• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara dalam pengolahan data, fakta atau fenomena yang sifatnya mentah dan belum dianalisis. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sehingga menjadi data yang cermat, akurat dan ilmiah.

Metode analisis data juga merupakan proses pengaturan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dari suatu uraian dasar.

Pada dasarnya analisis adalah kegiatann untuk memanfaatkan data sehingga data diperoleh untuk mendapatkan kebenaran yang diperlukan dalam pengolahan hasil penelitian. Dimana dalam penelitian diperlukan imajinasi dan kreatifitas sehingga dapat diuji kemampuan peneliti dalam mengkaji sesuatu.

Dalam penelitian ini data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Fokus penelitian ini adalah makna simbolis yang terkandung dalam upacara adat Erpangir Ku Lau pada etnik Karo. Makna simbolis dapat diketahui dari orang-orang yang mengetahui seluk beluk mengenai upacara tersebut. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan analisis semiotika.

Adapun langkah-langkah metode analisis data ini adalah sebagai berikut:

1. Data diklasifikasikan sesuai objek pengkajian.

2. Setelah data diklasifikasikan, data-data dianalisis sesuai dengan kajian yang ditetapkan yaitu bagaimana tahapan serta bentuk fungsi, danmakna

simbol terkandung pada upacara adat Erpangir Ku Lau.

3. Menginterpretasikan hasil analisis dalam bentuk tulisan yang sistematis sehingga semua data dapat dipaparkan dengan baik.

BAB IV

PEMBAHASAN

Erpangir Ku Lau merupakan salah satu dari berbagai upacara religius yang sampai sekarang masih dilakukan oleh etnik Karo. Berbeda dengan agama-agama modern sekarang di mana waktu dan caramya sudah atur dan wajib dilakukan oleh penganutnya. Erpangir Ku Lau dan upacara religius kepercayaan tradisional etnik Karo lainnya hanya dilakukan bila diperlukan saja dan dengan alasan-alasan tertentu.

Erpangir Ku Lau juga dilakukan dengan berbagai alasan tertentu menurut latar belakang atau kejadian yang dialami oleh si pelaku misalnya karena telah mendapat rezeki, diganggu roh atau mahkluk halus, karna kesialan , sebagai ucapan syukur kepada dibata, dan berbagai alasan lainnya. Upcara adat Erpangir Ku Lau juga merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh etnik Karo dalam hal menyucikan diri atau membersihkan diri. Masyarakat etnik Karo percaya menyucikan diri merupakan hal yang penting untuk dilakukan sebelum menyampaikan doa atau permohonan kepada dibata. Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau si pelaku adalah orang atau keluarga etnik Karo yang melakukan atau melaksanakan upacara adat tersebut.

Alasan tersebut sangat berhubungan erat dengan peralatan dan sesajen yang akan dipakai pada saat melakukan upacara adat tersebut sehingga setiap alasan dan tujuan dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau akan memakai peralatan dan sesajen yang berbeda.

Peralatan dan sesajen inilah yang akan menjadi simbol pada upcara adat Erpangir Ku Lau, etnik Karo juga meberikan fungsi dan makna pada setiap simbol

yang dipakai pada upacara adat tersebut. Oleh karena perbedaan itu maka pada pembahasan skripsi ini penulis hanya akan membahas atau fokus membahas upacara adat Erpangir Ku Lau dalam konteks mengucap syukur kepada dibata.

Dalam konteks ini penulis akan membahas (1) tahapan upacara adat Erpangir Ku Lau, (2) mengidentifikasi bentuk simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau, (3) mengkaji fungsi simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir ku Lau, (4) menemukan makna didalam simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau. Keempat hal tersebut di uraikan sebagai berikut :

4.1 Tahapan upacara adat Erpangir Ku Lau.

Upacara adat Erpangir Ku Lau tidak memiliki tahapan yang spesifik seperti upacara adat lainnya, namun terlepas dari itu upacara adat Erpangir Ku Lau tetap memilki tahapan yang di lakukan oleh etnik Karo sampai pada pelaksanaan upacara adat tersebut. Untuk menjelaskan hal itu penulis membagi tahapan upacara adat Erpangir Ku Lau menjadi 3 tahapan yaitu :

