• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Simbol Peralatan atau Perlengkapan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2. Bentuk Simbol Pada Upacara Adat Erpangir Ku Lau

4.2.1. Bentuk Simbol Peralatan atau Perlengkapan

1. Piso Tumbuk Lada

Dok.foto novendri dadik 2017

Pisau yang digunakan dalam upacara adat Erpangir Ku Lau adalah pisau khusus yang biasa di sebut piso tumbuk lada oleh etnik Karo. Pisau ini memilki beberapa motif ukiran pada gagang pisau atau pada pangkal pisau antara lain (1) ukiran pucuk merbung, (2) ukiran cekili kambing, (3) ukiran pakau-pakau, (4) ukiran pantil manggis, (5) ukiran desa siwaluh, (6) lukisan tonggal.

Dalam pembuatan Piso tumbuk lada diperlukan berbagai bahan antar lain: besi dari 5 kerajaan, tanduk kerbau atau gading gajah, kayu lemak sawa, kayu petarum, emas atau perak atau swasa. Pada upacara adat Erpangir Ku Lau simbol pisau tumbuk lada biasa digunakan untuk memotong ayam yang akan menjadi sesajen dan mengiris jeruk yang akan dipakai untuk berpangir.

Etnik Karo memiliki cara yang unik dalam menentukan pemilik dari pisau tersebut yaitu : (1) dengan mengukur panjang pisau mulai dari pangkal besi hingga ke ujung pisau menggunkan ibu jari, (2) menantikan pentunjuk lewat mimpi dengan membawa pisau tersebut ketika tidur. Jika mendapat mimpi baik maka pisau tersebut dapat dikatakan serasi atau cocok. Kedua cara itu juga tidak terlepas dari arahan atau bimbingan seorang guru/dukun.

2. Kampil.

Dok.foto novendri dadik 2017.

Kampil adalah kantung anyaman berwarna putih atau dalam bahasa etnik Karo disebut dengan mbentar berbentuk segi empat dengan motif gerga Karo, Kampil pada umumnya di pakai oleh kaum wanita etnik Karo sebagai tempat sirih dan kelengkapannya seperti kapur sirih, tembakau, gambir dan pinang. Kampil juga sering dipakai pada upacara – upacara adat etnik Karo salah satunya upacara adat Erpangir Ku Lau.

Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau kampil juga digunakan sebagai tempat sirih beserta perlengkapannya. Kampil juga digunakan sebagai tempat untuk meletakan sesajen yang akan diberikan kepada tendi (roh penunggu) yang ada disekitar tempat Erpangir Ku Lau dilaksanakan. Nantinya kampil yang sudah di isi dengan belo (sirih) atau dengan cibal-cibalen akan ditekan di pinggir atau disamping didekat tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

3. Bulung Galuh

Dok.foto novendri dadik 2017

Bulung galuh merupakan bahasa etnik Karo yang berarti daun pisang. Bulung galuh yang di pakai pada upacara adat Erpangir Ku Lau adalah daun pisang muda yang masih berwarna hijau lalu dipotong bagian pangkalnya dan diambil ujung nya. Daun pisang ini akan diletakan disekitar tempat dilakukannya Erpangir Ku Lau. Daun pisang digunakan sebagai alas untuk meletakan sesajen yang akan diberikan kepada kepada tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

Bulung galuh akan diletakan secara berlapis sebanyak 7 lapis nantinya sesajen yang akan diberikan kepara tendi akan disusun rapi diatas bulung galuh tersebut.

4. Penguras.

Dok.foto novendri dadik 2017

Penguras adalah sebuah ramuan yang terdiri dari beberapa bahan rempah-rempah yang akan di campurkan menjadi satu dengan air. Rempah-rempah yang digunakan untuk membuat ramuan penguras ini antara lain: (1) kunyit, 2) ketumbar, (3) lada, (4) bawang mbentar, (5) garam. Nantinya ramuan penguras ini akan dicampur atau disatukan dalam satu wadah dengan rimo mungkur yang sudah diiris.

wadah yang dipakai biasanya adalah mangkuk mbentar yang berukuran besar.

Setelah disatukan didalam satu wadah air hasil campuran antara penguras dengan rimo mungkur akan digunakan sebagai air untuk melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau.

