• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berapakah usia adik? 1. tahun

Dalam dokumen Panduan Praktik Klinis Fisioterapi.pdf (Halaman 60-84)

A. Dystrophy Muscular Progressive

1) Berapakah usia adik? 1. tahun

2) Apa yang di keluhkan?

Kesuitan dalam menggerakan tangan dan kaki dan sesak napas 3) Bagaimana awal mulanya terjadi keluhan?

Sejak 3 tahun yang lalu merasa kedua tungkai semakin bertambah lemah dan lambat untuk berjalan. Bila berjalan jinjit dan sering terjatuh. Ia mengeluh sulit untuk berdiri karena kedua tungkai terasa lemah. Bagian bokong dan paha lebih lemah daripada kaki dan berjalan harus dituntun.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 53 Sejak dua tahun yang lalu, hanya dapat berbaring dan duduk di lantai, dan kedua lututnya sulit untuk diluruskan. Perlu dibantu bila akan ke kamar mandi. Sejak satu tahun yang lalu, kedua bahu dan lengan atas mulai lemah. Lengan atas terasa lebih lemah dibandingkan dengan lengan bawah. Sejak delapan bulan yang lalu kedua siku mulai terasa lemah untuk digerakkan. Kedua tangan saat itu masih mampu memegang gelas dan jika bangun harus dibantu. Sejak enam bulan yang lalu punggung mulai bengkok, dan mengesot bila akan berpindah tempat. Sebelumnya pasien tidak mengalami demam. Buang air besar dan buang air kecil normal.

4) Apakah adik mengonsumsi obat? Tidak mengonsumsi obat

5) Berapa bersaudara? Dan apakah saudara kandungnya ada yang terdapat keluhan sama?

Anak ke 3 dari 5 bersaudara, yang lainnya perempuan, dan tidak ada yang mengalami keluhan ini

6) Bagaimana riwayat tumbuh kembangnya?

Lahir spontan, aterm, dan langsung menangis. Mulai tengkurap umur empat bulan, duduk usia tujuh bulan, dan tidak disertai merangkak terlebih dahulu, Berjalan pada usia 18 bulan, berlari pada usia dua tahun, namun sering berhenti. Pada usia sekitar lima tahun kedua betis membesar, tampak kekar, dan teraba keras. Bila ingin berdiri dari posisi duduk atau bangun tidur terasa berat, dan mengalami kesulitan untuk langsung berdiri, sehingga selalu mengambil posisi merangkak terlebih dahulu. Setelah itu kedua pantat diangkat tinggi-tinggi dalam waktu agak lama dan dilanjutkan dengan kedua tangan memegang lutut seperti harus memanjat tungkainya sendiri. Saat berdiri posisi kedua tungkai melebar dan disertai dada yang membusung.

Pada usia tujuh tahun bila berjalan jinjit, tidak mampu mengangkat paha, serta tidak mampu untuk melompat. mudah terjatuh, bila berlari lambat, dan sering berhenti karena mudah lelah. Sampai usia 10 tahun, masih mampu bermain bola dan layang-layang. Status mental dan komunikasi baik.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 54 D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan fisik

 Pada ekstremitas atas tampak atrofi otot bahu kanan dan kiri, kontraktur fleksi pada siku lengan kanan dan kiri, refleks tendon biseps dan triseps kanan dan kiri negatif

 Pada ekstremitas bawah tampak atrofi otot panggul kanan dan kiri, kontraktur fleksi lutut kanan dan kiri, ekuinovarus regio pedis kanan

