• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.1 Proyeksi Arus Kas (Cashflow)

7.1.2 Arus Keluar (Outflow)

7.1.2.2 Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya ditentukan oleh banyaknya ouput, semakin banyak ouput maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan. A. Biaya Tetap

Biaya tetap terdiri dari biaya pembayaran listrik, pulsa telepon, transportasi, pemeliharaan bangunan dan lokasi peternakan, pajak kendaraan, biaya dokter hewan, sewa lahan, pembelian alat tulis kantor, dan beberapa peralatan yang memiliki umur ekonomis kurang dari satu tahun.

Selain peternakan kambing perah, peternakan Prima Fit juga memiliki unit usaha sapi perah dan kuda pacu sehingga terdapat beberapa biaya yang digunakan bersama. Hal ini menyebabkan perlunya perhitungan joint cost.

Joint cost untuk masing-masing unit usaha dihitung berdasarkan pendapatan

yang diperoleh saat ini dari masing-masing unit usaha karena mencerminkan kontribusi masing-masing unit usaha pada pendapatan Peternakan Prima Fit. Peternakan Prima Fit. Perhitungan joint cost dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Perhitungan Joint Cost

Jenis Usaha Pendapatan/hari (Rp) Joint cost (%)

Kambing Perah 2.100.000 76,4

Sapi Perah 50.000 1,8

Kuda Tunggang 600.000 21,8

Total 100

Biaya listrik merupakan biaya yang dikeluarkan secara bersamaan oleh unit usaha lainnya sehingga perlu adanya perhitungan joint cost. Total biaya listrik pada skenario I sebesar Rp 140.000,00 per bulan tetapi dengan perhitungan joint cost maka biaya listrik menjadi Rp Rp 106.960,00 per bulan. Sedangkan pada skenario II, total biaya listrik sebesar Rp 160.000,00 per bulan

99 tetapi dengan perhitungan joint cost maka biaya listrik menjadi Rp 122.240,00 per bulan.

Biaya pulsa telepon digunakan untuk menghubungi konsumen atau mempromosikan susu kambing Prima Fit pada calon konsumen. Biaya Transportasi terdiri dari biaya bahan bakar, tol, dan biaya perjalanan lain-lain. Biasanya biaya transportasi dikeluarkan ketika pemilik atau karyawan membeli obat-obatan, styrofoam, dry ice, dan ampas tempe. Biaya pemeliharaan bangunan dan lokasi peternakan dikeluarkan untuk memperbaiki bangunan dan kandang yang rusak, jalan peternakan dan lain-lain. Lahan untuk ladang rumput merupakan lahan yang disewa oleh pemilik karena lahan ladang rumput yang dimiliki sudah tidak mencukupi kebutuhan seluruh kambing perah. Lahan yang disewa seluar 5.000 m2 dengan harga sewa Rp 1.000 per m2 per tahun. Luas lahan yang disewa untuk menanam rumput gajah akan sama baik pada skenario I maupun skenario II. Alat tulis kantor terdiri dari pulpen, kertas, tinta isi ulang, spidol, lakban, dan peralatan lainnya.

Biaya tenaga kerja terdiri dari gaji, konsumsi, THR, dan tunjungan kesehatan karyawan. Jumlah manajer kandang dan penanggung jawab kandang akan tetap sama meskipun jumlah populasi kambing perah semakin banyak. Sedangkan jumlah anak kandang akan semakin banyak dengan bertambahnya jumlah populasi kambing perah karena setiap penambahan jumlah populasi kurang lebih 50 ekor maka akan ada penambahan jumlah anak kandang sebanyak satu orang.

