PENGARUH INTERVENSI BOBATH PADA ANAK DELAY DEVELOPMENT UNTUK PERKEMBANGAN MOTORIK
KASAR ANAK USIA 1-3 TAHUN
SKRIPSI
LAMRIA 022021011
PROGRAM STUDI FISOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINAWAN
PENGARUH INTERVENSI BOBATH PADA ANAK DELAY DEVELOPMENT UNTUK PERKEMBANGAN MOTORIK
KASAR ANAK USIA 1-3 TAHUN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Fisioterapi
LAMRIA 022021011
PROGRAM STUDI FISOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA 2022
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat rahmat, kesehatan fisik maupun akal pikiran, dan telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Intervensi Bobath pada anak Delay Development untuk Perkembangan Motorik Kasar anak usia 1-3 tahun” dapat diselesaikan.
Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya ditujukan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penyusunan tugas akhir ini berlangsung, yaitu kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
2. Orang tua tercinta, mama dan papa atas segala dukungan moril dan materil, doa, restu, dan motivasi sehingga semangat perjuangan selalu tertanam di dalam diri.
3. selaku Dekan Fakultas Fisioterapi yang telah memberikan layanan dan bimbingan terbaik selama masa perkuliahan.
4. Noraeni Arsyad, SST. Ft.,M.Pd Ketua Program Studi Fisioterapi Universitas Binawan beserta seluruh staf dosen pengajar dan pegawai yang telah memberikan layanan dan bimbingan terbaik selama penulis menempuh pendidikan sarjana.
5. Drs. Slamet Soemarno, M.Fis selaku dosen pembimbing pertama yang menyediakan waktu dan pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Noraeni Arsyad, SST. Ft.,M.Pd selaku dosen pembimbing kedua yang menyediakan waktu dan pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Dini Nur Alpiah, S.Tr.Ftr,. MARS selaku dosen pembahas pertama yang menyediakan waktu dan pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Sugiharto, S.Pd,. M.Kes selaku dosen pembahas kedua yang menyediakan waktu dan pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ricky Johanes yang memberikan doa, waktu, dukungan dan semangat yang luar biasa
10. Teman kerja yang saya sayangi Mirna, dan ka Fatimah yang memberikan doa dan semangatnya.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dengan balasan yang berlipat. Penulisan skripsi ini disadari masih belum sempurna, maka mohon dimaafkan segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, baik dari segi isi maupun dari segi penulisan. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu fisioterapi pediatri.
Jakarta, 20 Januari 2022
Lamria
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS (Hasil Karya Perorangan) Sebagai civitas akademis Universitas Binawan, saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Lamria
NPM : 022021011 Program Studi : DIV - Fisioterapi
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Binawan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif (Non-exclusive Royalti- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengaruh Intervensi Bobath pada anak Delay Development untuk Perkembangan Motorik Kasar anak usia 1-3 tahun”
Beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif (Non-exclusive Royalti-Free Right) ini Program Studi Fisioterapi Universitas Binawan berhak menyimpan, mengalihkan media atau memformatkan, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan atau mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis atau tanpa perlu meminta ijin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang ditimbulkan atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 20 Januari 2022 Yang Menyatakan
( Lamria )
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Lamria
NIM : 022021011
Prodi : DIV - Fisioterapi
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir yang saya susun dengan judul :
“Pengaruh Intervensi Bobath pada anak Delay Development untuk Perkembangan Motorik Kasar anak usia 1-3 tahun”
Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan gelar).
Demikian surat pernyataan yang saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan bilamana diperlukan.
Jakarta, 20 Februari 2022 Pembuat Pernyataan
materai
( Lamria )
HAK CIPTA
© Hak Cipta Milik Universitas Binawan Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh skripsi ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan Universitas Binawan. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh skripsi ini dalam bentuk apapun tanpa izin Universitas Binawan.
ABSTRAK
Nama : Lamria
NIM : 022021011
Program Studi : Fisioterapi
Judul : Pengaruh Intervensi Bobath pada anak Delay Development untuk Perkembangan Motorik Kasar anak usia 1- 3 tahun
Tujuan : Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan mendeskripsikan pemberian intervensi bobath dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak delay development
Metode : Penelitian ini menggunakan metode case study dan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan pre post case study
Hasil : Setelah dilakukan terapi selama >12 kali didapatkan hasil adanya pengaruh pemberian intervensi bobath dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak delay develoment pada anak usia 1-3 tahun
Kesimpulan : Pemeriksaan kemampuan motorik anak pada usia 1-3 tahun dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test) didapatkan adanya peningkatan beberapa tahap perkembangan kemampuan motorik kasar anak usia 1- 3 tahun, Penilaian tersebut menyimpulkan adanya perkembangan kemampuan motorik anak Namun, belum sesuai dengan perkembangan anak normal sesuai usianya. Pendekatan Bobath Concept diberikan melalui penanganan manual berupa serangkaian latihan teknik terapi dengan optimalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postural dengan gerakan selektif melalui stimulasi dan fasilitasi dapat meningkatkan perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-3 tahun
Kata Kunci : Bobath Concept, Delay development, Gross motor Function
ABSTRACT
Name : Lamria
ID Number : 022021011
Study Program : Physiotherapy
Tittle : The Effect of Bobath Intervention on Children with Delay Development for Gross Motor Development of children aged 1-3 years
Aim : This study aims to determine the effect and describe the giving of bobath intervention can improve gross motor skills in children with development delay Method : This study uses a case study method and the research design used is a pre post case study design
Result : After doing therapy for >12 times, the results showed that there was an effect of giving bobath intervention to improve gross motor skills in children with delayed development in children aged 1-3 years.
Conclusion : Examination of children's motor skills at the age of 1-3 years using the DDST (Denver Development Screening Test) found an increase in several stages of gross motor skills development for children aged 1-3 years. normal for his age. The Bobath Concept approach is given through manual handling in the form of a series of therapeutic technique exercises with function optimization by increasing postural control with selective movement through stimulation and facilitation can improve gross motor development in children aged 1-3 years Keyword : Bobath Concept, Delay development, Gross motor Function
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………... i
UCAPAN TERIMAKASIH……….. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……… iv
PERNYATAAN ORISINALITAS……… v
HAK CIPTA……….. vi
ABSTRAK……… vii
ABSTRACK……….... viii
DAFTAR ISI……….. ix
DAFTAR TABLE……….. xi
DAFTAR GAMBAR……… xii
DAFTAR LAMPIRAN………. xv
BAB I PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang……… 1
B. Rumusan Masalah………... 5
C. Pertanyaan Penelitian……….. 5
D. Tujuan Penulisan………. 5
E. Manfaat Penulisan………... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 7
A. Normal Movement……….. 7
B. Normal Development……….. 24
C. Perkembangan Anak………... 55
D. Delay Development……… 62
E. Bobath Concept……….. 71
F. Kerangka Konsep………... 79
G. Hipotesa Penelitian………. 81
BAB III METODE PENELITIAN………... 82
A. Desain Penelitian……… 82
B. Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 82
C. Populasi dan Sampel………... 83
F. Metode Pengambilan Data……….. 86
G. Instrumen Laporan kasus……… 88
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 89
A. Perkembangan Motorik Kasar……… 89
B. Motivasi anak dengan skala likert……….. 91
C. Evaluasi Pemberian Program Bobath………. 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 101
A. Kesimpulan………... 101
B. Saran………. 101
DAFTAR PUSTAKA………. 103
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Cranial Nerve……….. 12
Tabel 2 Perkembangan motorik kasar……….. 59
Tabel 3 Definisi Operasional………... 84