 Tes sensibilitas Normal

 PFGD

 Aktif

REGIO GERAKAN NYERI KETERANGAN

Shoulder Fleksi Tidak Kelemahan

Ekstensi Tidak Kelemahan

Elbow Fleksi Tidak Kelemahan

Ekstensi Tidak Kelemahan

Wrist Dorso fleksi Tidak Kelemahan

Plantar fleksi Tidak Kelemahan

Hip Fleksi Tidak Kelemahan

Ekstensi Tidak Kelemahan

Knee Fleksi Nyeri Kelemahan

Ekstensi Nyeri Kelemahan

Ankle Fkleksi Nyeri Kelemahan

Ekstensi Nyeri Kelemahan

 Pasif

REGIO GERAKAN NYERI KETERANGAN

Shoulder Fleksi Tidak Kelemahan

Ekstensi Tidak Kelemahan

Elbow

Fleksi Tidak Sedikit Full

ROM

Ekstensi Tidak Sedikit Full

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 55 Wrist

Dorso fleksi Tidak Sedikit Full ROM Plantar fleksi Tidak Sedikit Full

ROM

Hip Fleksi Tidak Kelemahan

Ekstensi Tidak Kelemahan

Knee Fleksi Nyeri Kelemahan

Ekstensi Nyeri Kelemahan

Ankle Fkleksi Nyeri Kelemahan

Ekstensi Nyeri Kelemahan

 MMT

 Ekstremitas atas

Grup Otot Sinistra Dextra

Fleksi shoulder 2 2

Ekstensi shoulder 2 2

Ekstensi elbow 3 3

Fleksi elbow 3 3

Dorso fleksi wrist 3 3 Plantar fleksi wrist 3 3

 Ekstremitas bawah

Grup Otot Sinistra Dextra

Fleksi hip 2 2

Ekstensi hip 2 2

Ekstensi knee 1 1

Fleksi knee 1 1

Dorso fleksi ankle 2 2 Plantar fleksi ankle 1 1

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 56

 Upper : 1

 Middle : 3

 Lower : 5

2) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi menunjukkan kifoskoliosis thorakolumbal, dengan kesan penyempitan celah sendi genu bilateral, serta disuse osteoporotic pedis dan kruris bilateral

E. Penegakan diagnosis Fisioterapi

 Problematika Fisioterapi

a) Activity limitation

 Kesulitan pergi kekamar mandi

 Kesulitan untuk berpindah tempat

 Kesulitan untuk duduk

 Kesuitan untuk berdiri

 Kesulitan untuk berjalan

b) Body function and body structure

 Pada ekstremitas atas tampak atrofi otot bahu kanan dan kiri (s720)

 Kontraktur fleksi pada siku lengan kanan dan kiri (s720)

 Kifoskoliosis thorakolumbal (s760)

 Pada ekstremitas bawah tampak atrofi otot panggul kanan dan kiri (s740)

 Kontraktur fleksi lutut kanan dan kiri (s750)

 Ekuinovarus regio pedis kanan (s750)

 Kekuatan otot tungkai atas 3 (b730)

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 57

 Penurunan pengembangan thoraks (s430) c) Participation restriction

 Tidak bisa bermain dengan teman sebayanya

 Tidak bisa bermain bola

d) Diagnosis Fisioterapi berdasarkan ICF

Adanya kesulitan pergi kekamar mandi, berpindah tempat, duduk, berdiri dan berjalan karana penurunan pengembangan thoraks, kekuatan otot tungkai atas 3 dan tungkai bawah 2 akibat ekstremitas atas tampak atrofi otot bahu kanan dan kiri, Kontraktur fleksi pada siku lengan kanan dan kiri, kifoskoliosis thorakolumbal, pada ekstremitas bawah tampak atrofi otot panggul kanan dan kiri, Kontraktur fleksi lutut kanan dan kiri, Ekuinovarus regio pedis kanan yang menyebabkan tidak bisa bermain dengan teman sebayanya dan tidak bisa bermain bola.

