• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1. Kajian Teori

2.1.2 Bimbingan dalam Konteks Pendidikan

Tohirin (2007) menyatakan istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Istilah “guidance”, dalam Bahasa Indonesia berarti bantuan atau tuntunan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis, bimbingan berarti bantuan atau tuntunan; tetapi tidak semua bantuan dalam lingkup bimbingan. Menurut Gunawan (1992) “Guidance is the help given by one person to another in making

intelligent choices and adjustment and in solving problem” (hlm. 39-40). Definisi

ini menjelaskan bahwa anak harus membuat pilihannya sendiri dan ia harus mampu memecahkan permasalahan secara mandiri.

Walgito (2010) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan tuntunan sehingga orang yang dibimbing tidak merasakan ada sebuah paksaan. Menurut Yusuf dan Juntika (2010) bimbingan adalah suatu proses yang berkesinambungan, sistematis, dan terarah kepada tujuan yang hendak dicapai. Strang (dalam Furqon, 2005) mengemukakan bimbingan merupakan proses belajar untuk menyelesaikan masalah agar yang dibimbing berkembang secara optimal.

Berdasarkan pengertian bimbingan dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengatasi masalah secara mandiri dalam kehidupannya. 2.1.2.2Tujuan Bimbingan

Menurut Gunawan (1992) bimbingan dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar (1) memahami diri dan lingkungannya sesuai tuntutan yang ada, (2) mampu memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya baik dalam aspek pribadi, belajar, dan kariernya, (3) mengembangkan kemampuannya secara maksimal, serta (4) memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat menghambat tugas perkembangannya.

Depdikbud 1994 (dalam Furqon, 2005) menjelaskan bahwa secara khusus layanan bimbingan di sekolah dasar bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan. Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan yaitu membantu seseorang dalam hal ini dikhususkan pada peserta didik agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan dalam hidupnya secara maksimal.

2.1.2.3Landasan Bimbingan di Tingkat Sekolah Dasar

UUSPN dan PP Nomor 28 Tahun 1990 (dalam Furqon, 2005) menyatakan bahwa pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan bekal bagi peserta didik dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 (dalam Barus, 2011) mengungkapkan bahwa pelayanan bimbingan sebagai satu kesatuan dalam sistem pendidikan di sekolah sehingga perlu diupayakan secara sungguh-sungguh. Perubahan pendidikan di SD menghendaki juga hadirnya pelayanan bimbingan yang nyata, konkret, terstruktur, dan lebih profesional.

2.1.2.4Ragam Bimbingan

Bimbingan dibagi menjadi empat macam, yaitu: 1. Bimbingan pribadi

Menurut Marsudi (2010) bimbingan pribadi menuntun peserta didik agar berkembang dalam iman, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. Winkel dan Sri (2004) menyatakan bahwa bimbingan pribadi berarti bimbingan agar peserta didik dapat mengatur diri sendiri baik jasmani maupun rohani, serta mengembangkan diri agar dapat memecahkan masalah dalam batin akibat kurangnya penyesuaian diri terhadap aspek-aspek perkembangan sehingga mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap sesuatu, seperti sikap tidak teliti

.

Peneliti kemudian dapat menyimpulkan pengertian bimbingan pribadi yaitu bimbingan yang membantu mengatasi permasalahan pribadi peserta

didik, sehingga mereka mampu mencapai tugas perkembangan pribadinya.

Beberapa tugas perkembangan pribadi menurut Brown dan Trusty (dalam Barus, 2010) adalah sebagai berikut: (1) pemahaman tehadap dirinya sendiri yang meliputi kesadaran menyangkut kelebihan, kelemahan, minat, perbedaan, dan kesamaan dengan orang lain, (2) penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan positif tentang diri sendiri, penerimaan diri, (3) mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, berlatih mengungkapkan gagasan sendiri, (4) belajar berperilaku dan mengembangkan kebiasaan pola hidup sehat dan efektif, (5) membiasakan bersikap jujur, santun, rendah hati, mentaati norma-norma, (6) memahami dan mampu mengenali perilaku baik dan buruk, perbuatan salah dan benar, (7) berlatih mengembangkan perilaku bertanggung jawab, teliti dan konsekuen, (8) berlatih mengatur keperluan diri sendiri, perawatan diri dan kegiatan pribadi.