Tabel 4 Instrumen Laporan……….. 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Human Movement………... 7
Gambar 2 Vestibular system……… 8
Gambar 3 Vestibular contribution in sitting to standing……….. 9
Gambar 4 Modulation of postural tone……….. 10
Gambar 5 Capital Flexors anterior and posterior………... 14
Gambar 6 Capital Flexion straightening of the neck………. 14
Gambar 7 Prone on elbow……….. 16
Gambar 8 Quadruped………. 16
Gambar 9 Sitting with upright pelvis………. 17
Gambar 10 Standing on foot……… 17
Gambar 11 Swaying head and trunk……… 19
Gambar 12 Diagonal movement……….. 21
Gambar 13 Toe curling with dorsiflexi……… 22
Gambar 14 Elevated calcaneus……… 23
Gambar 15 Physiological flexion after birth……… 26
Gambar 16 Development oh head movement……….. 27
Gambar 17 Sucking finger………... 27
Gambar 18 Development of capital flexion………. 27
Gambar 19 The head is going to space in prone……….. 28
Gambar 20 Development of axis………. 29
Gambar 21 Correct axis with vestibular information……….. 29
Gambar 22 Prone on elbow………. 30
Gambar 23 Changing direction pf the arm and leg………. 30
Gambar 24 Downward watching with capital flexion………. 31
Gambar 25 Trunk extension in supine………. 31
Gambar 26 Creeping……… 32
Gambar 27 Development of binocular vision……….. 34
Gambar 28 Crawling in rotate……….. 35
Gambar 29 The legs moving out of midline……… 36
Gambar 30 Foot to mouth……… 36
Gambar 31 Log rolling………. 37
Gambar 32 Playing using both hands……….. 37
Gambar 33 Development of proximal dynamic………... 37
Gambar 34 Develoment of protective extension of the arm……….. 38
Gambar 35 Weight transfer from side to side………. 38
Gambar 36 Pivoting……… 39
Gambar 37 Creeping with voluntary leg movement………... 39
Gambar 38 Sitting with hand support………. 40
Gambar 39 Landau reaction……… 41
Gambar 40 Connection of proximal……… 41
Gambar 41 Development from creeping to crawling………... 42
Gambar 42 Mass paterrn physiological flexion……….. 42
Gambar 43 Quadruped……… 43
Gambar 44 Segmental rolling over………. 43
Gambar 45 Sitting with arm support……….. 44
Gambar 46 Pelvis is pulled back and toe curling………... 46
Gambar 47 3D movement of the pelvis in bridging………... 46
Gambar 48 Dyanmic ankle and toe movement……….. 47
Gambar 49 Development of axial rotation for transitioning……….. 47
Gambar 50 Develoment of kneeling……….. 48
Gambar 51 Sit to stand……….. 48
Gambar 52 Standing with hand support……… 49
Gambar 53 Mass pattern in standing………. 49
Gambar 55 Stair Climbing………. 51
Gambar 56 Bear standing and walking……….. 51
Gambar 57 Squating……….. 52
Gambar 58 Mobile distal stability with 3D………... 52
Gambar 59 Start to stand with hand support………. 53
Gambar 60 Satnding with toe curling………... 53
Gambar 61 Standing and walking with high guard……….. 53
Gambar 62 Cruising………. 54
Gambar 63 Walking………. 55
Gambar 64 Skala Likert………... 58
Gambar 65 Dokumentasi pribadi 1……….. 73
Gambar 66 Dokumentasi pribadi 2……….. 74
Gambar 67 Dokumnetasi pribadi 3……….. 75
Gambar 68 Dokumnetasi pribadi 4……….. 76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Ethical Apporoval………. 106
Lampiran 2 Surat Balasan Komite Etik………. 108
Lampiran 3 DDST II (Denver Development Screening Test)……... 109
Lampiran 4 Inform Consent (1) ……… 111
Lampiran 5 Inform Consent (2) ……… 112
Lampiran 6 Inform Consent (3) ……… 113
Lampiran 7 Inform Consent (4) ……… 114
Lampiran 8 Inform Consent (5) ……… 115
Lampiran 9 Inform Consent (6) ……… 116
Lampiran 10 Inform Consent (7) ……… 117
Lampiran 11 Inform Consent (8) ……… 118
Lampiran 12 Inform Consent (9) ……… 119
Lampiran 13 Inform Consent (10) ……….. 120
Lampiran 14 Laporan Assasment Pasien (1)………... 121
Lampiran 15 Laporan Assasment Pasien (2)………... 123
Lampiran 16 Laporan Assasment Pasien (3)………... 125
Lampiran 17 Laporan Assasment Pasien (4)………... 127
Lampiran 18 Laporan Assasment Pasien (5)………... 129
Lampiran 19 Laporan Assasment Pasien (6)………... 131
Lampiran 20 Laporan Assasment Pasien (7)………... 133
Lampiran 21 Laporan Assasment Pasien (8)………... 135
Lampiran 22 Laporan Assasment Pasien (9)………... 137
Lampiran 23 Laporan Assasment Pasien (10)………. 139
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa usia anak dibawah lima tahun merupakan proses penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak karena periode ini berlangsung dalam menentukan setiap perkembangan anak untuk selanjutnya. Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi secara konsepsi dan terus berlangsung hingga dewasa. Selain mengalami pertumbuhan fisik yangpesat, perkembangan kemampuan otakjuga penting untuk proses pembelajaran dan pengayaan perkembangan kecerdasan, keterampilan motorik, bicara dan bahasa, serta sosial dan kemandirian (Depkes RI, 2009). Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, tinggi, berat, panjang yang dapat diukur, pertumbuhan mengacu pada perubahan ukuran. Sedangkan Perkembangan adalah menyiratkan perubahan bentuk, bentuk atau struktur yang menghasilkan peningkatan kerja atau fungsi.
Peningkatan fungsi melibatkan serangkaian perubahan yang progresif, teratur dan bermakna yang mengarah pada tujuan kedewasaan (Abu Husain, 2021)
Tahun pertama kelahiran, bayi akan mengalami perkembangan kemampuan yang pesat, termasuk perkembangan motorik seiring pertumbuhan fisik bayi. Salah satu perkembangan motorik yang dialami bayi adalah perkembangan motorik kasarnya. Perkembangan motorik adalah suatu proses kematangan yang berhubungan dengan aspek deferensial bentuk atau fungsi termasuk perubahan sosial emosional. Proses motorik adalah gerakan yang langsung melibatkan otot unutk bergerak dan proses persyaratan yang menjadikan seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya seperti tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya (menurut Elizabeth B. Hurlock dalam buku Dr.Khadijah, M.Ag, 2020).
Tumbuh kembang anak melalui tahap Infancy I (0-1 tahun) aspek yang sedang berkembang pada tahap ini adalah perkembangan fisik dan mototriknya (menurut Janet Black dalam buku Dr.Khadijah, M.Ag, 2020).
Perkembangan motorik kasar melibatkan otot-otot besar yang mencakup perkembangan gerakan kepala, badan, anggota badan, pergerakan, dan keseimbangan. Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang digerakan dan dikendalikan oleh otot-otot besar, perkembangan gerakan diantaranya meliputi keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh seperti merayap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berlari atau melompat (Dr.Khadijah, M.Ag, 2020).
Pada tahun pertama ini sangat penting dalam mendeteksi adanya gangguan perkembangan pada anak. Jika adanya ketidaknormalan pada proses tumbuh kembang anak maka anak tersebut akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang (Delay Development). Masalah tumbuh kembang anak yang sering dijumpai di Rumah sakit salah satunya ialah delay development (DD). Delay development (DD) adalah kondisi ketika terjadi keterlambatan proses tumbuh kembang anak pada satu area atau lebih dibandingkan dengan anak seusianya. Area tumbuh kembang ini meliputi kemampuan motorik kasar, motoric halus, bahasa, kognitif/intelektual, perkembangan sosial dan emosional anak (Amanati et all, 2018). Telah ada penelitian di bidang fisioterapi untuk delay development , menggunakan terapi latihan metode play exercise sebanyak 6 kali terapi didapatkan hasil terdapat peningkatan tonus postural pada regio engkel, peningkatan kemampuan aktivitas fungsional yaitu pada dimensi berdiri dan dimensi berjalan (Mahendra, 2013).
Banyak negara yang mengalami berbagai masalah perkembangan anak di antaranya masalah keterlambatan motorik kasar, angka kejadian di Amerika Serikat berkisar 12-16 %, Thailand 24 %, Argentina 22% dan di Indonesia mencapai 13-18 % (Hidayat, 2010). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, mengemukakan jumlah balita 0-2 tahun di Indonesia sebanyak
berjumlah 19.388.791 jiwa. Sekitar 16% dari anak usia dibawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat.
Sekitar 5–10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan namun penyebab keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, dan diperkirakan sekitar 1–3% khusus pada anak dibawah usia 5 tahun di Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan umum yang meliputi perkembangan motorik, bahasa, sosio–
emosional, dan kognitif (Kemenkes, 2016). Telah ada penelitian yang dilakukan oleh (Rukmanee Butchon dan Tippawan, 2017) prevalensi tinggi dugaan keterlambatan perkembangan ditemukan pada anak usia 36-62 bulan sementara pertumbuhan yang buruk umum terjadi pada anak usia 12- 35 bulan dan prevalensi lebih tinggi terjadi pada keterlambatan perkembangan motoriknya. Hasil ini serupa pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Amerika Serikat dan Taiwan yang mengungkapkan bahwa prevalensi meningkat pada usia 1-3 tahun.