F. Rencana penatalaksanaan

 Tujuan

Menunda perkembangan kontraktur dan deformitas

 Prinsip terapi

a) Meningkatkan pengembangan thoraks

b) Melakukan kegiatan yang mendorong berbagai gerakan sepenuhnya yang akan menunda perkembangan kontraktur dan deformitas

c) Membuat panduan kegiatan untuk memastikan anak menggerakkan tubuhnya to the limits of their range.

d) Gerakan harus melibatkan kontraksi aktif otot antagonis pada jaringan lunak yang berpotensi memendek, dan gerakan yang melibatkan ekstensi ditekankan, dengan tahanan atau bantuan dari terapis

e) Stretching

f) Penggunaan alat bantu KAFO 3) Konseling edukasi

a) Keluarga memastikan anak menggerakkan tubuhnya to the limits of their range secara teratur setiap hari minimal 3x/hari.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 58 b) Keluarga diajarkan bagaimana mempertahankan panjang calf muscles,

ilio-tibial tract dan hamstring, dan setiap hari melakukan setiap peregangan sekitar 10 kali.

c) Miring kanan dan kiri (selama 2 jam/sekali) d) Berlatih breathing control 3x/hari

4) Kriteria rujukan Dari dokter ortopedi G. Prognosis

Progressive (Meninggal)

H. Sarana dan prasarana

 Sarana a) Kasur b) Bantal c) Guling d) Selimut e) Nebulizer

f) KAFO (knee angkle foot ortose)

 Prasarana Ruang kamar

Referensi

Pediatric Physical Therapy, Jan S. Tecklin.2008.

Functional Movement Development, Donna J. Cech. Suzanne “Tink” Martin. 2012

Motor skill Acquisition in the First Year,Lois Bly, M.A.,PT. 1994. Principal Of Neural Science, Eric R. Candel. 2000.

Motor Control, Anne Shumway Cook, PT, PhD. , Marjorie H. Wollacott, PhD. 2001.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 59 16. SPINA BIFIDA

A. Spina Bifida

1) Kode ICD : Q05

2) Kode ICF : B6S6 dan B7S7

B. Masalah Kesehatan 1) Pengertian

Spina bifida adalah kelainan neural tube ( neural tube defect ) yang terjadi akibat kegagalan neural tube untuk menutup dengan sempurna. Kelainan ini menyebabkan pembentukan struktur yang berkembang di luar tubuh.

2) Populasi

Spina bifida kira-kira muncul pada 1-2 dari 1000 kelahiran hidup, tetapi bilasatu anak telah menderita maka resiko untuk anak yang lain menderita spina bifidameningkat 2-3%. Seorang ibu yang memiliki bayi menderita spina bifida , maka resikohal ini terulang lagi pada kehamilan berikutnya akan meningkat.

Spina bifida ditemukan terutama pada ras Hispanik dan beberapa kulit putih diEropa, dan dalam jumlah yang kecil pada ras Asia dan Afrika-Amerika. Spina bifidatipe okulta terjadi pada 10 – 15 % dari populasi. Sedangkan spina bifida tipe cystic terjadi pada 0,1 % kehamilan. Terjadi lebih banyak pada wanita daripada pria (3 : 2)dan insidennya meningkat pada orang China.

C. Hasil Anamnesis

Sejak dari lahir terdapat kantung luar dibagian belakang punggung bawah klien, sehingga klien merasa terganggu pada saat tidur. Dan setelah usia 3 bulan klie menjalani operasi. Lalu sesudah menjalani operasi sampai usia 5 tahun orang tua klien merasakan adanya keterlambatan perkembangan pada anaknya seperti kesulitan berjalan.

D. Hasil pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Hasil Pemeriksaan Fisik - Two point discrimination

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 60 - Finger to finger terapis

- MMT :Untuk mengetahui nilai kekuatan otot

 Hasil Pemeriksaan Penunjang

- Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan. - USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda

spinalis maupun vertebra

- CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.

E. Penegakan Diagnosis 1) Problematika Fisioterapi

a) Activity Limitation

 Kesulitan berdiri dan berjalan b) Body Function & Body Structure

 Adanya gangguan sensasi

 Adanya kelemahan otot pada bagian LE c) Participation Restriction

 Tidak bisa bermain dengan teman sebayanya 2) Diagnose Fisioterapi

Adanya kesulitan berdiri dan berjalan akibat gangguan sensasi dan kelemahan otot bagian LE yang mengakibatkan klien tidak bisa bermain dengan teman sebayanya

F. Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Mengoptimalkan kemampuan fungsional berjalan

 Prinsip Terapi : Memperkuat fungsi otot

 Edukasi: Menggerakan seluruh anggota gerak secara pasif

 kriteria Rujukan : Pasien rujukan Dokter G. Prognosis

Prognosis spina bifida tergantung pada berat ringannya abnormalitas. Prognosis terburuk bila terdapat paralisis komplet, hidrosefalus, dan defek

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 61 congenital lainnya. Dengan penanganan yang baik sebagian besar anak-anak dengan spina bifida depat hidup sampai usia dewasa.

