• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN

USAHA TERNAK KAMBING PERAH

(Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

TRIANA GITA DEWI H34060640

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RINGKASAN

TRIANA GITA DEWI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Peternakan merupakan salah satu subsektor yang mengalami peningkatan kinerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor peternakan yang meningkat pada tahun 2005 hingga 2009 dengan peningkatan per

tahun sebesar 2,88 persen. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang

mengalami peningkatan konsumsi di Indonesia. Susu yang populer saat ini adalah susu sapi namun ternyata susu kambing memiliki lebih banyak keunggulan jika dibandingkan dengan susu sapi. Saat ini, dari 60 liter kebutuhan susu kambing di Indonesia, baru 25 persen yang terpenuhi sehingga usaha ternak kambing perah perlu untuk dikembangkan. Kecamatan Ciampea menjadi salah satu kecamatan yang memiliki populasi kambing perah jenis Peranakan Etawa yang yang cukup tinggi. Peternakan Prima Fit merupakan salah satu peternakan kambing perah yang terdapat di Kecamatan Ciampea. Saat ini, Peternakan sedang berencana untuk melakukan pengembangan usaha melalui penambahan populasi kambing perah laktasi I sebanyak 50 ekor. Namun penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga diperlukan analisis kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan melalui aspek non finansial dan aspek finansial. Ketidakpastian akan dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang mampu mempengaruhi kelayakan terutama dari aspek finansial. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi antara lain penurunan harga susu kambing, penurunan jumlah susu kambing dan peningkatan harga ampas tempe yang dibeli. Untuk melihat kondisi kelayakan pengembangan usaha dengan adanya perubahan tersebut maka perlu dilakukan analisis sensitifitas pada pengembangan usaha yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan, (2) menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek finansial, (3) menganalisis sensitivitas kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit karena adanya perubahan harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing, dan harga ampas tempe yang dibeli.

Penelitian dilakukan di Peternakan Prima Fit yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Data Primer diperoleh melalui metode wawancara langsung dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Analisis dilakukan secara kualitatif pada aspek-aspek non finansial dan secara kuantitatif pada aspek finansial dengan program komputer

Microsoft excel 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek pasar, peternakan masih memiliki peluang pasar. Pada Bauran Pemasaran dan strategi pemasaran pun tidak

(3)

terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya proses pemasaran. Pada aspek teknis, hampir seluruh teknis mulai dari pemilihan lokasi hingga pemeliharaan dan pasca panen telah berjalan dengan baik. Pada aspek manajemen dan hukum, meskipun manajemen peternakan masih sederhana dan belum memiliki izin persetujuan lingkungan secara tertulis, peternakan sudah berjalan cukup baik dan tidak terdapat masalah di peternakan ini. Pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya, peternakan mampu meningkatkan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan baik bagi pemilik, masyarakat sekitar, maupun masyarakat luar Kabupaten Bogor dan tidak bertentangan dengan budaya masyarakat. Sedangkan pada aspek lingkungan, peternakan telah mampu mengurangi polusi udara akibat bau perengus kambing dan melakukan pembuangan kotoran kambing secara tertata namun perlu adanya perbaikan pada sistem pembuangan tersebut. Secara aspek non finansial, peternakan Prima Fit telah layak untuk dilaksanakan.

Analisis aspek finansial dilakukan dengan membandingkan kondisi usaha ternak tanpa pengembangan usaha atau tanpa penambahan populasi kambing perah laktasi I (skenario I) dan kondisi usaha ternak dengan pengembangan usaha atau dengan penambahan populasi kambing perah laktasi I (skenario II). Pada skenario I diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.293.372.706,00 sedangkan pada skenario II diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.636.267.980,00. IRR pada skenario I sebesar 30 persen sedangkan IRR pada skenario II sebesar 55 persen. Net B/C pada skenario I sebesar 1,77 sedangkan pada skenario II sebesar 2,67. Lama

Payback Period dari usaha ini pada skenario I adalah selama tiga tahun, enam

bulan, dan 24 hari sedangkan pada skenario II Payback Period diperoleh selama dua tahun, 11 bulan, 16 hari. Hasil perhitungan INB pun diperoleh NPV INB sebesar Rp 1.342.895.274,00 dan Payback period INB selama tujuh bulan, 12 hari. Dapat disimpulkan bahwa usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit lebih layak untuk dilaksanakan jika peternakan melakukan pengembangan usaha.

Hasil analisis switching value pada skenario I memperlihatkan bahwa jika harga susu kambing menurun lebih dari 69,46 persen, jumlah produksi susu kambing menurun lebih dari 74,29 persen, serta harga ampas tempe meningkat lebih dari 630,25 persen maka usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas pada skenario II memperlihatkan bahwa jika harga susu kambing menurun lebih dari 69,46 persen maka diperoleh NPV sebesar Rp 473.455.544,00, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,25, dan payback period selama empat tahun, lima bulan, dan 16 hari. Jika jumlah produksi susu kambing menurun lebih dari 74,29 persen maka diperoleh NPV sebesar Rp 473.455.544,00, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,25 persen, dan payback period selama empat tahun, lima bulan, dan 16 hari. Jika harga ampas tempe lebih dari 630,25 persen maka diperoleh NPV sebesar Rp 902.051.262,00, IRR sebesar 22 persen, Net B/C sebesar 1,50, dan payback period selama empat tahun, tujuh hari. Hasil ini memperlihatkan bahwa kondisi tanpa adanya pengembangan usaha lebih sensitif terhadap penurunan harga susu kambing, penurunan jumlah produksi susu kambing, dan peningkatan harga ampas tempe dibandingkan dengan kondisi dengan pengembangan usaha.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN

USAHA TERNAK KAMBING PERAH

(Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

TRIANA GITA DEWI H34060640

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pegembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Nama : Triana Gita Dewi

NIM : H34060640

Disetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M. Sc NIP. 19630228 199003 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2010

Triana Gita Dewi H34060640

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 20 April 1989. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Surachman dan Ibunda Ainul Mardiah.

Penulis telah menempuh masa studi selama 16 tahun yang dimulai dari pendidikan Taman Kanak-Kanak Al-Husnah Purwakarta yang diselesaikan pada tahun 1995 kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Ciseureuh I Purwakarta yang diselesaikan pada tahun 2001. Sekolah menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri I Purwakarta pada tahun 2004 sedangkan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri I Purwakarta pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2007.

Selama masa perkuliahan, penulis juga tercatat sebagai sekretaris Departemen Perekonomian dan Kewirausahaan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode kepengurusan tahun 2007-2008 dan sekretaris Divisi Pendidikan dan Keilmuan, Sharia Student Club pada periode kepengurusan tahun 2008-2009.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Susu kambing merupakan salah satu produk asal ternak yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan susu sapi baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Sampai saat ini permintaan susu kambing masih belum dapat terpenuhi oleh produksi susu kambing dalam negeri sehingga diperlukan pengembangan usaha peternakan kambing perah. Peternakan Prima Fit merupakan salah satu peternakan yang akan melakukan pengembangan usaha oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha baik dari aspek finansial maupun aspek non finansial.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2010 Penulis

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, doa, serta dukungan dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc sebagai pembimbng skripsi atas bimbingannya, kesabaran, waktu, pikiran, perhatian, arahan dan nasihat yang diberikan. 2. Ir. Popong Nurhayati, M.M selaku penguji Utama pada ujian sidang yang

telah memberikan masukan dan arahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Ir. Netti Tinaprilla, M.M selaku penguji Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang bermanfaat bagi perbaikan skripsi ini. 4. Bapak H. Dwi Susanto selaku pemilik peternakan Prima Fit yang telah

membantu dan mendukung pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. 5. Kedua orang tua tercinta Ayah Surachman dan Ibu Ainul Mardiah atas doa,

kasih sayang, kepercayaan, sarana dan prasarana yang telah diberikan.