4.1.1 Penentuan Tanggal dan Tempat.

Sama halnya dengan upacara adat lainnya upacara adat Erpangir Ku Lau tidak terlepas dari penentuan tanggal, penentuan tanggal itu sendiri disesuaikan dengan maksud atau alasan si pelaku dalam melakukan upacara adat tersebut dalam hal ini si pelaku adalah seorang atau sekolompok keluarga yang akan terlibat atau melakukan upcara adat Erpangir Ku Lau. Tanggal yang tepat untuk melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau biasanya dilihat melalui penaggalan atau kalender etnik Karo, di mana menurut kepercayaan etnik Karo itu sendiri tanggal 14 hari

bulan pada kalender etnik Karo atau yang biasa disebut hari belah Purnama raya, adalah tanggal yang tepat dalam melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau untuk mengucap syukur kepada Dibata.

Upacara adat Erpangir Ku Lau dilakukan di tempat yang menjadi sumber air atau di tempat yang terdapat air seperti sungai, danau, sumur dan mata air, penentuan tempat itu sendiri juga disesuaikan berdasarkan maksud dan alasan si pelaku dalam melakukan upcara adat tersebut. Erpangir Ku Lau yang dilakukan dengan alasan membuang kesialan harus dilakukan di tempat air mengalir seperti sungai, pancuran atau mata air. etnik Karo percaya bahwa air yang mengalir itu akan membawa kesialan yang menimpa si pelaku, namun Erpangir Ku Lau dengan maksud yang lain termasuk dengan maksud mengucap syukur kepada Dibata dapat dilakukan di tempat air yang tidak mengalir seperti danau atau sumur.

4.1.2 Persiapan.

Pada tahapan ini etnik Karo haruslah melakukan persiapan sebelum melaksanakan upacara adat Erpangir Ku Lau dengan tujuan kelancaran dan kesuksesan upacara adat tersebut.

Adapun persiapan yang dilakukan antara lain:

1. Persiapan diri.

Si pelaku harus mempersiapkan diri sebelum melakukan upcara adat Erpangir Ku Lau dalam hal ini persiapan maksud dan alasan dalam melakukan Erpangir.

2. Mencari guru atau dukun (guru mbelin).

Guru atau dukun berperan penting dalam pelaksanaan upacara adat sebagai pembimbing atau penuntun pada saat melaksanaan upacara adat religius etnik Karo.

Untuk itu si pelaku harus mencari guru atau dukun yang benar-benar paham dan mengerti dalam melaksanakan upacara adat tersebut.

3. Mempersiapkan pelaratan yang dibutuhkan.

Untuk melaksanakan upacara adat Erpangir Ku Lau si pelaku harus mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum atau pada saat melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau.

4. Mempersiapkam makanan dan sesajen (cibal-cibalen).

Sebelum upacara adat Erpangir Ku Lau dilaksanakan si pelaku atau keluarga yang terlibat dalam upacara adat tersebut harus sudah mempersiapkan makanan dan sesajen yang akan di makan bersama atau yang akan dijadikan sesajen untuk roh penunggu yang ada di sekitar tempat upacara adat Erpangir Ku Lau atau yang disebut dengan tendi pada etnik Karo. Berbeda dengan makanan dalam mempersiapkan sesajen ini si pelaku tidak boleh sembarangan dalam memilih

sesajen apa yang akan disiapkan ada ketentuan atau peraturan adat yang harus di perhatikan. karena pada setiap sesajen yang akan digunakan pada upacara adat tersebut terdapat makna dan fungsi tersendiri yang dipercaya oleh etnik Karo menurut kepercayaan mereka. Sesajen dalam bahasa etnik Karo disebut dengan cibal-cibalen.