5. Mangkuk Mbentar.

Dok.foto novendri dadik 2017

Mangkuk mbentar pada etnik Karo berarti mangkuk yang berwarna putih. Mangkuk mbentar yang digunakan adalah mangkuk berbahan keramik yang berwarna putih polos tanpa ada corak dibagian dalam ataupun luar mangkuk. Pada upacara adat Erpangir ku Lau mangkuk mbentar digunakan sebagai wadah minyak air mata duyung yang dipercaya oleh etnik Karo dapat mengundang tendi yang ada disekitar

tempat dilakukannya Erpangir Ku Lau agar berkenan datang ke tempat tersebut.

mangkuk mbentar juga digunakan sebagai wadah air yang akan digunakan untuk berkeramas pada upacara adat Erpangir Ku Lau.

6. Dagangen

Dok.foto novendri dadik 2017

Dagangen yang berarti kain putih pada bahasa etnik karo adalah kain yang berwarna putih polos tanpa corak berbentuk persegi panjang. dagangen ini biasa di pakai pada upacara religi kepercayaan etnik Karo sebagai alas meletakan cibal-cibalen dan juga sebagai penutup kepala yang digunakan oleh penganut kepercayaan tradisional etnik Karo (pemena).

Sama hal dengan penjelasan diatas pada upacara adat Erpangir Ku Lau dagangen juga digunakan sebagai alas untuk meletakan cibal-cibalen yang akan diberikan kepada tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

dagangen akan disusun rapi disekitar tempat dilakukannya upacara adat tersebut.

Dok.foto novendri dadik 2017

Pada upacara adat Erpangir Ku Lau selain digunakan sebagai alas. dagangen) juga digunakan sebagai penutup kepala oleh etnik Karo yang menganut kepercayaan tradisional (pemena).

7. Amak Mbentar

Dok.foto novendri dadik 2017

Amak Mbentar adalah tikar berwarna putih dan biasanya terbuat dari anyaman pandan, amak mbentar memiliki beberapa ukuran tergantung dengan kegunaannya.

Pada upcara adat etnik Karo biasanya amak mbentar digunakan sebagai alas duduk atau sebagai pembuka dimulainya upacara adat.

Pada tahap persiapan untuk melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau amak mbentar akan diikat bersama dengan kampil yang sudah diisi beras dengan menggunkan dagangen.

Amak mbentar digunakan sebagai pembuka upacara adat Erpangir Ku Lau dengan cara memberikan amak mbentar yang sudah diikat bersama dengan kampil kepada guru/dukun yang membimbing upacara adat Erpangir Ku Lau. Nantinya amak mbentar inilah yang akan digunakan guru/dukun sebagai alas duduk selama membimbing upacara adat Erpangir Ku Lau dari awal hingga selesai.

Amak mbentar juga diberikan kepada kalimbubu yang melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau. Sama halnya dengan guru/dukun amak mbentar juga akan digunakan sebagai alas duduk untuk kalimbubu selama upacara adat Erpangir Ku Lau dilakukan.

8. Minyak Air Mata Duyung.

Dok.foto novendri dadik 2017

Minyak air mata duyung merupakan sejenis minyak wangi yang sama seperti minyak wangi pada umumnya namum memiliki bahan yang berbeda, minyak air mata duyung biasanya dipakai oleh guru-guru atau dukun pada ritual kepercayaan yang mereka percaya.

Pada upacara adat Erpangir Ku Lau minyak air mata duyung digunakan sebagai pengharum atau wewangian. Etnik Karo percaya aroma wangi dari minyak air mata duyung ini dapat mengundang tendi yang ada disekitar tempat dilaksanakannya upacara adat Erpangir Ku Lau untuk datang ke tempat upacara adat Erpangi Ku Lau dilaksanakan. Nantinya minyak air mata duyung ini akan dicipratkan keseluruh peralatan ataupun sesajen yang akan digunakan dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau. hal bermaksud agar aroma wangi dari minyak air mata duyung ini melekat pada peralatan ataupun sesajen yang akan dipakai.

