memanjang, lalu menjalakan piring yang berisi nasi, daging

dan sayuran dari satu tangan ke tangan yang lain,hingga sampai ke tangan

hula-hula dan tamu.

Jarak para hula-hula dan tamu dari tempat makanan cukup jauh,jadi

parhobas membentuk barisan seperti sebuah antrian untuk menyajikan makanan di

depan para hula-hula dan tamu.parhobas yang lainnya bertugas untuk menyajikan

air minum.dua orang atau lebih menempatkan cangkir di depan hula-hula dan

tamu, sedangkan seorang lagi bertugas untuk menuangkan minuman ke dalam

(9)

Dalam pesta orang batak semua makanan diatur dan dikontrol oleh

parhobas. Jadi para tamu tidak diperbolehkan mengambil makanan sembarangan.

Marhobas sudah menjadi kewajiban para gelleng dalam pesta adat atau pun

hajatan orang batak. Para gelleng harus mematuhi peraturan dan perintah para

hula-hula,jika tidak orang yang tidak punya adat akan dialamatkan pada

mereka.bagi orang orang batak, orang-orang yang tidak punya adat, akan

dilecehkan dan dikucilkan dalam komunitas kehidupan sosial mereka.

Marhobas merupakan kewajiban para perempuan,karena marhobas adalah

bentuk rasa hormat para gelleng terhadap hula-hulanya dan menghormati hula

hula sudah semacam kewajiban atau tradisi. Laki-laki sebagai penerus keturunan

dan marga lebih mendapatkan perlakuan istimewa dibandingkan

wanita.genderisasi antara pria dan wanita yang begitu mencolok adalah warisan

nenek moyang orang-orang batak zaman dulu, yang hingga kini budaya itu tetap

eksis. Para hula-hula akan menyalahkan para gelleng, apabila makanan tidak enak

atau ada tamu yang tidak kebagian makanan. Semua kekesalan akan bertumpu

pada parhobas. Parhobas tidak bisa membangkang dan melawan hula-hula, jika

parhobas berani melawan hula-hula, sangsi adat adalah taruhannya. Bagi sebagian

besar orang batak adat atau pun budaya adalah sesuatu bagian yang bersifat makro

dalam kehidupan mereka.orang orang batak memiliki resistensi pada sangsi

agama atau pun hukum, tapi mereka seperti tidak berdaya jika sudah di hadapkan

pada sanksi adat.

Sebagian besar kehidupan sosial masyarakat batak adalah menjalankan

(10)

tradisi. Semuanya masih dijalankan secara terstruktur dan sistematis. Orang-orang

batak yang berdomisili di pedesaan hampir delapan puluh persen hidupnya di

dedikasikan untuk adat atau pun budaya. Dominasi adat sangatlah kental dalam

kehidupan sosial masyarakat batak, karena setiap moment moment kusus sekecil

apa pun dalam kehidupan mereka, selalu menggunakan adat. Mulai dari

melahirkan, menikah, meninggal, bahkan orang yang sudah meninggal

berpulu-puluh tahun silam pun di buat acara adatnya. Marhobas dijadikan sebagai salah

satu indikator kongkrit dalam menilai rasa hormat dan kepatuhan gelleng terhadap

adat.

Diskriminasi pria dan wanita yang mencolok pada zaman dulu,

mengakibatkan munculnya aturan aturan yang dipatenkan dalam bentuk tradisi,

yang tidak berpihak kepada wanita. Seorang wanita yang sudah menikah, tidak

diperhitungkan dalam acara adat, mereka hanya berfungsi sebagai parhobas yang

mempersiapkan makanan. Seorang wanita tidak mendapatkan warisan harta

bergerak maupun harta tidak bergerak, karena wanita tidak bisa mewariskan

marga kepada orang tuanya. Wanita yang tidak memiliki saudara laki-laki, dalam

acara adat akan dianggap rendah. Seorang wanita yang tidak bisa memberikan

anak laki-laki pada suaminya dianggap mandul, karena tidak bisa memberikan

keturunan yang akan mewariskan marga suaminya.

Tradisi semacam itu masih melekat dalam kehidupan orang orang

batak,walau sekarang sudah lebih dinamis. Orang-orang batak adalah orang orang

yang konsisten dan fanatik dalam menjalankan tradisi. Acara-acara adat dan nilai

(11)

generasi. Marhobas adalah kodrat wanita batak,dan salah satu indikator kongkrit

dalam menilai rasa hormat seorang gelleng terhadap adat atau pun hula-hula.

Kompas.com/2011/08/13/parhobas-388522.html.