Seluruh karyawan menerima gaji per bulan dengan jumlah yang berbeda-beda namun gaji pemilik tidak diperhitungkan dalam analisis. Biaya konsumsi karyawan sebesar Rp 5.000,00 untuk sekali makan. Setiap karyawan makan tiga kali dalam satu hari sehingga dalam satu tahun setiap karyawan makan sebanyak 1.080 kali. THR diberikan pada setiap karyawan sebanyak satu bulan gaji. Namun bagi karyawan yang tidak pulang akan memperoleh THR sebanyak dua bulan gaji. Jumlah karyawan yang tidak pulang mencapai 75 persen dari seluruh jumlah karyawan. Selain konsumsi dan THR, karyawan juga memperoleh tunjangan untuk biaya kesehatan sebesar Rp 50.000,00 per bulan per orang jika sakit. Rata-rata jumlah karyawan yang sakit dalam sebulan

100 sebanyak 10 persen dari jumlah seluruh karyawan. Gaji, THR, dan Konsumsi manajer kandang juga dihitung dengan menggunakan joint cost dimana gaji dan THR manajer kandang setelah perhitungan joint cost sebesar Rp 1.146.000,00 sedangkan konsumsi karyawan sebesar Rp 3.820,00. Rinciay biaya karyawan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rincian Biaya Karyawan per Tahun (Rupiah)

Skenario I N o BIAYA TETAP Tahun 1 2 3 4 5 1 Gaji 27.252.000 34.152.000 34.152.000 37.452.000 41.052.000 2 THR 5.217.667 5.217.667 5.217.667 5.393.143 6.030.500 3 Konsumsi Karyawan 20.775.600 31.125.600 31.125.600 36.075.600 41.475.600 4 Biaya Kesehatan Karyawan 400.000 600.000 600.000 600.000 600.000 Skenario II N o BIAYA TETAP Tahun 1 2 3 4 5 1 Gaji 29.652.000 37.752.000 40.452.000 44.652.000 48.252.000 2 THR 5.393.143 5.393.143 6.030.500 6.659.556 7.282.800 3 Konsumsi Karyawan 24.375.600 36.525.600 40.575.600 46.875.600 52.275.600 4 Biaya Kesehatan Karyawan 400.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Rincian biaya tetap selain biaya untuk karyawan pada skenario I dan skenario II dapat dilihat pada Lampiran 9.

B. Biaya Variabel

Biaya variabel tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah susu kambing yang dihasilkan tetapi juga dipengaruhi oleh jumlah kambing yang ada di peternakan Prima Fit karena jumlah susu yang dihasilkan akan ditentukan oleh populasi kambing yang ada di Peternakan. Ampas tempe diperoleh dari dua tempat yakni pabrik tempe skala besar dan pabrik tempe skala rumah tangga. Ampas tempe yang diperoleh dari pabrik tempe skala besar dibeli dengan harga Rp 7.000,00 per karung dengan berat 35 kg per karung sehingga harga per kilogram sebesar Rp 200,00. Sedangkan ampas tempe yang diperoleh dari pabrik skala rumah tangga dibayar dengan menggunakan dua ayakan tempe setiap satu bulan sekali per pabrik skala rumah tangga. Ayakan tersebut dibeli dengan harga Rp 7.000,00. Dimana setiap rumah memberikan ampas tempe sekitar 20 kg per dua hari atau 300 kg per bulan sehingga biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp 14.000,00 per 300 kg ampas tempe. 78 persen ampas

101 tempe dibeli dari pabrik tempe skala besar sedangkan sisanya diminta dari pabrik tempe skala rumah tangga.

Susu sapi digunakan sebagai susu pengganti bagi anak kambing karena susu induk kambing tersebut diperah untuk kemudian dijual. Susu sapi ini diperoleh dari sapi di Peternakan Prima Fit, meskipun pada kenyataannya peternakan tidak mengeluarkan biaya untuk memperoleh susu sapi, tetap saja biaya susu sapi perlu diperhitungkan. Biaya susu sapi diperhitungkan sesuai dengan harga susu sapi jika susu sapi tersebut dijual yakni sebesar Rp 5.000,00 per liter dengan pemberian 0,5 liter per hari per ekor anak kambing.

