5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.3 Saran
Dari uraian pembahasan laporan magang ini, disarankan agar Pemerintah membuat peraturan yang mengharuskan Kontraktor Kontrak Kerja Sama untuk menggunakan perlakuan akuntansi yang mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bagi biaya operasionalnya. Kemudian, peraturan yang disarankan untuk dibuat tersebut sebaiknya mencangkup aturan bahwa prosedur akuntansi dalam kontrak kerja sama Production Sharing Contract (PSC) mendatang harus sesuai dengan PSAK, khususnya untuk bagian perlakuan akuntansi atas biaya operasional.
Hal tersebut direkomendasikan karena dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK untuk biaya operasional kontraktor, penerimaan bagian pemerintah atas migas menjadi lebih besar dibandingkan ketika menggunakan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C, sehingga akan lebih menguntungkan pemerintah. Di lain sisi, bagi kontraktor, menggunakan perlakuan akuntansi yang sesuai dengan PSAK akan mempermudah proses pelaporan keuangan karena tidak perlu mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang berbeda ketika membuat laporan keuangan untuk publik maupun laporan status keuangan untuk pemerintah.
Selain itu, untuk mengendalikan cost recovery, direkomendasikan agar pemerintah dapat mengintegrasikan sistem informasi akuntansi yang relevan untuk pelaporan Financial Quarterly Report antara sistem informasi akuntansi yang dimiliki kontraktor dengan SKK Migas. Hal ini dilakukan agar data keuangan kontraktor yang relevan, termasuk realisasi anggaran kontraktor dapat dipantau oleh SKK Migas dengan basis real-time, sehingga, verifikasi biaya kontraktor dapat dilakukan lebih cepat. Namun, kelemahan dari pengintegrasian sistem informasi akuntansi SKK Migas dengan kontraktor adalah biayanya besar, karena masing-masing kontraktor memiliki sistem informasi akuntansi yang berbeda-beda.
Agar verifikasi pengeluaran biaya kontraktor dapat dilakukan sebelum biaya tersebut dikeluarkan, maka disarakan untuk menempatkan satu orang perwakilan dari SKK Migas pada perusahaan minyak yang menjadi Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Namun, orang yang merepresentasikan SKK Migas pada perusahaan minyak tersebut haruslah independen dan memiliki integritas. Dengan dilakukannya hal tersebut, maka pengawasan dan pengendalian biaya operasi yang akan dikembalikan pemerintah dapat dilakukan secara lebih ketat dan keputusan dapat diambil dengan lebih cepat.
Selain itu, dalam mengendalikan jumlah cost recovery, penulis disarakankan agar pemerintah menetapkan peraturan mengenai batasan jumlah cost recovery tahun berjalan. Salah satu caranya adalah dengan menetapkan batasan proporsi biaya yang dapat dikembalikan pemerintah dengan pendapatan pada tahun berjalan.
DAFTAR REFERENSI
Allen & Overy. (2013). Guide to Extractive Industries Documents – Oil & Gas. 6 Desember, 2013.
http://www.allenovery.com/publications/en-gb/Pages/Guide-to-Extractive-Industries.aspx
Arief, S. (1976). The Indonesian Petroleum Industry: A Study of Resource Management in a Developing Economy. Jakarta: Sritua Arief Associates. Brock, H. R., Carnes, M. Z., Justice, R. (2007). Petroleum Accounting –
Principles, Procedures, & Issues (6th ed.). Texas: Professional Development Institute.
British Petroleum. (2013). BP Statistical Review of World Energy 2013. 23 Agustus, 2013.
http://bp.com/statisticalreview
Dharmasaputra, M. (2013). Wajah Baru Industri Migas Indonesia. Jakarta: PT Katadata Indonesia.
E-Tech International. (n.d.). Environmental Management in Oil and Gas Exploration and Production. 23 Agustus, 2013.
http://www.etechinternational.org/new_pdfs/lessImpact/AttAoverview.pdf. Ikatan Akuntan Indonesia. (1994). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 29 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Jakarta: Tim Penyusun.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 19 Tentang Aset Takberwujud. Jakarta: Tim Penyusun.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 64 Tentang Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral. Jakarta: Tim Penyusun.
