• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERLIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM KEGIATAN PENYELAMATAN HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

5.1 Upaya Penyelamatan Sub Daerah Aliran Sungai Cikapundung 1 Aktifitas Kelembagaan Partisipatoris

5.1.1.1 Aksi Kali Bersih

Kegiatan-kegiatan rutin yang selama ini telah dilakukan oleh kelembagaan partisipatoris baik komunitas CRP maupun komunitas Zero untuk menyelamatkan Sungai Cikapundung adalah dengan mengumpulkan sampah/limbah di sepanjang Sungai Cikapundung, hal ini dilakukan hampir setiap hari oleh anggota komunitas CRP dan Zero. Umumnya komunitas CRP dan Zero melakukan kegiatan aksi kali bersih bersama-sama pada hari sabtu dan minggu, menurut mereka kegiatan inilah yang menginisiasi dan menginspirasi warga di bantaran untuk bersama-sama menjaga Sungai Cikapundung. Biasanya selama dua hari komunitas CRP berhasil mengumpulkan sampah basah sekitar 250 kg, berbeda halnya dengan komunitas Zero yang baru terbentuk pada pertengahan tahun 2010 dimana pada awal setelah terbentuknya komunitas Zero, komunitas ini dapat mengumpulkan sampah basah lebih dari 180 kg per harinya, hal ini dikarenakan wilayah kerja komunitas Zero yang sudah mulai memasuki wilayah tengah dan hilir, dimana komunitas Zero harus mengumpulkan sampah basah yang hanyut dari hulu Sungai Cikapundung.

Aksi kali bersih ini dilakukan dengan menggunakan ban karet atau biasa disebut dengan kukuyaan4 serta dengan menggunakan boat karet. Selain itu, aksi kali bersih ini dibagi menjadi beberapa kegiatan, antara lain: (1) membuat jadwal piket untuk menjaga kebersihan Sungai Cikapundung. Piket yang dilakukan berupa memungut sampah di sekitar jalur arung jeram dan lokasi sekitar Sungai Cikapundung; (2) mengangkat sampah sungai per tiga hari; dan (3) membuat jaring penangkap sampah. Khusus bagi setiap pengurus komunitas CRP dan Zero kegiatan ini wajib dilakukan oleh anggotanya.

4

Kukuyaan sendiri merupakan permainan tradisional Jawa Barat yang diambil dari nama kuya (kura-kura-red). Orang yang memainkan kukuyaan harus terlentang di atas ban agar bisa melaju di sungai, tangan harus digunakan untuk mengayuh seperti dayung.

Kegiatan lainnya yang telah dilakukan komunitas CRP terkait rehabilitasi Sungai Cikapundung adalah kegiatan survey pendahuluan selama tiga bulan pada tahun 2010 untuk memahami kondisi lapangan secara mendalam dimana komunitas CRP menganalisis karakter, kebiasaan dan psikologi masyarakat sekitar bantaran Sungai Cikapundung, khususnya kawasan Inti Pilot Project yaitu pembagian panjang Sungai Cikapundung dengan penentuan titik nol km yang berpusat di Curug Dago yang biasa disebut sebagai “Fase Pertama” yang berjarak 1000 meter (600 meter ke hulu dan 400 meter ke hilir) serta termasuk ke dalam kawasan sekitar bantaran Sungai Cikapundung. Alasan komunitas CRP memilih Curug dago sebagai wilayah Inti Pilot Project mereka adalah karena beberapa faktor, antara lain: (1) faktor historis (terdapat prasasti peninggalan raja Thailand, di sepanjang aliran sungai Cikapundung terdapat beberapa kabuyutan dan artefak kehidupan masa lampau, seperti. Kabuyutan Geger Sunten, Batu Loceng, Batu Meja, Dago Bengkok, Curug Dago dan prasasti Cimaung- Tamansari); (2) faktor geografis (karena masih merupakan hulu DAS Citarum); (3) kondisi masyarakat sekitar bantaran Sungai Cikapundung; adanya dukungan birokrasi, khususnya dari para elit politik (Taman Hutan Rakyat (TAHURA) dan aparat pemerintah setempat); dan (3) membatasi masalah (fokus terhadap hulu DAS Citarum yaitu Sungai Cikapundung)5.

Wilayah kerja kelembagaan partisipatoris sendiri hingga saat ini telah mencakup sepanjang 4,3 km dari Curug Dago hingga bantaran Sungai Cikapundung dan kini sedang memperluas wilayah kerjanya menjadi 8 km dari total keseluruhan panjang Sungai Cikapundung sepanjang ±15,5 km dimana komunitas CRP menjadi pusat dari segala kegiatan yang berhubungan dengan Sungai Cikapundung. Namun wilayah kerja sepanjang 8 km tersebut hanya mencakup wilayah hulu dan tengah Kota Bandung saja, belum mencakup wilayah hulu Kabupaten Bandung yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya menjadi peternak sapi dan belum menyadari akibat yang ditimbulkan dari pembuangan limbah kotoran sapi tersebut ke Sungai Cikapundung. Walaupun kelembagaan partisipatoris sudah beberapa kali melakukan kegiatan sosialisasi dan penyadaran terhadap warga di hulu Sungai Cikapundung (Kabupaten