Obat-obatan terdiri atas obat jenis biosalamin dan hematopan yang diberikan untuk kambing yang baru melahirkan, serta ivomec dan vitamin B kompleks untuk kambing yang sedang sakit. Tabel 17 merupakan rincian dari harga dan penggunaan masing-masing obat.

Tabel 17. Rincian Harga dan Penggunaan Obat-obatan.

Jenis Obat Harga/botol (Rp) Kapasitas/botol (ml) Harga/ml (Rp) Penggunaan/ekor/bulan

(ml) Biaya Obat per ekor/bulan

Dewasa & Dara Anak Dewasa & Dara Anak

Biosalamin 100.000 50 2.000 2,5 - 5000 -

Hamatopan 100.000 50 2.000 2,5 - 5000 -

Vitamin B

kompleks 60.000 500 120 5 0,5 600 60

Ivomec 400.000 50 5.000 1,5 0,15 7500 750

Plastik kemasan yang digunakan oleh peternakan Prima Fit terdiri dari dua ukuran namun harga dari kedua jenis plastik ini sama yakni Rp 23.000,00/pack. Setiap pack plastik berisi 300 lembar plastik sehingga biaya kemasan plastik sebesar Rp 153,00 per kemasan 200 ml. Selain plastik kemas-an, peternakan Prima Fit juga menggunakan styrofoam untuk mengemas susu agar tidak cepat mencair. Styrofoam yang digunakan terdiri dari dua ukuran yakni styrofoam berkapasitas empat liter dan styrofoam berkapasitas 10 liter.

Styrofoam berkapasitas empat liter digunakan untuk susu kambing yang dibeli

di peternakan dan kolostrum sedangkan styrofoam berkapasitas 10 liter digunakan untuk susu kambing yang dikirimkan pada konsumen. Terdapat 90 persen susu kambing yang dikirimkan pada konsumen, sisanya dibeli langsung di peternakan. Harga styrofoam berkapasitas empat liter sebesar Rp 6.000,00

102 sedangkan harga styrofoam berkapasitas 10 liter sebesar Rp 12.000,00. Untuk menjaga agar suhu dalam styrofoam tetap dingin maka peternakan menggunakan dry ice dengan harga Rp 8.000,00 per Kg. Dry ice hanya digunakan untuk susu kambing yang dikirimkan dan kolostrum dengan jumlah penggunaan dry ice sebanyak 0,5 Kg per liter susu sehingga dalam satu

styrofoam berkapasitas 10 liter diperlukan dry ice sebanyak lima kg sedangkan

untuk kolostrum diperlukan dua kg dry ice tiap styrofoam.

Setiap minggu kambing diberi air minum dengan campuran lima liter air, 240 mililiter molase, dan 30 gram garam. Campuran tersebut dapat digunakan untuk empat ekor kambing dara dan dewasa sedangkan untuk anak kambing memerlukan setengah campuran tersebut sehingga untuk satu ekor kambing dara dan dewasa memerlukan dua gram garam dan 17 mililiter molase sedangkan anak kambing memerlukan satu gram garam dan 8,5 mililiter molase. Biaya untuk garam sebesar Rp 1.500,00 per 250 gram atau sebesar Rp 6,00 per gram sedangkan biaya untuk molase sebesar Rp 1.400,00 per liter atau sebesar Rp1,40 per mililiter.