H. Sarana dan prasarana

 Sarana : Matras, handuk,

 Prasarana : Ruangan Fisioterapi dan Ruang Operasi Referensi

Pediatric Physical Therapy, Jan S. Tecklin.2008.

Functional Movement Development, Donna J. Cech. Suzanne “Tink” Martin. 2012 Motor skill Acquisition in the First Year,Lois Bly, M.A.,PT. 1994.

Principal Of Neural Science, Eric R. Candel. 2000.

Motor Control, Anne Shumway Cook, PT, PhD. , Marjorie H. Wollacott, PhD. 2001.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 62 17. Atrial Septal Defect (ASD)

A. Atrial Septal Defect 1) KodeICD-10 : Q21.1

2) KodeICF : b410, b415, b420, b429, s410

B. Masalah Kesehatan 1) Pengertian kasus :

ASD adalah membuka atau lubang (cacat) di dinding (Septum) antara dua ruang atas jantung (Atrium). Setiap anak lahir dengan pembukaan antara bagian atas bilik jantung. Ini adalah pembukaan janin normal yang memungkinkan darah untuk memutar jauh dari paru-paru sebelum kelahiran. Setelah lahir, pembukaan tidak lagi diperlukan dan biasanyamenutup atau menjadi sangat kecil dalam beberapa minggu atau bulan.

Kadang-kadang pembukaan lebih besar dari normal dan tidakmenutup setelah lahir. Pada kebanyakan anak penyebabnyatidak diketahui. Beberapa anak dapat memiliki jantung lainnyacacat bersama dengan ASD.

2) Prevalensi

Insidensi DSA adalah 1 per 1000 kelahiran hidup dan terhitung 7% dari seluruh kejadian PJB. Prevalensi DSA pada wanita lebih tinggi daripada pria dengan perbandingan 2:1. (Carr and King, 2008).

Klasifikasi DSA dibagi menurut letak defek pada septum atrium, yaitu: 1) Ostium Primum, merupakan hasil dari kegagalan fusi ostium primum

dengan bantalan endokardial dan meninggalkan defek di da sar septum. Kejadian DSA Ostium Primum pada wanita sama dengan pria dan terhitung sekitar 20% dari seluruh kasus PJB (Bernstein, 2007).

2) Ostium Sekundum, merupakan tipe lesi DSA terbanyak (70%) dan jumlah kasus pada wanita 2 kali lebih banyak daripada pria (Vick and Bezold, 2008).

3) Sinus Venosus, merupakan salah satu jenis DSA yang ditandai dengan malposisi masuknya vena kava superior atau inferior ke atrium kanan. Insidensi defek ini diperkirakan 10% dari seluruh kasus DSA (Vick and Bezold, 2008).

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 63 C. Hasil Anamnesis

Sejak 2 hari yang lalu X mengalami sesak nafas kalo sedang beraktifitas sedikit, gampang capek sampai biru-biru badannya. Kadang terdengar suara di dalam dadanya. Sebelumnya sempat ke dokter untuk dilakukan radiologi dan ekokardiografi ternyata diagnosa dokter, X mengalami Atrium septum defect. X lahir dengan normal tetatpi memang keluarga saya punya riwayat penyakit jantung. Ketika X mengalami kejadian itu langsung saya bawa ke dokter untuk diperiksa. Dan diberi obat untuk diminum.

D. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang

 Pemeriksaan fisik :

a) Inspeksi : Terlihat kurus, sesak nafas

b) Palpasi : Adanya MurMur, dada kanan lebih mengembang dibanding kiri

c) Auskultsasi : Abnormal splitting berupa wide fixed splitting bunyi jantung kedua

 Pemeriksaan penunjang :

a) EKG : Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola, right axis deviation (+90 sampai +180), right bundle branch block (rsR di V1)

b) Radiologi : Kardiomegali dengan RAE dan RVE; MPA prominen, PVM c) Pemeriksaan Ekokardiografi : pada pandangan subcostal 4-chamber akan

memperlihatkan defek pada septum atrium dan ditemukan tanda-tanda adanya left to right shunt (RAE, RVE, PA >)

E. Penegakan diagnosa 1) Problematika Fisioterapi

a) Body structure dan function : adanya lubang pada septum atrium, sesak nafas dan keletihan

b) Activity Limitation : tidak mampu melakukan aktifitas lama c) Partisipasi restriksi : berkumpul dengan teman

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 64 Adanya keletihan dan sesak nafas karena adanya defek pada septum atrium sehingga tidak mampu melakukan aktifitas lama berkumpul dengan teman

F. Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan :

- Memperbaiki pola nafas - Beraktifitas normal

 Prinsip Terapi :

- Mengembalikan pola nafas normal - Meningkatkan Aktifitas sehari-hari

 Konseling-edukasi : agar mengatur aktifitas sehingga tidak mengalami keletihan dan tetap menjaga pola makan

 Kriteria Rujukan : Dokter G. Prognosis

Sembuh apabila dilakukan tindakanoperasi sedini mungkin

H. Sarana dan prasarana

 Sarana: Bed, kursi, handuk, tensimeter, stetoskop, termometer

 Prasarana : Ruangan Fisioterapi, toilet Referensi

Pediatric Physical Therapy, Jan S. Tecklin.2008.

Functional Movement Development, Donna J. Cech. Suzanne “Tink” Martin. 2012

Motor skill Acquisition in the First Year,Lois Bly, M.A.,PT. 1994. Principal Of Neural Science, Eric R. Candel. 2000.

Motor Control, Anne Shumway Cook, PT, PhD. , Marjorie H. Wollacott, PhD. 2001.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 65 18. Asma A. Asma 1) KodeICD : J45 2) KodeICF : b4s4 B. Masalah Kesehatan 1) Definisi Asma

Menurut Global initiatif for asthma (GINA) tahun 2015, Asma adalah penyakit kronis yang umum dan berpotensi serius yang menjadi beban substansial pada pasien, keluarga mereka dan masyarakat. Menyebabkan gejala pernapasan, pembatasan kegiatan, dan serangan yang kadang-kadang memerlukan perawatan kesehatan yang mendesak dan mungkin berakibat fatal. Asma menyebabkan gejala seperti mengi, sesak napas, sesak dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu di kejadiannya, frekuensi dan intensitas. (On, Global, & For, 2015)

2) Epidemiologi Asma

Menurut data WHO, asma saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dengan lebih dari 235 juta penderita. Menurut Statistik Kanada, 8,5% dari populasi (berusia 12 dan lebih) telah didiagnosis memiliki asma (2010). Asma adalah yang paling umum selama masa kanak-kanak dan mempengaruhi setidaknya 13% dari anak-anak di Kanada. Asma terus menjadi penyebab utama rawat inap anak di Kanada. (People & The, n.d.)

Menurut data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia, pada tahun 1986 asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik, dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di Indonesia atau sebesar 5,6%. Lalu pada SKRT 1995, dilaporkan prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13 per 1.000 penduduk (PDPI, 2006). Dari hasil penelitian Riskesdas, prevalensi penderita asma di Indonesia adalah sekitar 4%. Menurut Sastrawan, dkk (2008), angka ini konsisten dan prevalensi asma bronkial sebesar 5–15%.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 66 C. Anamnesis

1) Sering merasakan sesak nafas.