9. Kumenen.

Dok.foto novendri dadik 2017

Kumenen adalah getah pohon kemenyan yang diambil dengan cara menggoreskan batang pohon kemenyan hingga mengeluarkan getah, getah pohon kemenyan ini akan mengeras dan membentuk kristal, kristal-kristal getah inilah yang akan di bakar hingga mengeluarkan asap yang memiliki aroma dari getah kemenyan tersebut.

Kumenen biasanya dipakai pada ritual-ritual kepercayaan. sama halnya dengan minyak air mata duyung aroma dari asap kumenen juga dipercaya oleh etnik Karo dapat mengundang tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

Berbeda dengan minyak air mata duyung yang dicipratkan. Kumenen yang sudah dibakar hingga mengeluarkan asap akan dibawa berkeliling dan didekatkan keseluruh peralatan atau sesajen yang akan di pakai dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau. Hal bermaksud agar aroma dari asap kumenen dapat melekat keseluruh peralatan dan sesajen yang akan dipakai dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau.

10. Beras Piher.

Dok.foto novendri dadik 2017

Beras piher sering dipakai dalam berbagai upacara adat etnik Karo salah satunya upacara adat Erpangir Ku Lau. Beras Piher yang dipakai dalam upacara adat Erpangi Ku Lau adalah beras dan telur ayam kampung yang diletakan didalam kampil.

Beras piher akan diberikan kepada guru/dukun yang membimbing upacara adat Erpangir Ku Lau. Setelah selesai menari beras nantinya akan dihamburkan keatas

sebagai bentuk penyambutan kepada tendi yang telah datang di tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

4.2.2 Bentuk Simbol Cibal-cibalen dan Makanan.

1. Cimpa.

Dok.foto novendri dadik 2017

Cimpa adalah makanan khas etnik Karo yang sering digunakan pada upacara adat etnik Karo, Cimpa terbuat dari ketan dan gula merah ada 7 jenis Cimpa yang di gunakan pada upacara adat Erpangir Ku Lau antara lain : (1) Cimpa lepat, (2) Cimpa unung-unung, (3) Cimpa tuang, (4) Cimpa gulamai, (5) Cimpa pustaka, (6) Cimpa rambai rambai, (7) Cimpa Matah.

Perbedaan dari ketujuh Cimpa tersebut terletak pada proses pembuatan dan bentuknya. Cimpa-cimpa tersebut digunakan sebagai cibal-cibalen yang nantinya akan diletakan disekitar tempat dilakukannya Erpangir Ku Lau. Pada akhir pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau ke tujuh jenis cimpa yang digunakan sebagai cibal-cibalen akan menjadi santapan yang akan dimakan bersama oleh si pelaku bersama dengan seluruh peserta upacara adat Erpangir Ku Lau.

2. Rimo.

Dok.foto novendri dadik 2017

Jeruk dalam bahasa bahasa Karo disebut Rimo. Rimo mengambil peran penting pada upacara adat Erpangir Ku Lau. terdapat 7 jenis rimo yang dipakai atau digunakan antara lain rimo mungkur, rimo malem, rimo kejaren, rimo bunga, rimo keling, rimo kelele, rimo gawang.

Pada upacara adat Erpangir Ku Lau terdapat perbedaan dalam menggunakan rimo.

Enam jenis rimo digunakan sebagai cibal-cibalen yang akan diberikan kepada tendi.

Ke enam rimo akan diletakan bersamaan dengan cibal-cibalen lainnya disekitar tempat yang menjadi sumber air. Dan yang satu yaitu rimo mungkur merupakan bahan pokok yang akan dicampurkan dengan air bersama dengan penguras. Nantinya air dari campuran ini yang akan dipakai si pelaku untuk berkeramas.

Rimo mungkur yang akan digunakan untuk berkeramas akan diukir berbentuk bintang 7 atau bintang 9 pada bagian atas dan bawah rimo mungkur. Setelah diukir rimo mungkur akan diiris menjadi potongan kecil dan akan dicampurkan dengan air bersama dengan penguras

. .