6. Kakak-kakak dan kakak-kakak ipar tersayang Agus Cahya Gumilang, Mardiana Sugiharti, Noer Fitriyani, dan M. Aditya Mansyur atas kasih sayang, doa serta dukungan berupa moral maupun materil.

7. Rekan satu bimbingan Mayasari, Widya Indah Oktavianty, dan Okla Vivandri yang memberikan perhatian, semangat serta doa.

8. Seluruh teman-teman Departemen Agribisnis yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semangat kebersamaan serta inspirasi yang diberikan selama ini pada penulis.

9. Sahabat-sahabat tercinta : Fuji Lasmini, Tita Nursyamsiah, Shara Natasha

Putri, Mila Jamilah, Rizka Maulida, Qurota’ayun, Rr. Miranti

Chadraningtyas, dan Dessy Natalia atas bantuan, inspirasi, kebersamaan, keceriaan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman Wisma Melati yang telah memberikan bantuan serta dukungan selama penulis menyusun skripsi ini.

11. Rekan-rekan seperjuangan di BEM FEM IPB periode 2007-2008 dan SES-C FEM IPB periode 2008-2009.

(10)

12. Keluarga besar Departemen Agribisnis baik dosen maupun staf yang telah memberikan bantuan dan semangat pada penulis.

13. Pihak-pihak lain yang ikut membantu namun tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis, baik yang ikut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan ... 6 1.4. Manfaat ... 6 1.5. Ruang Lingkup ... 7 II TINJAUAN PUSTAKA ... 8 2.1. Karakteristik Kambing ... 8

2.2. Input Budidaya Kambing Perah ... 8

2.2.1 Kandang ... 8

2.2.2 Pakan... 9

2.2.3 Air ... 9

2.2.4 Obat-obatan ... 10

2.2.5 Bibit Unggul ... 10

2.3. Perkawinan, dan Penanganan Kelahiran ... 11

2.4. Jenis Penyakit pada Kambing Perah ... 11

2.5. Pemerahan ... 12

2.6. Karakteristik Susu Kambing ... 12

2.7. Penelitian Terdahulu... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis ... 18

3.1.2 Aspek Non Finansial ... 19

3.1.2.1 Aspek Pasar ... 19

3.1.2.2 Aspek Teknis ... 21

3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 23

3.1.2.4 Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 24

3.1.2.5 Aspek Lingkungan ... 24

3.1.3 Aspek Finansial ... 24

3.1.3.1 Kriteria Kelayakan Investasi ... 25

3.1.3.2 Biaya dan Manfaat ... 25

3.1.3.3 Incremental Net Benefit (INB) ... 28

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 33

4.3 Metode Penentuan Responden ... 34

(12)

4.4.1 Aspek Non Finansial ... 34

4.4.1.1 Aspek Pasar ... 35

4.4.1.2 Aspek Teknis ... 35

4.4.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 35

4.4.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 36

4.4.1.5 Aspek Lingkungan ... 36

4.4.2 Aspek Finansial ... 36

4.4.2.1 Harga Pokok Produk ... 36

4.4.2.2 Kriteria Kelayakan Investasi ... 37

4.4.2.3 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) ... 40

4.4.2.4 Analisis Sensitivitas ... 41

4.5 Definisi Operasional ... 41

4.6 Asumsi Dasar ... 42

V GAMBARAN UMUM PETERNAKAN PRIMA FIT ... 45

5.1 Lokasi Peternakan ... 45

5.2 Sejarah dan Perkembangan Peternakan ... 47

5.3 Visi dan Misi Peternakan ... 49

VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL ... 51

6.1 Aspek Pasar ... 51

6.1.1 Analisis Peluang Pasar ... 51

6.1.2 Analisis Pesaing ... 53 6.1.3 Bauran Pemasaran ... 54 6.1.3.1 Produk (Product) ... 54 6.1.3.2 Harga (Price) ... 55 6.1.3.3 Distribusi (Place) ... 56 6.1.3.4 Promosi (Promotion) ... 58 6.1.4 Strategi Pemasaran ... 58 6.1.4.1 Segmentasi Pemasaran ... 59 6.1.4.2 Target Pemasaran ... 59 6.1.4.3 Posisi Produk ... 59 6.2 Aspek Teknis ... 60

6.2.1Pengelolaan Usaha Peternakan ... 69

6.2.2 Kandang Kambing Perah ... 70

6.2.3 Pemberian Pakan ... 74

6.2.4 Kebutuhan Air ... 76

6.2.5 Penanganan Penyakit ... 77

6.2.6 Perkawinan dan Penanganan Kelahiran ... 78

6.2.7 Pemerahan ... 81

6.2.8 Pasca Panen ... 82

6.3 Aspek Manajemen dan Hukum ... 83

6.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 89

6.5 Aspek Lingkungan ... 90

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL ... 94

7.1 Proyeksi Arus Kas (Cashflow) ... 94

7.1.1 Arus Masuk (Inflow) ... 94

7.1.2 Arus Keluar (Outflow) ... 96

(13)

7.1.2.1 Biaya Investasi ... 98

7.1.2.2 Biaya Operasional ... 98

7.2 Harga Pokok Produk ... 102

7.3 Analisis Laba Rugi ... 105

7.4 Analisis Kelayakan Investasi ... 106

7.4.1 Net Present Value (NPV) ... 106

7.4.2 Internal Rate of Return (IRR) ... 106

7.4.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 107

7.4.4 Payback Period (PBP) ... 107

7.4.5 Incremental Net Benefit ... 108

7.5 Analisis Switching Value ... 108

7.5.1 Penurunan Harga Susu Kambing ... 109

7.5.2 Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing ... 110

7.5.3 Peningkatan Harga Ampas Tempe ... 110

7.6 Analisis Sensitivitas ... 111

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

8.1 Kesimpulan ... 113

8.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN ... 117

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar

Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Tahun 2004-

2009** (Milyar Rupiah) ... 1

2. Konsumsi Susu Nasional (Ton per Tahun) ... 2

3. Kandungan Gizi Susu Kambing dan Susu Sapi ... 13

4. Rincian Penelitian Terdahulu ... 17

5. Jumlah Penduduk, Luas Desa, dan Kepadatannya di Kecamatan Ciampea tahun 2008 ... 47

6. Jumlah Kambing Perah di Peternakan Prima Fit berdasar- kan Status Ternak ... 49

7. Rata-rata Produksi Susu Kambing per hari di Peternakan Prima Fit dengan Pengembangan Usaha per Hari ... 51

8. Data Permintaan dan Penawaran Susu Kambing pada Beberapa Peternakan di Kabupaten Bogor ... 52

9. Daftar Agen Susu Kambing Peternakan Prima Fit tahun 2009 57 10. Jadwal Pemberian Pakan Kambing Perah pada Peternakan Prima Fit ... 75