5

Bandung), namun belum ada perubahan yang berarti, hal ini dikarenakan menyangkut kebutuhan ekonomi warga di Kabupaten Bandung. Kelembagaan partisipatoris telah melakukan kegiatan bersama dengan berbagai pihak yang terkait dengan Sungai Cikapundung, pihak-pihak tersebut antara lain; Masyarakat Cikapundung, Walikota, Taman Hutan Rakyat (TAHURA), Camat, Lurah, LSM Gemapeta, LSM Camel, LSM Lentera Zaman, LSM Lentera Ide Nusantara, LSM Lentera Nusantara, Abalaba Solutions, beberapa perguruan tinggi, Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Kehutanan (Dephut), Sekolah Alam Bandung, RT, RW dan berbagai pihak swasta sepert Pikiran Rakyat, Bank Ekonomi, Greenation Indonesia, dan pihak swasta lainnya yang peduli terhadap Sungai Cikapundung6.

Untuk melakukan gerakan penyelamatan sungai bersama dengan masyarakat, komunitas CRP dan komunitas Zero terlebih dahulu melakukan pendekatan dengan para pemangku kepentingan (camat, lurah, RW, RT, karang taruna, dan lain sebagainya) di sepanjang bantaran Sungai Cikapundung untuk dapat bekerjasama melestarikan Sungai Cikapundung dan menggiatkannya melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Sungai Cikapundung. Pada akhirnya sambutan baik diberikan kepada komunitas CRP dan komunitas Zero dimana di setiap RW di sepanjang bantaran sungai mulai membentuk komunitas- komunitas pegiat Sungai Cikapundung, bahkan dalam satu RW terdapat lebih dari satu komunitas pegiat sungai. Berikut penuturan salah satu anggota komunitas CRP mengenai filosofis terbentuknya gerakan bersama untuk pembembebasan Sungai Cikapundung dari sampah rumah tangga dan limbah industri.

“Kami memiliki landasan yang kuat untuk membebaskan Sungai Cikapundung dari sampah rumah tangga dan limbah industri, filosofi tersebut diumpamakan setetes air yang jatuh ke dalam genangan air dan akhirnya menghasilkan rembetan/getaran yang semakin lama semakin membesar dan tersebar terhadap genangan air yang terkena tetesan tersebut, Kami pun optimis dengan teori tersebut dan akhirnya kini terbukti dimana semakin lama semakin banyak yang menggiatkan Sungai Cikapundung. Dahulu yang melestarikan dan menggiatkan Sungai Cikapundung hanya masyarakat di hulu saja, kini sudah mulai ke tengah Sungai Cikapundung, suatu hari kami percaya Sungai Cikapundung akan terbebas dari sampah dan limbah hingga ke hilir” (Irw, 48 thn).

6

Gambar 5.2 Filosofis Setetes Air untuk Gerakan di Sungai Cikapundung Semakin banyak komunitas di sepanjang Sungai Cikapundung maka akan semakin terwujud untuk menjadikan Sungai Cikapundung sebagai salah satu objek wisata air di Kota Bandung. Untuk menjadikan Sungai Cikapundung sebagai salah objek wisata air di Kota Bandung diperlukan dukungan dan kerjasama dari Kabupaten Bandung (hulu Sungai Cikapundung). Kini ± hanya tinggal sepanjang 7,5 km upaya penyelamatan Sungai Cikapundung yang dilakukan oleh kelembagaan partisipatoris yaitu mulai dari tengah hingga ke hilir Sungai Cikapundung, namun sayangnya upaya penyelamatan Sungai Cikapundung oleh kelembagaan partisipatoris ini baru terlaksana di Kota Bandung saja, belum sampai ke Kabupaten Bandung.

5.1.1.1.1 Pelatihan Susur Sungai

Kegiatan pemungutan sampah menggunakan boat atau ban di Sungai Cikapundung adalah kegiatan rutin yang selalu dilaksanakan oleh kelembagaan partisipatoris termasuk oleh setiap anggota komunitas CRP dan komunitas Zero. Dalam kegiatan tersebut diperlukan keamanan dan keselamatan yang memadai, terutama keamanan bagi anak-anak remaja baik itu yang melakukan pengambilan sampah atau hanya sekedar bermain-main di sepanjang bantaran Sungai Cikapundung. Untuk saat ini, pelatihan susur sungai hanya diadakan oleh komunitas CRP yang meliputi cara menggunakan ban atau boat pada berbagai keadaan sungai, sehingga para remaja dapat terbiasa kukuyaan atau river boarding

dengan berbagai situasi di sungai, terutama di arus yang deras. Pelatihan ini berguna untuk mengetahui dimana saja medan-medan sungai yang dapat dilalui dengan aman dan medan sungai yang berbahaya untuk dilalui. Untuk komunitas Zero memang tidak mengadakan pelatihan khusus seperti yang dilakukan oleh komunitas CRP, namun anggota komunitas Zero selalu mendampingi remaja yang baru pertama kali melakukan kukuyaan di Sungai Cikapundung.