2) Sesak yang dirasakan saat bangun tidur dan menjelang pagi hari. 3) Sesak disertai dengan adanya batuk serta bunyi nafas mengi. 4) Sesak yang dirasakan sering terjadi atau kambuh terus.

5) Sesak kambuh saat merasakan kedinginan. 6) Kakek dan ayahnya sakit seperti ini.

D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang 1) Pemeriksaan Penunjang: Rongent 2) Pemeriksaan Objektif:

Pernafasan cepat dan dangkal.Respirasi rate (RR) menunjukkan hasil 28x/menit. Saat pemeriksaan Ekspansi Thorax selisihnya adalah 2cm.

E. Penegakan Diagnosa 1) ProblematikaFisioterapi

a) Body structure & body function

 Adanya inflamasi kronik pada saluran pernafasan b) Activity limitation:

 Tidak dapat bernafas dengan lancar c) Participation Restriction:

 Terganggunya aktivitas belajar 2) Diagnose Fisioterapi:

Adanya inflamasi kronik pada saluran pernafasan sehingga tidak dapat bernafas dengan lancar serta mengganggu aktivitas belajar

F. Rencana Penatalaksanaan

7) Tujuan : Mempelancar jalannya nafas 8) Prinsip Terapi : Mengurangi sesak nafas

9) Edukasi :Latihan Purse Lip Breathing (PLB) ataumembuang nafas panjang dengan bibir mencucu

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 67 G. Prognosis:

Diketahui bahwa penderita asma ini segera menangani serangannya, maka prognosanya adalah sembuh.

H. Sarana dan Prasarana 1) Prasarana:

Ruang Fisioterapi yang didesain seperti ruangan bermain dimana dalam ruangan tersebut terdapat banyaknya mainan untuk anak-anak

2) Sarana : a) Nebulizer b) Matras c) Bantal d) Mainan anak-anak Referensi

Pediatric Physical Therapy, Jan S. Tecklin.2008.

Functional Movement Development, Donna J. Cech. Suzanne “Tink” Martin. 2012

Motor skill Acquisition in the First Year,Lois Bly, M.A.,PT. 1994. Principal Of Neural Science, Eric R. Candel. 2000.

Motor Control, Anne Shumway Cook, PT, PhD. , Marjorie H. Wollacott, PhD. 2001.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 68 19. Fraktur Humerus A. FrakturHumerus 1) KodeICD : S42 2) KodeICF : b7s7 B. Masalah Kesehatan

1) Definisi Fraktur Humerus

Menurut Luckman and sorensens,1993. Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontuinitas tuang karena stress pada tulang yang berlebihan.

Humerus merupakan tulang panjang yang terletak pada lengan antara bahu dan siku.

Fraktur humerus adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,tulang rawan epifisial baik yang bersifat total maupun parsial pada tulang humerus.

2) Epidemiologi

Fraktur lebih sering terjadi pada laki – laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Di Indonesia, jumlah kasus fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas 4 kali lebih banyak terjadi pada laki – laki daripada perempuan.

C. Anamnesis

5 bulan yang lalu, anak mengalami jatuh saat bermain dan lengannya sangat sakit dan sulit untuk digerakkan. Lalu dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya untuk dilakukan rontgen dan didapatkan hasil fraktur kondiler humerus, lalu dibawa ke dokter orthopedi dan dipasangkan gips. Setelah itu dokter orthopedi merujuk ke fisioterapi.

D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

 Pemeriksaan Penunjang :

a) Rontgen: adanya fraktur pada medial kondiler humerus

 Pemeriksaan Objektif

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 69

 Palpasi: ada sedikit peningkatan suhu pada lengan kanan dan bengkak

 Antropometri : lingkar lengan kanan lebih besar dibandingan lengan kiri

 ROM : ada keterbatasan gerak saat ekstensi elbow dan eksternal rotasi shoulder

E. Penegakan Diagnosa

Adanya bengkak dan nyeri pada lengan kanan yang menyebabkan terbatasnya gerakan lengan untuk melakukan aktifitas sehari-hari sehingga klien tidak dapat bermain dengan temannya lagi.

