• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Konsep Bermain Terapeutik 1 Pengertian Bermain 1 Pengertian Bermain

2.2.4. Bermain Terapeutik

2.2.4.1. Pengertian Bermain Terapeutik

Bermain terapeutik didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan terstruktur dirancang sesuai dengan umur, perkembangan kognitif, dan masalah kesehatan yang terkait untuk meningkatkan kesejahteraan psikofisiologi anak-anak yang dirawat di rumah sakit (Anglin. Sawyer, 1993 dalam Li & Lopez, 2008). Bermain terapeutik merupakan bermain untuk menghadapi ketakutan dan keprihatinan pengalaman kesehatan pada anak yang dirawat, yang biasanya dilakukan oleh perawat (Hockenbery & Wilson, 2007; Ball & Bindler, 2003 ). Bermain terapeutik dapat membantu perawat dan anggota staf yang lain untuk memperoleh insight terhadap

pikiran dan perasaan anak, suka dan ketidaksukaan, keinginan dan kebutuhan anak, selama menemani anak untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh suatu pengalaman. Bermain terapeutik merupakan teknik bermain yang dapat digunakan untuk membantu anak memahami lebih baik tentang apa yang akan terjadi pada mereka dalam suatu situasi tertentu (Hatfield, 2008).

Anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, dengan memperhatikan prinsip-prinsip bermain di rumah sakit. Prinsip tersebut antara lain: Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh di ajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia di ruangan(Supartini, 2004).

Permainan yang harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari-lari, dan bergerak secara berlebihan. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.

Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada anak walaupun sedang dirawat di rumah sakit, termasuk dalam aktivitas bermain anaknya.

Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator (Supartini, 2004).

Kegiatan bermain harus diprogram dengan baik di rumah sakit. Pada beberapa negara maju, kegiatan bermain pada anak di rumah sakit di koordinasi oleh nurse play specialist, yaitu perawat yang mempunyai kompetensi khusus dalam melaksanakan program bermain, yang bekerja sama secara kolaboratif dengan perawat dan dokter anak di ruang rawat. Ia yang mempersiapkan program bermain sebagi terapi bagi anak yang akan menghadapi operasi, anak-anak yang akan dilakukan prosedur

diagnostik khusus, atau program bermain rutin sehari-hari bagi anak di rumah sakit.

Apabila tidak ada tenaga khusus yang dapat memprogramkan kegiatan bermain pada anak di rumah sakit, perawat bertugas untuk melaksanakannya (Supartini, 2004).

Pelaksanaan aktivitas bermain di rumah sakit, memerlukan keterlibatan petugas kesehatan, termasuk tenaga perawat yang mungkin bertugas di bagian anak. Untuk itu perlu upaya-upaya sebagai berikut : Menyediakan alat permainan, dalam menyediakan alat permainan, syarat-syarat permainan yang edukatif tetap perlu diperhatikan. Apabila perlu, orang tua diperbolehkan untuk membawa mainan anak dari rumah; menyediakan tempat bermain. Karena anak berada di rumah sakit, hendaknya disediakan ruangan khusus untuk bermain. Apabila tidak memungkinkan, maka bermain bisa dilaksanakan di tempat tidur. Hal tersebut diperlukan untuk menghindari infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang didapat saat dirawat di rumah sakit; dalam pelaksanaannya, aktivitas bermain di rumah sakit merupakan tanggung jawab petugas kesehatan dengan dibantu oleh orang tua. Alat- alat permainan perlu dikelompokan berdasarkan bahannya. Bahan yang beresiko menimbulkan trauma, jangan dicampur dengan bahan yang tidak berbahaya. Selain itu, adanya faktor penghambat atau pendukung perlu diperhatikan agar permasalahan yang timbul dapat dicari solusinya.

Tidak semua alat permainan dapat digunakan untuk anak-anak sebagai alat untuk bermain. Semua alat permainan harus memenuhi syarat-syarat tertentu diantaranya:

aman, Ukuran dan berat alat permainan harus sesuai dengan usia anak , Desainnya harus jelas baik ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas maksud dan tujuannya, fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan anak, bervariasi, inuversal, Tidak mudah rusak, mudah didapat, dan terjangkau oleh masyarakat luas

Manfaat bermain terapeutik adalah menurunkan stress psikologis dan fisiologis yang merupakan tantangan bagi anak dalam menghadapi pengobatan , dan manfaat jangka

panjang membantu perkembangan respon perilaku lebih positif untuk menggambarkan pengalaman pengobatan ( Koller, 2008 dalam Subardiah,2009).

