• Tidak ada hasil yang ditemukan

Thoracic Outlet Syndrome

Dalam dokumen Panduan Praktik Klinis Fisioterapi.pdf (Halaman 178-192)

IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA

A. Thoracic Outlet Syndrome

 ICF : B729

 ICD-10 : G54.0 B. Masalah Kesehatan

 Definisi

Thoracic outlet syndrome merupakan suatu kondisi dimana terjadinya kompresi pada struktur neurovascular berupa pleksus brakhialis, pembuluh darah arteri serta vena subklavia di daerah apertura superior thoraks.Kelainan ini dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan sensasi seperti tertusuk-tusuk jarum pada bahu dan lengan.

 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, insiden TOS mencapai 3-80 kasus per 1000 orang, dimana kasus ini 3 kali lebih banyak pada wanita daripada pria. Kondisi ini banyak dijumpai pada pasien-pasien usia 20-55 tahun. Sebagian besar atlit yang selalu menggunakan aktivitas overhead sering terkena kondisi ini dengan gejala-gejala neurologis. Menurut Magnusson et al, ada 31 % pasien yang mengalami injury pada MVA (motor vehicle accident) dapat terjadi TOS, sedangkan 40 % pasien yang mengalami whiplash injury akan berkembang TOS post-traumatik.

C. Hasil Anamnesis

Seorang ibu rumah tangga 32 tahun yang mempunyai tubuh cukup besar (over weight). Oleh dokter dinyatakan menderita TOS (Thoracic Outlet Syndrome). Lengan kanan sering merasa kesemutan ,leher susah menoleh dan kaku saat ditekuk ke samping kanan. Hal ini sudah dirasakan sudah 2 bulan yang lalu.

D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik - Vital Sign

o Blood Preasue : 120/80 o Heart Rate : 21 kali/menit o Respiratory Rate : 80 kali/menit - Inspeksi

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 171 - Palpasi

o Nyeri tekan pada bahu sebelah kanan o Adanya spasme daerah leher

- Tes sensorik

o Pareshtesi pada bahu menjalar sampai lengan bawah sebelah kanan

 Pemeriksaan Penunjang : MRI

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation : - Sulit meraih benda - Sulit makan

- Body Structure &Function : - Spasme

- Nyeri pada bahu kanan - Penurunan kekuatan otot - Participation Restriction : - Mengganggu aktivitas bekerja

E. Diagnosis Fisioterapi : Belum bisa meraih benda karena adanya spasme otot dan nyeri pada bahu kanan serta penurunan kekuatan otot sehingga mengganggu aktivitasnya dalam bekerja.

F. Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Mengambalikan aktivitas fungsional

 Prinsip Terapi : - Peningkatan kekuatan otot - Mengurangi spasme - Mengurangi nyeri

 Edukasi : Mengajarkan stretching dan active resisted.

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis G. Prognosis

Tidak diketahui mortalitas berhubungan langsung dengan TOS, mobilitas sering berkaitan dengan turunnya fungsi dari ekstremitas atas, hilangnya pekerjaan dan pencaharian, khususnya ketika kerja menyangkut aktifitas di atas kepala. True neurogenic TOS menyebabkan defisit neurologi.Bergantung dari jumlahinjuri saraf, biasanya terdapat kelemahan dari tangan dan defisit sensorik di daerah distribusi lower trunk.Komplikasi sering pada pleksus brakhialis telah banyak dilaporkan terjadi pada terapi operatif TOS. Neurologic TOS secara umum lebih progresif tetapi dapat membaik secara spontan, sedangkan pada arterial atau venous TOS biasanya membaik dengan terapi yang adekuat

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 172 H. Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed, oil

 Prasarana : Ruangan Terapi I. Referensi

Moore, Wesley S. (2012). Vascular and Endovascular Surgery: A Comprehensive Review (8 ed.). Elsevier Health Sciences.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 173 10. Epilepsi A. Epilepsi  ICF : S750  ICD-10 : G41.0 B. Masalah Kesehatan  Definisi

Epilepsi adalah sekelompokgangguan neurologis jangka panjang yang cirinya ditandai dengan serangan-serangan epileptik. Serangan epileptik ini memiliki priode bermacam-macam mulai dari serangan singkat dan hampir tak terdeteksi hingga guncangan kuat untuk periode yang lama.Dalam epilepsi, serangan cenderung berulang, dan tidak ada penyebab yang mendasari secara langsung.Sementara serangan yang disebabkan oleh penyebab khusus tidak dianggap mewakili epilepsi.

 Epidemiologi

Epilepsi merupakan salah satu gangguan saraf serius yang paling umum terjadi yang mempengaruhi sekitar 65 juta orang di seluruh dunia.Ia mempengaruhi 1% penduduk pada usia 20 tahun dan 3% penduduk pada usia 75 tahun.Ia lebih jamak terjadi pada laki-laki daripada perempuan, tetapi secara menyeluruh selisihnya cukup kecil. Sebagian besar penderita (80%) tinggal di dunia berkembang.