11. Jenis Penyakit pada Kambing Perah yang Sering Timbul di Peternakan Prima Fit ... 77

12. Rincian Obat-Obatan yang digunakan di Peternakan Prima Fit ... 78

13. Rincian Pekerjaan Karyawan Peternakan Prima Fit ... 84

14. Nilai Sisa Kambing Perah pada Akhir Periode di Peternakan Prima Fit ... 97

15. Perhitungan Joint Cost ... 98

16. Rincian Biaya Karyawan per Tahun (Rupiah) ... 100

17. Rincian Harga dan Penggunaan Obat-obatan ... 101

18. Perhitungan Harga Pokok Produk Masing-masing Produk Prima dengan Pengembangan Usaha ... 104

19. Perbandingan Jumlah Produksi Susu Kambing dalam Kondisi Normal dan dalam Kondisi Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing pada Skenario I ... 110 20. Hasil Perhitungan Interpolasi pada Masing-masing Variabel 111

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Perkembangan Populasi Kambing PE

Tahun 2006-2007 ... 3

2. Bagan Alur Kerangka Operasional ... 32

3. Susu Kambing ... 58

4. Layout Peternakan Prima Fit ... 64

5. Layout Kandang ... 73

6. Konstruksi Bagian Bawah Kandang ... 74

7. Ampas Tempe ... 75

8. Siklus Kambing Perah di Peternakan Prima Fit ... 80

9. Proses Pemerahan ... 82

10. Struktur Organisasi Peternakan Prima Fit ... 83

11. Perbandingan Konstruksi Bagian Bawah Kandang yang Baik dan Kurang Baik ... 92

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Rata-Rata Konsumsi Protein per Kapita Menurut

Kelompok Makanan 2002-2006 (Kilogram) ... 118 2. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita per Bulan Menurut

Kelompok Barang Tahun 2007 dan 2008 (Rupiah) ... 119 3. Populasi Ternak Kecil Tahun 2008 ... 120 4. Daftar Jenis Obat, Kegunaan, serta Cara Penggunaan

Obat-obatan pada Kambing Perah ... 121 5. Kondisi Kandang setelah Dibersihkan di Peternakan

Prima Fit ... 122

6. Perkembangan Populasi Ternak Kambing Perah Peternakan

Prima Fit pada Skenario II (ekor) ... 123 7. Proyeksi Arus Masuk (Inflow) di Peternakan Prima Fit ... 128 8. Rician Biaya Investasi di Peternakan Prima Fit ... 129 9. Rincian Biaya Tetap selain Biaya Karyawan di Peternakan

Prima Fit ... 132 10. Rincian Biaya Variabel per Tahun di Peternakan Prima Fit .. 133 11. Proyeksi Laba Rugi di Peternakan Prima Fit ... 135 12. Cashflow di Peternakan Prima Fit ... 137 13. Cashflow Incremental Net Benefit di Peternakan Prima Fit ... 141 14. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari perhitungan

Switching Value Penurunan Harga Susu Kambing ... 143 15. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari perhitungan

Switching Value Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing 144 16. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari Perhitungan

Switching Value Peningkatan Harga Ampas Tempe ... 145 17. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari perhitungan

Sensitivitas Penurunan Harga Susu Kambing ... 146 18. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari perhitungan

Sensitivitas Penurunan Jumlah Produksi Susu Kambing ... 147 19. Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow dari Perhitungan

(17)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan suatu nilai yang dapat menjadi acuan dalam melihat kinerja suatu sektor atau subsektor. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang mengalami peningkatan PDB (Tabel 1) mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2009 dengan rata-rata peningkatan PDB subsektor peternakan per tahun sebesar 2,88 persen. Hal ini menyatakan bahwa subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Tahun 2004-2009** (Milyar Rupiah)

Subsektor 2004 2005 2006 2007 2008* 2009** a. Tanaman Bahan Makanan 122.611,7 125.801,8 129.548,6 133.888,5 142.000,4 148.691,6 b. Tanaman Perkebunan 38.849,3 39.810,9 41.318,0 43.199,2 44.785,5 45.887,1 c. Peternakan 31.672,5 32.346,5 33.430,2 34.220,7 35.425,3 36.743,6 d. Kehutanan 17.433,8 17.176,9 16.686,9 16.548,1 16.543,3 16.793,8 e. Perikanan 36.596,3 38.745,6 41.419,1 43.652,8 45.866,2 48.253,2 Total PDB Pertanian 247.163,6 253.881,7 262.402,8 271.509,3 284.620,7 296.369,3 Peningkatan PDB Subsektor Peternakan (%) 2,0 3,2 2,3 3,4 3,5

Keterangan : *) Angka Sementara

**) Angka sangat Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2009 (Diolah)

Subsektor peternakan juga merupakan subsektor yang penting bagi pemenuhan pangan dan gizi masyarakat terutama protein hewani, apalagi dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi protein hewani pun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata konsumsi telur dan susu nasional per kapita per tahun (Lampiran 1) yang meningkat pada tahun 2007 dengan peningkatan sebesar 22,3 persen meskipun pada tahun 2003 telah terjadi penurunan sebesar 5 persen. Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan untuk konsumsi telur dan susu Nasional di perkotaan dan pedesaan pun mengalami peningkatan sebesar 14,17 persen dari Rp 11.048,00 pada tahun 2007 menjadi Rp 12.613,00 pada tahun 2008 (Lampiran 2). Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin meningkat juga memberi pengaruh

(18)

2 pada perubahan cara pandang masyarakat terhadap pangan. Tidak hanya kuantitas yang dibutuhkan, namun kecukupan akan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh serta keamanan pangan yang dikonsumsi, saat ini telah menjadi faktor yang sangat diperhatikan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Oleh karena itu, kini peternakan menjadi subsektor yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan.

Hasil produk peternakan yang banyak dihasilkan di Indonesia adalah daging, telur, dan susu. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang permintaannya semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi susu Nasional yang tertera pada Tabel 2. Menurut Daryanto (2009), seiring dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk Indonesia, dapat dipastikan bahwa konsumsi produk-produk susu oleh penduduk Indonesia akan meningkat.

Tabel 2. Konsumsi Susu Nasional (Ton/tahun)

Tahun Konsumsi

2004 957.624

2005 845.744*)

2006 1.621.524

2007 1.758.243

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2009) *) Tidak masuk data beberapa Provinsi

Susu yang paling populer saat ini adalah susu sapi dan berbagai olahannya, namun ternyata dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing memiliki lebih banyak keunggulan baik dari segi kandungan gizi maupun tingkat harga. Susu kambing memiliki jumlah butiran lemak yang berdiameter kecil dan homogen lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi sehingga susu kambing lebih mudah dicerna oleh alat pencernaan manusia, serta dapat diminum oleh orang yang memiliki alergi pada susu sapi. Susu kambing juga memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Jika harga susu sapi per liter rata-rata hanya Rp 5.042,861, susu kambing dapat dijual dengan harga sangat bervariasi namun tetap lebih tinggi dibandingkan dengan harga susu sapi yakni sekitar Rp

1

[Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2009. Harga Harian Susu

Segar.http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=infoHargaHarian&idMenuKiri=792 &aksi=viewKomoditi. [29 Desember 2009].

(19)

3 15.000,00–Rp 100.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha peternakan kambing perah prospektif untuk dilakukan.