2.2.4.2. Teknik bermain terapeutik

Perawat dapat menggunakan intervensi bermain terapeutik untuk menurunkan stress akibat ketakutan dengan mengguankan bermacam-macam permainan (Ball & Binder, 2003). Adapun tehnik bermian yang dapat diberikan apada anak menurut Ball dan Bindler ( 2003), yaitu sebagai berikut:

1. Cerita

Pengkajian meliputi: apa yang dapat disusun anak tentang sebuah gamar;

menganalisa isi dan petunjuk emosi yang ada dalam cerita; apa yang dapat diceritakan anak tentang pengalaman penting di dalam kelompok anak-anak lain.

Intervensi meliputi: membaca atau menyusun cerita untuk menjelaskan penyakit, hosipitalisasi, atau aspek spesifik lain tentang perawatan kesehatan, termasuk di dalamnya emosi seperti ketakutan.

2. Menggambar

Pengkajian meliputi: lakukan test Goodenough Draw-A-Person untuk mengevaluasi tingkat kognitif; pertimangkan focus utama, ukuran dan penempatan item dalam gambar, warna yang digunakan, ada atau tidak adanya hambatan fisik, dan perasaan emosi secara umum. Lakukan Gellert Index untuk mempelajari pengetahuan anak tentang tubuh dan fungsinya sebelum perencanaan pengajaran.

Intervensi meliputi: Gunakan gambar anak atau outline dari tubuh untuk menjelaskan keperawatan, prosedur atau kondisi; menyediakan kesempatan untuk anak menggambar gambarnya atau pilihannya atau topic langsung seperti sebuah foto keluarga anak atau pertemuan perawat kesehatan;

tanyakan pada anak: “ Ceritakan kepada saya tentang gambar mu” sebagai

tanda emosi anak: “ Anak ini harus menjadi takut terhadap mesin x-ray yang besar.

3. Musik

Pengkajian meliputi: observasi tipe music yang dipilih dan pengaruh bermain music terhadap perilaku anak.

Intervensi meliputi: dorong orangtua dan anak untuk membawa tape favorit ke rumah sakit untuk mengurangi stress;tape dimainkan selama test dan prosedur; orangtua dapat merekam suara mereka sebagai permianan bayi dan anak yang lebih muda selama perpisahan; selama anak dirawat dalam waktu yang lama dapat mengirim rekaman kepada sibling atau teman sekelasnya, dan merekam kembali respon mereka; pada waktu bermain anak diberikan kesempatan memainkan instrument atau menyanyi.

4. Wayang

Pengkajian meliputi: wayang dapat mengajukan pertanyaan kepada anak yang lebih muda, siapa yang biasanya lebih mungkin menjawab.

Intervensi meliputi: menyelenggarakan drama singkat yang lucu untuk mengajarkan anak informasi keutuhan kesehatan.

5. Bermain dramatik

Pengkajian meliputi: menyediakan boneka atau perlengkapan pengobatan dan analisa peran yang diberikan untuk boneka dari masing-masing anak, demonstrasi perilaku dari boneka dalam permaiana anak, dan tampak kelas emosi.

Intervensi meliputi: menyiapkan boneka dan peralatan sesuai permainan;

keamanan dijamin melakukan supervisi secara tertutup ketika perlengkapan digunakan; respon emosional dan perilaku ditunjukan; gunakan boneka dan perlengkapannya seperti pemalut, nebulizer, peralatan intra vena, dan stetoskop untuk menjelaskan keperawatan; gunakan boneka dengan masalah yang sama deengan anak; sedangkan mainan yang membantu pengalaman perkembangan emosi, seperti ketokan papan dan melepaskan anak panah ke dalam rumah.

6. Binatang Kesayangan

Pengkajian meliputi: menyediakan pet terapi; menonton interaksi anatara anak dan binatang.

Intervensi meliputi: menunujukan respon emosi anak; memfasilitasi sentuhan dan memukul binatang.

Dokumen terkait