Menurut Sukmadinata (2009) ciri-ciri orang memiliki pribadi yang baik adalah berpendirian teguh, bertindak tegas, konsekuen, bertanggung jawab, perhatian terhadap sesuatu, berhati-hati, teliti, konsentrasi, berpikir secara kritis, dan memahami apa yang dipelajari penting bagi kehidupannya.

2. Bimbingan Sosial

Marsudi (2010) menjelaskan bahwa bimbingan sosialmerupakan bantuan bagi peserta didik agar bertanggung jawab dalam pergaulan sosialnya. Menurut Tohirin (2007) “bimbingan sosial bermakna

bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri, dan sebagainya” (hlm. 127). Peneliti menyimpulkan pengertian bimbingan sosial adalah bimbingan yang membantu mengatasi permasalahan sosial peserta didik, sehingga tugas perkembangan sosial peserta diidk dapat tercapai secara optimal.

Tugas perkembangan sosial menurut Furqon (2005) diantaranya yaitu (1) menghargai orang lain, (2) mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi, dan (3) dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3. Bimbingan Belajar

Menurut Marsudi (2010) bimbingan belajaradalah “bantuan bagi peserta didik untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan program belajar dalam rangka menyiapkannya melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi dan berperan serta dalam kehidupan masyarakat” (hlm. 90). Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bimbingan belajar ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat seperti mengingat materi pelajaran, tidak mudah putus asa, konsentrasi, dan tepat waktu. Peneliti dapat menyimpulkan pengertian bimbingan belajar sebagai bantuan untuk mengatasi permasalahan belajar peserta didik, sehingga mereka mampu mencapai tugas perkembangan belajarnya.

Furqon (2005) menyatakan bahwa layanan bimbingan belajar membantu tugas perkembangan peserta didik agar: (1) melaksanakan cara-cara belajar yang benar, seperti mengulang pelajaran, membuat ringkasan materi, konsentrasi, dan tepat waktu, (2) mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya dengan mengembangkan sikap tidak mudah putus asa, (3) memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian dengan belajar secara tekun.

Pengertian belajar itu sendiri menurut Suparno (1997) yaitu “proses mengumpulkan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan” (hlm. 61).

4. Bimbingan karier

Menurut Marsudi (2010) bimbingan karier merupakan bantuan untuk mengenal potensi diri yang berguna bagi masa depan peserta didik. Menurut Winkel dan Sri (2004) bimbingan karier ialah bantuan dan pembekalan bagi peserta didik dalam menghadapi dunia pekerjaan yang akan dihadapinnya. Pengertian bimbingan karier dapat disimpulkan sebagai bantuan pencapaian tugas perkembangan karier peserta didik sehingga mereka mampu mempersiapkan dan menghadapi dunia pekerjaan yang hendak dihadapi.

Furqon (2005) menyatakan bahwa tugas perkembangan karier adalah (1) mengenali macam dan ciri pekerjaan, (2) menentukan cita-cita dan masa depan, (3) mengembangkan bakat, dan (4) menyesuaikan bakat serta minat sesuai jenis pekerjaan.

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ragam bimbingan terbagi menjadi empat macam yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier. Penelitian ini berfokus pada bimbingan pribadi dan belajar. Hal ini berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan AUK, menunjukkan bahwa permasalahan yang dialami peserta didik adalah masalah pribadi dan masalah belajar. Bimbingan dalam penelitian ini dilakukan secara klasikal.