F. Rencana Penatalaksanaan

1) Tujuan: Mencegah deformitas dan mencegah atrofi otot

2) Prinsip Terapi:Immobilisasi dan penguatan otot yang tdk tersangga gips

3) Edukasi: lakukan gerakan yang mengaktifkan otot-otot yang tidak tersangga gips

4) Kriteria Rujukan: Dokter Orthopedi

G. Prognosis

Sembuh apabila dilakukan tindakan operasi sedini mungkin

H. Sarana dan Prasarana

1) Sarana : Kursi, meja, handuk dan elastic band dan beban 2) Prasarana : klinik fisioterapi

Referensi

Pediatric Physical Therapy, Jan S. Tecklin.2008.

Functional Movement Development, Donna J. Cech. Suzanne “Tink” Martin. 2012

Motor skill Acquisition in the First Year,Lois Bly, M.A.,PT. 1994. Principal Of Neural Science, Eric R. Candel. 2000.

Motor Control, Anne Shumway Cook, PT, PhD. , Marjorie H. Wollacott, PhD. 2001.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 70 20. Fraktur Femur pada Bayi

A. Fraktur Femur padaBayi 1) KodeICD : s72 2) KodeICF : b7 s7

B. Masalah Kesehatan 1) Definisi Fraktur Femur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang

Fraktur femur adalah suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang yang terletak pada bagian tulang femur.

2) Epidemiologi

Penelitian epidemiologi dari Indiana tahun 2006 menyebutkan dari hampir 10.000 patah tulang paha, 1076 (11%) terjadi pada anak-anak kurang dari 2 tahun, 2119 (21%) pada anak usia 2 sampai 5 tahun, 3237 (33%) pada anak usia 6 samapi 12 tahun, dan 3528 (35%) pada remaja berusia 13 sampai 18 tahun.

Fraktur batang femur termasuk diantaranya subtrochantor dan supracondilar yang berkisar 1,6% pada semua fraktur pada anak dan paling banyak umumnya fraktur di 1/3 tengah femur. Rasio anak laki – laki dan perempuan adalah 2:1. Angka kejadian tahunan fraktur batang femur adalah 19 per 100.000 anak.

C. Anamnesis

Adanya bunyi (krepitasi), bengkak pada daerah fraktur, nyeri, kekuatan otot menurun pada daerah tungkai, keterbatasan gerak pada salah satu tungkai, perbedaan panjang tungkai, perdarahan (internal atau eksternal), dan anak menangis/merintih.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 71 D. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Penunjang

a) Rontgen : terdapat fraktur pada hip 2) Pemeriksaan Objektif

a) Inspeksi statis :

Adanya bengkak, wajah pasien terlihat seperti sedang menahan sakit / merintih

b) Inspeksi dinamis :

Anak terbatas ketika menggerakan kakinya, c) Palpasi :

Perbedahan suhu antara tungkai kanan dan kiri, dimana suhu tungkai kanan lebih panas daripada tungkai kiri

d) Skala nyeri :

Menggunakan skala wong baker dilihat dari ekspresi wajah anak e) ROM :

Adanya perbedaan Lingkup Gerak Sendi antara tungkai kanan dan kiri, dimana suhu tungkai kanan lebih terbatas daripada tungkai kiri

f) MMT :

Adanya perbedaan kekuatan otot tungkai kanan dan kiri, dimana tungkai kanan susah untuk digerakkan daripada tungkai kiri

g) Antropometri tungkai :

Adanya perbedaan tungkai kanan dan kiri, dimana tungkai kanan lebih pendek daripada tungkai kiri

E. PenegakanDiagnosa

Adanya keterbatasan menggerakan tungkai kanan karena bengkak dan nyeri sehingga terganggunya klien dalam melakukan aktivitas bermain bersama teman-temannya.

F. Rencana Penataksanaan

1) Tujuan :

Dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari 2) Prinsip Terapi

Dalam dokumen Panduan Praktik Klinis Fisioterapi.pdf (Halaman 60-84)

Dokumen terkait