Menurut Rosid (2009), sampai saat ini belum ada data pasti mengenai jumlah permintaan dan ekspor susu kambing, baik dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) maupun Badan Pusat Statistik (BPS), namun Ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia mengatakan bahwa dari kebutuhan 6.000 liter per hari baru seperempatnya yang bisa terpenuhi. Hal ini menegaskan kembali bahwa usaha ternak kambing perah perlu untuk dikembangkan.i

Gambar 1. Grafik Perkembangan Populasi Kambing PE tahun 2006-2008

Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor (2008) (Diolah)

Menurut Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra pengembangan kambing Peranakan Etawa (PE) di Jawa Barat. Kambing PE merupakan persilangan kambing etawa dengan kambing kacang yang mampu memproduksi susu dalam jumlah yang cukup banyak. Meskipun kambing perah terdiri dari berbagai jenis, namun Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor hanya mendata kambing perah jenis (PE). Berdasarkan data Disnakan Kabupaten Bogor tahun 2006-2008 yang tersaji dalam Gambar 1 terlihat bahwa terdapat peningkatan populasi kambing PE. Berdasarkan data populasi ternak kecil di Kabupaten Bogor pada tahun 2008 (Lampiran 3), Kecamatan Ciampea menjadi salah satu kecamatan yang memiliki populasi kambing PE yang cukup tinggi sehingga mampu menduduki peringkat ketiga setelah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Cariu.

(20)

4 Peternakan Prima Fit adalah salah satu peternakan kambing perah yang terletak di Kecamatan Ciampea tepatnya di Desa Cibuntu. Jenis kambing perah yang terdapat di peternakan ini tidak hanya terdiri dari jenis kambing PE tetapi juga dari jenis kambing kacang, British alpine, Boer, togenburg, Saanen, dan persilangan diantaranya. Susu kambing yang dihasilkan telah dipasarkan mulai Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) hingga luar Pulau Jawa bahkan pada tahun 2008 dan 2009 peternakan ini juga memasarkan susu kambingnya ke Malaysia, dan India walaupun untuk pemasaran ke luar Pulau Jawa dan luar negeri masih belum kontinu.

Meskipun jumlah kambing yang dimiliki telah jauh meningkat dibandingkan pada awal pendirian peternakan dan susu kambing yang dihasilkan dapat berkisar hingga 21 liter per hari yang diproduksi oleh 32 ekor kambing laktasi, tetap saja peternakan ini cukup kesulitan untuk dapat memenuhi permintaan susu kambing yang ada pada saat ini karena hingga saat ini jumlah produksi peternakan ini belum mampu memenuhi seluruh permintaan susu kambing yang mencapai 50 liter per hari. Hal inilah yang menyebabkan perlunya pengembangan pada usaha peternakan kambing perah ini.

1.2 Perumusan Masalah

Peternakan kambing perah merupakan salah satu jenis usaha agribisnis yang memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan mengingat jumlah produksi susu kambing saat ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan susu kambing dalam negeri. Prima Fit merupakan salah satu peternakan yang terdapat di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Peternakan yang dimiliki oleh Bapak H. Dwi Susanto ini telah berdiri sejak tahun 2002 atau sekitar tujuh tahun yang lalu. Saat ini harga susu kambing yang dihasilkan oleh peternakan Prima Fit mencapai Rp 50.000,00 per liter di tingkat distributor dan Rp 100.000,00 per liter di tingkat konsumen akhir. Meskipun harganya tergolong mahal, tetap saja permintaan akan susu ini cukup tinggi. Untuk memenuhi seluruh permintaan dan meningkatkan pendapatannya, maka peternakan ini berencana mengembangkan usaha dengan menambah investasi berupa penambahan jumlah populasi kambing perah laktasi I. Pemilik peternakan berencana untuk menambah

(21)

5 jumlah populasi kambing perah sebanyak 50 ekor karena keterbatasan kapasitas kandang yang akan dibangun. Jika jumlah kambing perah terlalu banyak maka dalam waktu yang singkat dengan adanya proses reproduksi pada kambing, jumlah kambing perah akan melebihi kapasitas kandang sehingga perlu pembangunan beberapa kandang selama umur usaha sedangkan lahan yang tersedia hanya dapat digunakan untuk pembangunan satu kandang tambahan lagi. Harga kambing perah juga cukup tinggi sehingga untuk penambahan jumlah populasi kambing perah perlu dana investasi yang cukup besar. Hal ini juga menjadi alasan penambahan populasi kambing perah sebanyak 50 ekor. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, padahal modal merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga diperlukan analisis kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan. Studi kelayakan harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu (Gittinger 1986). Aspek yang dikaji antara lain aspek non finansial dan aspek finansial.

Terdapat beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha ternak ini. Perubahan-perubahan tersebut antara lain penurunan jumlah produksi susu kambing, penurunan harga susu kambing, dan peningkatan harga ampas tempe. Jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe sampai saat ini memang tidak terlalu berfluktuasi, namun perubahan-perubahan pada variabel ini tentu dapat mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha ternak dari segi aspek finansial sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas karena adanya perubahan tersebut. Selain analisis sensitivitas, analisis

switching value juga digunakan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan

variabel tersebut. Analisis Switching Value ini dilakukan karena sampai saat ini belum terjadi fluktuasi jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe yang signifikan, namun tentu saja risiko perubahan ini akan tetap ada.

(22)

6 Dari uraian di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan?

2) Bagaimana kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek finansial?

3) Bagaimana sensitivitas kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit karena adanya perubahan jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan.

2) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit pada aspek finansial.

3) Menganalisis sensitivitas kelayakan pengembangan usaha ternak kambing perah di Peternakan Prima Fit karena adanya perubahan jumlah produksi susu kambing, harga susu kambing, dan harga ampas tempe.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1) Untuk penulis

Penelitian ini akan melatih dan menambah kemampuan penulis dalam berkomunikasi dengan pihak pengusaha, masyarakat maupun pihak-pihak terkait serta meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh semasa perkuliahan.

(23)

7 2) Untuk Pengusaha

Penelitian ini akan memberikan informasi kepada pihak pengusaha mengenai kelayakan pengembangan usaha ternak yang akan dijalankan sehingga akan menjadi bahan evaluasi bagi keberlanjutan usaha.

3) Untuk Pihak lain

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan data masukan bagi para peneliti di bidangnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1.5 Ruang Lingkup

Peternakan yang dijadikan objek penelitian adalah peternakan Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Peternakan ini terdiri dari tiga unit usaha yakni kambing perah, sapi perah, dan kuda tunggang namun dalam penelitian ini difokuskan pada usaha peternakan kambing perah yang meliputi berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peternakan ini akan melaksanakan pengembangan usaha melalui penambahan investasi berupa populasi kambing perah laktasi I sebanyak 50 ekor, maka analisis dilakukan pada kondisi tanpa adanya pengembangan usaha dan dengan adanya pengembangan usaha. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kelayakan usaha ternak kambing perah ketika tidak dilakukan pengembangan usaha dengan kelayakan usaha ternak ketika dilakukan pengembangan usaha. Usaha yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah seluruh usaha yang dijalankan oleh peternakan dan berkaitan dengan kambing perah yakni penjualan susu kambing, kolostrum kambing, penjualan anak kambing, penjualan kambing dara, dan penjualan kambing afkir.