4.1.3 Pelaksanaan Upacara Adat Erpangir Ku Lau.

Setelah hari dan tanggal sudah ditentukan dan persiapan sudah dipenuhi maka upacara adat Erpangir Ku Lau dapat dilaksanakan. pertama-tama si pelaku bersama dengan guru atau dukun akan datang ke tempat di mana upacara adat Erpangir Ku Lau akan dilaksanakan dengan membawa segala jenis peralatan, makanan dan cibal-cibalen yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Pada tahap awal si pelaku akan memberikan amak mbentar yang sudah diikat bersama kampil yang telah diisi dengan beras kepada guru/dukun yang akan membimbing si pelaku dalam melaksanakan upacara adat Erpangir Ku Lau. amak mbentar dan kampil yang sudah diisi dengan beras ini adalah simbol ucapan terima kasih dan penghormatan dari si pelaku kepada si guru/dukun karena telah berkenan membimbing si pelaku dalam melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau. setelah memberikan amak mbentar dan kampil yang sudah diisi dengan beras si pelaku akan meletakan cibal-cibalen yang akan di berikan kepada tendi yang ada disekita tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Sesajen ini akan dilletakan di pinggir tempat si pelaku akan melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau adapun sesajen itu adalah (1) daun sirih 11 lembar dengan kapur dan pinang yang sudah di belah di letakan diatas daun sirih terebut, (2) 1 sisir galuh emas (pisang emas), (3) rokok, (4)

korek, (5) manuk sangkepi, (6) rimo mukur (jeruk purut) semua sesajen itu diletakan diatas 7 bulung galuh (daun pisang) yang disusun berlapis.

Setelah semua sesajen selesai diletakan maka si pelaku dan keluarga akan mempersiapkan air yang akan digunakan untuk melakukan upacara adat Erpangi ku lau .Air yang digunakan adalah air yang sudah dicampur dengan rimo mukur dan penguras setelah itu si pelaku dan keluarga akan melakukan keramas atau membersihkan diri dengan air dan dilanjutkan dengan menari mengikuti alunan gendang yang dimaikan. tarian ini bermaksud untuk mengundang tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau agar datang ke tempat dilakukannya upacara adat tersebut.

Ada 4 tarian yang akan ditarikan oleh guru dan si pelaku,pada masing-masing tarian memiliki fungsi yang berbeda yang dipercaya oleh etnik Karo. keempat tarian itu akan dilakukan secara bergantian sesuai dengan alunan gendang serta arahan dari guru/dukun yang membimbing pelaksanaan upacara adat tersebut sekaligus menjadi media agar si pelaku dapat berkomunikasi dengan tendi yang ada disekitar tempat itu adapun 4 tarian itu adalah :

1. Tari Pengari – ngari.

Tarian ini merupakan sebuah panggilan atau undangan kepada tendi agar mau datang ke tempat Erpangir Ku Lau dilakukan.

2. Tari Mari-Mari.

Masyrakat etnik Karo percaya bahwa pada saat si pelaku upacara adat Erpangir Ku Lau melakukan tarian ini maka tendi yang ada disekitar tempat itu akan bersiap-siap untuk datang ke tempat Erpangir Ku Lau di lakukan.

3. Tari Odak-Odak.

Setelah melakukan tari mari-mari si pelaku akan melanjutkan dengan tarian odak-odak, etnik Karo percaya tarian ini merupakan sebuah simbol pengantar yang akan

Kemudian melalui guru/dukun tersebutlah si pelaku dapat berkomunikasi dengan tendi untuk meminta kesembuhan, pembersihan diri, berterima kasih, tergantung maksud dan tujuan si pelaku dalam melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau.

Setelah si pelaku menyampaikan maksud dan tujuannya kepada roh penunggu yang merasuki tubuh guru/dukun maka setelah itu roh penunggu yang merasuki tubuh guru/dukun itu akan keluar dan meninggalkan tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Pada tahap akhir pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau maka si pelaku akan melepaskan seekor ayam mbentar. Ayam mbentar ini adalah bentuk ucapan terima kasih atau syukur kepada dibata (tuhan).