Untuk mencetak merek pada plastik kemasan digunakan cetakan merek. Cetakan ini membutuhkan cat dan tinner. Jumlah penggunaan cat dan tinner bergantung pada jumlah plastik kemasan yang digunakan. Untuk satu liter cat dengan harga Rp 45.000,00 dapat digunakan untuk sekitar 25.200 kemasan sedangkan satu liter tinner dengan harga Rp 55.000,00 dapat digunakan untuk sekitar 12.600 kemasan susu kambing sehingga biaya cat per kemasan sebesar Rp 1,80 sedangkan biaya tinner per kemasan susu kambing sebesar Rp 4,40. Jumlah susu kambing dan populasi kambing perah yang meningkat menyebabkan biaya variabel akan meningkat. Lampiran 11 berisi tentang rincian biaya variabel yang digunakan baik skenario I maupun skenario II. 7.2 Harga Pokok Produk

Harga pokok produk berguna untuk mengetahui biaya per unit produk dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit sehingga keuntungan setiap produk dapat diketahui. Produk yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit terdiri dari lima jenis yakni susu kambing sebagai produk

103 utama, kolostrum kambing, anak kambing (jantan dan betina), kambing dara, dan kambing afkir sebagai produk sampingan. Harga pokok produk masing-masing produk dapat dihitung dengan memperhitungkan biaya masing-masing produk. Namun karena banyak biaya yang digunakan bersama maka diperlukan perhitungan joint cost pada masing-masing produk. Perhitungan joint cost didasarkan pada proporsi kontribusi penerimaan yang diperoleh dari masing-masing produk setiap tahunnya. Seluruh biaya tetap masing-masing-masing-masing produk dihitung berdasarkan joint cost produk. Biaya variabel masing-masing produk pun dihitung dengan menggunakan joint cost namun terdapat beberapa biaya variabel yang tidak dihitung berdasarkan joint cost yakni plastik kemasan, styrofoam,cat cetakan merek, tinner, dan dry ice. Biaya plastik kemasan, styrofoam, cat cetakan merek, tinner, dan dry ice hanya dikenakan pada susu dan kolostrum kambing sesuai dengan jumlah produksi masing-masing produk. Harga pokok produk hanya dihitung pada kondisi skenario II karena perhitungan harga pokok produk hanya dilakukan untuk melihat biaya per unit produk ketika terjadi pengembangan usaha.

Dari hasil perhitungan pada Tabel 18 dapat diketahui bahwa hampir seluruh produk memiliki nilai harga pokok produk yang lebih rendah dari pada nilai jualnya kecuali kambing afkir pada tahun pertama yang memiliki harga pokok produk lebih besar dari pada nilai jualnya. Hal ini menyatakan bahwa penjualan seluruh produk tersebut menguntungkan bagi peternakan kecuali pada harga pokok produk kambing afkir di tahun pertama.

Harga pokok produk susu kambing pada tahun pertama sebesar Rp 63.813,00 per liter. Nilai ini lebih rendah dibandingkan harga jualnya sehingga penetapan harga sebesar Rp 100.000,00 per liter akan memberikan keuntungan bagi peternakan. Harga pokok produk juga semakin menurun dari tahun ke tahun hal ini menyatakan bahwa penjualan susu kambing akan semakin menguntungkan.

Harga pokok produk kolostrum pada tahun pertama sebesar Rp 4.066.822,00 per liter. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan harga jual kolostrum sebesar Rp 5.000.000,00 per liter. Harga pokok produk kolostrum pada tahun kedua hingga kelima mengalami penurunan di bawah harga jual kolostrum

104 karena jumlah produksi yang semakin banyak. Artinya penetapan harga kolostrum sebesar Rp 5.000.000,00 per liter semakin menguntungkan dari tahun ke tahun.

Harga pokok produk anak kambing baik jantan maupun betina lebih rendah bila dibandingkan dengan harga jual yang telah ditetapkan yakni sebesar Rp 3.250.000,00 untuk anak kambing jantan dan Rp 3.000.000,00 untuk anak kambing betina. Harga pokok produk anak kambing betina pada tahun pertama belum ada karena belum ada anak betina yang dijual pada tahun pertama. Harga pokok produk anak kambing baik jantan maupun betina telah memberikan keuntungan bagi pengembangan usaha ternak kambing perah tetapi keuntungan per ekor terbesar terdapat pada anak kambing betina karena biaya yang dibutuhkan tergolong rendah.