(24)

8

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Kambing

Kambing merupakan binatang memamahbiak yang pada dasarnya merupakan kambing liar yang tersebar di Asia Barat Daya. Kambing perah memang masih asing bagi sebagian masyarakat karena hasil utama kambing perah yaitu susu kambing masih jarang dikonsumsi. Susu kambing memang kalah populer jika dibandingkan dengan susu sapi karena sebagian masyarakat berpersepsi bahwa susu kambing memiliki bau perengus (bau khas kambing jantan) yang tidak terlalu disukai oleh masyarakat. Meskipun demikian, saat ini konsumsi susu kambing semakin meningkat karena masyarakat semakin mengetahui bahwa susu kambing memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan susu sapi (Setiawan & Tanius 2002).

2.2 Input Budidaya Kambing Perah

Budidaya kambing perah pada umumnya hampir sama dengan kambing potong sehingga sebagian besar input yang dibutuhkan untuk budidaya kambing perah sama dengan input pada kambing potong. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai beberapa input utama yang dibutuhkan pada budidaya kambing perah. 2.2.1 Kandang

Kandang merupakan sarana yang dibangun di awal budidaya kambing perah. Pembangunan kandang ini harus dapat memberikan kenyamanan bagi kambing yang dipelihara agar kambing dapat berproduksi optimal. Menurut Setiawan dan Tanius (2002), terdapat dua syarat umum yang perlu diperhatikan dalam membuat kontruksi kandang kambing. Syarat pertama yaitu sistem ventilasi yang cukup baik yang berguna untuk mengeluarkan udara kotor dari dalam kandang dan digantikan oleh udara segar dari luar kandang. Syarat berikutnya adalah tercukupinya sinar matahari bagi kambing sehingga sebaiknya kandang kambing menghadap ke arah matahari terbit sehingga matahari pagi dapat dengan mudah masuk ke bagian dalam kandang. Selain untuk kesehatan kambing, sinar matahari ini juga diperlukan untuk mematikan bakteri dalam kandang sehingga kandang akan tampak sehat dan kering sepanjang waktu.

(25)

9 2.2.2 Pakan

Pakan merupakan input yang sangat menentukan proses pertumbuhan, reproduksi, dan produksi susu sehingga komposisi gizi pakan harus sangat diperhatikan. Adapun jenis pakan tersebut terdiri dari :

1) Hijauan

Hijauan adalah bahan pakan berserat yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Jenis hijauan yang dapat digunakan antara lain rumput gajah, rumput liar, rumput setaria, daun kaliandra, daun turi, daun singkong, daun jagung, dan daun Kacang tanah. Hijauan yang paling disarankan untuk diberikan adalah rumput gajah yang dapat diperoleh dari hasil penanaman sendiri ataupun dibeli.

2) Konsentrat

Merupakan salah satu bahan pakan penguat bagi kambing. Konsentrat ini terdiri dari campuran beberapa bahan makanan.

3) Ampas Tahu

Ampas tahu dapat ditambahkan sebagai pakan penguat yang biasanya di berikan pada kambing sebanyak 3 kg/hari/ekor. Penggunaan ampas tahu ini bertujuan sebagai sumber energi dan peningkatan nafsu makan karena aromanya sangat disukai oleh ternak. Pemberian ampas tahu dapat dicampurkan ke dalam konsentrat sebelum kambing diperah.

4) Bubur Singkong

Bubur singkong merupakan singkong yang dicacah ataupun ditumbuk. Pemberian bubur singkong biasanya akan berpengaruh pada peningkatan jumlah susu yang dihasilkan ternak. Bubur singkong ini diberikan secara tunggal sebanyak 2 ons/ekor/hari setelah konsentrat dan ampas tahu yang diberikan habis dikonsumsi kambing.

2.2.3 Air

Kambing perah sangat perlu diperhatikan kebersihannya karena perlu memiliki higienitas yang tinggi sehingga air diperlukan untuk menjaga kebersihan kambing. Selain itu, air juga diperlukan untuk menjaga kesehatan kambing, jika kambing memakan pakan yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi maka

(26)

10 kambing cukup diberikan sedikit air untuk minum sedangkan bila diberi pakan hijauan segar, pemberian air pada ternak sebaiknya lebih banyak. Air minum yang diberikan idealnya berupa campuran beberapa bahan yaitu Nutri Simba 1 cc, molase (limbah tebu) 1 cc, garam beryodium 1 genggaman, dan air bersih 10 liter. Formulasi air ini lebih disukai oleh kambing dan akan menyebabkan feses dan air kencing tidak akan berbau.

2.2.4 Obat-Obatan

Obat-obatan merupakan input yang digunakan untuk menjaga kesehatan kambing maupun untuk pengobatan kambing yang sedang sakit. Obat-obatan yang digunakan terdiri dari berbagai jenis tergantung pada fungsi dari masing-masing obat-obatan. Adapun obat-obatan yang digunakan, kegunaan obat-obatan serta cara penggunaan obat-obatan dapat dilihat pada Lampiran 4.

2.2.5 Bibit Unggul

Dalam memilih kambing perlu memperhatikan beberapa teknik. Teknik tersebut antara lain seleksi berdasarkan performa dan kelengkapan data atau informasi silsilah ternak bersangkutan. Teknik yang kedua yaitu seleksi berdasarkan kasat mata yang dilakukan oleh pembeli maupun penjual. Selain yang telah disebutkan di atas, ada cara sederhana memilih ternak kambing yaitu dengan memperhatikan beberapa kriteria. Adapun kriteria tersebut antara lain :

1) Calon Induk :

a) Umur lebih dari 12 bulan ( 2 buah gigi seri tetap), b) Tingkat kesuburan reproduksi sedang

c) Sifat keindukan baik d) Tubuh tidak cacat

e) Berasal dari keturunan kembar (kembar dua) f) Jumlah puting dua buah

g) Berat badan lebih dari 20 Kg. 2) Calon jantan :

a) Pejantan memiliki penampilan yang bagus dan besar b) Umur > 1,5 tahun

(27)

11 d) Mempunyai nafsu kawin besar

e) Sehat, dan tidak cacat.

2.3 Perkawinan, dan Penanganan Kelahiran

Perkawinan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk peremajaan ternak. Perkawinan dibagi ke dalam dua bagian yaitu inseminasi buatan dan perkawinan alami. Inseminasi buatan terjadi dengan bantuan alat yang dapat memasukan sel sperma ke posisi yang tepat pada bagian dalam organ kelamin betina. Sementara perkawinan secara alami dapat terjadi karena adanya kontak fisik antara pejantan dengan betina. Perkawinan sebaiknya dilakukan setelah 12-34 jam kambing betina birahi karena tingkat kesuburan saat itu cukup tinggi. Tingkat keberhasilan perkawinan ditandai dengan adanya kebuntingan. Kambing yang telah bunting tua perlu penanganan khusus. Sebaiknya kambing yang sudah siap melahirkan ditempatkan di kandang khusus sehingga kambing tersebut merasa nyaman dan tenang serta memudahkan pemantauan.

