• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.3 Visi dan Misi Peternakan

6.2.6 Perkawinan dan Penanganan Kelahiran

Proses peremajaan pada ternak perlu dilakukan untuk menjaga kontinuitas dari suatu usaha ternak. Proses peremajaan ini dilakukan melalui perkawinan alami. Inseminasi buatan tidak menjadi pilihan karena inseminasi buatan untuk kambing perah masih jarang dilakukan. Untuk memperoleh keturunan yang baik maka diperlukan induk jantan dan betina yang baik pula. Dalam proses perkawinan, peternakan Prima Fit menggunakan penjantan yang merupakan galur murni dari jenis kambing perah yang memiliki performa yang baik seperti penampilan yang baik dan besar, umurnya mencapai dua tahun ketika pertama kali dikawinkan, dan tidak cacat. Jenis kambing perah yang digunakan sebagai induk jantan antara lain jenis saanen, british alpin, etawa, kacang, togenburg, dan boer. Sedangkan induk betina tidak menggunakan galur murni melainkan turunan dari beberapa jenis kambing perah. Jenis yang paling banyak digunakan yaitu Peranakan Etawa. Induk betina memiliki ciri-ciri sebagai berikut : umur 1 tahun 4

79 bulan ketika pertama kali dikawinkan, memiliki berat lebih dari 20 kg, dan jumlah ambing sepasang. Menurut literatur, Induk jantan dan induk betina seperti ini merupakan bibit unggul.

Rata-rata kambing betina dan jantan di Peternakan Prima Fit mengalami siklus birahi pertama kali pada umur delapan bulan sehingga kambing betina dan jantan yang telah berumur 8 bulan harus dipisahkan karena dikhawatirkan akan

terjadi perkawinan. Perkawinan pada kambing muda akan menyebabkan

kebuntingan yang kurang baik seperti kebuntingan yang tidak sehat dan anak yang dilahirkan berukuran lebih kecil dari pada ukuran anak kambing pada umumnya. Kambing betina boleh dikawinkan setelah berumur 1 tahun 4 bulan sedangkan kambing jantan boleh dikawinkan setelah berumur 2 tahun. Kambing perah tidak dapat memproduksi susu kembali (afkir) setelah laktasi kelima yakni saat kambing perah berumur enam tahun empat bulan. Dari uraian tersebut maka kambing perah dapat digolongkan menjadi beberapa status ternak yakni:

1. Anak yaitu kambing perah yang belum mengalami siklus birahi pertama (umur 0-7 bulan).

2. Dara yaitu kambing betina yang telah mengalami siklus birahi namun belum pernah melahirkan (umur 8-23 bulan).

3. Dewasa, kambing betina dewasa yaitu kambing betina yang telah melahirkan untuk pertama kalinya (umur 24 bulan) sedangkan kambing jantan dewasa merupakan kambing yang telah dapat dikawinkan (umur 24 bulan).

Berdasarkan literatur, perkawinan yang baik dilakukan setelah 12-34 jam betina birahi dan kambing betina dimasukan dalam kandang khusus untuk perkawinan disusul dengan memasukan kambing jantan pada kandang tersebut. Dengan demikian untuk mengawinkan kambing perah perlu adanya pengontrolan kambing betina yang sedang birahi. Namun peternakan Prima Fit memiliki cara tersendiri untuk mengawinkan kambing perah tanpa perlu pengontrolan birahi pada kambing betina yakni dengan melakukan pemilihan kambing yang sudah dapat dikawinkan kemudian ditempatkan di ruangan kawin pada kandang I dan II selama satu bulan sehingga jantan akan mengawini betina ketika betina tersebut telah birahi. Satu ruangan dapat digunakan oleh lima ekor kambing betina dan satu ekor kambing jantan.

80 Kambing betina yang bunting dipindahkan ke ruangan khusus kambing bunting sampai melahirkan (enam bulan). Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemantauan pada kambing tersebut dan menghindari keguguran karena diseruduk oleh kambing jantan. Jika proses melahirkan berjalan lancar maka kambing perah dapat melahirkan sendiri tanpa bantuan manusia, sedangkan apabila kambing perah mengalami kesulitan maka proses melahirkan akan dibantu oleh karyawan peternakan Prima Fit. Setelah melahirkan biasanya induk diberikan obat-obatan seperti biosalamin dan hematopan. Induk betina akan menyusui anaknya hingga satu bulan, kemudian anak akan dipisahkan dari induknya. Anak yang telah dipisahkan tersebut akan diberi susu sapi dengan menggunakan botol susu hingga berumur tiga bulan dengan pemberian susu sapi sebanyak 0,5 liter per ekor per hari. Sedangkan induknya akan diperah selama empat bulan masa laktasi. Setelah empat bulan masa laktasi, kambing betina akan menghadapi masa kering kandang sehingga kambing harus dikawinkan kembali. Begitu seterusnya hingga membentuk suatu siklus seperti yang tertera pada Gambar 8.