Problematika fisioterapi atau permasalahan pada kasus delay development ini berdasarkan ICF (International Classification of Functioning) dapat dibagi menjadi body function and body structure, activities and participation. Berdasarkan body function and body structure pasien mengalami gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh adanya tonus postural low tone, otot proksimal belum adekuat, gangguan taktil, hipersensitiv dan gangguan kemampuan motorik kasar.
Penatalaksaan yang diberikan oleh fisioterapi pada kasus delay development ini adalah metode konsep Bobath.
Fisioterapi untuk menjalani program terapi dengan instrumen penelitian yaitu pemeriksaanperkembangan dengan menggunakan DDST.
DDST (Denver Development Screening Test) ialah suatu metode pengkajian yang digunakan untuk menilai kemajuan perkembangan tumbuh kembang anak usia 0-6 tahun. Nama “Denver” menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver
(Frankenburg, 1978). Pada pengukuran ini menggunakan alat ukur Formulir DDST (Denver Development Screening Test) tujuannya untuk pemeriksaan keterlambatan perkembangan yang terdiri dari 125 poin perkembangan dengan setiap kali screening hanya dinilai 25-30 poin. Nilai dasar adalah bila anak mendapatkan tiga aitem dengan nilai L (lulus) 3 kali berturut-turut sedangkan nilai paling tinggi adalah bila ada 3 aitem dengan nilai G (gagal) 3 kali berturut-turut. Skala pengukuran Denver II adalah tes skrining yang dapat diterima untuk menilai perkembangan anak usia di bawah lima tahun dan telah distandarisasi baik di negara maju maupun berkembang (Rukmanee Butchon, 2017).
Bobath adalah suatu metode terapi latihan menggunakan konsep perlakuan yang didasarkan atas inhibisi aktivitas abnormal refleks dan pembelajaran gerak normal melalui penanganan manual dan fasilitasi, bertujuan untuk mengoptimalisasi fungsi dengan peningkatan kontrol postur dan gerakan selektif melalui fasilitasi (Irfan, 2010). Fisioterapi berperan penting dalam memberikan edukasi dan melakukan pendekatan melalui memfasilitasi, menstimulasi, serta meningkatkan kemampuan motorik kasar seperti berguling, merayap, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan sehingga anak mampu melakukan aktivitas secara mandiri dan anak mencapai kemampuan sesuai usianya. Telah ada penelitian yang dilakukan oleh Puji Wahyuningrum dan Nur Susanti (2021) dengan penatalaksanaan pemberian NDT (neuro development treatment) pada kasus delay development dapat meningkatkan tonus otot, kekuatan otot dan meningkatkan kemampuan fungsional pada anak.
Berdasarkan uraian di atas, didapatkan tingginya jumlah anak yang mengalami gangguan keterlambatan perkembangan motorik seperti delay develoment maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus terkait
“Pengaruh Intervensi Bobath pada anak Delay Develoment untuk Perkembangan Motorik Kasar anak usia 1-3 tahun” dengan mengambil data lokasi penelitian di Rumah Sakit Hermina Bekasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang ditimbulkan delay develoment dapat mengakibatkan :
a. Sekitar 5–10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar
b. Pada anak delay develoment mengalami gangguan tumbuh kembang yang disebabkan karena tonus postural low tone, otot proksimal belum adekuat, gangguan taktil dan gangguan kemampuan motorik kasar c. Pemberian metode bobath berupa fasilitasi dan stimulasi pada anak
delay develoment untuk meningkatkan kekuatan otot proksimal dan tonus postural, menurunkan gangguan taktil, serta meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas “Bagaimana pengaruh intervensi bobath pada anak delay develoment untuk perkembangan motorik kasar anak usia 1-3 tahun ?”
D. Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan dilakukannya studi kasus ini untuk mengetahui pengaruh pemberian intervensi bobath dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak delay develoment
b. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan data kemampuan motorik kasar pada anak delay develoment usia 1-3 tahun
2. Mendeskripsikan pengaruh pemberian intervensi bobath dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak delay develoment usia 1-3 tahun
E. Manfaat Penulisan a. Untuk Masyarakat
Diharapkan untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai kasus delay develoment untuk meningkatkan kemampuan perkembangan motorik kasar pada anak usia 1-3 tahun.
b. Untuk Fisioterapi
Untuk bisa dimanfaatkan dalam meningkatkan pelayanan fisioterapi khususnya untuk mengoptimalkan kemampuan gerak dan fungsi pada anak delay develoment yang mengalami gangguan perkembangan motorik kasar.
c. Untuk Penulis
Untuk berguna dalam meningkatkan pengetahuan dalam mempelajari, mengindetifikasi masalah, menganalisa, mengambil kesimpulan dan menambah pemahaman penulis tentang masalah delay develoment.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Normal Movement
a. Normal postural control mechanism
Meskipun bekerja bersama sama, gerakan manusia dapat dipisahkan menjadi dua mekanisme. Ini adalah : (1) mekanisme otomatis atau tingkat subkortikal gerakan, dan (2) Involuntary Movement atau tingkat kortikal gerakan. Semua bagian tubuh jatuh pada baris yang sama yang disebut sumbu/axis. Dalam sumbu ini, Semua atau kelompok khusus otot diaktifkan dalam rangka mempertahankan kepala tegak pada setiap postur statis, atau saat bergerak. Ketika kita bergerak ke berdiri, kita tidak pernah menaruh perhatian kita untuk mempertahankan kepala dan tubuh tegak. Otot bekerja secara otomatis. Ketika kita berjalan, langkah dan kecepatan kita secara otomatis, dengan menggunakan pola pusat Generator dari sirkuit Spinocerebellar. Kita memperhatikan berjalan hanya ketika kita perlu menyesuaikan ritme berjalan kita, langkah atau arah dalam kaitannya dengan lingkungan. (figure A.3) Gambar 1
Dalam rangka untuk menghasilkan aktivasi yang tepat dari kelompok otot, perlu untuk mendapatkan informasi di mana kepala adalah, jika sumbu kepala dan tubuh jatuh dalam sumbu yang sama
dan jika semua otot yang terletak di sumbu yang tepat (garis tengah).
Informasi ini disediakan oleh sistem vestibular, mengintegrasikan informasi dari mata, telinga bagian dalam, leher dan trunk. Dasar tonus postural adalah leher. Jika manusia tidak mampu meninggikan kepala, otot trunk tidak bekerja akibatnya tidak ada informasi atau permintaan untuk mengaktifkan otot dari trunk untuk mempertahankan kepala di ruang bebas.
Dalam kaitannya dengan informasi vestibular sebagai inisiator gerakan dari mata, kepala dan leher, anak prematur umumnya menunjukkan kelemahan dari bagian ini. Ini adalah mengapa mereka biasanya menunjukkan tonus postural rendah, sumbu berubah dan tingkat kortikal sangat sedikit gerakan.
b. Vestibular Information
Hal yang penting manusia memberikan kontribusi dalam menjaga kepala dan tubuh pada baris yang sama dan dalam modulasi otomatis tonus postural mengenai lokasi kepala dan tubuh. Modulasi dari derajat tonus postural terjadi dengan pengaktifan cepat kelompok otot tertentu yang mendukung kepala dan tubuh dalam setiap postur atau gerakan. Sensorik reseptor dari vestibular apparatus terletak di telinga bagian yang berfungsi mengirim informasi vestibular atau umpan balik ke inti vestibular. (figure A. 4)
Gambar 2
Dalam perkembangan normal, sebagai sistem saraf pusat (CNS) yang matang, khususnya sistem vestibular, anak didorong untuk pindah ke posisi yang lebih tinggi (Caplan, 1971 &
Aleksander Agung, 1993). Ini menggambarkan modulasi tonus postural mengenai posisi kepala. Hal ini dimungkinkan dengan integrasi jaringan saraf saluran sensorik dan motorik untuk pelaksanaan gerakan tubuh.
