• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Perkembangan Anak

1. Pengertian Perkembangan

Pada masa usia 0-5 tahun merupakan masa awal perkembangan anak akan berkembang secara optimal, karena pada masa ini adalah dasar utama dalam mengembangakan kemampuan motorik, fisik, bahasa, kognitif, sosial. Usia ini disebut sebagai masa usia emas anak (The Golden Age). Pada masa emas ini perkembangan otak sedang berkembang pesat oleh karena itu pada saat usia inilah merupakan kesempatan untuk memberikan anak banyak informasi-informasi dan stimulasi agar dapat terekam di memori otak anak. Pemberian stimulasi yang diberikan orang tua pada anak dapat membantu anak lebih berkembang jika anak terstimulasi dengan baik.

Penelitian di bidang neurologi membuktikan bahwa 50% dari kecerdasan anak terbentuk dalam empat tahun pertama pada kehidupan anak, setalah anak berusia delapan tahun, perkembangan otak anak mencapai 80% dan ketika anak berusia 18 tahun perkembangan otak mencapai 100% (Selamet Suyanto, 2005:6). Karena umumnya pada masa ini terjadi perkembangan yang pesat terhadap semua aspek-aspek perkembangan yang terjadi dalam sekali seumur hidup.

Menurut kementrian kesehatan RI (2016) perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.

Frankenburg, dkk (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :

1) Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial).

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan motorik, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Fine motor adaptive (gerak motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll.

3) Language (bahasa). Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4) Gross motor (perkembangan motorik kasar). Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Adajuga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita) yaitu perkembangan :

a) Tingkah laku sosial b) Menolong diri sendiri

d) Gerakan motorik halus e) Komunikasi pasif f) Komunikasi aktif g) Gerakan motorik kasar

Pada prinsipnya cara membagi aspek perkembangan anak tersebut diatas sama saja. Hanya penjabarannya yang berbeda. Frankenburg membagi lebih sederhana, sedangkan pada program BKB tersebut lebih dijabarkan lagi.

Pada saat anak bermain atau latihan perlunya motivasi dan keinginan anak untuk melakukan sesuatu yang disukainya, dengan nilai berapa keinginan motivasi anak terhadap sesuatu dapat diukur dengan skala Likert (Zainudin Awang 2012) :

Keterangan :

Nilai 1 (Not at all interested) Nilai 2 (Not Very interested) Nilai 3 (Netral)

Nilai 4 (Somewhat interested) Nilai 5 (Very interested)

Gambar 64

2. Perkembangan Motorik

Pertama pada usia masa kanak-kanak merupakan proses tumbuh dan kembang yang dimulai dari aspek perkembangan yaitu aspek perkembangan fisik misalnya perkembangan motorik. Perkembangan motorik merupakan kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensorik motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik. (Menurut Catron & Allen dalam buku Ahmad Rudianto, 2016).

(menurut Hurlock dalam buku Dr.Khadijah, 2020) berpendapat Motorik adalah suatu perkembangan pengendalian atas tubuh yang dilakukan oleh syaraf , otot yang saling terkoordinasi. Perkembangan motorik sangat berkaitan dengan perkembangan pengatur pusat motorik di otak karena keterampilan motorik sejalan dengan kematangan sel saraf dan dan otot. Oleh sebab itu, setiap gerakan yang dilakukan anak sesederhana apa pun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol

otak. Jadi, otaklah yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua aktivitas fisik dan mental seseorang (Sujiono dkk, 2014).

Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang digerakan dan dikendalikan oleh otot-otot besar, perkembangan gerakan diantaranya meliputi keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh seperti merayap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berlari atau melompat.

