• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dari golongan Arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab

yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2‐7 hari, manifestasi perdarahan

(petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, perdarahan mukosa, perdarahan

gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji tourniquet (Rumple Leede) positif,

trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/l ), hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit ≥ 20%) disertai atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali) (Depkes RI, 2005).

2.5.2. Etiologi DBD

Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk kelompok B

anthropida borne virus (Arboviruses). Dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu :DEN–1, DEN–2, DEN–3 dan

DEN–4. Salah satu infeksi serotypeakan menimbulkan antibodi terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotype lain dan

sangat kekurangan, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotype

yang lain. Keempat serotype virus Dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di

Indonesia. Serotype DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan

banyak yang menunjukkan manifestasi klinis berat. Serotype DEN–3 berasal dari

Asia, ditemukan pada populasi dengan tingkat imunitas rendah dengan tingkat

penyebaran yang tinggi, sudah diketahui sejak 300 tahun yang lalu

penanggulangannya belum juga tuntas (Depkes RI, 2005).

2.5.3. Cara Penularan DBD

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus

dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes

polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung

virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.

(extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada

saat gigitan berikutnya.

Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya

(transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting.

Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk

tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia,

virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum

menimbulkan penyakit.

Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk

menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas

sampai 5 hari setelah demam timbul. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi

oleh keadaan sekitarnya terutama keadaan lingkungan fisik, seperti kebersihan

halaman rumah, jenis kontainer, perilaku dan sosial ekonomi masyarakat. Nyamuk ini

dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah kurang lebih 1000 meter,

nyamuk ini tidak dapat berkembang biak lebih dari ketinggian tersebut, suhu udara

terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk untuk

berkembang biak (Depkes RI, 2005).

2.5.4. Epidemiologi

Secara epidemiologi dapat dilihat bahwa, kasus DBD dapat menyerang semua

golongan umur, jenis kelamin, terutama anak – anak. Tetapi dalam dekade terakhir ini

terlihat ada kecenderungan peningkatan porsi penderita DBD pada golongan dewasa.

penghujan atau bebarapa minggu setelah musim hujan, maka kasus DBD

memperlihatkan siklus 5 (lima) tahun sekali (Depkes RI, 2005).

Peningkatan kasus diprediksikan akibat lemahnya surveilans epidemiologi dan

upaya pemberdayaan masyarakat untuk memantau jentik sebagai upaya pencegahan

kurang terlaksana secara optimal. Demikian juga dengan angka kematian meningkat

akibat keterlambatan mendapat pertolongan, perilaku masyarakat membersihkan

sarang nyamuk masih kurang (Sungkar, 2007).

2.5.5. Tanda dan Gejala Klinis

Penyakit DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade

terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa.

Sedangkan masa inkubasi DBD biasanya berkisar antara 4-7 hari (Depkes RI, 2005).

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosa WHO

tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis, ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosa

yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD (over diagnosis). Kriteria klinis

tersebut seperti:

a. Demam tinggi tanpa sebab yang jelas yang berlangsung 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji tornique positif,

petekia, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis

dan melena.

c. Pembesaran hati.

d. Adanya syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan

gelisah. Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 / ul atau kurang

dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat peningkatan hemotokrit 20% atau lebih.

Dua kriteria klinis ditambah hematokrit cukup untuk menegakkaan diagnosis

klinis DBD (Depkes RI, 2005).

WHO (1997) membagi derajat DBD dalam 4 (empat) derajat, yaitu :

Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdahan

ialah uji torniqet positif.

Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain. Derajat

III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan jadi

menurun ( < 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan

penderita menjadi gelisah.

Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah

yang tidak dapat diukur (Depkes RI, 2005).

Panduan WHO di tahun 2009 telah diterbitkan yang merupakan

penyempurnaan dari panduan sebelumnya yaitu WHO 1997, penyempurnaan ini

dilakukan karena dalam temuan di lapangan ada hal-hal yang kurang sesuai dengan

panduan WHO 1997 tersebut. Diusulkan adnya redefenisi kasus terutama untuk kasus

infeksi dengue berat. Sering juga ditemukan kasus DBD yang tidak memenuhi ke

empat kriteria WHO 1997 namun terjadi syok. Sehingga disepakatilah panduan

Klasifikasi kasus yang disepakati sekarang adalah :

a. Dengue tanpa tanda bahaya (dengue without warning signs) yakni :

1. Bertempat tinggal di daerah endemik dengue atau bepergian ke daerah

endemik dengue

2. Demam disertai 2 dari hal berikut : mual ataupun muntah, ruam, sakit dan

nyeri, uji torniqet positif, leukopenia.

b. Dengue dengan tanda bahaya (dengue with warning signs)yakni :

nyeri perut, muntah berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan

mukosa, letargi atau lemah, pembesaran hati > 2cm, kenaikan hematokrit seiring

dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

c. Dengue berat (severe dengue ) yakni :

1. Kebocoran plasma berat yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi

cairan dengan distress pernafasan.

2. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan dokter / petugas kesehatan.

3. Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran, gangguan jantung, dan organ lain) (Primal, 2010).

Prognosis DBD sulit di ramalkan dan pengobatan yang spesifik untuk DBD

tidak ada, karena obat terhadap virus dengue belum ada. Prinsip dasar pengobatan

penderita DBD adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran

Dokumen terkait