Lubiantara, B. (2012). Ekonomi Migas. Jakarta: Grasindo.
Martani, D. (2011). PSAK 64 Evaluasi Sumber Daya Mineral. 24 Oktober, 2013. http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/PSAK-64-Evaluasi-Sumber-Daya-Mineral-IFRS-6-Exploration-120212.pptx
OpenOil. (2012). Oil Contracts. Berlin: Author.
Patmosukismo, S. (2011). MIGAS: Politik, Hukum dan Industri. Jakarta: PT Fikahati Aneska.
Republik Indonesia. (2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2004, No. 123. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2005, No. 81. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Biaya Operasi yang Dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2010, No. 139. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2013). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2013, No. 24. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2001). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2001, No. 136. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. (2002). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2002, No. 81. Jakarta: Sekretariat Negara. Pudjoutomo, S. (2002, Mei). PSC Accounting. Paper presented at LDI Training
for PSC Accounting, Bandung, Indonesia.
Pudyantoro, A.R. (2012). A to Z Bisnis Hulu Migas. Jakarta: Petromindo.
PricewaterhouseCoopers. (2012). Oil and Gas in Indonesia – Investment and Taxation Guide (5th ed.). Jakarta: Author.
PricewaterhouseCoopers. (2011). Financial Reporting in The Oil and Gas Industry (2nd ed.). 30 Juli, 2013.
http://www.pwc.com/gx/en/oil-gas-energy/reporting-regulatory-compliance/publications-financial-reporting-oil-gas-industry.jhtml
Sanusi, B. (2004). Potensi Ekonomi Migas Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sanusi, B. (2002). Peranan Migas dalam Perekonomian Indonesia. Jakarta:
Penerbit Universitas Trisakti.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2012). Laporan Tahunan 2012. Jakarta: Tim Penyusun.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2013). Struktur Organisasi SKK Migas. 18 Oktober, 2013.
http://www.skkmigas.go.id/tentang-kami/organisasi
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (n.d.). Financial Budget and Reporting Procedure Manual of Production Sharing Contract. Dokumen Internal SKK Migas.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (n.d.). Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Dokumen Internal SKK Migas.
Tampubolon, D. S. (2010). Produksi Minyak Nasional – Realisasi dan Rekomendasi. 6 Oktober, 2013. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/3950-produksi-minyak-nasional-realisasi-dan-rekomendasi.html
“Crude Oil” EIA Energy Glossary. (n.d). 23 Agustus 2013. http://www.eia.gov/tools/glossary/index.cfm.
Production Sharing Contract antara BP MIGAS dengan XXX, Ltd. (2005). Dokumen Internal SKK Migas.
Keterangan:
Pengertian terminologi inti (Key Terms) yang digunakan pada Production Sharing Contract (PSC) menurut Allen & Overy (2013) meliputi:
A) Termin (Term)
Termin dalam PSC terbagi atas dua fase, yaitu fase eksplorasi dan fase produksi (atau yang sering juga disebut dengan fase eksploitasi atau pengembangan).
B) Kewajiban keuangan bagi kontraktor (Financial Obligations)
Kontraktor diwajibkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang spesifik, sehingga dalam melakukannya, harus megeluarkan tingkatan minimum dari pengeluaran. Kontraktor diberikan jangka waktu tertentu dalam menyelesaikan kewajiban ini. Ketika gagal, maka kontraktor diharuskan membayar kepada negara selisih antara jumlah biaya yang secara aktual dikeluarkan dengan minimum komitmen pengeluaran. Kemudian, ketika kontraktor melampaui kewajiban pekerjaan minimum pada saat fase eksplorasi awal, maka kelebihan pekerjaan tersebut akan dikreditkan dengan persyaratannya dalam fase eksplorasi yang diperpanjang (contoh pada Angola dan Vietnam).
C) Work Programme and budget
Merupakan program kerja dan anggaran pelaksanaan operasi, termasuk minimum kewajiban kerja dan rincian dari setiap sumur yang diusulkan, yang mendapat persetujuan oleh Komite Operasional.