Perkembangan motorik kasar akan secara alami terbentuk sesuai dengan kematangan fisik anak serta dipengaruhi oleh lingkungan yang menunjang dan kesempatan anak untuk mau belajar berlatih. Proses tumbuh dan kembang motorik anak akan mulai berkembang sesuai dengan proses kemampuan gerak anak. Perkembangan motorik pada anak usia dini jika orangtua mendukung anak untuk berkembang di lingkungan sekitarnya agar anak dapat bergerak bebas, aktivitas dengan menggunakan gerakan di luar ruangan bisa menjadi pilihan terbaik sehingga dapat menstimulasi perkembangan otot dan anak dapat bergerak bebas seperti berjalan, berlari, melompat, serta dapat menggerakan tubuhnya secara tidak terbatas. (Khadijah, 2020)

Dibawah ini merupakan tabel perkembangan motorik kasar anak berdasarkan usia, sehingga dapat dilihat kemampuan motorik anak normal sesuai dengan usianya.

Tabel 2. Perkembangan motorik kasar berdasarkan usia

Usia Kemampuan motorik kasar

< 3 bulan - Refleks menggenggam benda

yang menyentuh telapak tangan - Menegakkan kepala saat

telungkup - Tengkurap

- Berguling ke kanan dan ke kiri

3-6 bulan - Meraih benda didepannya

- Tengkurang dengan dada diangkat dan kedua tangan menopang (forarm support) - Duduk dengan bantuan

6-9 bulan - Melempar benda yang dipegang

- Duduk tanpa bantuan - Merangkak ke segala arah - Rambatan ke meja

- Bertepuk tangan

9-12 bulan - Berdiri dengan bantuan

- Menarik benda yang terjangkau - Berjalan dengan pegangan - Berjalan beberapa langkah tanpa

bantuan

- Melakukan gerak menendang bola

12-18 bulan - Berjalan sendiri

- Naik turun tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan merangkak

- Menendang bola ke arah depan - Berdiri dengan satu kaki selama

satu detik

18-24 bulan - Melompat di tempat

- Naik tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan berpegangan - Berjalan mundur beberapa

langkah

- Menarik benda yang tidak terlalu berat (kursi kecil)

2-3 tahun - Berjalan sambil berjinjit

- Melompat ke depan dan kebelakang dengan dua kaki - Melempar dan menangkap bola - Menari mengikuti irama

- Naik turun tangga atau tempat yang lebih tinggi/rendah dengan berpegangan

3-4 tahun - Berlari sambil membawa sesuatu

yang ringan (bola)

- Naik turun tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan kaki bergantian

- Meniti di atas papa yang cukup lebar

- Melompat turun dari ketinggian

<200 cm Sumber : Encep sudirjo & Muhammad Nur Alif (2018)

3. Penyebab Perkembangan Motorik Anak tidak berkembang a. Faktor Predisposisi

Keterlambatan berjalan biasanya sering terjadi pada kelompok anak tertentu seperti bayi prematur, obesitas atau kegemukan, bayi lahir dengan berat badan rendah atau <2.500 gram, anak dengan gangguan hipersensitif saluran cerna seperti gastropoesepageal refluks, sering muntah, mual sering sulit buang air besar. Keadaan ini sering terjadi pada anak alergi atau hipersensitif saluran cerna.

b. Kerusakan pada susunan saraf

Penyebab keterlambatan motorik kasar, menunjukkan adanya kerusakan pada susunan saraf pusat seperti cerebral palsy (gangguan sistem motorik yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang mengatur otot-otot tubuh), perdarahan otak, benturan (trauma) kepala yang berat, adanya kelainan sumsum tulang belakang, penyakit saraf tepi, atau poliomielitis yang menyebabkan kelumpuhan dan distrofia muskulorum (penyakit otot)

c. Kekurangan gizi

Anak kekurangan gizi sehingga otot-otot tubuhnya tidak berkembang dengan baik dan anak tidak memiliki tenaga yang cuku untuk melakukan aktivitas

d. Gangguan vestibularis / keseimbangan

Pada anak yang mengalami Dysfunction of sensory integration (DSI) sering mengalami gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan yang terjadi ini seringkali dianggap anak kurang percaya diri. Gangguan keseimbangan ini biasanya ditandai dengan anak takut berenang, menaiki mainan yang bergerak dan bergoyang seperti ayunan, mainan kuda-kudaan listrik dengan koin, naik lift atau eskalator. (Encep sudirjo & Muhammad Nur Alif, 2018)

Dokumen terkait