2.4 Jenis Penyakit pada Kambing Perah

Terdapat beberapa penyakit yang sering ditemui pada kambing perah. Penyakit-penyakit tersebut dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok yakni penyakit bakterial, yaitu penyakit yang timbul akibat bakteri pada kambing perah. Adapun jenis-jenis penyakit bakterial ini antara lain :

1) Antrax (radang limpa) 2) Mastitis

3) Keguguran

4) Diare atau mencret

Penyakit parasit yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit yang terdapat pada kambing. Penyakit-penyakit jenis ini antara lain :

1) Kudis/kurap (Scabies) 2) Cacingan

Penyakit lainnya yaitu jenis penyakit yang bukan disebabkan oleh bakteri ataupun parasit. Adapun jenis-jenis penyakit jenis ini antara lain :

1) Penyakit mata 2) Perut kembung

(28)

12 3) Kelumpuhan atau kejang-kejang

2.5 Pemerahan

Pemerahan dilakukan untuk memperoleh susu kambing. Menurut Esminger (2002), pemerahan pada kambing perah dapat dilakukan dua kali sehari tetapi lebih baik jika selang antar pemerahan selama 12 jam. Sebelum dilakukan pemerahan, ambing pada kambing sebaiknya dibersihkan dahulu dengan air dan dikeringkan dengan menggunakan handuk bersih. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyakit mastitis pada kambing.

Susu hasil perahan pertama harus dibuang ke dalam sebuah wadah (gelas) untuk memastikan bahwa kambing tidak mengalami mastitis. Setelah dilakukan pemerahan, masing-masing ambing harus dimasukan pada cairan desinfektan agar tidak terkena mastitis. Proses pemerahan dapat dilakukan dengan beberapa cara tetapi teknik pemerahan pada kambing biasanya menggunakan teknik whole hand yakni teknik pemerahan dengan menggunakan seluruh jari (Setiawan dan Tanius, 2002). Susu yang telah diperoleh harus disaring terlebih dahulu kemudian disimpan dalam freezer agar susu dapat bertahan lebih lama.

2.6 Karakteristik Susu Kambing

Produk utama dari kambing perah adalah susu kambing. Pada Tabel 3 Dapat dilihat perbandingan kandungan gizi susu kambing, dan susu sapi. Dari Tabel 3 terlihat bahwa kandungan energi KCL, protein, lemak, Ca, vit A, Thiamin, Niacin pada susu kambing lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Susu kambing juga memiliki citra tersendiri yang berbeda dengan susu sapi. Jika susu sapi dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi terutama protein, maka susu kambing dikonsumsi dengan tujuan yang lebih dari itu, susu kambing dipercaya mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit sehingga susu kambing juga dikonsumsi sebagai obat.

(29)

13 Tabel 3. Kandungan Gizi Susu Kambing dan Susu Sapi

Komposisi Kambing Sapi

Air 83-87,5 87,2 Hidrat Arang 4,6 4,7 Energi KCL 67 66 Protein 3,3-4,9 3,3 Lemak 4,0-7,3 3,7 Ca (mg) 129 117 P (mg) 106 151 Fe (mg) 0,05 0,05 Vit. A. (mg) 185 138 Thiamin (mg) 0,04 0,03 Rhiboflamin 0,14 0,17 Niacin (mg) 0,3 0,08 Vit. B-12 0,07 0,36 Sumber : www.rumahbelanja.com 2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha, dan analisis pada kambing perah serta analisis kelayakan usaha pada peternakan kambing perah. Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada subsektor peternakan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan objek kajian atau komoditas yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah pada tahun 2009. Penelitian ini bejudul Analisis Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus : Peternakan Barokah, Kebon Pedes, Kota Bogor). Hasil dari penelitian ini antara lain: berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial peternakan Barokah pada skala usaha 80 ekor induk laktasi, diperoleh nilai NPV 1.835.849.468, IRR diperoleh sebesar 37% dengan tingkat

discount rate sebesar 16%, diperoleh nilai Net B/C sebesar 2,04, PBP diperoleh

selama 3,81 tahun, BEP diperoleh selama 8,49 tahun dan PR diperoleh sebesar 3,8. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang diubah dalam analisis sensitivitas yaitu : kenaikan tingkat inflasi per tahun, kenaikan biaya pakan per tahun, rata-rata produksi susu per ekor induk, harga jual susu per liter dan tingkat kenaikan gaji karyawan tiap tahun. Sedangkan

(30)

14 berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek dampak usaha dan analisis terhadap aspek finansial dapat disimpulkan bahwa gagasan pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan. Pengembangan skala usaha dari 60 ekor menjadi 80 ekor induk laktasi membuat peternakan beroperasi secara lebih efisien dan mencapai skala ekonomi yang baik.

Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan yakni penelitian yang dilakukan oleh Dicky Satria pada tahun 2009 dengan penelitian berjudul Analisis pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (Studi Kasus : Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kacamatan Tamansari, Kabupaten Bogor). Berdasarkan hasil analisis pada aspek non finansial, Peternakan Cordero dituntut untuk memperbesar pasar sasaran seiring dengan meluasnya skala usaha. Pada saat penelitian jumlah kambing yang terdapat di peternakan Cordero adalah 119 ekor yang terdiri dari 5 pejantan, 58 induk, 25 dara, dan 31 anakan, dan akan bertambah menjadi 828 ekor di tahun kelima dengan asumsi tingkat kelahiran anak 1,62, kematian 10 persen, pemeliharaan betina 20 persen, dan menjual seluruh anak jantan. Hasil analisis dari aspek finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp 908.058.246, nilai IRR 32,14 persen, nilai net B/C 2,32, PBP 4,1 tahun, BEP 4,6 tahun yang mengindikasikan bahwa pengembangan usaha ternak kambing perah ini layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan perubahan pada variabel output dan input. Berdasarkan analisis

switching value menunjukan bahwa kenaikan harga pakan lebih peka

dibandingkan degan kenaikan tingkat inflasi maupun penurunan harga jual susu. Penelitian mengenai kambing perah dilakukan oleh Siti Maimonah pada tahun 2000 dalam skripsinya yang berjudul Pendugaan Model Fungsi dan Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Kambing Perah Laktasi Peranakan Etawah pada Peternakan Barokah. Hasil penelitian ini antara lain diperolehnya model fungsi produksi terbaik pada Peternakan Kambing Perah barokah yaitu sebagai berikut : Y = 2,415 X20,203 X40,342 X5-0,259

Dimana Y : Produksi susu (kg/hari)

X2 : pakan penguat (kg/hari) X4 : periode laktasi

(31)

15 Selain itu, menurut penelitian ini, konsumsi pakan penguat secara teknis sudah efisien karena elastisitas produksinya berada antara 0 dan satu atau berada pada daerah rasional yaitu sebesar 0,203 yang berarti penambahan 1 kg pakan penguat akan meningkatkan produksi susu sebanyak 0,203 kg. Namun secara ekonomis belum efisien karena rasio antara Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) lebih besar dari 1 yaitu 3,804 sehingga perlu penambahan pakan optimal yaitu 3,804 kg per ekor per hari. Dengan penambahan ini jumlah produksi susu harian setiap ekornya meningkat 0,111 kg, dan dengan harga produksi susu per kilogramnya Rp 6.000,00 penerimaan juga akan bertambah Rp 666,00 per ekor per hari. Secara teknis, periode laktasi telah efisien dengan nilai elastisitas sebesar 0,342. Hal ini berarti peningkatan periode laktasi akan meningkatkan produksi susu sebanyak 0,342 kg dengan rata-rata periode laktasi ke-2,079 masih bisa ditambah karena puncak laktasi tercapai pada laktasi ke-4. Sedangkan lama laktasi tidak efisien karena nilai elastisitasnya kurang dari 0 yaitu sebesar -0,259. Hal ini berarti penambahan satu hari lama laktasi akan menurunkan produksi susu sebesar 0,259 kg. Karena rata-rata lama laktasi selama ini adalah 188,211 hari, sehingga dapat menurunkan produksi susu rata-rata, maka sebaiknya dilakukan sekitar 160 hari.