Setelah seluruh rangkaian adat selesai maka si pelaku, guru dan seluruh keluarga yang terlibat akan melakukan makan bersama sebagai penanda bahwa upacara adat Erpangir Ku Lau telah selesai..

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan kategori pembagian simbol dalam upacara adat Erpangir Ku Lau pada etnik Karo. Diantaranya adalah :

1. Simbol Peralatan atau Perlengkapan.

- Piso Tumbuk Lada

2. Simbol Cibal-cibalen ( Sesajen ) dan Makanan.

- Cimpa

Galuh Emas Beras Piher Belo

Bulung Galuh - Belah Purnama (14 Hari Bulan)

5. Simbol Tarian.

- Tari Pengari-ngari - Tari Mari-mari - Tari Odak-odak - Tari Silengguri

Minyak Air Mata Duyung Rimo Mukur

Kampil

Piso Tumbuk Lada Mangkuk Mbentar Isap

Dagangen

Manuk Mbentar Penguras

Rimo Kumenen

Amak Mbentar

Manuk Sangkepi

4.2 Bentuk Simbol pada Upacara Adat Erpangir Ku Lau.

Setiap simbol yang ada pada upacara adat Erpangir Ku Lau memiliki bentuk yang berbeda.

Untuk menjelaskan bentuk simbol yang ada pada upcara adat Erpangir Ku Lau penulis akan menjelaskannya berdasarkan kategori simbol yang sudah dibagi diatas.

Cimpa

Tinaruh Manuk

4.2.1 Bentuk Simbol Peralatan atau Perlengkapan.

1. Piso Tumbuk Lada

Dok.foto novendri dadik 2017

Pisau yang digunakan dalam upacara adat Erpangir Ku Lau adalah pisau khusus yang biasa di sebut piso tumbuk lada oleh etnik Karo. Pisau ini memilki beberapa motif ukiran pada gagang pisau atau pada pangkal pisau antara lain (1) ukiran pucuk merbung, (2) ukiran cekili kambing, (3) ukiran pakau-pakau, (4) ukiran pantil manggis, (5) ukiran desa siwaluh, (6) lukisan tonggal.

Dalam pembuatan Piso tumbuk lada diperlukan berbagai bahan antar lain: besi dari 5 kerajaan, tanduk kerbau atau gading gajah, kayu lemak sawa, kayu petarum, emas atau perak atau swasa. Pada upacara adat Erpangir Ku Lau simbol pisau tumbuk lada biasa digunakan untuk memotong ayam yang akan menjadi sesajen dan mengiris jeruk yang akan dipakai untuk berpangir.

Etnik Karo memiliki cara yang unik dalam menentukan pemilik dari pisau tersebut yaitu : (1) dengan mengukur panjang pisau mulai dari pangkal besi hingga ke ujung pisau menggunkan ibu jari, (2) menantikan pentunjuk lewat mimpi dengan membawa pisau tersebut ketika tidur. Jika mendapat mimpi baik maka pisau tersebut dapat dikatakan serasi atau cocok. Kedua cara itu juga tidak terlepas dari arahan atau bimbingan seorang guru/dukun.

2. Kampil.

Dok.foto novendri dadik 2017.

Kampil adalah kantung anyaman berwarna putih atau dalam bahasa etnik Karo disebut dengan mbentar berbentuk segi empat dengan motif gerga Karo, Kampil pada umumnya di pakai oleh kaum wanita etnik Karo sebagai tempat sirih dan kelengkapannya seperti kapur sirih, tembakau, gambir dan pinang. Kampil juga sering dipakai pada upacara – upacara adat etnik Karo salah satunya upacara adat Erpangir Ku Lau.

Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau kampil juga digunakan sebagai tempat sirih beserta perlengkapannya. Kampil juga digunakan sebagai tempat untuk meletakan sesajen yang akan diberikan kepada tendi (roh penunggu) yang ada disekitar tempat Erpangir Ku Lau dilaksanakan. Nantinya kampil yang sudah di isi dengan belo (sirih) atau dengan cibal-cibalen akan ditekan di pinggir atau disamping didekat tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

3. Bulung Galuh

Dok.foto novendri dadik 2017

Bulung galuh merupakan bahasa etnik Karo yang berarti daun pisang. Bulung galuh yang di pakai pada upacara adat Erpangir Ku Lau adalah daun pisang muda yang masih berwarna hijau lalu dipotong bagian pangkalnya dan diambil ujung nya. Daun pisang ini akan diletakan disekitar tempat dilakukannya Erpangir Ku Lau. Daun pisang digunakan sebagai alas untuk meletakan sesajen yang akan diberikan kepada kepada tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

Bulung galuh akan diletakan secara berlapis sebanyak 7 lapis nantinya sesajen yang akan diberikan kepara tendi akan disusun rapi diatas bulung galuh tersebut.

4. Penguras.

Dok.foto novendri dadik 2017

Penguras adalah sebuah ramuan yang terdiri dari beberapa bahan rempah-rempah yang akan di campurkan menjadi satu dengan air. Rempah-rempah yang digunakan untuk membuat ramuan penguras ini antara lain: (1) kunyit, 2) ketumbar, (3) lada, (4) bawang mbentar, (5) garam. Nantinya ramuan penguras ini akan dicampur atau disatukan dalam satu wadah dengan rimo mungkur yang sudah diiris.

wadah yang dipakai biasanya adalah mangkuk mbentar yang berukuran besar.

Setelah disatukan didalam satu wadah air hasil campuran antara penguras dengan rimo mungkur akan digunakan sebagai air untuk melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau.

5. Mangkuk Mbentar.

Dok.foto novendri dadik 2017

Mangkuk mbentar pada etnik Karo berarti mangkuk yang berwarna putih. Mangkuk mbentar yang digunakan adalah mangkuk berbahan keramik yang berwarna putih polos tanpa ada corak dibagian dalam ataupun luar mangkuk. Pada upacara adat Erpangir ku Lau mangkuk mbentar digunakan sebagai wadah minyak air mata duyung yang dipercaya oleh etnik Karo dapat mengundang tendi yang ada disekitar

tempat dilakukannya Erpangir Ku Lau agar berkenan datang ke tempat tersebut.

mangkuk mbentar juga digunakan sebagai wadah air yang akan digunakan untuk berkeramas pada upacara adat Erpangir Ku Lau.

6. Dagangen

Dok.foto novendri dadik 2017

Dagangen yang berarti kain putih pada bahasa etnik karo adalah kain yang berwarna putih polos tanpa corak berbentuk persegi panjang. dagangen ini biasa di pakai pada upacara religi kepercayaan etnik Karo sebagai alas meletakan cibal-cibalen dan juga sebagai penutup kepala yang digunakan oleh penganut kepercayaan tradisional etnik Karo (pemena).

Sama hal dengan penjelasan diatas pada upacara adat Erpangir Ku Lau dagangen juga digunakan sebagai alas untuk meletakan cibal-cibalen yang akan diberikan kepada tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

dagangen akan disusun rapi disekitar tempat dilakukannya upacara adat tersebut.

Dok.foto novendri dadik 2017

Pada upacara adat Erpangir Ku Lau selain digunakan sebagai alas. dagangen) juga digunakan sebagai penutup kepala oleh etnik Karo yang menganut kepercayaan tradisional (pemena).

7. Amak Mbentar

Dok.foto novendri dadik 2017

Amak Mbentar adalah tikar berwarna putih dan biasanya terbuat dari anyaman pandan, amak mbentar memiliki beberapa ukuran tergantung dengan kegunaannya.

Pada upcara adat etnik Karo biasanya amak mbentar digunakan sebagai alas duduk atau sebagai pembuka dimulainya upacara adat.

Pada tahap persiapan untuk melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau amak mbentar akan diikat bersama dengan kampil yang sudah diisi beras dengan menggunkan dagangen.