Hubungannya gotong-royong sebagai nilai budaya, Nilai itu dalam sistem

budaya orang Indonesia mengandung empat konsep, ialah :

1. Manusia itu tidak sendiri di dunia ini tetapi dikelilingi oleh komunitinya,

masyarakatnya dan alam semesta sekitarnya. Di dalam sistem makrokosmos

tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagai unsur kecil saja, yang ikut

terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang maha besar itu.

2. Dengan demikian, manusia pada hakekatnya tergantung dalam segala aspek

kehidupannya kepada sesamanya.

3. Karena itu, ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara

hubungan baik dengan sesamanya terdorong oleh jiwa sama rata sama rasa

4. Selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama

dengan sesamanya dalam komuniti, terdorong oleh jiwa sama tinggi sama

rendah. Adanya sistem nilai tersebut membuat gotong-royong senantiasa

dipertahankan dan diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga

gotong-royong akan selalu ada dalam berbagai bentuk yang disesuaikan

dengan kondisi budaya komunitas yang bersangkutan berada.

2.5. Interaki sosial dalam etnis Batak Toba

Etnis Batak berinteraksi menurut adat istiadat, pada etnis Batak Toba

Dalihan Na Tolu merupakan bentuk interaksi yang mengatur hubungan diantara

(12)

(patrilineal) dan diturunkan kepada keturunanya, dengan adanya marga hubungan

antara masyarakat batak semakin dekat.

Secara Harfiah dalihan na tolu berarti,tungku nan tiga”. Seumpama tungku

yang berkaki tiga yang harus menjaga keseimbangan kuali atau periuk yang

digunakan untuk menanak nasi diatasnya. tungku mempunyai fungsi yang sama

untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Lambang tiga tungku dalam sistem

Dalihan na tolu mengandung unsur hubungan kekeluargaan, kedekatankan

seseorang yang terdiri dari :

1. Dongan sabutuha (kawan semarga)

2. Hu-hula (kelompok pemberi istri)

3. Boru ( kelompok penerima istri )

Masing-masing unsur dalihan na tolu ini memiliki peran-peran yang

diperankan mereka dengan kedudukan mereka dalam adat. Kelompok dongan

sabutuha (kawan semarga) berkedudukan sebagai kelompok yang

bermusyawarah/ sebagai pembicara dalam suatu kegiatan adat. Dongan sabutuha

selalu diminta satu prinsip dalam melangkah pada setiap kehidupan masyarakat,

karena merupakan satu penyelenggara pesta, kesejahteraan bersama, satu

keturunan, satu perasaan malu. (sada hasuhuton, sada hagabeon, sada hailaon).

Dalam konteks pemahaman keagamaan dalihan na tolu, hula-hula itu

personifikasi keteladanan TUHAN Yang Maha Esa (Debata Mulajadi Na Bolon).

Perilaku, sifat dan keeladanan Tuhan dapat dilihat karena kepercayaan bahwa

(13)

Hula-la mewakili Debata sebagai penyampaian berkat dan penilaian adil terhadap

perkara yang tidak dapat diselesaikan dongan sabutuha dan boru.

Istilah Boru berfungsi sebagai bumbungan (alat penyanggah) jika ada

perselisihan dikalangan hula-hula, boru dapat berfungsi untuk menghindari

perselisihan agar kembali bersatu. Jadi dalam penyelanggaraan peradilan

persekutuan masyarakat boru berfungsi sebagai hakim/penghukum baru dapat

menghukum baru dapat menghukum hula-hula yang hanya mau dihormati tetapi

tidak tahu menghormati orang lain.

Hubungn boru, hula-hula merupakan kesatuan yang erat dan selalu dibina

keharmonisannya. Boru harus bersikap memuliakan hula-hula, ia harus

memperlakukannya dengan hormat, sebab hula-hula dapat memantulkan

kemuliaan kepada boru. Hula-hula sumber kekuatan adikodrati, daya hidup bagi

masing-masing boru. Boru memandang hula-hula sebagai orang yang dikaruniai

sahala, yaitu kekuasaan istimewa yang dianggap sebagai suatu daya yang dahsyat.

Sahala ini dapat memancarkan pengaruh yang berfaedah dan menyelamatkan

boru sehingga kekuasaan hula-hula menciptakan rasa takut dan hormat kepada

hula-hula.

Marga adalah merupakan simbol bahwa seseorang mempunyai hubungan

yang bagaimana dengan orang lain. Etnis Batak yang tergabung dalam satu marga

adalah saudara, atau mempunyai hubungan darah. Menuru sejarah etnis Batak,

bahwa marga itu dulunya adalah nama orang. Nama itu kemudian dijadikan marga

untuk mengetahui garis keturunan berikutnya.