Penelitian mengenai kambing perah dilakukan pula oleh Nur Santy Asminaya dalam tesisnya yang berjudul Penggunaan Ransum Komplit Berbasis Sampah Sayuran Pasar untuk Produksi dan Komposisi Susu Kambing Perah. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 di peternakan rakyat yang terletak di Bintaro. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penggunaan ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar dalam bentuk kering (RKK) dan fermentasi/silase (RSK) pada kambing perah dengan melihat aspek produksi dan komposisi susu. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil kondisi fisik dan susu pada kambing perah yang diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan memberikan ransum konvensional (RK) yang terbuat dari konsntrat dan ampas tahu, RKK, dan RSK yang terbuat dari sayuran pasar, ampas tahu, dedak padi, onggok dan bungkil inti sawit. Hasilnya, dilihat dari konsumsi bahan kering dan produksi susu yang menurun, ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar baik berbentuk kering (RKK) maupun silase (RSK) belum dapat menggantikan penggunaan

(32)

16 ransum konvensional (RK), meskipun komposisi yang dihasilkan pada semua kambing penelitian (RK< RKK< dan RSK) adalah sama.

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian pada komoditas kambing perah. Analisis dilakukan pada kelayakan usaha ternak pada kondisi tanpa adanya pengembangan usaha berupa penambahan populasi kambing laktasi I dan pada kondisi adanya pengembangan usaha. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah (2009), persamaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut terletak pada alat analisis yang digunakan terutama pada analisis aspek finansial. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis berupa kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost

Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Untuk analisis aspek non finansial,

beberapa penelitian terdahulu menggunakan penggolongan aspek yang berbeda dengan yang digunakan pada penelitian ini. Sedangkan perbedaan terletak pada jenis komoditas yang dikaji. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dicky (2009), analisis dilakukan pada kelayakan peternakan kambing perah. Artinya terdapat persamaan yang cukup banyak antara penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian tersebut, persamaan tersebut yakni alat analisis yang digunakan sama yaitu kriteria kelayakan investasi baik secara finansial maupun non finansial selain itu, objek kajian atau komoditas yang dikaji juga serupa yaitu kambing perah. Namun perbedaan terletak pada tempat penelitian sehingga hasil yang diperoleh tentu akan berbeda. Tinjauan yang digunakan dalam penelitian ini juga harus merujuk pada penelitian terdahulu mengenai komoditas yang sama yang akan diteliti yaitu kambing perah.

Ada beberapa peneliti yang menganalisis mengenai kambing perah namun dengan kajian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Maimonah (2002), menganalisis komoditas yang sama yakni kambing perah namun dengan alat analisis yang berbeda dimana alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan fungsi produksi polynomial kuadratik, polynomial akar pangkat dua, dan cob

douglas (dilinierkan dengan ln). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

(33)

17 komposisi susu kambing sehingga alat analisis yang digunakan berupa uji laboratorium. Adapun rincian masing-masing penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rincian Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Alat Analisis Komoditas 1. Irfansyah Analisis Pengembangan

dan Optimalisasi Produksi Usaha Ternak Sapi Perah (Studi Kasus : Peternakan Barokah, Kebon Pedes, Kota Bogor)

2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP)

Sapi Perah

2. Dicky Satria Analisis Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah Peranakan Etawa (Studi Kasus : Peternakan Cordero, Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor) 2009 Kriteria Kelayakan Usaha baik aspek non finansial maupun aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PBP)

Kambing Perah

3. Siti Maimonah Pendugaan Model Fungsi dan Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Kambing Perah Laktasi Peranakan Etawah pada Peternakan Kambing Perah Barokah

2000 Menggunakan fungsi produksi

polynomial

kuadratik,

polynomial akar pangkat dua, dan

cob douglas (dilinierkan dengan ln). Kambing Perah 4. Nur Santy Asminaya Penggunaan Ransum Komplit Berbasis Sampah Sayuran Pasar untuk Produksi dan

Komposisi Susu

Kambing Perah

2007 Menggunakan uji laboratorium terhadap susu yang dihasilkan oleh

kelompok-kelompok kambing perah yang telah diberi ransum yang berbeda-beda.

Adapun uji

laboratorium yang digunakan adalah uji berat jenis, kadar protein, lemak, laktosa, dan bahan kering tanpa lemak.

Kambing Perah

(34)

18

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam menjalankan penelitian diperlukan teori-teori yang mendukung penelitian ini. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pengertian studi kelayakan bisnis dan aspek-aspek kelayakan bisnis. Adapun aspek-aspek kelayakan bisnis yang dianalisis antara lain : aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial.

3.1.1 Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis

Definisi proyek pertanian secara luas adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat sedangkan definisi proyek pertanian secara sempit adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu (Gittinger, 1986). Menurut Soeharto 1995, mengkaji kelayakan suatu usulan proyek bertujuan mempelajari usaha tersebut dari segala segi secara profesional agar nantinya setelah diterima dan dilaksanakan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Jika kedua definisi ini digabungkan maka kajian kelayakan suatu proyek pertanian ditujukan untuk mempelajari penggunaan sumberdaya khususnya sumberdaya alam untuk memperoleh manfaat dari berbagai aspek sehingga ketika proyek tersebut dilaksanakan dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Hasil dari analisis ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada bisnis itu sendiri. Adapun pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat dari analisis ini antara lain : (1) Investor, dengan adanya analisis kelayakan bisnis, maka investor dapat menilai apakah dana yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sehingga investor dapat membuat keputusan investasi secara lebih objektif (2) Kreditor/Bank, hasil analisis yang diperoleh dapat dijadikan acuan apakah dana yang dipinjamkan pada suatu bisnis dapat dikembalikan, selain itu

(35)

19 Analis, analisis ini digunakan oleh analis untuk dapat menunjang tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai bisnis yang sudah ada (4) Masyarakat, hasil dari analisis ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui nilai tambah yang muncul akibat bisnis tersebut (5) Pemerintah, dilihat dari sudut pandang mikro, analisis ini diharapkan mampu mengembangkan pemanfaatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, peningkatkan pemasukan pemerintah melalui pajak dan retribusi, sedangkan secara makro, analisis ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional sehingga terjadi pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita (Nurmalita et al. 2009). Selain dilihat dari aspek finansial, analisis ini juga didasarkan pada berbagai aspek non finansial seperti aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan.

3.1.2 Aspek Non Finansial

Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat lima aspek non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini.

3.1.2.1 Aspek Pasar

Pasar menurut Kotler (1988) diacu dalam Sudiyono (2002) menyatakan bahwa pasar meliputi keseluruhan pembeli potensial yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia dan mampu membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran. Dengan kata lain pasar merupakan kumpulan orang yang berpotensi untuk membeli suatu produk sehingga analisis aspek pasar sangat diperlukan karena diharapkan bisnis dapat berjalan dengan baik bila produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran. Dalam menganalisis diperlukan data mengenai :

1) Permintaan, baik secara total ataupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan proyeksi permintaan tersebut di masa yang akan datang.