Dok.foto novendri dadik 2017

3. Belo (Sirih).

Dok.foto novendri dadik 2017

Belo adalah daun dari pohon sirih. Belo biasanya dipakai kaum wanita etnik Karo sebagai bahan untuk dikonsumsi dengan beberapa bahan pelengkap yaitu kapur sirih, gambir, tembakau, buah pinang. Belo juga sering dipakai pada upcara adat atau ritual kepercayaan tradisional etnik Karo namun pada umumnya belo dipakai untuk bahan konsumsi sehari-hari oleh perempuan etnik Karo. etnik Karo percaya dengan mengkonsumsi sirih dapat memperkuat gigi sekaligus untuk kesehatan.

Upacara adat Erpangir Ku Lau juga menggunakan belo sebagai salah satu cibal-cibalen yang akan diberikan kepada tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Belo yang digunakan berjumlah ganjil antara 9 atau 11 lembar. Belo diletakan bersama dengan isap dan cibal-cibalen lainnya beserta dengan perlengkapannya yaitu gambir, tembakau, pinang yang telah dibelah, dan kapur sirih.

4. Galuh Emas.

Dok.foto novendri dadik 2017

Galuh Emas pada bahasa etni karo berarti pisang emas. Galuh emas memiliki bentuk seperti pisang pada umunnya namun memiliki rasa yang lebih manis. etnik Karo sering menggunakan Galuh emas dalam berbagai upacara atau ritual adat sebagai cibal-cibalen yang diberikan kepada tendi atau sebagai bahan makanan yang akan di makan bersama.

Pada upacara adat Erpangir Ku Lau galuh emas juga digunakan sebagai cibal-cibalen. Galuh emas akan diletakan diatas dagangen bersama dengan cibal-cibalen lainnya.

5. Tinaruh Manuk (Telur Ayam).

Dok.foto novendri dadik 2017

Tinaruh manuk adalah bahasa etnik Karo yang berarti telut ayam. Telur ayam banyak digunakan masyarakat pada umunya sebagai bahan makanan atau sebagai media ritual kepercayaan. Sama dengan masyarakat pada umunya etnik Karo juga demikian namun yang digunakan oleh etnik Karo bukan telur ayam yang biasa dijumpai melainkan etnik Karo menggunakan terlur ayam kampung. Bentuk telur ayam kampung relatif sama dengan telur ayam lainnya namun memiliki ukuran dan warna

yang berbeda. Telur ayam kampung memiliki ukuran yang lebih kecil dan berwarna mbentar polos.

Telur ayam kampung banyak digunakan dalam berbagai upacara atau ritual adat etnik Karo dengan fungsi sebagai sesajen. Sama halnya dengan itu pada upacara adat Erpangir Ku Lau telur ayam kampung juga digunakan oleh etnik karo sebagai sesajen. Telur ayam kampung juga digunakan sebagai bahan dari beras piher dengan cara memasukan telur ayam kampung bersama dengan beras kedalam kampil.

6. Isap.

Dok.foto novendri dadik 2017

Pada upacara adat etnik Karo isap digunakan sebagai simbol penghormatan. Dalam kehidupan etnik Karo isap biasanya dibuat dengan bahan daun nipah kering dan tembakau namun seiring perkembangan zaman rokok dengan bahan seperti itu sudah semakin sulit dicari sehingga etnik Karo menggantinya dengan menggunakan rokok-rokok buatan pabrik yang lebih mudah untuk didapatkan.

Etnik Karo percaya bahwa tendi menyukai isap sehingga isap juga digunakan sebagai salah satu cibal-cibalen pada upacara adat Erpangir Ku Lau. Isap akan

diletakan berdampingan dengan belo dan sebagian akan dibakar atau dihidupkan dengan sebatang kayu kecil yang akan menjepit isap tersebut dan akan ditancapkan di dekat belo.

7. Manuk sangkepi.

Dok.foto novendri dadik 2017

Manuk sangkepi adalah makanan khas yang sering dipakai di berbagai upacara adat etnik Karo. Manuk sangkepi adalah ayam kampung yang sudah disembelih dan dibuang bulunya lalu di potong menjadi 6 bagian adapun bagian-bagiannya adalah tenten (dada), gurung ras takalna (punggung dan kepala), nahe terus ku paha (kaki sampai ke paha), kabeng (sayap), ate (hati), dan belalang ras tukana (ampela dan usus) ke 6 bagian itu lalu di masak dan dihidangkan.