2.1.2.5Layanan Bimbingan Klasikal

Sukmadinata (2009) menyatakan “bimbingan klasikal merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada peserta didik yang dilaksanakan dalam situasi kelompok” (hlm. 243). Menurut Winkel dan Hastuti (2004) bimbingan klasikal merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik dalam suatu kelompok agar bertambah pengalaman dan interaksinya sehingga memperoleh peningkatan perkembangan pribadi,belajar, dan sosial masing-masing peserta didik. Hartinah (2009) mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang dilaksanakan secara berkelompok terhadap sejumlah individu sekaligus, baik dalam skala besar maupun kecil, sehingga mereka dapat menerima bimbingan yang dimaksudkan.

Menurut Hartinah (2009) manfaat bimbingan klasikal meliputi (1) peserta didik yang bermasalah mampu mengenal dirinya melalui teman-teman dalam satu kelompok, (2) melalui kelompok, peserta didik dapat mengembangkan sikap-sikap positif seperti toleransi, kerjasama, tanggung jawab, disiplin, kreatif, menemukan cara belajar yang tepat, (3) melalui kelompok, peserta didik dihilangkan rasa takut, egois, curiga, iri hati, dan lain sebagainya. Menurut Winkel (2004) bimbingan yang dilakukan secara berkelompok bertujuan

mengembangkan secara optimal dari masing-masing individu yang tergabung dalam suatu kelompok dan bukan mengembangkan kelompok tersebut.

Peneliti dapat simpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang dilakukan secara kelompok, baik dalam jumlah besar maupun kecil dengan tujuan membantu peserta didik mengembangkan diri untuk mencapai tugas perkembangan dihadapinya.

2.1.2.6Tugas Perkembangan, Ciri-ciri, dan Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun

1. Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun

Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst dalam Hurlock (1990) meliputi: (a) membangun sikap yang positif mengenai diri sendiri, (b) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya, (c) mengembangkan hati nurani dan tuntutan nilai yang ada dalam masyarakat, (d) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial, dan (e) mencapai kebebasan pribadi. 2. Ciri-ciri Peserta Didik Usia 9-12 Tahun

Menurut Izzaty, dkk (2008) masa kelas-kelas tinggi SD berlangsung antara usia 9-12 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 SD. Ciri-ciri anak masa kelas-kelas tinggi SD meliputi (a) perhatiannya tertuju pada kehidupan yang dialami sehari-hari, (b) ingin tahu, ingin belajar (c) timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, (d) beranggapan nilai merupakan ukuran mengenai prestasi belajarnya di sekolah, dan (e) anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama.

3. Permasalahan Peserta Didik Usia 9-12 Tahun

Kowitz (dalam Furqon, 2005) menjelaskan permasalahan yang dihadapi anak-anak SD meliputi:

a. Masalah pribadi terutama berkaitan dengan kemampuan intelektual, kondisi fisik, kesehatan dan kebiasaan-kebiasaannya. Perilaku tersebut diantaranya malas untuk belajar, malas datang ke sekolah, ketergantungan, kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif, kurang bertanggung jawab, tidak teliti, dan menunjukkan perilaku agresif

b. Masalah penyesuaian sosial, seperti perasaan rendah diri, ketergantungan pada teman, iri hati, cemburu, curiga, persaingan, perkelahian, permusuhan, terbentuknya klik, tidak menyenangi guru, tergantung pada guru, tidak ada semangat belajar, tidak disiplin

c. Masalah belajar, seperti tidak menguasai materi yang ditargetkan sebagai tujuan pengajaran, kesalahan dalam cara belajar misalnya tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas; tidak mengulang pelajaran yang telah dipelajari.

d. Masalah karier menurut Tohirin (2007) disebabkan belum adanya pemahaman terhadap dunia kerja, cita-cita masa depan, minat terhadap pekerjaan tertentu, dan kemampuan dalam bidang tertentu.

Dokumen terkait