Angka penderita epilepsi aktif saat ini berkisar pada 5–10 per 1.000; epilepsi aktif diartikan sebagai penderita epilepsi yang pernah mengalami kejang paling tidak satu kali dalam lima tahun terakhir. Epilepsi berawal setiap tahun dalam 40–70 per 100.000 di negara maju dan 80–140 per 100.000 di negara berkembang. Kemiskinan merupakan sebuah risiko dan mencakup baik bertempat asal dari sebuah negara yang miskin maupun berstatus sebagai orang miskin relatif terhadap orang lain di dalam negara yang sama. Di negara maju, epilepsi paling umum bermula pada orang muda atau orang lansia.Di negara berkembang, awal epilepsi lebih umum terjadi pada anak-anak yang berusia lebih tua dan pada orang dewasa muda karena lebih tingginya angka trauma dan penyakit menular.Di negara maju, jumlah kasus per tahun telah mengalami penurunan pada anak-anak dan peningkatan pada orang lansia antara tahun

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 174 1970-an dan 2003. Hal ini sebagian disumbang oleh kesintasan pasca-stroke yang lebih baik pada orang lansia.

C. Hasil Anamnesis

Pasien wanita dengan usia 21 tahun, sejak 1 bulan ini sering kejang, kejang kadang dimulai dari kedua tangan kemudian menjalar ke seluruh tubuh, pada saat kejang kesadaran menurun, kurang lebih 1 tahun yang lalu pernah kejang seperti sekarang hanya tidak begitu sering, bahkan pernah jatuh dari tempat tidur saat kejang.

D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik - Koginitif

Komunikasi : Cukup baik Atensi : Cukup baik Motivasi : Cukup baik

Emosi : Kurang

Problem solving : Kurang - Inspeksi

Tidak ada kelainan

 Pemeriksaan Penunjang : MRI

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation : - Sulit memasak - Sulit mengemudi

- Sulit berpergian dengan transportasi udara dan laut

- Body Structure &Function : - Kesadaran menurun - Spastik

- Tremor

- Participation Restriction : - Sulit berolahraga - Sulit berekreasi

Diagnosis Fisioterapi : Kesulitan dalam mengemudi dan berpergian dengan transportasi udara dan laut karena adanya kejang serta kesadaran menurun sehingga kesulitan untuk beerolahraga dan berekreasi.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 175 E. Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Mengembalikan aktivitas fungsional

 Prinsip Terapi : - Menurunkan spasme - Penurunan tonus otot

 Edukasi : Menghindari hal hal yang menyebabkan kejang

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis saraf F. Prognosis

Epilepsi tidak dapat disembuhkan, tetapi pengobatan semata bisa secara efektif

mengendalikan kejang pada sekitar 70% kasus.Pada penderita kejang umum lebih dari 80% bisa dikendalikan secara baik dengan pengobatan, tetapi pada penderita kejang fokal persentase tersebut hanya mencapai 50%.Salah satu prediktor hasil jangka panjang ialah jumlah kejang yang terjadi dalam enam bulan pertama.Faktor lain yang meningkatkan risiko hasil yang buruk ialah: respons yang rendah terhadap

penanganan awal, kejang umum, riwayat epilepsi dalam keluarga, masalah psikiatrik, dan gelombang-gelombang pada EEG yang mewakili aktivitas epileptiformik

umum.Di dunia berkembang, penderita tidak ditangani atau mendapatkan penanganan yang kurang sesuai.Di Afrika, 90% tidak mendapat penanganan.Hal ini sebagian dikarenakan pengobatan yang sesuai tidak tersedia atau berbiaya terlalu tinggi. G. Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed,

 Prasarana : Ruangan Terapi, Toilet H. Referensi

Bergey, GK (2013). "Neurostimulation in the treatment of epilepsy.".Experimental neurology

Fisher R, van Emde Boas W I et al (2005)."Epileptic seizures and epilepsy: definitions proposed by the International League Against Epilepsy (ILAE) and the International Bureau for Epilepsy‖

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 176 11. Distonia A. Distonia  ICF : B4S4  ICD-10 : G24.9 B. Masalah Kesehatan  Definisi

Distonia adalah sindroma neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter, terus-menerus,dengan pola tertentu akibat dari kontraksi otot antagonis yang berulang-ulang sehinggamenyebabkan gerakan / posisi tubuh yang abnormal. KLASIFIKASI

- FOKAL :Blepharospasme, Distonia Oromandibular, Distonia Spasmodik, Distoniaservikal, Writer's Cramp.