Etnis Batak Toba melihat garis keturunan dari pihak laki-laki atau sistem

(14)

tertentu, terutama dalam merumuskan warisan marga dan penerusan keturunan,

dianggap sebagai pelindung nantinya dihari tua bagi kedua orang tua dan

penolong orang tua yang tidak mampu lagi menghidupi diri sendiri. Bagi etnis ini

yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai “orang Batak kesasar”

(nalilu).

Etnis Batak khususnya lelaki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal

nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan

tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturannya)

dalam suatu klan atau marga. Marga merupakan suatu identitas diri karena dengan

mengetahui marganya maka dengan sendirinya akan mengatur dirinya sendiri,

mengatur sikapnya, sikap perilakunya terhadap orang lain apakah dia

marhula-hula, apakah mardongan tubu, atau barboru. Berdasarkan keterangan diatas

jelaslah marga menyangkut segala segi kehihupan etnis Batak Toba.

Kesatuan marga dijamin oleh hubungan mereka dengan nenek moyangnya,

karena mempunyai satu nenek moyang merek merasa sebagai satu keluarga (in

group). Dalam berinteraksi denagn marga lain (out group), mereka yang satu

marga lebih mengutamakan kepentingan marga daripada kepentingan pribadi.

Dam berinteraksi setiap etnis Batak tidak pernh lepas dari adat karena salah satu

pertanda dari hidup manusia itu adalah adanya disiplin atau tata tertib yang diatur

oleh pikiran manusia itu sendiri. Adat dalah suatu cara pikir bangsa Indonesia,

dimana mereka membentuk dunianya.

Menurut Kusnu adat yaitu tatanan hidup rakyat Indonesia yang bersumber

pada rasa susilanya. Susila ini dimengerti dalam suatu konteks harmoni spiritual,

(15)

kebiasaan adat dijalankan sesuai dengan irama alam, yang kepadanya terikat suku

dan huta. Adat yang mengatur dengan kokoh segenap kehidupan serentak sebagai

rangkuman segala hukum.

Bentuk-bentuk pergaulan, penggarapan ladang dan sawah, pembangunan

rumah, perawatan orang sakit dan penguburan mayat, peperangan dan

perdamaian, permainan dan tari-tarian, perkawinan dan upacara kurban,

dipelihara, dilaksanakan dan diatur menurut adat. (Nainggolan,2006 :80 )

Adat merupakan suatu kewajiban yang sudah ada, adat adalah kuasa

penertib. Adat sumber hidup dan jalan menuju keselamatan. Maka orang yang

berbuat dan bertingkah laku tidak sesuai dengan adat tersebut na so mar adat

(orang yang hidup tidak sesuai dengan tatanan social) dan mereka terkurung

sacara social. Pelanggaran terhadap adat, misalnya perkawinan terlarang

membawa kutukan ilahi. Hal ini dipercaya bisa mengakibatkan kerugian ekonomi,

penyakit yang parah, mandul, memperoleh keturunan yang cacat bahkan

kematian. Besarnya hukuman tergantung beratnya pelanggaran terhadap adat.

Pada prinsipnya adat berakar pada religi purba. Adat datang dari Debata

yang kemudian diturunkan kepada nenek oyang. Adat mengikat orang hidup

dengan nenek oyang dan keturunan mereka hidup sesuai aturan adat yann telah

diturunkan kepada nenek moyang. Adriani mengatakan adat bgi orang-orag

Indones adalah jalannya dunia itu sendiri seperti yang diatur dan dipelihara nenek

moyang, sehingga setiap orang yang bermaksud mengadakan

perubahan-perubahan, melibatkan diri dalam suatu pertentangan dengan para nenek moyang.

(16)

Adat itu menjamin keseimbangan keseimbangan harmonis antara kekuatan

dalam mikrokosmos dengan ketertiban makrokosmos. Harmoni kekuatan itu

membawa hasil, yaitu mempertahankan atau menaikkan kekuatan hidup manusia,

hidup ternak dan ladangnya sebagaimana diharapkan. Karena adat berpengaruh

sangat kuat, mengandung rahmat dan hukuman serta merupakan sikap hidup etnis

Batak Tobauntuk memandang dunianya maka adat bersifat mutlak baiarpun

etnisBatak Toba sudah menjadi Kristen atau islam, terpelajar atau merantau,

mereka tetap mengahargai dan melaksanakan adatnya.

2.6. Kelompok Sosial

Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di

dalamnya. Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau

lebih individu yang telah mengadakan interakasi sosial yang cukup intensif dan

teratur sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur

dan norma-norma tertentu. (Santoso, 2004 :47).