Siklus Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Perkawinan Bunting Menyusui Laktasi 0,66 lt 0,66 lt 0,66 lt 0,66 lt

Gambar 8. Siklus Kambing Perah di Peternakan Prima Fit

Pada umumnya kelahiran pada kambing perah akan menghasilkan satu sampai dua ekor anak kambing sehingga jika dirata-ratakan maka jumlah anak per kelahiran adalah 1,5 ekor per kelahiran. Rasio kelahiran anak kambing jantan sebesar 50 persen sedangkan rasio kelahiran anak kambing betina sebesar 50 persen. Anak merupakan status ternak yang rentan terhadap penyakit sehingga kematian anak kambing sering terjadi. Tingkat kematian anak kambing di Peternakan Prima Fit mencapai 18,5% per tahun. Sedangkan Kambing dewasa jantan, kambing dewasa betina, dan kambing dara di Peternakan Prima Fit memiliki tingkat kematian 0% per tahun karena kematian pada Kambing dewasa jantan, kambing dewasa betina, dan kambing dara jarang sekali terjadi.

81 Anak kambing yang lahir disusui oleh induknya selama satu bulan kemudian dua bulan berikutnya anak kambing diberi susu sapi dengan menggunakan botol susu sedangkan induknya mulai diperah. Setelah anak kambing berumur tiga bulan atau tidak diberi susu lagi, maka 100 persen anak kambing jantan dan 20 persen anak kambing betina dijual sedangkan sisanya dipelihara. Setelah berumur delapan bulan, anak kambing betina telah memasuki status dara. Pada umur 17 bulan, 28 persen kambing dara dijual dan sisanya dikawinkan untuk pertama kali. Proses perkawinan dilakukan selama satu bulan kemudian kambing akan bunting selama sekitar enam bulan. Setelah kambing melahirkan, kambing akan menyusui selama satu bulan dan empat bulan berikutnya akan diperah atau biasa disebut sebagai masa laktasi I. Pada bulan kelima masa laktasi kambing mengalami penurunan jumlah produksi susu sehingga harus dikawinkan kembali. Begitu seterusnya hingga laktasi V, setelah laktasi V kambing dikategorikan sebagai kambing afkir sehingga harus dijual. Perkembangan populasi ternak pada skenario II sesuai dengan siklus produksi ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

6.2.7 Pemerahan

Pemerahan susu kambing di peternakan Prima Fit dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Pemerahan dilakukan dalam ruang laktasi dengan menahan tubuh kambing perah ke sisi ruangan sehingga tubuh kambing perah tidak banyak bergerak kemudian dilakukan pemerahan dengan teknik whole hand atau menggunakan semua jari tangan. Susu hasil perahan pertama dari masing-masing ambing dibuang karena dikhawatirkan mengandung banyak bakteri. Selanjutnya susu hasil pemerahan ditampung dalam ember plastik. Proses pemerahan ini sudah benar namun sebaiknya ambing dibersihkan dahulu dengan air dan dikeringkan dengan handuk agar bersih dari bakteri yang dapat merusak susu dan setelah dilakukan pemerahan dilakukan penyemprotan desinfektan pada ambing sehingga ambing terbebas dari bakteri. Proses pemerahan susu kambing dipeternakan Prima Fit dapat dilihat pada Gambar 9.

82 Gambar 9. Proses pemerahan susu kambing

Pemerahan dilakukan dua kali sehari yakni pada pagi hari dan sore hari. Jumlah susu yang dihasilkan pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan jumlah susu yang dihasilkan pada sore hari karena susu yang dihasilkan pada pagi hari dibentuk selama kurang lebih 16 jam yakni dari jam 4 sore hingga jam 8 pagi sedangkan susu yang dihasilkan pada sore hari dibentuk selama kurang lebih 8 jam yakni dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Jumlah produksi susu kambing tiap periode laktasi berbeda-beda tetapi karena kurangnya data yang mendukung untuk mengetahui jumlah susu kambing per periode laktasi maka digunakan rata-rata produksi susu kambing per hari yakni sebesar 0,66 liter per ekor. Namun tidak semua susu yang dihasilkan dijual karena setiap minggu rata-rata dua liter susu digunakan sebagai tester untuk konsumen yang datang ke peternakan.

Dokumen terkait