Tabel 18. Perhitungan Harga Pokok Produk Masing-masing Produk Prima Fit dengan Pengembangan Usaha

Jenis Produk Uraian Tahun 1 2 3 4 5 Susu Kambing

Total Biaya Tetap (Rp) 307.181.466 228.421.588 224.277.086 223.354.869 220.762.404

Total Biaya Variabel (Rp) 100.739.372 170.083.608 184.537.783 206.256.002 222.348.766

Jumlah Produksi (liter) 6392,40 10412,59 11218,53 13214,17 15400,80

Harga Pokok Produk (Rp/liter) 63.813 38.271 36.441 32.511 28.772

Kolostru m Kambing

Total Biaya Tetap (Rp) 24.999.278 31.893.686 32.058.768 33.423.427 33.161.769

Total Biaya Variabel (Rp) 11.602.121 20.810.174 23.123.700 26.850.686 28.715.727

Jumlah Produksi (liter) 9,00 25,15 27,74 34,21 40,02

Harga Pokok Produk (Rp/liter) 4.066.822 2.095.414 1.989.102 1.761.933 1.546.075

Anak Kambing

Jantan

Total Biaya Tetap (Rp) 19.860.538 65.785.483 61.596.565 62.835.441 61.455.669

Total Biaya Variabel (Rp) 91.722 425.975 440.934 500.739 527.493

Jumlah Produksi (ekor) 11 80 82 99 114

Harga Pokok Produk (Rp/ekor) 1.813.842 829.562 756.509 640.133 543.201

Anak Kambing

Betina

Total Biaya Tetap (Rp) 0 12.145.012 11.371.673 11.600.389 10.947.943

Total Biaya Variabel (Rp) 0 78.641 81.403 92.444 93.969

Jumlah Produksi (ekor) 0 16 16 20 22

Harga Pokok Produk (Rp/ekor) - 765.749 698.316 590.892 501.417

Kambing Dara

Total Biaya Tetap (Rp) 0 11.929.699 23.860.421 21.873.046 21.802.901

Total Biaya Variabel (Rp) 0 7.724.725 17.080.307 17.430.746 18.714.087

Jumlah Produksi (ekor) 0 8 17 19 22

Harga Pokok Produk (Rp/ekor) - 2.506.942 2.379.367 2.106.764 1.847.735

Kambing Afkir

Total Biaya Tetap (Rp) 416.655 2.282.468 3.293.424 3.370.766 8.327.251

Total Biaya Variabel (Rp) 192.424 1.477.945 2.357.574 2.686.181 7.147.531

Jumlah Produksi (kg) 30 360 570 690 2.010

Harga Pokok Produk (Rp/kg) 20.303 10.446 9.914 8.778 7.699

Harga pokok produk kambing dara pada tahun pertama belum ada karena belum ada penjualan kambing dara. Namun harga pokok produk kambing dara pada tahun kedua hingga kelima semakin menurun hingga di bawah harga jual per

105 ekor. Nilai ini mengindikasikan bahwa penetapan harga kambing dara sebesar Rp 6.000.000,00 per ekor memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pengembangan usaha ternak kambing perah.

Harga pokok produk kambing afkir dihitung per kg berat badan. Harga pokok produk kambing afkir pada tahun pertama cukup tinggi yakni sebesar Rp 20.303,00 per kg berat badan. Nilai ini bahkan lebih tinggi dibandingkan harga jualnya sebesar Rp 17.500,00 per kg berat badan. Hal ini disebabkan hanya terdapat satu ekor kambing afkir yang dijual pada tahun pertama. Namun harga pokok produk kambing afkir pada tahun kedua hingga ke lima mengalami penurunan sehingga penetapan harga kambing afkir sebesar Rp 17.500,00 per kg berat badan memberikan keuntungan bagi pengembangan usaha ternak kambing perah.

Dokumen terkait