D) Pelepasan (relinquishment)
Mengharuskan kontraktor untuk menyerahkan bagian tertentu dari wilayah kerja (contract area) kepada negara setelah suatu periode waktu tertentu, biasanya wilayah yang belum dieksploitasi. Setelah pelepasan, kontraktor diharuskan untuk memindahkan peralatan, mesin, dan instalasi lainnya dari area yang dilepaskan.
Dalam PSC, yang dimaksud dengan operator adalah entitas yang bertanggung jawab untuk mengelola operasi harian eksplorasi dan eksploitasi migas. F) Cost Recovery
Kontraktor berhak untuk memperoleh kembali biaya eksplorasi dan produksi biaya dari produksi minyak yang tersedia atau pendapatan kotor. Nominal biaya yang dikembalikan biasanya ditentukan sesuai dengan 'prosedur akuntansi' (yang biasanya dilampirkan pada kontrak), dan biaya yang dapat dikurangkan untuk tujuan perhitungan penghasilan kena pajak Kontraktor G) Penemuan komersial (commercial discovery)
Yang dimaksud dengan penemuan komersial adalah penemuan minyak atau gas bumi dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan produksi yang berpotensi menguntungkan.
H) Participating interest
Merupakan kepentingan masing-masing peserta dalam sebuah usaha bersama. Negara umumnya akan memiliki pilihan untuk berpartisipasi sebagai kontraktor dalam kerangka PSC secara keseluruhan, atau, seperti pada umumnya negara menanggung semua biaya eksplorasi dan kontraktor akan memberi negara interest. Ketika membahas permasalahan komersial, negara umumnya dapat memilih untuk mengkonversi interest partisipasinya untuk menjadi working interest penuh. Sebagai imbalannya, negara setuju untuk menggantikan biaya kontraktor yang telah dikeluarkan sampai pada tahapan tertentu dalam operasi, yang sebanding dengan persentase interest yang diakuisisi oleh negara.
I) Lingkungan (environment)
Lingkungan merupakan ketentuan umum dimana kontraktor diwajibkan untuk mengambil langkah yang diperlukan dan memadai untuk menjamin operasi yang dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan lingkungan J) Stabilisasi (stabilization)
Dalam konteks kontrak sumber daya, klausul stabilisasi berusaha untuk mengatasi permasalahan negara yang mungkin, kedepannya, akan
Misalnya, undang-undang minyak bumi atau rezim perpajakan. Klausul ini mencoba untuk mempertahankan keseimbangan kontrak asli.
K) Assignment / withdrawal
Assignment adalah pengalihan hak atau harta dari satu pihak ke pihak lain (agar kewajiban dapat dialihtangankan, persetujuan dari pihak kontraktor lain mungkin diperlukan).
L) Terminasi (termination)
PSC umumnya akan berakhir setelah melewati masa kontrak atau karena suatu peristiwa telah muncul yang memberikan hak salah satu pihak untuk mengakhiri kontrak PSC dan pihak-pihak yang telah melaksanakan hak-hak tersebut.
M) Expropriasi (expropriation)
Yang dimaksud dengan ekspropriasi adalah penyitaan wajib milik pribadi oleh, atau penyerahan wajib milik pribadi untuk, otoritas pemerintah, seolah-olah untuk kepentingan publik.
N) Kewajiban (liability)
Yang dimaksud dari kewajiban adalah tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan seseorang atau kelalaian, dilaksanakan dengan hukum perdata atau hukuman pidana
O) Force Majeure
Force majeure merupakan kejadian di luar kuasa para pihak yang melakukan perjanjian, sehingga akan menghapuskan kewajiban pihak tersebut.