Seperti yang dipandu oleh sistem vestibular, Semua bagian otak berkontribusi untuk mengarahkan gerakan manusia dalam mempertahankan kepala di baris yang sama dengan tubuh, dan dalam menyesuaikan garis tubuh yang terkait dengan perpindahan kepala. Semua sistem saraf dan otot postural yang terlibat mengaktifkan secara independen dalam cara yang saling terkait untuk memulihkan perpindahan secara otomatis. Seseorang dalam duduk di sacrum atau posisi tegak duduk, misalnya, dapat menggerakkan kakinya bebas tanpa mengaktifkan otot untuk tumpuan. Tetapi dengan upaya untuk ke berdiri, perpindahan ke depan kepala dari duduk tegak menghasilkan informasi vestibular yang dapat mengirim sinyal ke otot-otot kaki untuk menanggung berat badan pada kaki dan mendukung kepala dan tubuh sambil mempertahankan sumbu (figure A. 5)
Gambar 3
Manusia berdiri dari duduk diberikan informasi vestibular yang memadai dari kepala. Ini termasuk integrasi informasi dari kepala, mata, dan leher. Dengan demikian, aparratus yang paling bertanggung jawab untuk memberikan informasi lokasi kepala dalam kaitannya dengan sumbu (garis tengah) dan untuk mengaktifkan bagian tubuh untuk mempertahankan sumbu ini adalah sistem vestibular.
Dalam gerakan manusia, kepala bergerak dalam berbagai arah (kedepan, kebelakang, lateral elongasi dan rotasi) agar mata untuk menonton sesuatu. Tindakan menonton ini menghasilkan tonus postural yang memadai dan mengaktifkan kelompok otot khusus dalam tubuh dalam kaitannya dengan lokasi kepala.
(Rossignol, 1996)
c. Postural Tone
Tonus postural adalah mekanisme otomatis yang terdiri dari aktivasi dinamis otot seluruh tubuh bekerja sama untuk mempertahankan kepala di tengah, dalam konteks setiap postur atau gerakan. (Ivaneko, 2018). Saat berdiri, orang umumnya mengaktifkan 100% dari tonus postural mereka untuk mempertahankan posisi kepala di garis tengah. Postur yang tidak memerlukan jenis gerakan, seperti berbaring di tempat tidur, menghasilkan tonus postural rendah. Selama tidur, seperti ketika bermimpi atau di REM (gerakan mata cepat) negara, tentang 10%
tonus postural biasanya diaktifkan. Setelah transisi awal ke keadaan terbangun saat membuka mata sinyal semua bagian tubuh untuk mengarahkan ke arah garis tengah, 20% dari postural tonus mulai bekerja (Hong, 2017). (figure A. 6).
Gambar 4
Tonus postural juga dihasilkan oleh tingkat gairah dan tonus otot leher. Pada manusia, jika tonus otot leher rendah, tonus otot mata dan wajah juga rendah. Akibatnya, tonus postural rendah tubuh mengikuti. Jika seseorang tidak mampu menaikkan kepala, tonus otot dari otot proksimal adalah mutlak rendah. Hal ini menyebabkan penurunan otot ekstremitas bawah aktivasi juga.
1. Cranial Nerve
Kita bisa mengidentifikasi faktor penting dari modulasi tonus postural melalui pengamatan anak prematur dengan cerebral palsy.
Meskipun ada banyak variasi dan presentasi klinis yang berbeda dari anak prematur, mereka umumnya hadir dengan otot rendah pada mata, wajah dan leher, dan dengan fleksi capital yang buruk. Mereka juga menunjukkan lemah dalam mengisap dan menelan, dengan Sternokleidomastoid lemah dan aktivasi otot trapezius. Semua hal ini dihasilkan oleh 12 saraf kranial yang menunjukkan perkembangan awal dari cerebrum bagian bawah dan brain stem selama perkembangan janin (Alexander, 2019).
Saraf kranial yang tidak berkembang adalah bukti yang jelas perkembangan belum matang. Fungsi sensorik dan motorik yang buruk dari saraf kranial pada mata dan wajah mungkin terwujud sebagai tonus otot rendah. Sedikit perhatian, buruknya dalam menonton, dan mengubah sumbu otot mata mempengaruhi
penurunan tonus postural tubuh. Aktivasi buruknya dan tonus rendah mata, wajah dan otot leher menyebabkan tonus postural rendah dari tubuh.
2. Tonus Postural vs Tonus otot
Tonus postural adalah seluruh tubuh mekanisme untuk mempertahankan postur dan gerakan, sedangkan tonus otot mengacu pada aktivitas spesifik otot. (Shumway-Cook & Wollacott, 2001). Tonus Otot adalah ketegangan setiap otot tetapi jika tonus
kita bisa merasakan ketegangan otot pada umumnya mengembangkan anak ketika mereka bangun. Kita dapat merasakan ketegangan normal otot sebagai otot bergerak ketika kita memobilisasi sendi.
Ada berbagai macam ketegangan otot tergantung pada kegiatan atau latihan. Dalam kasus manusia biasa, ketegangan otot dapat dengan mudah terpalpasi karena otot terletak di sumbu normal tubuh. Dengan hipertonus, tonus postural rendah, perubahan axis mata, leher, tulang belakang, tangan dan panggul, dan dengan kalkaneus kecil dan tinggi, sulit untuk merasakan tonus otot lengan dan otot kaki. Otot tonus rendah hadir dengan perubahan axis.
Ketika kita berhasil mengubah sumbu, setelah itu kita dapat melihat gerakan otot target dan merasakan ketegangan.
3. Capital flexion
Fleksi capital adalah gerakan kecil dari C1-C2 komponen suboccipital. Hal ini dihasilkan oleh otot kecil seperti Oblique longitudinal, superior and inferior longus Colli di bagian anterior leher. Gerak juga melibatkan aktivitas rektus capitis anterior, posterior major, rectus capitis lateralis leher. Ekstensi , fleksi, elongasi lateral atau rotasi leher memerlukan gerakan awal yang jelas (Fig. A.7). gerakan ini disebut sebagai fleksi capital yang merupakan gerakan utama leher relatif terhadap pembangunan tulang belakang cervikal (Hong, 2017) (figure A. 7).
Gambar 5
Ada dua langkah dalam mengaktifkan flexion capital :
1) Pertama, kepala ditarik ke bawah oleh longitudinal Oblique, Superior dan inferior longus Colli disertai dengan penutupan mulut dan mata melihat ke bawah.
2) Kedua, segmen suboccipital tulang belakang cervical diluruskan, yang mana akan terjadi koneksi antara gerakan kepala untuk gerakan thorak. Gerakan kedua menghasilkan berbagai rentang penguncian tulang belakang serviks tergantung pada daya yang diperlukan dan kecepatan gerakan (Fig. A. 8)
Gambar 6
Gerakan yang paling penting memodulasi tonus postural dinamis adalah fleksi capital leher. Hal ini menghubungkan gerakan kepala dengan seluruh tulang belakang dalam berbagai gerakan tubuh.
Koneksi berarti pengaktifan otot bagian leher dan proksimal secara bersamaan untuk memungkinkan berbagai jenis gerakan. Gerakan yang membutuhkan daya dan kecepatan yang lebih cepat memerlukan aktivasi leher yang lebih kuat, yang disebut Chin Tuck.
Jika tidak ada flexion capital, tonus otot leher tidak meningkat.
Dengan demikian, tonus postural dari seluruh tubuh jatuh ke dalam tonus rendah. Akibatnya, kelemahan atau tidak ada fleksi capital menyebabkan pergerakan tulang belakang yang buruk. Tulang belakang kaku dan tidak ada pergerakkan menyebabkan tonus rendah dari seluruh tubuh.
4. Package Of Capital Flexion
Capital Fleksi terjadi dengan gerakan mata kebawah dan menutup mulut. Banyak anak dengan Cerebral Palsy menunjukkan mata menatap ke atas dan mulut terbuka. Ini adalah penyebab utama kesulitan dalam capital fleksi dan akibatnya tonus postural rendah dari tubuh.
5. Base Of Support
Faktor penting lainnya dalam menghasilkan tonus postural terhadap gravitasi adalah BOS. Posisi seperti tengkurap dengan menumpu di siku, quadruped, duduk di panggul dengan tegak dan berdiri dengan tumpuan pada kalkaneus untuk pengembangan otot ekstensor.
Ketika bayi belajar untuk mengangkat kepala melawan gravitasi, tonus postural mulai meningkat dan berkembang, seperti tengkurap menumpu dengan di siku. Tengkurap pada siku muncul
ketika bayi mulai mengangkat kepalanya di posisi tengkurap tetapi masih memiliki tonus postural tidak cukup untuk mempertahankan kepala di ruang bebas. Ini adalah posisi BOS pertama terhadap gravitasi dan dengan siku sebagai BOS (Fig. A. 9).
