• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Operasi yang Dapat dikembalikan dalam Perhitungan Bagi Hasil

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 63-67)

2. LANDASAN TEORI

2.3 Jenis Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas

2.3.3 Biaya Operasi yang Dapat dikembalikan dalam Perhitungan Bagi Hasil

Dalam salah satu Klausul5 Production Sharing Contract (PSC), dinyatakan bahwa:

KONTRAKTOR akan memperoleh kembali penggantian atas Biaya Operasi dengan diambilkan dari hasil penjualan atau penyerahan lainnya dari jumlah Minyak dan Gas Bumi senilai dengan Biaya Operasi, yang diproduksi dan disimpan dan tidak digunakan dalam Operasi Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 6.1.2 di bawah. Biaya Operasi dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan dalam menghitung penghasilan kena pajak KONTRAKTOR.

Frasa dalam Klausul tersebut yang menyatakan bahwa ‘memperoleh kembali penggantian biaya operasi’ inilah yang disebut dengan cost recovery (Pudyantara, 2012). Dalam PSC dijelaskan bahwa modal yang ditanggung oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) merupakan biaya operasi yang dapat dikembalikan oleh Pemerintah pada saat kegiatan usaha hulu migas menghasilkan produksi komersial.

Biaya operasi yang dapat dikembalikan Pemerintah (cost recovery) diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Dalam Pasal 11 ayat (1) PP No. 79 Tahun 2010 disebutkan bahwa biaya operasi terdiri atas biaya eksplorasi, biaya eksploitasi, dan biaya lain.

Biaya eksplorasi dan biaya eksploitasi (produksi) diatur dalam Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3) PP No. 79 Tahun 2010. Biaya eksplorasi terdiri atas biaya pengeboran, biaya geologis dan geofisika, biaya umum dan administrasi kegiatan eksplorasi, dan biaya penyusutan. Biaya pengeboran meliputi biaya pengeboran eksplorasi dan biaya pengeboran pengembangan. Biaya geologis dan geofisika

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! !

5 Pada umumnya terdapat dalam Pasal 6.1.1 BAB VI Production Sharing Contract antara Pemerintah Indonesia dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama

terdiri atas biaya penelitian geologis dan biaya penelitian geofisika. Sementara itu, biaya eksploitasi menurut PP No. 79 Tahun 2010 terdiri dari biaya langsung produksi untuk minyak dan gas bumi, biaya pemrosesan gas bumi, biaya utility, biaya umum dan administrasi, dan biaya penyusutan. Dalam hal ini, biaya utility terdiri atas biaya perangkat produksi dan pemeliharaan peralatan dan biaya uap, air, dan listrik.

Biaya umum dan administrasi untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, diatur dalam Pasal 11 ayat (4) PP No. 79 Tahun 2010. Menurut peraturan tersebut, biaya umum dan administrasi meliputi biaya administrasi dan keuangan, biaya pegawai, biaya jasa material, biaya transportasi, biaya umum kantor, dan pajak tidak langsung, pajak daerah, dan retribusi daerah.

Biaya lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c PP No. 79 Tahun 2009 terdiri dari biaya untuk memindahkan gas dari titik produksi ke titik penyerahan, dan biaya kegiatan pasca operasi kegiatan usaha hulu migas.

Sesuai dengan Pasal 15 PP No. 79 Tahun 2010, barang yang memiliki masa manfaat tidak lebih dari satu tahun dibebankan sebagai biaya operasi pada saat barang digunakan (placed into service). Sementara itu, penyusutan atas pengeluaran harta berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun diatur dalam Pasal 16 PP No. 79 Tahun 2010. Menurut Pasal 16 PP No. 79 Tahun 2010, penyusutan dimulai pada bulan harta tersebut digunakan (placed into service) dan perhitungannya dilakukan sesuai kelompok, tarif, dan masa manfaat yang sesuai dengan peraturan tersebut.