Cara menghidangkan manuk sangkepi berbeda dengan masakan lainnya manuk sangkepi dihidangkan diatas piring dengan menyusun ulang bagian-bagian ayam yang sudah dipotong-potong menjadi seperti ayam yang masih hidup.

Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau manuk sangkepi digunakan sebagai cibal-cibalen dan juga sebagai makanan yang akan dimakan bersama oleh si pelaku dan guru/dukun pada tahap akhir pelaksaan upacara adat Erpangir Ku Lau. Manuk sangkepi akan dihidakan bersama dengan cibal-cibalen lainnya , Manuk Sangkepi

diletakan diatas dagangen yang telah disusun didekat tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

8. Manuk Mbentar.

Dok.foto novendri dadik 2017

Manuk mbentar merupakan bahasa etnik Karo yang berarti ayam putih. Manuk mbentar yang digunakan pada upcara adat etnik Karo adalah ayam jantan yang memiliki bulu berwarna putih disekujur tubuh tanpa ada corak warna lain.

Manuk mbentar juga digunakan sebagai cibal-cibalen pada upacara adat Erpangir Ku Lau. Berbeda dengan cibal-cibalen lainya yang dihidangkan atau diletakan didekat tempat dilakukannya upacar adat Erpangir Ku Lau. Manuk mbentar nantinya akan dilepaskan ketika si pelaku telah selesai menyampaikan maksud dan tujuan dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Etnik Karo percaya dengan melepaskan manuk mbentar kesialan atau penyakit yang menimpa si pelaku akan ikut bersama dengan manuk mbentar tersebut. sehingga si pelaku akan terbebas dari kesialan atau penyakit yang menimpanya.

4.2.3 Bentuk Simbol Penanda Status.

1. Kalimbubu.

Kalimbubu adalah pihak keluarga yang memberikan istri dalam konteks ini adalah marga dari ayah istri atau marga dari ibu pengantin laki-laki. Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau, kalimbubu memiliki peran sebagai pendamping juga sebagai pemberi nasihat kepada si pelaku dengan harapan agar kehidupan si pelaku akan lebih baik.

2. Senina.

Senina adalah kelompok keluarga yang diambil berdasarkan tutur marga yang sama baik keluarga jauh maupun keluarga kandung. Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau senina mengambil peran sebagai pihak yang menjaga keamanan serta kelancaran pada saat upacara adat Erpangir Ku Lau dilaksanakan.

3. Anak beru

Anak beru adalah pihak yang mengambil istri dari suatu keluarga atau dalam hal pernikahan anak beru adalah pihak laki-laki. Dalam kehidupan etnik Karo anak beru juga disebut sebagai hakim moral. Di mana ketika terjadi perselisihan didalam keluarga kalimbubu. Maka anak beru yang akan menjadi penengah atau yang akan mendamaikan perselisihan tersebut.

Peran anak beru dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau adalah sebagai pihak yang mempersiapkan segala keperluan yang di perlukan untuk melaksanakan upacara adat Erpangir Ku Lau sehingga upacara adat Erpangir Ku Lau dapat berjalan dengan lancar.

4.2.4 Bentuk Simbol Waktu.

1. Belah Purnama Raya (14 Hari Bulan).

Tanggal Hari Deskripsi

1 Aditia Upacara adat Erpangir Ku Lau biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu yang disebut dengan hari baik. Hari baik dalam sepuluh), (4) hari ke 12 (beras pati tangkep), (5) hari ke 13 (cukera dudu), (6) hari ke 14 (belah purnama raya), (7) hari ke 17 (nggara enggo), (8) hari ke 22 ( aditia turun), (9) hari ke 24 (nggara simbelin).

Hari-hari tersebut diatas dipercaya oleh etnik Karo sebagai hari yang baik untuk melaksanakan upacara adat Erpangir Ku Lau berdasarkan dengan alasan atau niat sipekalu dalam melakukan upacara adat Erpangir Ku

Bedasarkan simbol waktu yang berjumlah 30 pada bagan 1 (satu) diatas maka seluruh adat etnik Karo ditentukan sesuai dengan hari baik. Menentukan hari baik dalam etnik Karo disebut niktik wari sitelu puluh. Dalam konteks Erpangir Ku Lau maka penentuan niktik wari dilaksanakan oleh guru mbelin dengan melihat perkembangan bulan dari hari ke hari.

