• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Konsep pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010) . Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007). Jadi pengetahuan merupakan proses dengan menggunakan pancaindra terutama mata dan telinga yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan.

Tingkat pengetahuan seseorang mencerminkan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki orang tersebut. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. Tahu (know) artinya hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Memahami (comprehension) artinya tidak sekedar tahu tapi dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Aplikasi (application) artinya apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antaraa komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.Sintetis (synthetic) menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komonen-komponen pengetahuan yang dimiliki.Dan evaluasi (evaluation) berkaitan dengn kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Tingkatan pengetahuan tersebut dapat menentukan sejauh mana tingkat kemampuan seseorang dalam memahami segala seseuatu yang diketahuinya. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya.

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi menusia dengan lingkungan yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Dengan kata lain perilaku manusia mmerupakan respon atau rekasi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2007). Benyamin Bloom (1908, dalam Notoatmodjo, 2010), mengatakan bahwa perilaku dibagi 3 domain yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Ketiga domain tersebut diukur dalam pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Menurut teori Lawerence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku individu ataupun kelompok:

- Faktor yang mempermudah/predisposing factors: pengetahuan, sikap, nilai, kepercayaan, dan nilai social dari seseorang.

- Faktor pendukung/enabling factors: umur, status sosial, pendidikan, ekonomi, sumber daya manusia.

- Faktor pendorong/reinforcing factors: sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat.

Pengetahuan merupakan faktor yang mempermudah untuk mempengaruhi perilaku seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dapat dari internal (dalam diri individu) maupun dari eksternal (luar diri individu). Notoatmodjo (2005), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya. Tingkat pengetahuan juga berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, dan tidak familier dengan sumber informasi (NANDA, 2009).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

2.4.1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan keribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positfi dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan makin positif terhadap obyek tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.4.2. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam mmecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dari etik yang beertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2007).

2.4.3. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia dewasa awal dan pertengahan, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social serta lenih banyak melakukan persiapan demi suksenya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap

tradisonal mengenal jalannya perkemangan selama hidup. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2005). Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan. Seseorang dapat mengungkapkan apa-apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban lisan maupun tulisan yang merupakan reaksi dari stimulus yang dapat berupa pertanyaan lisan maupun tulisan. Bila pengukuran pengetahuan dengan memberikan kuisioner tentang objek pengetahuan yang diukur , maka penilaian dilakukan dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkaan skor jawaban yang diharapkan(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

N = Sp/Sm x 100%

Keterangan :

N = Nilai pengetahuan Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor tertinggi maksimum

Selanjutnya prosentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :

- Baik : Nilai = 76-100%

- Cukup : Nilai = 56-75%

- Kurang : Nilai = 40-55%

- Tidak baik : Nilai < 40%

Khomsan, (2000 dalam Mawadah & Hardinsyah, 2008) tingkat pengetahuan dikelompokan menjadi tiga, yaitu: tinggi, apabila skor > 80% dari total jawaban yang benar; sedangkan cukup, apabila skor 60-80% dari total jawaban yang benar;

kurang, apabila skor < 60 dari total jawaban yang benar.

Dokumen terkait