P) Ganti rugi (indemnities)
Suatu usaha untuk mengimbangi atau memberikan perlindungan terhadap kerusakan, kerugian atau tanggung jawab. Dalam kontrak, konsep ganti rugi dapat terjadi ketika suatu pihak setuju untuk membayar atas potensi kerugian dari yang lain, atau untuk melindungi diri dari kewajiban yang timbul dari kerugian tersebut.
dengan pembayaran dan nilai tukar mata uang, termasuk hak untuk melakukan pembayaran dalam mata uang dari negara yang bersangkutan atau mata uang asing, untuk bebas mengkonversi dana, untuk membayar karyawan asing dalam mata uang asing, dan untuk menyetor hasil penjualan minyak ke luar negeri.
R) National Economic Interest
Mayoritas PSC juga mewajibkan kontraktor untuk memasok minyak dan / atau gas ke pasar domestik, sesuai dengan komitmen penjualan yang ada. Dalam kasus-kasus tertentu kewajiban ini hanya muncul ketika negara tidak mampu memenuhi permintaan itu sendiri. Perjanjian umumnya akan menggantikan minyak dan / atau gas kontraktor pada harga pasar, walaupun mungkin ada ketentuan dimana kontraktor dikompensasikan dengan diskon tertentu dari harga pasar.
S) Pengembangan masyarakat (community development)
Kontraktor diwajibkan untuk mempekerjakan warga lokal dan kontraktor perlu menyediakan atau memberikan kontribusi finansial untuk berbagai skema pelatihan dan pendidikan bagi pekerja lokal.
T) Valuasi (valuation)
Pada saat transaksi, harga pasar umumnya merupakan free on board (FOB) harga pasar pada titik pengiriman atau harga aktual yang diterima oleh masing-masing pihak selama kuartal tertentu untuk penjualan minyak serupa. Hal ini biasanya disesuaikan untuk mengakomodasi perbedaan dalam kualitas, pengiriman, transportasi dan pembayaran (contoh: Cina), dan mungkin belum termasuk jenis transaksi tertentu, misalnya, penjualan kepada negara.
U) Keamanan (security)
Kinerja kontraktor dari kewajiban kerja minimum dan pembayaran komitmen pengeluaran minimum, dapat diamakan dengan jaminan. Jaminan tersebut umumnya disesuaikan setiap tahun untuk memperhitungkan uang yang dikeluarkan oleh Kontraktor selama tahun itu, atau dapat ditingkatkan jika tahap eksplorasi diperpanjang.
Kerahasiaan adalah poin penting dalam PSC, yang menyediakan kedua belah pihak untuk memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari yang lain sebelum dapat mengungkapkan "informasi rahasia" kepada pihak ketiga, ini umumnya didefinisikan sebagai memasukkan semua data, informasi dan laporan yang berkaitan dengan operasi perminyakan.
W) Penyelesaian sengketa
Terminologi atau klausul penyelesaian sengketa dalam kontrak PSC dimasukkan untuk untuk menentukan bagaimana cara menyelesaikan perselisihan ketika terjadi di antara para pihak yang melakukan kontrak. Penyelesaian sengketa yang dimaksud adalah suatu proses untuk menyelesaikan sengketa antara para pihak yang melakukan kontrak. Penyelesaian sengketa alternatif sering dilakukan sebagai pengganti atau sebelum dilakukannya litigasi. Langkah awal yang biasanya dilakukan adalah dengan melakukan musyawarah dengan manajemen senior, namun ketika hal tersebut gagal, maka akan dilakukan dengan dengan arbitrase atau dengan mengikuti mekanisme yang telah ditentukan ahli hukum.
X) Anti penyuapan dan / atau korupsi
Ketentuan yang berkaitan dengan anti penyuapan dan / atau korupsi, tidak sering terlihat di PSC, meskipun telah dicatat bahwa hal ini adalah bagian yang berkembang dari hukum internasional dengan undang-undang yang luas dan jauh jangkauannya, namun diperkenalkan relatif baru, misalnya di Inggris dan Amerika Serikat. Ketentuan tersebut umumnya cukup luas, yakni mengharuskan Kontraktor untuk menjamin bahwa hal yang diperbuat tidak akan mengarah kepada penyuapan pejabat negara, seperti pemberian hadiah atau membujuk mereka, atas setiap tindakan yang diambil yang menjadi tugas mereka.