- SEGMENTAL : Axial ( leher, tubuh ), satu lengan dan satu bahu, dua bahu, brachial dancrural.

- MULTIFOKAL : dua atau lebih dua bagian tubuh yang berbeda. - GENERAL : Kombinasi crural distonia dan segmen yang lain - HEMIDISTONIA : lengan dan tungkai sesisi.

 Epidemiologi

Prevalensi dystonia total yaitu 127-329 per 1 juta orang.Dystonia fokal 61-300 per 1 juta orang. Studi Rochester, dystonia umum yaitu 3,4 per 100.000 penduduk sedangkan dystonia fokal 29,5 per 100.000 peduduk.Studi di Jepang umumnya 6,2 per 100.000 penduduk.

C. Hasil Anamnesis

Pasien laki-laki usia 21 tahun mengeluh kaki dan tangan bergetar sejak 2 minggu yang lalu. 4 tahun lalu tidak bisa berdiri dikarenakan pasien jatuh ketika bermain tali dan tertimpa temannya.Saat itu pasien demam panas.

D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik - Vital Sign

o Blood Preasue : 120/80 o Heart Rate : 80 kali/menit

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 177 o Respiratory Rate : 18 kali/menit

- Koginitif

Komunikasi : Cukup baik Atensi : Cukup baik Motivasi : Cukup baik

Emosi : Kurang

Problem solving : Kurang - Inspeksi

Tangan dan kakinya gemetar

 Pemeriksaan Penunjang : -

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation : - Sulit berdiri - Sulit berjalan - Body Structure &Function : - Spasme

- Adanya gerakan involuntary - Tremor

- Participation Restriction : - Sulit beribadah - Sulit berekreasi

Diagnosis Fisioterapi : Kesulitan dalam berdiri dan berjalan dikarenakan adanya spasme dan tremor serta gerakan involuntary sehingga mempengaruhi aktivitas beribadah dan berekreasi.

E. Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Mengembalikan aktivitas fungsional

 Prinsip Terapi : - Menurunkan spasme - Menghilangkan tremor

 Edukasi : Menghindari hal hal yang menyebabkan kejang

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis saraf F. Prognosis

20 % remisi spontan, eksaserbasi terjadi beberapa bulan kemudian.Sebagian besar mengalami distonia sepanjang hidup dan sebagian menjadi distonia generalista.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 178 G. Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed,

 Prasarana : Ruangan Terapi, Toilet H. Referensi

Balint, B; Bhatia, K. P. (2014). "Dystonia: An update on phenomenology, classification, pathogenesis and treatment". Current Opinion in Neurology Charlesworth, Gavin, et al. (2012). "Mutations in ANO3 Cause Dominant Craniocervical Dystonia: Ion Channel Implicated in Pathogenesis"

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 179 12. Neuropati A. Neuropati  ICF : B7S7  ICD-10 : G90.0 B. Masalah Kesehatan  Definisi

Menurut Syahrir (2006)proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer, berupa proses demielinisasi atau degenerasi aksonal atau kedua-duanya. Sususan saraf perifer mencakup saraf otak, saraf spinal dengan akar saraf serta cabang-cabangnya, saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan saraf otonom.

 Epidemiologi

Data epidemiologi menyatakan bahwa kira-kira 30% sampai 40% pasien dewasa dengan diabetes tipe 2 mempunyai suatu distal peripheral neuropathy (DPN). DPN telah dihubungkan dengan berbgai faktor resiko mencakup derajat tingkat hiperglikemi, indeks lipid dan tekanan darah, lama dan beratnya menderita diabetes. Angka durasi diabetes juga akan meningkat sesuai umur dan durasi diabetes. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa dengan tidak terkontrolnya kadar gula maka akan mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya neuropati, seperti halnya borok kaki dan amputasi. Suatu kenaikan kadar HbA1c 2% mempunyai resiko komplikasi neuropati sebesar 1,6 kali lipat dalam waktu 4 tahun. (Sjahrir, 2006)

C. Hasil Anamnesis

Pasien mengatakan kebas-kebas di tangan dan kaki dialami sejak 1 bulan ini, munculsecara perlahan-lahan.Kadar gula pasien pernah mencapai 600 mg/dL.

D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Fisik - Vital Sign

o Blood Preasue : Normal o Heart Rate : Normal o Respiratory Rate : Normal

- Inspeksi

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 180 - Palpasi

o Nyeri tekan

 Pemeriksaan Penunjang : CT-Scan

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation : - Sulit makan

- Sulit menggengam benda - Body Structure &Function : - Parasthesia

- Nyeri

- Kelemahan otot

- Participation Restriction : - Mengganggu aktivitas bekerja

- Diagnosis Fisioterapi : Sulit makan dan menggenggam benda karena adanya parasthesia dan nyeri sehingga mengganggu aktivitas bekerja

E. Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Memperbaiki aktivitas fungsional

 Prinsip Terapi : - Penguatan otot

- Mengurangi parasthesia - Mengurangi nyeri

 Edukasi : -

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis F. Prognosis

Neuropati bisa menonaktifkan pasien dan menyakitkan.Jika penyebab disfungsi saraf dapat ditemukan dan berhasil diobati, pemulihan penuh adalah mungkin dan bahkanmungkin dalam kebanyakan kasus.Darjat kecacatan bervariasi dari hilangnya sebagian atau lengkap dari gerakan atau sensasi.Nyeri saraf mungkin tidak nyaman dan dapat berlangsung untuk waktu yang lama.

G. Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed, TENS

 Prasarana : Ruangan Terapi H. Referensi

Cioroiu, Comana M.; Brannagan, Thomas H. (2014). "Peripheral Neuropathy"

Pieber K, Herceg M, Paternostro-Sluga T (April 2010). "Electrotherapy for the treatment of painful diabetic peripheral neuropathy: a review". J Rehabil Med.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 181 13. Mielopati A. Mielopati  ICF : b6s6  ICD-10 : G59.9 B. Masalah Kesehatan  Definisi

Mielopati merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh adanya lesi komplit atauinkomplit.

Mielopati mengacu pada defisit neurologis yang berhubungan dengan kerusakan pada sumsum tulang belakang.mielopati dapat terjadi sebagai akibat dari proses ekstradural, intradural, atau intramedulla. Secara umum, mielopati secara klinis dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan ada tidaknya trauma yang signifikan, dan ada atau tidak adanya rasa sakit. (Lyn Weiss, Adam C. Isaacson, 2010)

TingkatanMieopati:

Grade0 : melibatkan akar syaraf tidak disertai penyakit pada medulla spinal Grade1 : Gejala penyakit pada medulla spinalis tetapi tidak sulit berjalan

Grade2 : Kesulitan berjalan ringan tetapi tidak menghambat aktivitas sehari-hari Grade3 : Perlu bantuan dalam berjalan

Grade4 : kemampuan berjalan dengan alat bantu Grade5 : Hanya di kursi roda atau berbaring

 Epidemiologi C. Hasil Anamnesis

Wanita dengan usia 55 tahun dengan keluhan mengeluhkan lemah pada kedua lengan dantungkai yang makin lama makin bertambah berat secara bersamaan. Pasien tidak bisa menggerakkan lengan dan tungkai sama sekali. Kelemahan disertai nyeri pada leher disekitar tulang belakang, tidak menjalar, sepertiberdenyut, tidak hilang dengan istirahat.Leher terasa sangat sakit, pasien tidak bisa menoleh maupun menekuk leher.

D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 182 - Vital Sign

o Blood Preasue : 120/80 mmHg o Heart Rate : 88 kali/menit o Respiratory Rate : 20 kali/menit - Inspeksi

Bentuk dada simetris kiri dan kanan - Palpasi

o Nyeri tekan pada bagian belakang telinga o Suhu normal

- Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

o Aktif dan Pasif : adanya kelemahan o Tes isometric melawan tahanan : adanya kelemahan

 Pemeriksaan Penunjang : MRI

 Penegakan Diagnosis

- Activity Limitation : - Sulit berdiri - Sulit berjalan - Sulit memasak - Sulit menyapu - Body Structure &Function : - Atrofi

- Hipotonus

- Kelemahan anggota gerak - Kontraktur sendi

- Participation Restriction : - Mengganggu aktivitas bekerja dan berekreasi - Diagnosis Fisioterapi : Kesulitan berdiri, berjalan, memasak karena

adanya atrofi dan hipotonus sehingga mengganggu aktivitasnya dalam bekerja dan berekreasi.

E. Rencana Penatalaksanaan

 Tujuan : Memperbaiki aktivitas fungsional

 Prinsip Terapi : - Meningkatkan tonus otot - Mencegah kontraktur

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 183

 Edukasi : - istirahat cukup

- Melakukan mobilisasi secara bertahap

 Kriteria Rujukan : Dokter spesialis F. Prognosis

Sebuah penelitian prospektif selama 27 tahun menunjukan bahwa rata-rata harapan hidup pasien cidera medulla spinalis lebih rendah disbanding populasi normal.Penyebab kematian utama adalah komplikasi disabilitas neurologi yaitu pneumonia, emboli paru dan gagal ginjal.

G. Sarana dan Prasarana

 Sarana : Bed

 Prasarana : Ruangan Terapi H. Referensi

Weiss, Lyn. Dkk (2010) Oxford American Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation.Worldwide Best-seller.

Panduan Praktik Klinis Fisioterapi | 184 14. Multiple Sclerosis

Dalam dokumen Panduan Praktik Klinis Fisioterapi.pdf (Halaman 178-192)

Dokumen terkait