Amak mbentar digunakan sebagai pembuka upacara adat Erpangir Ku Lau dengan cara memberikan amak mbentar yang sudah diikat bersama dengan kampil kepada guru/dukun yang membimbing upacara adat Erpangir Ku Lau. Nantinya amak mbentar inilah yang akan digunakan guru/dukun sebagai alas duduk selama membimbing upacara adat Erpangir Ku Lau dari awal hingga selesai.

Amak mbentar juga diberikan kepada kalimbubu yang melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau. Sama halnya dengan guru/dukun amak mbentar juga akan digunakan sebagai alas duduk untuk kalimbubu selama upacara adat Erpangir Ku Lau dilakukan.

8. Minyak Air Mata Duyung.

Dok.foto novendri dadik 2017

Minyak air mata duyung merupakan sejenis minyak wangi yang sama seperti minyak wangi pada umumnya namum memiliki bahan yang berbeda, minyak air mata duyung biasanya dipakai oleh guru-guru atau dukun pada ritual kepercayaan yang mereka percaya.

Pada upacara adat Erpangir Ku Lau minyak air mata duyung digunakan sebagai pengharum atau wewangian. Etnik Karo percaya aroma wangi dari minyak air mata duyung ini dapat mengundang tendi yang ada disekitar tempat dilaksanakannya upacara adat Erpangir Ku Lau untuk datang ke tempat upacara adat Erpangi Ku Lau dilaksanakan. Nantinya minyak air mata duyung ini akan dicipratkan keseluruh peralatan ataupun sesajen yang akan digunakan dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau. hal bermaksud agar aroma wangi dari minyak air mata duyung ini melekat pada peralatan ataupun sesajen yang akan dipakai.

9. Kumenen.

Dok.foto novendri dadik 2017

Kumenen adalah getah pohon kemenyan yang diambil dengan cara menggoreskan batang pohon kemenyan hingga mengeluarkan getah, getah pohon kemenyan ini akan mengeras dan membentuk kristal, kristal-kristal getah inilah yang akan di bakar hingga mengeluarkan asap yang memiliki aroma dari getah kemenyan tersebut.

Kumenen biasanya dipakai pada ritual-ritual kepercayaan. sama halnya dengan minyak air mata duyung aroma dari asap kumenen juga dipercaya oleh etnik Karo dapat mengundang tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

Berbeda dengan minyak air mata duyung yang dicipratkan. Kumenen yang sudah dibakar hingga mengeluarkan asap akan dibawa berkeliling dan didekatkan keseluruh peralatan atau sesajen yang akan di pakai dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau. Hal bermaksud agar aroma dari asap kumenen dapat melekat keseluruh peralatan dan sesajen yang akan dipakai dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau.

10. Beras Piher.

Dok.foto novendri dadik 2017

Beras piher sering dipakai dalam berbagai upacara adat etnik Karo salah satunya upacara adat Erpangir Ku Lau. Beras Piher yang dipakai dalam upacara adat Erpangi Ku Lau adalah beras dan telur ayam kampung yang diletakan didalam kampil.

Beras piher akan diberikan kepada guru/dukun yang membimbing upacara adat Erpangir Ku Lau. Setelah selesai menari beras nantinya akan dihamburkan keatas

sebagai bentuk penyambutan kepada tendi yang telah datang di tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.

4.2.2 Bentuk Simbol Cibal-cibalen dan Makanan.

1. Cimpa.

Dok.foto novendri dadik 2017

Cimpa adalah makanan khas etnik Karo yang sering digunakan pada upacara adat etnik Karo, Cimpa terbuat dari ketan dan gula merah ada 7 jenis Cimpa yang di gunakan pada upacara adat Erpangir Ku Lau antara lain : (1) Cimpa lepat, (2) Cimpa unung-unung, (3) Cimpa tuang, (4) Cimpa gulamai, (5) Cimpa pustaka, (6) Cimpa rambai rambai, (7) Cimpa Matah.

Perbedaan dari ketujuh Cimpa tersebut terletak pada proses pembuatan dan

Perbedaan dari ketujuh Cimpa tersebut terletak pada proses pembuatan dan

Dokumen terkait