Dalam bukunya Modern Society dari Jhon Biesanz mengemukakakan

defenisi kelompok sosial sebagai berikut: suatu kelompok adalah suatu

pengumpulan dari dua atau lebih orang atau individu yang:

1. Mungkin atau tidak mungkin mengadakan kontak dengan orang lain tetapi

dia sadar akan keanggotaanya bersama dengan kelompok.

2. Interaksi yang sesuai dengan norma-norma yang saling diterima, yang

menentukan perilakunya dan yang membedakan anggota-anggota dari

(17)

3. Disusun atau tersusun disekeliling satu atau lebih dari kepentingan

bersama atau kegiatan bersama.

4. Disatukan oleh solidaritas yang emosional (a sense of emotional

solidarity).

Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang

hidup bersama oleh karena adanya hubungan diantara mereka. Hubung diantara

mereka, hubungan tersebut antara lain menyangkut timbal balik yang saling

mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. (Santoso

2004:67).

Adapun prasyarat kelompok sosial adalah

1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan

sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain.

3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota

kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor

tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi

yang sama dan lain-lain.

Klasifikasi kelompok yang lainnya in-group dan out-group yang

diperkenalkan oleh W. G. Summer. Menuru Zanden in-group adalah kelompok

yang mana kita mengidentifikasi diri kita dan merasa menjadi milik dari

kelompok tersebut. Sedangkan out-group adalah kelompok dimana kita

mengidentifikasi diri kita dan tidak merasa memiliki kelompok tersebut. Dengan

(18)

(in-group) dan kelompok mereka (they-(in-group) atau kelompok luar (out-(in-group). (

Soekanto, 2007: 166).

Menurut Summer pada in-group terdapat persahabatan, kerja sama,

keteraturan dan kedamaian. Sementara dilain pihak hubungan yang terjadi antara

in-group ditandai oleh kebencian, permusuhan, perng dan perampokan. Tidak sikit

pula hubungan antara in-group dengan out-group ditandai oleh kerja sama dan

kedamaian. Sikap-sikap kebencian dan permusuhan yang berkembang ini

biasanya menunjukkan adanya etnosentrisme dan chaivinisme. Contoh-contoh

hubungan sosiaal antar un-group dan out-group yang mencerminkan

etnosentrisme banyak kita jumpai di masyarakat, seperti ubungan sosial antara

pribumi dan non pribumi, antara anggota sekte agama yang satu dengan sekte

agama yang lainnya. (Sunarto, 2004: 134-135).

Perbedaan antara in-gropu dan out-group terletak pada pembatas yang

berupa garis demarkasi sosial yang menjelaskan dimana interaksi sosial dimulai

dan dimana berakhir. Pembatas keolmpok ini didasarkan pada lokasi teritorial

(kebertetanggan, komunitas, kebangsaan/negara), etnisitas, kepercayaan/agama,

politik, pekerjaan, bahasa, kekerabatan, atau kelas sosial-ekonomi. Pembatas

sosial itu sendiri mempunyai dua peranan. ( Sunarto. 2004: 134-135) yaitu:

a. Mencegah outsider (orang luar) memesuki ‘wilayah’ kelompok.

Sehubungan dengan hal ini maka, misalnya dalam sistem kasta.

Orang dari kasta sudra tidak mungkin menjadi anggota kasta

Brahmana.

b. Mempertahankan insider dalam ‘wilayah’nya melalui sistem

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian sistem secara keseluruhan telah sesuai dengan sistem yang diinginkan yaitu security sistem dapat bekerja dalam satu sistem yang terintegrasi,

Dari proses belajar yang dilakukan pada awal pertemuan sampai dengan pertemuan keempat dapat disimpulkan bahwa penerapan STAD kolaborasi edmodo dapat

Pengambilan Data Sarang Orangutan. Kotoran Orangutan

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan dan permasalahan tersebut maka dapat ditarik rumusan masalah bahwa menentukan kebutuhan bayi bahkan kesehatan dan kondisi

Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berbantuan edmodo terhadap hasil belajar siswa pada mata

Mengacu pada penelitian tersebut, peneliti membuat sistem deteksi adanya cacat pada kayu menggunakan citra HSV, deteksi tepi SUSAN, ekstraksi ciri statistik, dan metode

asbestos/chrysotile, jika tidak sesuai maka bahan baku semen dikembalikan ke supplier dan jika bahan baku sesuai maka Bagian Gudang mencetak Tanda Terima Barang

Dari grafik lama waktu penyelesaian KTI mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan tingkat akhir di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil dengan presentase