• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran kinerja dalam bidang seni budaya dan olah raga merupakan pendekatan kesejahteraan yang sifatnya berdimensi non material. Kesejahteraan dalam dimensi ini merefleksikan kesejahteraan kehidupan kolektif dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Karena sifatnya yang bersifat 2. Kesejahteraan Sosial

Pendidikan a. Angka melek huruf

b. Angka rata-rata lama sekolah

c. Angka partisipasi murni d. Angka partisipasi kasar e. Angka pendidikan yang

ditamatkan

Penduduk usia 15 th ke atas dapat baca tulis

Penduduk usia 15 th ke atas X 100

Kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yg diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan. Banyaknya murid usia 7-12, 13-15, 16-18 th

Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-18 th Banyaknya penduduk usia 7-12, 13 -15, 16 - 18 th x 100

Banyaknya murid SD, SLTP, SLTA . Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-18 th

x 100

Penduduk tamat (< SD, SD, SLTP, SLTA, Univ)

Jumlah penduduk x 100

Kesehatan f. Angka kelangsungan hidup

bayi

g. Angka usia harapan hidup h. Persentase balua gizi

buruk

(1 - angka kematian bayi) Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Jumlah balita gizi buruk

Jumlah balita

x 100

Kemiskinan i. Persentase penduduk diatas

garis kemiskinan (100 -angka kemiskinan ) Kepemilikan tanah j. Persentase penduduk yang

memiliki iahan

Penduduk memiliki Iahan

Jumlah penduduk x 100 Kesempatan kerja k. Rasio penduduk yang

bekerja Penduduk yang bekerja Angkatan kerja

Kriminalitas l. Angka kriminalitas yang

tertangani

Jumlah tindak kriminal tertangani dalam 1 tahun

24 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 abstrak, pengukuran untuk parameter ini diterjemahkan dengan pendekatan bahwa setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama dalam kehidupan seni budaya dan berolah raga. Dalam hal ini, semua hambatan terhadap akses dalam bidang ini harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari peluang yang tersedia. Beberapa indikator pengukuran parameter seni budaya dan olah raga adalah:

a. Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk. b. Jumlah gedung kesenian adalah jumlah

gedung kesenian per 10.000 penduduk. c. Jumlah klub olahraga adalah jumlah

klub olahraga per 10.000 penduduk. d. Jumlah gedung olahraga adalah jumlah

gedung olahraga per 10.000 penduduk.

Adapun formula yang dipakai dalam setiap pengukuran kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut:

Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 25 Tabel 3. Indikator Pengukuran Seni Budaya dan Olah Raga

2.2.2. Peningkatan Pelayanan Publik/Umum

Menurut perspektif teori kontrak sosial, pelayanan umum merupakan dasar moral berdirinya suatu negara. Pelayanan umum dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penyediaan pelayanan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri dan/atau pihak lain, seperti swasta serta masyarakat.

Sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Uraian diatas mengisyaratkan bahwa kesejahteraan masyarakat merupakan ultimate goal dari pemberian otonomi. Sementara itu pelayanan dan pemberdayaan kepada masyarakat adalah instrumental/intermediate goal yang menjadi sasaran

3. Seni Budaya dan Olah Raga

Grup kesenian a. Jumlah grup kesenian Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk Gedung kesenian b. Jumlah gedung

kesenian Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk Klub olahraga c. Jumlah klub olahraga Jumlah klub olah raga per 10.000 penduduk Gedung Olah Raga d. Jumlah gedung olah

26 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 dan kondisi utama bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Penerapan kualitas dalam sektor publik dalam konteks sistem pemerintahan secara konseptual dapat dipahami dari dua level yaitu makro dan mikro. Pada

level makro, penerapan kualitas dipahami sebagai

upaya perbaikan hubungan antara masyarakat dan negara. Hal ini berkaitan dengan perbaikan kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak pengguna pelayanan sebagai warga negara yang berhadapan dengan negara. Dalam konteks ini maka kualitas sering diartikan sebagai pemberian pilihan, akses, partisipasi dalam penentuan kebijakan layanan dan transparansi kepada pengguna layanan. Pada level mikro, penerapan kualitas berkaitan dengan perbaikan hubungan antara birokrasi penyedia layanan dengan pengguna layanan. Ini berkaitan dengan usaha memuaskan harapan dan kebutuhan layanan melalui perbaikan dalam proses penyedia layanan.

Untuk konteks otonomi daerah, pelayanan yang wajib diberikan pemerintah daerah sesuai pasal 22 UU No. 34 tahun 2004 sebagaimana tersebut diatas dapat dikelompokan ke dalam pelayanan langsung dan tidak langsung terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan yang bersifat langsung tersebut dapat dibedakan lagi menjadi pelayanan administratif dan pelayanan social. Menurut William knox, pelayanan minimal yang harus disediakan oleh pemerintah adalah pelayanan yang menjamin proses reproduksi sistem sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Pelayanan

Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 27

minimal semacam ini berkaitan langsung dengan sarana masyarakat sebagai suatu social entity untuk mempertahankan (means of survival) dan mengembangkan daya hidupnya. Dari serangkaian kewajiban pemerintah menurut pasal 22 UU No. 34 tahun 2004, yang dimaksud pelayanan minimal adalah pelayanan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, pendidikan, kesehatan dan penyediaan fasilitas social dan fasilitas umum. Untuk jenis pelayanan terakhir ini secara minimal diartikan sebagai fasilitas yang mendukung kemampuan interaksional dan komunikasional para anggota-anggota masyarakat untuk mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan transaksi sosial dalam rangka memperkuat solidaritas cultural dan ekonomi.

Otonomi daerah memberikan peluang untuk terpenuhinya pelayanan minimal di daerah. Kewenangan yang dimiliki daerah untuk menyelenggarakan pelayanan umum sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi daerah akan mendekatkan pelayanan tersebut pada masyarakat. Dengan demikian diharapkan aspirasi masyarakat lebih terakomodir sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan umum. Sebagai salah satu prasyarat untuk mendekatkan pelayanan tersebut kepada masyarakat adalah kemudahan akses yang artinya setiap orang memiliki peluang yang sama dalam mendapatkan akses pelayanan. Dalam hal ini, semua hambatan-hambatan terhadap akses dalam pelayanan tersebut harus

28 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 diminimalisir sehingga semua orang dapat memperoleh manfaat dari peluang yang tersedia.

Merujuk pada konsepsi mengenai pelayanan minimal yang telah diuraikan diatas, maka indikator kunci dalam pengukuran kinerja di bidang pelayanan umum dalah sebagai berikut:

Dokumen terkait