ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
4) Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan aset yang dimiliki Bukit Air Resto cabang Cilendek dihitung dengan mempertimbangkan umur ekonomisnya. Penghitungan penyusutan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus, yaitu penyusutan seluruh aset perusahaan diasumsikan sama per tahunnya. Kemudian penghitungan nilai penyusutan per tahun aset tersebut ialah harga pembelian peralatan saat investasi awal dibagi dengan umur ekonomisnya.Dari penghitungan tersebut diperoleh total nilai penyusutan bisnis cabang Cilendek. Penghitungan nilai penyusutan bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.
39 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial
Dalam penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial dengan alat kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Karena bisnis ini merupakan bisnis dengan modal sendiri, maka tingkat diskonto yang digunakan yaitu tingkat suku bunga deposito Bank Syariah Mandiri periode Maret 2014 sebesar enam persen dan nilainya disetarakan selama satu tahun. Besarnya pajak yang dikeluarkan perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 21 tentang pajak pendapatan sebesar dua puluh lima persen. Dengantingkat diskonto enam persen, pada bisnis cabang Cilendek diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1 503 663 844 dan nilai tersebut lebih besar dari nol. Berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa bisnis tersebut layak untuk dijalankan karena selama sepuluh tahun umur proyek tersebut berjalan dengan nilai sekarang (present value) sebesar Rp 1 503 663 844.
Nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar 1.8 yang menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan manfaat sebesar 1.8 kali dari biaya yang dikeluarkan. Dengan nilai Net B/C yang lebih besar dari nol tersebut menunjukkan bahwa bisnis layak untuk dijalankan. Kriteria investasi IRR dengan nilai yang diperoleh sebesar 19 persen (IRR > tingkat diskonto 6 persen) menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat pengembalian sebesar 19 persen terhadap biaya investasi yang dikeluarkan. Dengan penghitungan tingkat pengembalian investasi (Payback Period) diperoleh bahwa perusahaan memerlukan waktu selama enam tahun satu bulan untuk mendapatkan kembali nilai investasi yang telah dikeluarkan. Besarnya periode tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dapat memperoleh balik modal sebelumumur bisnis berakhir sehingga bisnis tersebut layak untuk dilaksanakan.
Tabel 7.1Hasil penghitungan kelayakan investasi bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek
Alat analisis Hasil
NPV Rp 1 503 663 844
Net B/C 1.8
IRR 19 persen
Payback Period 6 tahun 1 bulan
Dengan adanya keempat nilai yang diperoleh dari penghitungan analisis kelayakan finansial dengan kriteria NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period tersebut menunjukkan bahwa bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek layak untuk dijalankan. Adapun penghitungan arus kas (cashflow) bisnis cabang Cilendek terdapat pada Lampiran 7. Berikut ini grafik hubungan antara NPV dan IRR pada bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek tersaji pada Gambar 7.1.
40
6 19
Gambar 7.1 Hubungan antara NPV dan IRR pada bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek
Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat diskonto sebesar 6 persen dihasilkan nilai NPV sebesar 1 503.7 juta Rupiah dan dengan tingkat diskonto sebesar 19 persen menghasilkan nilai NPV sebesar 0 juta Rupiah, pada tingkat tersebut menunjukkan nilai IRR yang diperoleh bisnis ini. Kemudian apabila tingkat diskonto lebih besar dari nilai IRR yang diperoleh (19 persen) diperoleh nilai NPV yang negatif, menunjukkan bahwa bisnis tersebut tidak layak.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kepekaan dari suatu bisnis akibat adanya perubahan yang sedang terjadi atau pernah terjadi di masa lampau yang memengaruhi nilai biaya dan manfaat. Analisis ini dilakukan untuk mengukur kelayakan suatu bisnis akibat beragam perubahan yang terjadi yang biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan dalam biaya, dan hasil produksi (Nurmalina et al., 2010). Dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas dengan perubahan yang terjadi pada variabel biaya bahan baku ayam mentah dan penjualan menu olahan ayam. Penentuan analisis terhadap kedua variabel tersebut berdasarkan pengalaman yang dialami perusahaan.Kedua variabel tersebut dianalisis kepekaannya masing-masing sebesar 13.07 persendan dibandingkan variabel mana yang lebih berpengaruh terhadap kelayakan bisnis tersebut. Berikut ini hasil analisis sensitivitas terhadap kedua variabel tersebut tersaji pada Tabel 7.2.
1 503.7
IRR
i = Discount NPV (Juta Rupiah)
41 Tabel 7.2 Hasil analisis sensitivitas bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek
No. Keterangan NPV Net
B/C IRR Payback Period 1. Kriteria kelayakan pada kondisi normal Rp 1 503 663 844 1.8 19 persen 6 tahun 1 bulan 2. Kenaikan biaya
bahan baku ayam mentah 13.07 persen Rp 647 022 248 1.34 11 persen 8 tahun 7 bulan 3. Penurunan penjualan olahan ayam 13.07 persen Rp 627 994 534 1.33 11 persen 8 tahun 8 bulan
Dari Tabel 7.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa kelayakan bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek lebih sensitif terhadap penurunan penjualan olahan ayam sebesar 13.07 persen. Adapun penghitungan analisis sensitivitas bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek tersebut terdapat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
Analisis Switching Value
Untuk mengetahui batas perubahan variabel dari suatu komponen inflow atau komponen outflow dilakukan analisis switching value. Variabel yang dianalisis yaitu batas kenaikan harga bahan baku ayam mentah dan penurunan output olahan ayam yang masih ditoleransi agar bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek masih tetap layak. Pertimbangan dilakukannya analisis switching value terhadap kenaikan harga bahan baku ayam mentah dan penurunan penjualan menu olahan ayam ialah karena bahan baku ayam mentah menyumbang persentase yang besar terhadap total biaya bahan baku produk restoran yang variatif. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa menu olahan ayam digemari pengunjung dari sekian menu restoran yang variatif tersebut.
Dari hasil analisis switching value diperoleh hasil yaitu batas maksimum kenaikan harga bahan baku ayam mentah tidak melebihi 50.29 persen dan penurunan penjualan olahan ayam tidak dibawah 17.10 persen. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penurunan penjualan menu olahan ayam lebih memengaruhi kelayakan bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek karena dengan adanya penurunan penjualan menu olahan ayam sebesar 17.10 persen saja telah menyebabkan bisnis tersebut tidak layak, berbeda dengan pengaruh kenaikan harga bahan baku ayam mentah terhadap kelayakan bisnis Bukit Air Resto cabang Cilendek. Pengaruh kenaikan harga bahan baku ayam mentah terhadap kelayakan bisnis yaitu kenaikan tersebut akan membuat bisnis tidak layak saat terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 50.29 persen. Hasil olahan analisis switching value tersebut tersaji pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.
42