Gambar 7
Tengkurap dengan menumpu pada siku mengembangkan extensors lengan untuk mendukung kepala melawan gravitasi dengan siku sebagai BOS. Perkembangan yang sama terjadi ketika mereka mulai merangkak atau ke posisi quadruped. Tumpuan di tangan dikembangkan, karena semua otot ekstensor lengan dan tangan juga dikembangkan (Fig. A. 10).
Gambar 8
Otot trunk berkembang ketika bayi duduk di pelvis tegak.
Extensors dari trunk berkembang sepenuhnya dalam duduk ketika mereka duduk tegak di pelvis. Hal ini memungkinkan bayi untuk
menggerakkan lengan & tangan lebih ringan dan secara bebas (Angsupaisal, 2017). (Fig. A. 11)
Gambar 9
Aktivasi otot ekstensor trunk meningkat ketika BOS tepat pada tuberositas ischial panggul. Demikian juga, pengaktifan otot ekstensi seluruh tubuh meningkat dengan BOS pada kalkaneus dalam berdiri (figure A. 12).
Gambar 10
Modulasi tonus postural dalam setiap jenis postur dan gerakan melibatkan penggunaan BOS. Tonus postural meningkat dalam kaitannya dengan lokasi kepala di atas BOS yang stabil, baik dalam duduk, berdiri, atau berjalan.
d. Axis (Midline) Correct axis
Posisi garis tengah kepala berada di antara kedua mata. Garis tak terlihat ini berorientasi dan disesuaikan relatif terhadap perpindahan kepala dan tubuh, berdasarkan informasi vestibular.
Penting untuk dicatat bahwa, berdasarkan posisi anatomi, sumbu (garis tengah) tidak hanya ada di pusat tubuh atau trunk tetapi juga di setiap ekstremitas. Lokasi yang tepat dari axis/sumbu kepala adalah dasar informasi vestibular untuk mata.
1. Altered axis
Ketika sumbu ekstremitas diubah atau dipindahkan, tonus otot berubah. Ini adalah hasil perpindahan origo dan insertio lokasi otot. Efisiensi dari otot yang panjang atau pendek berubah.
Akibatnya, keluarnya axis tulang scapula dan lokasi bahu mempengaruhi sumbu lengan dan tangan. Demikian juga, ketika panggul tidak di garis tengah, kaki dan kaki keluar dari sumbu.
Terakhir, berubah sumbu kaki menyebabkan semua otot kaki menjadi tidak aktif, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tonus postural seluruh tubuh untuk menjadi rendah.
2. The Eye
Ketika mata berada di garis tengah, sumbu tubuh yang benar dapat diamati. Mata, sistem vestibular di telinga, dan pengaruh dari sistem vestibular pada leher dan trunk melalui vestibulocollic dan refleks vestibulospinal, masing-masing, berkolaborasi untuk mempertahankan kepala di tengah.
Banyak anak prematur dengan diplegia spastik menunjukkan otot mata yang lemah dan refleks vestibulookular lemah (Jeon, 2019). Ini adalah alasan mengapa mata mereka, kepala dan trunk bergoyang ketika mereka berjalan (figure A. 13). Pada beberapa anak
dengan Cerebral Palsy, satu mata tidak terletak pada bidang horisontal yang sama dengan yang lain.
Gambar 11
Akibatnya, mereka menunjukkan tonus postural yang lebih rendah pada satu sisi tubuh. Jika mata dari anak di luar sumbu dan memiliki gerakan yang sangat lemah, masalah pengobatan adalah untuk mengubah sumbu dan membangun otot mata.
3. The Neck (Capital Flexion)
Otot yang lemah dari mata dan wajah yang terhubung ke otot yang lemah dari leher, khusus untuk kelemahan atau tidak adanya capital flexion. Jika segmen leher sangat pendek dan menetap untuk waktu yang lama, proses spinosus C7 tidak mudah diamati atau dipalpasi. Dengan demikian, ketika fleksi capital pada leher tidak terjadi, konstruksi atau elongasi penuh leher dan koneksi pergerakan seluruh tulang belakang tidak akan terjadi.
Mereka biasanya menggunakan extensors lebih dari fleksor ketika mereka bergerak karena sumbu mata dan leher yang diubah ke ekstensi. Dengan demikian, tubuh mengikuti informasi vestibular ini.
4. The Scapula
Ketika anak menunjukkan fleksi capital buruk pada leher, tulang belakang tertekuk dan immobile. Keterbatasan pergerakan tulang belakang toraks adalah karena fleksi capital yang buruk.
Jika tulang scapula elevasi dan menetap, otot bagian atas punggung akan tegang, secara khusus, tiga bagian trapezius, rhomboids dan otot shoulder girdle. Otot terpanjang dan terbesar lengan adalah bisep brachii. Ketika bahu dan tulang scapula adducted dan internal rotasi, otot ini secara alami masuk ke rotasi internal juga dan keluar dari axis. Otot bisep brachii bertindak untuk internal rotasi lengan dari pada fungsi aslinya untuk fleksi siku.
Tonus otot menjadi rendah dan otot massal menjadi lebih kecil.
5. The Pelvis
Panggul bergerak dalam sumbu yang sama dengan kepala dan kaki ketika mereka berada di garis tengah tubuh. Bergerak ke kedua sendi pinggul, bergerak anterior, posterior, serta diagonal dan lateral ke kedua sisi. Hal ini disebut sebagai gerakan 3-dimensi panggul.
Anak dengan Cerebral Palsy biasanya hadir dengan panggul anterior miring. Hal ini menyulitkan untuk menggerakkan panggul ke arah diagonal. Gerakan diagonal panggul mirip dengan gerakan panggul yang diamati pada merayap, dimana satu kaki ekstensi dan kaki lainnya dalam fleksi dengan gerakan diagonal panggul (Fig. A.
14).
Gambar 12
Sisi panggul yang bergerak kebawah adalah sisi dengan kaki ekstensi sementara sisi berlawanan adalah sisi dengan kaki fleksi.
Panggul melakukan gerakan yang sama dalam berdiri dan berjalan.
Pada awal berjalan, gerakan pertama adalah transfer berat ke satu sisi, yang juga disebut stance phase. Pada sisi tumpuan berat, panggul bergerak secara diagonal dan ke bawah pada kaki tumpuan berat. Ini adalah sisi stabilitas. Otot kaki tonus lebih tinggi dari sisi yang berlawanan, yang dalam fleksi dan diposisikan untuk melangkah ke depan.
Berjalan melibatkan gerakan diagonal pelvis kontinyu. Oleh karena itu, itu disebut dinamis 3-dimensi pelvis gerakan. Anak dengan Cerebral Palsy berjalan tanpa cukup 3-dimensi gerakan pelvis. Dengan demikian, tidak ada delineasi yang jelas dari peran stabilitas dan mobilitas dalam berjalan. Mereka biasanya berjalan dengan bergoyang dari sisi trunk ke sisi.
6. The Foot
Kaki adalah BOS yang paling penting dari manusia. Ini berkembang dengan gerakan pergelangan kaki yang kuat yang terkoneksi dengan leher untuk melindungi kepala dan trunk yang sepenuhnya untuk mengembangkan stabilitas saat duduk. Dari lahir, pergelangan kaki bergerak untuk mempertahankan kepala di ruang bebas untuk keamannannya.
Di sisi lain, tonus rendah dari pergelangan kaki dan kaki mengarah ke tonus postural rendah dari tubuh. Ketika kaki membentuk sudut 90 derajat dengan kaki dan dengan kalkaneus dalam posisi stabil, Semua otot kaki mengaktifkan lebih dari 100%
termasuk otot kaki. Aktivasi ini sangat penting karena kaki adalah BOS penting. Inversely, ketika pergelangan kaki plantar flexed, dengan peningkatan kalkaneus, Semua otot kaki dan jari kaki menjadi lemah.
7. Toe muscles
Gerakan pergelangan kaki yang kuat datang dengan otot utama, tibialis anterior dan peroneus longus, sementara gerakan otot jari kaki berasal dari brevis peroneus. Ketika ini terjadi, postur berdiri dapat dipertahankan dengan stabilitas yang baik. Oleh karena itu, Semua kaki fleksi adalah penjaga postur/posture keeper. Jika ini lemah, mereka mempengaruhi intensitas tonus postural dan mempertahankan alignment postural (figure. A. 15).