(36)

20 2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari impor, baik

perkembangannya di masa lalu maupun proyeksi di masa yang akan datang. 3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam

negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

4) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan digunakan bauran pemasaran serta identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk akan dibuat.

5) Perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan, berupa market share yang mampu dikuasai oleh perusahaan.

Dalam menganalisis aspek pasar perlu juga diketahui berbagai kebijakan pemasaran atau yang sering disebut sebagai bauran pemasaran. Menurut Umar (2005), bauran pemasaran terdiri dari (1) Produk (Product), dalam memasarkan produk, perusahaan sebaiknya menetapkan manfaat-manfaat yang diberikan oleh produk yang telah diproduksi oleh perusahaan tersebut, (2) Harga (Price), harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli, (3) distribusi (Place), saluran distribusi adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan produk tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen. (4) Promosi (Promotion), promosi dilakukan untuk mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya dibeli.

Strategi pemasaran perlu juga dianalisis untuk mengetahui pasar produk yang akan ditawarkan (Umar, 2005). Kondisi pasar cenderung memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga agar lebih mudah maka perlu dilakukan segementasi pada pasar tersebut agar pasar memiliki karakteristik yang lebih sama. Segmentasi dapat berdasarkan aspek geografis yang terdiri dari bangsa, negara, provinsi, dan kabupaten/kota madya, aspek demografis yang terdiri dari usia dan tahap daur hidup, jenis kelamin, dan pendapatan, aspek psikografis yang meliputi kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian serta aspek perilaku yang terdiri dari kesempatan, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembelian,

(37)

21 dan sikap. Setelah dilakukan segementasi perlu analisis untuk menentukan segmen pasar yang dicakup dan dapat dilayani. Tahap terakhir adalah penentuan posisi pada segmen terpilih yang akan ditempati.

Pesaing juga akan menentukan keberlajutan sebuah bisnis sehingga perlu dilakukan analisis pesaing. Pesaing merupakan suatu perusahaan lain yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri : (1) perusahaan yang menawarkan produk dan harga yang sama di pasar, (2) perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama, (3) perusahaan yang membuat produk dan memasok yang sama, dan (4) perusahaan yang memperebutkan uang dari konsumen yang sama.

3.1.2.2 Aspek Teknis

Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Sedangkan menurut Husein (2005), aspek teknis dapat dikaji dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis. Dengan kata lain, aspek teknis mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan secara rutin termasuk teknologi yang digunakan oleh perusahaan. Maksud pengkajian aspek teknis antara lain (Soeharto, 2007):

1) Pada tahap awal bertujuan merumuskan gagasan yang timbul ke dalam batasan yang konkrit dari segi teknik.

2) Selanjutnya hasil pengkajian aspek teknik (yang semakin mendalam) dipakai sebagai masukan pengkajian aspek-aspek lain seperti aspek finansial, ekonomi, perkiraan biaya, dan jadwal.

3) Akhirnya lingkup aspek teknik sampai pada kegiatan design engineering terinci, menghasilkan cetak biru proyek yang akan dibangun.

Menurut Nurmalina et al. (2009) beberapa hal yang perlu dikaji dalam aspek teknis antara lain lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment.

(38)

22 1) Lokasi Bisnis

Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis ini terdiri atas variabel utama dan variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah. Variabel utama antara lain (1) ketersedian bahan baku, bila suatu usaha memerlukan bahan baku dalam jumlah yang besar maka bahan baku menjadi variabel yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis sehingga pengusaha perlu mengetahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan, kelayakan harga bahan baku, kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku, serta biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku diproses. (2) letak pasar yang dituju, informasi yang perlu diperoleh antara lain daya beli konsumen, pesaing dan analisis pasar lainnya. (3) Tenaga listrik dan air, pada perusahaan yang menggunakan listrik dalam jumlah besar tentu perlu mengetahui ketersediaan listrik di suatu lokasi. Sama halnya dengan kebutuhan air bagi perusahaan yang menggunakan air cukup banyak. (4)

Supply tenaga kerja yang sangat mempengaruhi biaya produksi yang

ditanggung oleh perusahaan harus tersedia dengan baik. (5) Fasilitas transportasi, hal ini berkaitan dengan pertimbangan bahan baku dan pertimbangan pasar. Jika lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku, maka pertimbangan utama adalah transportasi menuju pasar.

Sedangkan variabel bukan utama antara lain (1) hukum dan peraturan di Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, karena dimungkinkan ada peraturan yang melarang pendirian suatu bisnis di suatu lokasi atau adanya keringanan dari pemerintah untuk mendirikan suatu lokasi. (2) Sikap dari masyarakat setempat yang mendukung atau tidak pada pendirian suatu bisnis. (3) Rencana masa depan perusahaan dalan kaitannya dengan perluasan bisnis.

2) Luas Produksi

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Pada produk baru, kapasitas produksi

(39)

23 biasanya masih belum optimal, namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih berada di tingkat titik impas.

3) Proses Produksi

Proses produksi terdiri atas 3 jenis yaitu proses produksi yang terputus-putus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi. 4) Layout

Layout ini mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitanya. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan yakni kosistensi dengan teknologi produksi, arus produk dalam proses produksi yang lancar dari satu proses ke proses lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi, meminimisasi biaya produksi, dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Saat ini digunakan pula teknologi tepat yang dalam hal ini dapat digunakan kriteria tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat.

Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali karena pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan walaupun juga mempertimbangkan faktor non teknologi lainnya seperti keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin, keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis, kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut.

3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum

Analisis manajerial diperlukan agar pelaksanaan bisnis dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Analisis aspek manajemen dibagi kedalam dua kelompok yaitu manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang perlu dipelajari meliputi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis

Gambar

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan  2000 Menurut Subsektor Tahun 2004-2009** (Milyar Rupiah)
Gambar 1. Grafik Perkembangan Populasi Kambing PE tahun 2006-2008
Tabel 4. Rincian Penelitian Terdahulu
Tabel 5. Jumlah Penduduk, Luas Desa, dan Kepadatannya di Kecamatan Ciampea  Tahun 2008
+5

Referensi

Dokumen terkait

rRabnb.&amp;,a'l!h!/gPiP!ru*.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “

Pelaku bullying pengguna internet dalam penelitian ini terfokus pada laman Detik.com dan Liputan6.com yang meng-up date berita politik ketika pemilu Presiden

Musharakah. •   Walaubagaimanapun, dari perspektif undang-undang berdasarkan amalan standard di Malaysia, pihak yang terbabit di dalam Musharakah akan bersetuju

Untuk Paket Pelelangan baik Jasa Konstruksi maupun Jasa Konsultansi dilingkungan Kabupaten Kayong Utara yang masa pendaftarannya dipenghujung bulan Juni dan dipastikan

Pemilihan cerita rayat Deleng Pertektekken ini berasal dari Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan merupakan sastra lisan masyarakat Karo.Dalam

Data yang dikumpulkan merupakan data primer, yaitu data berasal dari penelitian perubahan makroskopis dan mikroskopis hepar tikus wistar dari kelompok kontrol dan

Bantul Governance not optimally yet on improving volleyball sport as an icon or cultural sport in there.. It is showed by the people in Bantul right now not believe again