Pembagian hari (wari) dalam satu bulan (paka) didasarkan pada umur bulan. ada 4 cara yang

digunakan dalam melakukan niktik wari yaitu (1) Ngarak Ngarak Bulan, (2) Bulan Pemakan, (3) Arah Batu Keling, (4) Pucuk Tengiang.

Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau dengan alasan mengucap syukur kepada Dibata. hari ke 14 dalam sistem penanggalan etnik Karo atau yang disebut hari belah purnama raya adalah hari yang baik untuk melakukan upacara adat tersebut.

4.2.5 Bentuk Simbol Tarian.

Terdapat empat Tarian yang akan digunakan atau dilakukan pada uacara adat Erpangir Ku Lau yaitu (1) tari pengari-ngari, (2) tari mari-mari, (3) tari odak-odak, (4) tari silengguri. keempat tarian ini merupakan simbol yang melambangkan undangan, pengiring juga penyambuatan kepada tendi yang ada disekitar lokasi upacara adat tersebut agar tendi berkenan untuk datang dan berkmuniakasi kepada si pelaku. Tidak terdapaat perbedaan pada gerakaan atau bentuk di keempat tarian tersebut yang menjadi perbedaan pada keempat tarian tersebut adalah cepat lambatnya gerakan pada saat melakukan tarian tersebut atau yang disebut dengan tempo.

Gerakan dari keempat tarian ini akan berangsung-angsur menjadi cepat sesauai dengan urutan tarian dimana Tari pengari-ngari merupakan tarian yang memiliki tempo paling lambat atau gerakan yang paling lambat dan dilanjukan dengan tari mari-mari yang memiliki tempo sedikit lebih cepat dari tarian sebelumnya perubahan tempo ini akan berlangsung sampai pada tahap tarian terakhir yaitu tari silengguri.

Dimana tari silengguri ini merupakan tarian yang terkahir dan merupakan tarian

yang memiliki tempo atau gerakan paling cepat dari tarian-tarian sebelumnya. Pada saat melakukan tarian inilah tendi akan merasuki tubuh guru/dukun dan akan melakukan komunikasi dengan si pelaku.

Keempat tarian akan dilakukan oleh guru/dukun dan si pelaku pada saat setelah melakukan keramas pada upacara adat Erpangir Ku Lau dengan maksud untuk mengundang tendi agar berkenan datang dan berkomunikasi.

4.3 Fungsi Simbol Pada Upacara Adat Erpangir Ku Lau.

Secara pragmatis fungsi simbol verbal dan non verbal merupakan pemakaian bahasa dalam konteks dan situasi yang sebenarnya (Leech, 1993: 161). Untuk menganalisis fungsi simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau pada etnik Karo skripsi ini merujuk pada pendapat Leech (1993: 162) yang menyatakan bahwa fungsi-fungsi bahasa terdiri atas (1) ekspresif, (2) direktif, (3) komisif, (4) representatif, (5) deklaratif. Di mana etnik Karo juga memberikan pesan pada setiap simbol yang dipakai dalam upacara adat berdasarkan fungsi yang diberikan atau yang dipercaya oleh etnik Karo dalam kehidupannya.

Berdasarkan kelima konsep diatas maka dilakukan analisis terhadap fungsi simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau. Adapun fungsi simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau diuraikan sebagai berikut :

No Bentuk Simbol FUNGSI

26. tari silengguri

Berdasarkan pada bagan 2 (dua) diatas maka deskripsi fungsi simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau diuraikan sebagai berikut :

4.3.1 Fungsi Simbol Peralatan atau Perlengkapan 1. Piso Tumbuk Lada

Dalam kehidupan etnik Karo piso tumbuk lada digunakan sebagai senjata sekaligus sarana pengobatan. Berbeda dengan senjata lainnya piso tumbuk lada memiliki cara khusus dalam menentukan pemiliknya sehingga tidak sembarang orang dari etnik Karo yang dapat memiliki senjata tersebut.

Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau piso tumbuk lada merupakan simbol

Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau piso tumbuk lada merupakan simbol

Dokumen terkait