Gambar 13
Dari diskusi ini, kita dapat melihat bahwa fokus yang paling penting dari pengobatan lebih dari 100 persen aktivasi dari flekors kaki. Ini harus dilakukan dengan kalkaneus di lokasi yang benar dan ukuran sesuai usia yang optimal.
8. Kalkaneus
Kalkaneus adalah bagian terpenting dari tubuh untuk menghasilkan tonus postural atau untuk mempertahankan tonus otot kaki. Ketika kita menaruh berat badan pada kalkaneus saat duduk atau berdiri, kita merasakan kontraksi otot kaki. Dan Juga kita merasakan kontraksi yang kuat dari otot kaki ketika kalkaneus bergerak ke bawah untuk full ROM maksimal. Jika kalkaneus adalah menetap dan elevasi, Semua otot kaki melemah. Ketika palpasi, kontraksi otot kaki lebih lemah (figure A. 16).
Gambar 14
Pertimbangan penting lainnya adalah kalkaneus sebagai BOS yang benar untuk menghasilkan 3-dimensi gerakan panggul dalam saat berdiri atau berjalan. Jika kalkaneus kecil, kolaps atau tinggi maka panggul tidak bergerak. Kalkaneus yang tinggi dapat menjadi faktor utama untuk kelemahan otot kaki dan kaki.
9. Sensation of the foot
Sensation of the foot adalah bagian yang paling sensitif dari tubuh untuk memasukan somatosensorik. Ini merespon intens untuk taktil, suhu dan rasa yang mendalam proprioception dan rasa sakit.
(Kars, 2009) Informasi somatosensatory dari kaki dengan cepat dikirim ke pusat yang lebih tinggi untuk pergeseran berat dan perpindahan kaki untuk memfasilitasi mempertahankan berdiri dan
berjalan. Salah satu sensasi yang paling sensitif bagi manusia adalah menggelitik kaki. Hal ini dapat digunakan sebagai strategi dasar pengobatan untuk mengaktifkan skema tubuh kaki/body scheme.
Umumnya, banyak anak prematur diplegia spastik tidak menyadari kaki dan jari kaki mereka sendiri. Karena kerusakan saluran sensorik dan dalam kaitannya dengan perubahan axis kaki, mereka memiliki sistem sensorik lemah aferen otot kaki. Sensitivitas kaki yang lebih tinggi dapat menjadi keuntungan saat terapi karena dapat digunakan untuk mengaktifkan kaki dengan axis yang benar dari panggul dan kaki. Oleh karena itu, sangat diperlukan untuk memulihkan axis yang tepat dari tibia dan fibula untuk mengaktifkan saluran sensorik dan motorik kaki.
e. Cortical Level Of Movement
Mata, kepala dan leher berada dan bergerak dalam sumbu yang benar melalui informasi vestibular yang sesuai. Juga, perpindahan sudut pandang ini awalnya menghasilkan tonus postural yang tepat dan gerakan tubuh dalam menanggapi perpindahan.
Tingkat kortikal gerakan mengacu pada gerakan tujuan dalam konteks kegiatan fungsional seperti berguling, duduk, berdiri, dan berjalan. Jenis gerakan ini meningkatkan aktivitas saraf neocortex.
Tingkat kortikal gerakan memanfaatkan dan membutuhkan motivasi untuk tampil di tingkat fungsional tertentu.
B. Normal Development
Hal ini penting untuk memahami bagaimana bayi berkembang di dalam rahim sampai ia mampu duduk, berdiri dan berjalan. Pemahaman perkembangan normal akan membantu mengetahui kesenjangan antara gerakan normal dan abnormal.
1. First Stage/Tahap pertama
a. Physiological flexion as a protective mechanism
Fleksi fisiologis adalah kelanjutan dari pola postur fleksor di dalam rahim dan pengalaman yang sama memberikan kenyamanan bagi bayi. Ini adalah mekanisme perlindungan terkuat yang dirancang untuk melindungi diri dan kelangsungan hidup sebagai otak yang masih berkembang. Pertimbangan khusus adalah bahwa, jika kepala tidak di tengah, maka semua fungsi kelangsungan hidup sulit untuk melakukan. Setelah lahir, bayi dihadapkan dengan situasi yang berbeda dari lingkungan yang hangat, nyaman, dan stabil di dalam rahim ibu. Dia dihadapkan dengan tantangan baru dan yang paling signifikan adalah rangsangan baru seperti cahaya, gaya gravitasi, dan banyak suara yang berbeda. Rangsangan ini pada awalnya mungkin menyebabkan ketidaknyamanan dan bayi biasanya menangis karena ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan stimulasi baru. Flexion fisiologis, di mana kepala dan trunk yang flexed, dan fenomena recoil, yang membantu bayi datang ke garis tengah secara otomatis, tempat kepala dan trunk dalam keselarasan yang baik bahkan sebelum pengembangan gerakan kepala melawan gravitasi (Fig. B. 16).
Setelah melahirkan, bayi ditantang untuk bergerak melawan gravitasi. Belum matangnya SSP, kehadiran refleks, dan kelemahan otot mata dan leher membuatnya lebih sulit untuk mempertahankan kepala di garis tengah melawan gravitasi.
Gambar 15
Fungsi dasar kelangsungan hidup seperti menghisap, menelan, dan kesulitan bernapas, tetapi physiological flexion adalah kontinuitas postur fleksi dalam rahim yang membuat keselarasan lebih mudah. Fungsi proteksinya menyediakan mekanisme dasar untuk pengembangan kontrol kepala bagi anak untuk belajar fungsi dasar kelangsungan hidup. Fungsi Survival seperti bernapas, mengisap, dan menelan memerlukan keselarasan yang baik dari kepala dan trunk.
Physiological flexion /Fleksi fisiologis bertindak untuk mengimbangi gerakan ekstensor anti gravitasi yang tepat. Jika mekanisme penyeimbang fleksi fisiologis tidak bekerja, ekstensor seluruh tubuh tidak akan berkembang dalam kisaran normal.
Saat supine, bayi menempatkan tangannya ke mulutnya tapi ini belum dilakukan di garis tengah. Kepalanya dapat jatuh ke kedua sisinya. Ini adalah proses pengembangan garis tengah orientasi terhadap gravitasi. Akhirnya, bayi mengembangkan lengan meraih dan menggenggam tangan. (gbr 17)
Gambar 16
Saat supine, bayi tidak dapat mempertahankan kepala di tengah, yang membuat sulit bernapas. Dan begitu, bayi mencoba untuk menyelaraskan kepala dan trunk ke garis tengah. Ketika bayi mengisap jari-jarinya, itu membuat tangan datang ke garis tengah. Ini memberikan kontribusi untuk kelanjutan dari pengalaman sensorimotor garis tengah ini dalam rahim ibu (figure B. 18).
Gambar 17
Dan sebagainya, stabilitas leher dengan fleksi capital memfasilitasi aktivasi otot mata dan wajah yang memodulasi tonus postural tubuh (figure B.19)
Gambar 18
Menendang adalah pengalaman lain yang merupakan kelanjutan dari pengalaman sensorimotor di dalam rahim.
Menendang memberikan masukan yang membantu dalam pengembangan artikulasi antara acetabulum dan femoralis kepala. Menendang juga merangsang perkembangan otot sekitar sendi pinggul. Ketika bayi tendangan dengan kaki, leher dan otot proksimal stabilitas dinamis berkembang. Otot pelvic band juga berkembang karena bergerak dalam koordinasi dengan otot inti.
b. Development of the Vestibular System
PRONE
Pada saat bayi usia 2-3 bulan, bayi mulai menonton objek dan bermain dengan tangan, yang keduanya menunjukkan aktivasi otak pada tingkat kortikal.
Selama tahap ini di posisi tengkurap, kepala berada bebas di atas yang menghasilkan peningkatan tonus postural untuk mempertahankan kepala ke atas (figure B. 20).
Gambar 19
Gerakan kepala berkembang dengan pematangan SSP sebagai gerakan kepala menjadi terintegrasi dengan gerakan tubuh. Hal ini tidak hanya penting untuk
pembentukan kepala dan leher sebagai sumbu untuk gerakan tubuh (figure B. 21).
Gambar 20
Input dari sistem vestibular serta otot leher yang baik diperlukan untuk memiliki stabilitas dinamis leher. Kontrol kepala menandakan perkembangan otot leher. Ketika bayi berputar kepalanya untuk menonton sesuatu, rotasi kepala dan leher mengaktifkan jaringan vestibular, yang pada gilirannya mengirimkan sinyal dari leher untuk mengingatkan tubuh dengan perubahan sumbu. (Fig. B. 22).
