BAB II KAJIAN PUSTAKA
E. Bobath Concept
3) Faktor lingkungan : anak terlalu takut dengan orang yang tidak pernah dilihat atau orang yang tidak dikenal (d730)
abnormal reflex activity) dan pembelajaran kembali gerak normal (The relearning of normal movement), melalui penanganan manual dan fasilitasi.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka konsep Bobath juga mengalami perkembangan dimana menggunakan pendekatan problem solving dengan cara pemeriksaan dan tindakan secara individual yang diarahkan pada tonus, gerak dan fungsi akibat lesi pada sistem saraf pusat. Tujuan intervensi dengan metode Bobath adalah optomalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postural dan gerakan selektif melalui fasilitasi, sebagaimana yang dinyatakan oleh IBITA tahun 1995 (Rainee,Sue et al 2009).
3. Teknik Bobath Concept
Dalam konsep bobath ada 3 teknik terapi yang digunakan antara lain (Rainee,Sue et al 2009):
a) Inhibisi yaitu usaha untuk menghambat dan menurunkan tonus otot dan mengurangi tingkat spastisitas pada pasien. Tekniknya disebut Reflex Inhibitory Paternt, dilakukan dengan cara bergerak dari distal ke proksimal.
b) Fasilitasi yaitu usaha untuk mempermudah gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal. Tekniknya disebut Key Point of Control, dilakukan dengan cara bergerak dari proksimal ke distal. Tujuanya yaitu untuk memperbaiki tonus postural yang normal, memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal, serta memudahkan gerakan yang disengaja.
c) Stimulasi ialah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang, mengaktifkan dan meningkatkan tonus otot melalui propioseptif dan taktil. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara automatic. Tapping ditujukan pada
ditujukan untuk penempatan pegangan. Placcing Weight Bearing untuk penumpuan berat badan.
Untuk metode konsep Bobath ini diberikan dosis latihan (Tekin, Fatih dkk, 2018) :
F : 2x/seminggu
I : 8-10 repetisi/latihan disesuaikan T : 45 menit
T : Bobath exercise
4. Tahapan Teknik Latihan Dasar Bobath Concept Latihan dasar bobath yang dibagi menjadi 5 tahapan :
a) Latihan mengontrol kepala dan tangan ialah sebagai tahap awal dari latihan selanjutnya. Mengangkat dan menahan kepala serta badan melalui penumpuan tangan berguna untuk persiapan berguling, merayap, duduk dan merangkak. Latihan mengontrol kepala bisa dilakukan dengan cara memposisikan anak tidur tengkurang dengan posisi elbow support kemudian orangtua atau terapis memberikan fasilitas mainan yang berwarna-warni atau bunyi-bunyian di depannya, sebelah kiri atau kanan anak agar mereka terdorong untuk melihat mainan tersebut sehingga anak mau mengangkat kepala serta menoleh ke kanan dan ke kiri dengan posisi tengkurap dengan posisi formarm support.
Gambar 65
Sumber foto : Dokumentasi pribadi Sumber foto : Dokumentasi pribadi
Latihan mengontrol badan untuk duduk, pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya tetap tegak sewaktu ia bergerak menumpu pada tangannya. Posisi duduk akan membuat anak mampu melihat kedua tangannya dan mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak dapat beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk berdiri dan jongkok dari posisi duduk dan beraktivitas dari posisi duduk ke merangkak.
Gambar 66
Sumber foto : Dokumentasi pribadi
b) Latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan yang bertujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat mempersiapkan tungkainya dari duduk berlutut untuk selanjutnya berdiri.