Tidak semua biaya operasi yang dikeluarkan oleh KKKS akan dikembalikan oleh Pemerintah dalam perhitungan bagi hasil produksi. Biaya operasi yang dapat dikembalikan Pemerintah kepada KKKS memiliki persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut tertera dalam Pasal 12 PP No. 79 Tahun 2010. Dalam ayat (1) Pasal 12 PP No. 79 Tahun 2010 disebutkan bahwa biaya operasi yang dapat dikembalikan dalam perhitungan bagi hasil dan pajak penghasilan harus memenuhi persyaratan:

A) dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan terkait langsung dengan kegiatan operasi perminyakan di wilayah kerja kontraktor yang bersangkutan di Indonesia;

B) menggunakan harga wajar yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan;

C) pelaksanaan operasi perminyakan sesuai dengan kaidah praktek bisnis dan keteknikan yang baik;

D) kegiatan operasi perminyakan sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang telah mendapatkan persetujuan Kepala Badan Pelaksana.

Persyaratan mengenai biaya yang dikeluarkan yang terkait langsung dengan operasi perminyakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a Pasal 12 PP No. 79 Tahun 2010 tertera dalam Pasal 12 ayat (2) PP No. 79 Tahun 2010. Kemudian, dalam pasal 12 ayat (3) PP No. 79 Tahun 2010 dijelaskan bahwa batasan maksimum biaya yang berkaitan dengan remunerasi tenaga kerja asing ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri.

Terdapat pula beberapa jenis biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan dalam perhitungan bagi hasil (cost recovery). Hal ini diatur dalam Pasal 13 PP No. 79 Tahun 2010. Biaya yang tidak dapat dikembalikan pemerintah tersebut, diantaranya, meliputi:

A) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi dan/atau keluarga dari pekerja, pengurus, pemegang participating interest, dan pemegang saham

B) sanksi administrasi dan sanksi pidana berupa denda yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

C) biaya penyusutan atas barang dan peralatan yang digunakan yang bukan milik negara

D) biaya tenaga kerja asing yang tidak memenuhi prosedur rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) atau tidak memiliki izin kerja tenaga asing (IKTA)

E) biaya konsultan hukum yang tidak terkait langsung dengan operasi perminyakan dalam rangka kontrak kerja sama, biaya konsultan pajak, biaya audit komersial

F) biaya representasi, termasuk biaya jamuan dengan nama dan dalam bentuk apapun, kecuali disertai dengan daftar nominative penerima manfaat dan nomor pokok wajib pajak penerima manfaat

G) biaya pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat pada masa eksploitasi

H) biaya pelatihan teknis untuk tenaga kerja asing

I) pengadaan barang dan jasa serta kegiatan lainya yang tidak sesuai dengan prinsip kewajaran dan kaidah keteknikan yang baik, atau yang melampaui nilai persetujuan otorisasi pengeluaran di atas 10% dari nilai otorisasi pengeluaran (Authorization for Expenditures/ AFE)

Ketika biaya operasi telah memenuhi syarat, maka akan ditentukan pula mana biaya operasi yang boleh dibebankan pada tahun berjalan dan dapat dikembalikan oleh Pemerintah dalam satu tahun kalender. Pasal 20 PP No. 79 Tahun 2010 menjelaskan biaya operasi yang dapat dikembalikan Pemerintah kepada KKKS dalam satu tahun kalender. Dalam Pasal 20 ayat (1) PP No. 79 tahun 2010 dijelaskan bahwa biaya operasi yang dapat dikembalikan dalam satu tahun kalender meliputi biaya bukan modal (non-kapital) tahun berjalan, penyusutan biaya modal (kapital) tahun berjalan, dan biaya operasi yang belum dapat dikembalikan pada tahun-tahun sebelumnya (unrecovered costs). Sesuai dengan Pasal 20 ayat (3) PP No. 79 Tahun 2010, baiaya operasi yang dapat dikembalikan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal tersebut, yang belum dapat diperhitungkan dalam satu tahun kalender dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya.

!

2.4 Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 63-67)

Dokumen terkait