Gambar 21
Hal ini menunjukkan gerakan terkoneksi dari seluruh tulang belakang dan merupakan dasar dari transfer berat badan/basis of weight transfer.
Saat anak tersebut bermain dengan tengkurap, bayi tersebut mencoba mengangkat kepala untuk melihat sebuah benda. Hal ini hanya mungkin dengan perkembangan otot leher dengan gerakan tulang belakang dan pengembangan sistem vestibular di kedua sisi kepala. Perkembangan sistem
vestibular memungkinkan kenaikan kepala yang menghasilkan peningkatan tonus postural. Juga, keinginan untuk menaikkan kepala mengarah saat forearm support. Ini adalah proses alami pengembangan aktivasi otot tubuh, termasuk proksimal.
Posisi tengkurap Ini sangat penting untuk pengembangan stabilitas proksimal dinamis (Fig. B. 23).
Gambar 22
Dalam posisi ini, berat badan dirasakan oleh siku.
Awalnya, ketika bayi mencoba untuk mengangkat kepala, berat ditransfer ke lengan dan bahu.
Tengkurap dengan menumpu di siku adalah awal pengembangan otot ekstensor dalam kehidupan bayi. Hal ini meningkatkan perkembangan berbagai arah otot lengan terhadap BOS. (Fig. B. 24).
Gambar 23
SUPINE
Selama pengembangan sistem vestibular dan tingkat kortikal gerakan saat supine, mata mulai menikmati menonton ibu dan mainan. Hal ini juga memperkuat kepala dan leher sebagai sumbu yang lebih utntuk perkembangan otot proksimal (Fig. B. 25).
Gambar 24
Ketika kepala bayi berputar maka trunk mengikuti, terjadi koneksi gerakan tulang belakang. Ini berarti pengaktifan kelompok otot proksimal. Aktivitas ini koneksi aktivitas otot trunk dimungkinkan karena fleksi capital leher, atau apa yang kita sebut chin Tuck. Jika tidak ada fleksi capital, tidak mungkin untuk memutar kepala.
Namun, ketika panggul berputar, hanya satu sisi dari Maximus gluteus yang bekerja untuk membuat gerakan rotasi panggul. (Fig. B. 26).
Gambar 25
CREEPING
Merayap dimulai karena gerakan 3-dimensi panggul, atau dengan kata lain, gerakan diagonal panggul. Sisi panggul yang diturunkan adalah bagian ekstensor. Sebagai panggul bergerak dalam gerakan diagonal dinamis, Bagian menurunkan atau ekstensor berfungsi sebagai bagian stabilitas sementara yang lain menjadi bagian mobilitas di mana kaki dapat bergerak lebih.
Mobilitas dengan generator pola sentral terjadi pada merayap, merangkak, dan berjalan. Bayi, pada tahap ini mulai merayap atau berguling karena gerakan terkoneksi tulang belakang dan 3-dimensi gerakan panggul belum sepenuhnya berkembang (Fig. B. 27).
Gambar 26
Refleks 1) Rooting reflex
Ketika bayi dirangsang di daerah sekitar mulut, kepala berubah dalam arah yang sama. Ini adalah mencari, rooting ini sebuah gerakan refleksif yang berhubungan dengan kebutuhan bayi untuk memberi makan.
2) Gag reflex /muntah refleks
Pada bayi, refleks muntah terjadi ketika bagian anterior mulut dirangsang sementara oleh orang dewasa, refleks muntah timbul ketika bagian posterior dari mulut
3) Suck and swallow reflex /menghisap dan menelan refleks Menghisap dan menelan adalah cara otomatis dan refleksif menelan. Awalnya, mengisap dan menelan terjadi bersama-sama tetapi pada saat bayi mulai mengendalikan kepala, kedua kegiatan yang dipisahkan dari satu sama lain.
4) Automatic biting reflex /refleks menggigit
Stimulasi dari gusi dan bagian dalam mulut bayi hasil dalam kegiatan menggigit terus menerus yang disebut refleks menggigit otomatis. Ini menghilang di sekitar kontrol kepala sudah berkembangkan.
5) Neck righting reaction
Ketika bayi memutar kepala ke satu sisi, trunk berputar ke arah sisi yang sama secara otomatis. Reaksi ini akhirnya dipadukan dengan kepala yang tepat reaksi dengan perkembangan kontrol kepala yang baik. Reaksi ini berkontribusi pada keselarasan yang diperlukan dalam makan, mengisap dan menelan, dan pernapasan.
6) Moro reflex
Ketika kepala bayi tiba-tiba ekstensi, mulut terbuka, dan lengan abduksi dan fleksi. Refleks ini menghilang pada 2 bulan.
7) Primary walking and primary standing
Primary walking/jalan utama diamati ketika anak melangkah maju. Refleks ini diamati sampai sekitar 2 bulan.
Dasar berjalan muncul dari mekanisme kontrol penghambatan yang belum matang untuk penggerak, yang disebut sebagai central pattern generator (cpg). Cara berjalan ini adalah gerakan refleksif yang memberikan pengalaman sensorimotor awal berjalan.
c. Development Of Vision
Dengan perkembangan terus menerus dari otak, sistem vestibular meningkatkan pengembangan sumbu kanan kepala dan leher.
1) Visi monokular
SSP memiliki sistem penghambatan otomatis yang memblokir informasi dari satu mata dan memungkinkan penggunaan satu mata.
2) Binocular vision
Dengan perkembangan forearm support saat prone dan kontrol pada garis tengah saat terlentang dengan chin tuck, anak dapat melihat objek menggunakan kedua mata (binokular visi). (gambar B.
28).
Gambar 27
d. Development of the sensory channel
Sebelum pengembangan Vision, bayi menggunakan saluran sensorik seperti pendengaran, penciuman, taktil, dan vestibular. Pada saat ini, bayi belajar tentang karakteristik objek terutama melalui sentuhan. Ketika vision berkembang sekitar 5-6 minggu, bayi belajar tentang karakteristik lain seperti ukuran dan bentuk. Awalnya, anak merasakan cahaya
dan pematangan sistem visual, bayi mampu mengamati dan belajar tentang objek dalam ruang tiga dimensi.
2. Second Stage/Tahap Kedua
a. Development of symmetrical movement in extension with abduction
1) Berkembang pada 4-6 bulan
2) Transference dasar dukungan (BOS) dari siku untuk tangan-meningkatkan tonus otot dan kekuatan kepala dan lengan melalui BOS.
Landau reaction
1) Berkembang pada 5-6 bulan
2) Pola ekstensor mengembangkan seluruh tulang belakang extensors di posisi prone, Erector spinae, glutues maximus meningkatkan gerakan kaki secara sadar.
3) Panggul akan bergerak ke lokasi yang tepat (tengah) ke kedua sendi pinggul
4) Kaki datang dan bergerak di garis tengah meningkatkan hubungan antara proksimal dan kedua kaki
5) Lokomosi: merayap, berputar
Gambar 28
b. Development of proximal dynamic (core) stability
Jika proksimal stabilitas dinamis berkembang, gerakan leher menjadi efisien dan lebih ringan sementara proksimal menjadi lebih kuat dan lebih berat. Hal ini memungkinkan untuk pengembangan kontrol yang lebih baik dari lengan dan tangan untuk mencapai dengan panduan visual, lebih baik mencapai kontrol untuk objek yang jauh dan lebih baik.
SUPINE
Gambar 29
Dengan cervical yang mengalami elongasi dengan flexion modal, vision berkembang. Dengan demikian, bayi dapat mengangkat kedua kaki untuk menempatkan kakinya di mulutnya, dapat menendang kedua kaki, dan dalam proses, dapat mengembangkan stabilitas proksimal dinamis dan gerakan panggul (Fig. B. 30).
Gambar 30
Selain itu, gerakan 3-dimensi panggul sebagian diaktifkan oleh stabilitas proksimal dinamis belum dikembangkan bersama dengan pola disosiasi dimana kaki bagian bawah ekstensi dan kaki atas dan panggul memutar dan flexi di atasnya (Fig. B. 31).
Gambar 31
PRONE
Gambar 32
Bayi juga dapat menahan kepala, lengan, dan kaki di ruang bebas untuk jangka waktu yang lebih lama. Ini berarti bahwa dibandingkan dengan tahapan sebelumnya, tonus postural bayi lebih tinggi dan bidang visualnya lebih lebar.