Gambar 67
Sumber foto : Dokumentasi pribadi Sumber foto : Dokumentasi pribadi
c) Edukasi dapat dilakukan setelah terapi latihan dengan memberikan informasi kepada keluarga atau orangtua untuk melatih anak sesuai dengan intruksi yang terapis ajarkan saat latihan dan orangtua diharapkan mampu memberikan latihan serta dilakukan dirumah dengan teratur agar anak lebih cepat berkembang dan mandiri. Edukasi ini juga penting untuk memelihara otot dan gerak sendi seorang anak untuk mencegah kekakuan dan anak pun tidak akan lupa latihan apa yang telah diberikan oleh terapis. Jika suatu gerakan diberikan berulang terus-menerus makan anak akan mengingat dan otomatis terekam di memori otaknya untuk melakukan gerakan tersebut.
d) Melatih anak dengan aktivitas kesehariannya dengan memberikan latihan seperti berdiri stabil dan berjalan stabil maka selanjutnya orangtua atau terapis bisa mengajarkan anak untuk perlahan-lahan melakukan aktivitas sehari- hari secara mandiri. Misalnya saja mengeringkan badannya setelah mandi, belajar makan, mandi, serta mengenakan pakaiannya sendiri (Rainee,Sue et al 2009).
Gambar 68
Sumber foto : Dokumentasi pribadi Sumber foto : Dokumentasi pribadi
5. Aplikasi Teori Bobath Concept a) Motor Control
Konsep Bobath melibatkan keseluruhan pasien, sensoris, preseptual dan perilaku sifat yang adaptif yang sesuai dengan masalah motoris mereka, yang penanganannya disesuaikan dengan kebutuhan individual pasien (Lennon 1996; Raine 2007). Pada konsep Bobath proses yang interaktif antara pasien dan terapis harus tereksplorasi. Hal ini menjadi essensial bagi terapis untuk meningkatkan skill pada analisis gerakan dan memahami komponen penggerak pada manusia. Setiap pasien dinilai dalam hal lesi mereka, ekspresi gerakan individu dan potensi untuk memaksimalkan efisiensi gerakan mereka.
Pengobatan tidak dapat diprediksi, stereotip, atau berulang, karena harus terus-menerus beradaptasi dengan respons individu yang berubah.
Konsep Bobath berorientasi pada tujuan dan ditentukan oleh tugas, dan berupaya mengubah dan membangun lingkungan internal (proprioseptif) dan eksternal (exteroceptive) di mana sistem saraf dan karenanya individu dapat berfungsi secara efisien dan efektif (Raine 2007). Perawatan adalah interaksi antara terapis dan pasien di mana fasilitasi mengarah pada peningkatan fungsi.
Peran terapis adalah untuk mengajarkan gerakan dan membuat gerakan menjadi mungkin dengan memanfaatkan lingkungan dan tugas dengan tepat. Terapi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi gerakan ke potensi maksimum individu daripada gerakan normal.
Terapis tidak menormalkan tonus tetapi mereka dapat mempengaruhi hipertonia pada tingkat non-saraf dengan memengaruhi panjang dan rentang otot (Lennon 2003). Terapis dapat mencapai pengurangan tonus dalam beberapa cara seperti mobilisasi otot dan sendi yang kaku, peregangan otot, praktik pola gerakan yang lebih normal, dan melalui kinerja tugas fungsional yang lebih efisien dan mudah dilakukan (Mayston 2002). Weight bearing dapat membantu memengaruhi tonus abnormal hanya jika pasien mampu beradaptasi dan mengubah penyelarasan otot secara aktif (Raine 2007).
b) Sistem Sensoris
Sistem sensorik memberikan informasi penting tentang lingkungan internal dan eksternal yang menjadi dasar pergerakan dan penyempurnaan. Pada akhirnya, dalam terapi, tujuannya adalah untuk mendidik kembali sistem referensi internal pasien sendiri untuk memberikan masukan aferen yang akurat, memberikan pasien kesempatan terbaik untuk menjadi efisien,spesifik dan memiliki pilihan gerakan (Raine 2007).
c) Sistem Muskuloskeletal
Otot membutuhkan aktivitas yang cukup untuk menghasilkan kekuatan untuk bertindak. Sebagai bagian dari perawatan, penting untuk membuat panjang dan keterlibatan yang tepat dari otot dan jaringan lunak untuk memiliki jangkauan sendi yang cukup untuk mencapai komponen gerakan fungsional yang diperlukan. Juga penting untuk mencapai panjang yang tepat untuk aktivasi otot yang efisien. Untuk mencapai keseimbangan otot yang tepat untuk fungsi, perawatan mungkin memerlukan latihan kekuatan selektif dan spesifik (Raine 2007).