(figure B. 33).
Gambar 33
Gerakan berulang-ulang mengangkat lengan dan kemudian menggunakan tubuh untuk mendukung posisi tengkurap adalah awal perpanjangan pelindung/protective extension (figure B. 34).
Gambar 34
WEIGHT TRANSFER
Transfer berat ke satu sisi lebih lanjut mengembangkan gerakan yang lebih dinamis dari scapula.
Dengan ini, gerakan 3-dimensi panggul juga dimulai sebagai gerakan terdisosiasi kaki terjadi. Dengan elongasi satu sisi, hubungan antara trunk, panggul dan kaki diperkuat untuk stabilitas, sedangkan sisi lain untuk mobilitas (figure B. 35).
Gambar 35
Tengkurap pada tangan dengan pemindahan beban ke satu sisi, satu tangan akan lebih berat, dan ini akan mengembangkan gerakan clavicular, bahu, lengan, dan bagian depan. Hal ini meningkatkan tumpuan berat pada pergelangan tangan dan elongasi otot tangan. Ini adalah awal
yang akan digunakan untuk transisi independen dari terlentang untuk duduk dan duduk untuk berdiri.
PIVOTING DAN CREEPING
Perkembangan gerakan kepala meningkatkan tonus postural yang menghasilkan hand support dengan ekstensi trunk secara bersamaan dan stabilitas proksimal dinamis yang baik. (figure B. 36).
Gambar 36
Hal ini mengembangkan gerakan lengan selektif yang akhirnya digunakan bayi untuk mendorong dirinya ke depan. Secara bertahap, dengan hubungan yang lebih baik antara panggul dan trunk, bayi menggunakan kakinya untuk merayap
Gambar 37
SITTING WITH HAND SUPPORT
Pada tahap ini, meskipun pengembangan kepala tercapai dan tonus postural dapat ditingkatkan mengenai lokasi dan pergerakan kepala, pergerakan tulang belakang dan otot ekstensor belum selesai. Otot trunk belum kuat untuk mengaktifkan otot leher
Dengan demikian, Maximus gluteus belum berkembang. Bayi masih harus menstabilkan trunknya menggunakan lengan dan tangan. Umumnya, perkembangan proksimal tidak lengkap ini ditunjukkan oleh duduk bungkuk atau duduk di sakrum (figure B. 38).
Gambar 38
Landau reaction
1) Berkembang pada 5-6 bulan
2) Pola massa ekstensi dengan adduksi
3) Pola ekstensor massa berkembang seluruh ekstensor tulang belakang saat tengkurap seperti Erector spine dan gluteus Maximus yang meningkatkan gerakan sadar dari kaki
4) Panggul akan bergerak ke lokasi yang tepat (tengah) ke kedua sendi pinggul
5) Kaki datang dan bergerak di garis tengah - koneksi antara
Gambar 39
Reaksi Landau adalah tahap perkembangan maksimum ekstensi kepala saat tengkurap. Ini aktivitas pola ekstensor diproduksi oleh perkembangan lengkap dari sistem vestibular tubuh saat tengkurap. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan bayi karena pada tahap ini, keselarasan garis tengah kepala, trunk, panggul, dan kaki dan sumbu untuk kontrol postural terbentuk.
Tahap ini juga merupakan prasyarat untuk berdiri dan berjalan. Kepala, trunk, panggul dan kaki dihubungkan di garis tengah, dan terutama panggul dan sendi kaki bergerak secara terpisah dan sadar. Pada usia 5-6 bulan, bayi menunjukkan perkembangan yang kuat gerakan pola ekstensor di lantai. Gerakan ini diperlukan untuk pengembangan bagian proksimal, serta koneksi dari leher ke kaki. Setelah tahap ini, trunk mulai memiliki stabilitas dinamis untuk gerakan lain. (Fig. B. 40).
Gambar 40
Merayap secara bertahap dimodifikasi menjadi pola merangkak. Bayi sekarang dapat merayap, merangkak, dan bermain di posisi berlutut atau quadruped. Bayi mampu melakukan transisi dari satu aktivitas ke kegiatan lain dengan sendirinya (figure B. 41).
Gambar 41
Landau adalah prasyarat untuk kegiatan ekstensor anti- gravitasi otomatis, seperti berdiri dan berjalan (Fig. B. 42).
Gambar 42
Sampai tahap ini, stabilitas dinamis kepala dan trunk adalah fokus perkembangan.
QUADRUPED
Faktor yang paling penting untuk quadruped adalah konstruksi panggul penuh ke sendi pinggul. Hal ini menyebabkan gerakan dinamis tulang belakang lumbal dan gerakan 3 dimensional panggul. Oleh karena itu, perpindahan dinamis dan pergerakan Transisional terjadi secara berurutan seperti half-kneeling, berlutut dan duduk
Gambar 43
Bayi merasakan BOS dari bantalan berat di tangan dengan unsur vision. Goyangan posisi quadruped melibatkan gerakan selektif sendi.
SEGMENTAL ROLL OVER
Pada tahap ini, dimungkinkan dengan perkembangan yang lengkap dari stabilitas dinamis leher dan proksimal serta gerakan diagonal atau gerakan 3-dimensi panggul dengan gerakan tulang belakang yang dinamis (figure B. 44).
Gambar 44
SITTING
Pada tahap ini, bayi membutuhkan dukungan lengan (hand support) karena sistem vestibular dan otot di sekitar kepala belum sepenuhnya berkembangkan untuk keduduk tegak. Bayi belum mampu mengaktifkan Maximus gluteus mengenai lokasi kepala dan dengan demikian ekstensi trunk juga belum berkembang (figure B. 45). Karena masih belum cukup aktivitas trunk saat duduk (figure B. 46).
Gambar 45
Karena stabilitas distal melalui dorsiflexion pergelangan kaki, bayi dapat menggunakan tangan. Pada suatu kali, bayi menggunakan tangan untuk mendukung (hand support). Posisi perubahan ini adalah persiapan untuk protective extension saat duduk.
3. Third Stage/Tahap Ketiga
1) Bekembang 7-9 bulan setelah lahir
2) Koreksi duduk dengan panggul tegak : kuat dasar dukungan (BOS) saat duduk/tegak panggul. Perkembangan ini menguatkan otot Erector spinae untuk koneksi otot back.
3) Pengembangan trunk extensors : lengan yang lebih ringan dan tangan
4) Dinamis gerakan 3-dimensi panggul terhadap dasar dukungan 5) Perkembangan otot kaki melalui COG yang rendah dalam berbagai jenis penggerak crawling, kneeling, half kneeling, squatting
6) Meningkatkan gerakan kaki, somatosensasi, dan perkembangan otot kaki
Pada tahap ini, Pengembangan stabilitas proksimal dinamis diaktifkan gerakan 3-dimensi panggul yang diperlukan untuk gerakan selektif sendi ekstremitas bawah terjadi (figure B. 47). Pengembangan kontrol postural, vision, dan fungsi kognitif meningkatkan rasa ingin tahu anak.
Half-kneeling adalah postur tegak pertama melawan gravitasi dan BOS. Ketika bayi mulai bergerak maju seperti berjalan, gerakan pertama adalah perpindahan berat ke satu sisi. Tulang belakang dinamis dan gerakan 3-dimensi panggul terhadap BOS adalah dasar berjalan.
Melalui pengulangan gerakan ini, otot gluteus, quadriceps dan hamstring menjadi lebih kuat terus menerus.
Kaki diperlukan untuk menjadi kuat sebagai BOS. Pada tahap ini, kaki tidak sepenuhnya berkembang. Semua otot kaki berkembang dengan otot pergelangan kaki.
Dengan demikian, jari kaki mencengkram untuk mengimbangi gerakan pelvis mundur untuk mempertahankan berdiri (figure B. 50).
Gambar 46
Melalui gerakan ini, bayi menyadari tentang kaki sebagai BOS dan mencoba untuk memindahkan kaki dengan jari kaki. Ini adalah dasar dari pengembangan otot kaki.
Dengan demikian, bayi menggunakan posisi ini sebagai persiapan untuk gerakan yang diperlukan untuk berdiri. Selain itu, postur ini mengaktifkan gerakan koneksi tubuh (figure B. 51).
Gambar 47
Interaksi dinamis antara trunk, panggul, pergelangan kaki dan kakinya mempersiapkan anak untuk berdiri dan berjalan.