• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN MODEL PENGUKURAN

3.1. Pembangunan Ekonomi

3.1.2. Tenaga Kerja

Dalam melaksanakan pembangunan sumber daya manusia memgang peranan penting. Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan produktivitas. Maka tidak salah bila tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pembangunan. Makin banyak tenaga kerja yang tersedia, secara

Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 67

otomatis akan memperbesar input yang pada akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan output. Namun besarnya jumlah tenaga kerja jika tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan justru akan menimbulkan masalah baru. Apa yang terjadi di negara berkembang contohnya. Kelebihan tenaga kerja justru menimbulkan masalah yang pada akhirnya menjadi beban bagi pemerintah, bukan saja berpengaruh kepada proses pembangunan secara ekonomi, tapi juga menyentuh aspek politis yang berujung pada terganggunya keamanan dan ketentraman.

Seperti kebanyakan negara berkembang, masalah ketenagakerjaan di Indonesia masih menjadi masalah utama bagi pemerintah. Meningkatnya jumlah tenaga kerja belum dapat diimbangi dengan penyerapannya pada sektor-sektor ekonomi. Persepsi yang berkembang selama ini, bahwa ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan mampu menyerap tenaga kerja, dengan kata lain mengurangi pengangguran, namun harus dipahami bahwa tidak semua sektor ekonomi mampu menyerap banyak tenaga kerja. Terdapat sektor-sektor ekonomi yang merupakan sektor padat modal, artinya sektor tersebut mampu menghasilkan nilai tambah tinggi, hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja. Tenaga kerja pada sektor-sektor tersebut merupakan tenaga kerja yang memiliki skill dan tingkat pendidikan dengan spesifikasi tertentu. Adanya perbedaan spesifikasi kebutuhan tenaga kerja dengan tenaga kerja yang tersedia, menyebabkan tidak semua tenaga kerja dapat terserap, dengan kata lain

68 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 menambah jumlah pengangguran. Tingginya pengangguran akan menyebabkan turunnya produktivitas dan turunnya tingkat pendapatan. Selain itu biaya sosial masyarakat seperti biaya medis, biaya keamanan, serta biaya sosial lain yang dikeluarkan pemerintah menjadi semakin tinggi. Sehingga secara tidak langsung dapat menghambat proses pembangunan karena beban pemerintah menjadi semakin besar. Melihat dampak yang ditimbulkan pengangguran, maka diperlukan solusi yang komprehensip, tidak saja menanggulagi masalah pengangguran dari satu sisi saja.

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), jumlah penduduk usia kerja di Bali (usia 15 tahun ke atas) cenderung mengalami peningkatan, seiring bertambahnya jumlah penduduk Bali. Pada tahun 2009, jumlah penduduk usia kerja di Bali mencapai 2.728.747 orang, terus mengalami peningkatan hingga mencapai 3.073.019 pada tahun 2013. Peningkatan ini juga berdampak pada peningkatan penduduk yang tergolong angkatan kerja (bekerja dan mencari pekerjaan). Hingga tahun 2013 jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja adalah sebanyak 2.315.379 orang. Sementara itu, hal berbeda terjadi pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Banyak penduduk usia kerja yang memilih mengurus rumah tangga atau merupakan penduduk usia sekolah yang memilih melanjutkan sekolahnya. Pada tahun 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 69

(TPAK) sebesar 75,35 persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 76,97 persen. Angka ini merupakan cerminan jumlah penduduk yang aktif di pasar kerja terhadap total penduduk usia kerja.

Sektor pariwisata merupakan sektor primadona di Provinsi Bali. Geliat industri pariwisata di Bali, selain menarik minat investor untuk menanamkan modalnya, juga menarik bagi pencari kerja untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Kuatnya daya tarik pariwisata ini tidak hanya menarik para pencari kerja yang berasal dari Bali namun juga dari luar Bali. Namun sayangnya, banyaknya penduduk luar Bali yang datang mencari peruntungan, belum mampu terserap secara optimal. Pada tahun 2013 jumlah penduduk tergolong angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan mencapai 98,21 persen dan merupakan yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Jika dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, maka hal ini adalah suatu indikasi yang baik, karena tumbuhnya ekonomi juga diikuti dengan penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjadikan jumlah angkatan kerja yang belum terserap (pengangguran) mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, tingkat pengangguran di Bali mencapai 3,12 persen, dan selama lima tahun terus mengalami penurunan, dan pada tahun 2013 jumlahnya sebesar 1,79 persen. Semakin turunnya tingkat pengangguran di Provinsi Bali menunjukkan bahwa semakin bergairahnya perekonomian di Bali sehingga angkatan kerja mampu terserap oleh lapangan

70 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 pekerjaan yang diciptakan pemerintah maupun sektor swasta.

Tabel3.1

Indikator Ketenagakerjaan di Bali Tahun 2009 – 2013

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah Penduduk Usia Kerja 2 728 747 2 902 573 2 952 545 3 008 973 3 073 019

2 Angkatan Kerja 2 123 588 2 246 149 2 257 258 2 316 033 2 315 379

2.1 Sudah Bekerja 2 057 118 2 177 358 2 204 874 2 268 708 2 273 897

2.2 Pengangguran 66 470 68 791 52 384 47 325 41 482

3 Bukan Angkatan Kerja 605 159 656 424 695 287 692 940 757 640

3.1 Masih Sekolah 187 161 199 093 212 173 229 810 230 176

3.2 Mengurus Rumah Tangga 319 205 353 215 350 415 347 065 401 728

3.3 Lainnya 98 793 104 116 132 699 116 065 125 736

4 Kesempatan Kerja (persen) 96,87 96,94 97,68 97,96 98,21

5 Pengangguran terbuka 3,13 3,06 2,32 2,04 1,79

6 TPAK 77,82 77,38 76,45 76,97 75,35

7 Daya Serap Tenaga Kerja (persen) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

7.1 Pertanian 34,24 30,87 25,24 25,24 24,00

7.2 Industri Pengolahan 14,28 13,94 13,16 13,72 14,10

7.3 Perdagangan 23,77 26,24 27,05 27,56 27,64

7.4 Jasa-Jasa 13,63 14,75 17,75 17,20 16,86

7.5 Lainnya 14.08 14,19 16,79 16,28 17,40

Sumber: BPS Provinsi Bali

3.1.3. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang tidak kalah penting untuk diatasi di negara berkembang seperti Indonesia. Seperti halnya dengan masalah pengangguran, kemiskinan juga menjadi perhatian utama pemerintah, mengingat sampai saat ini penangangan masalah kemiskinan masih belum optimal. Masih banyaknya penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan primer, sulitnya membiayai fasilitas kesehatan, tidak layaknya fasilitas perumahan, masih banyaknya anak-anak yang putus sekolah merupakan cerminan masyarakat miskin di Indonesia. Maka tidak

Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 71

salah jika para calon-calon pemimpin di negara ini menggunakan isu kemiskinan dalam program-programnya untuk menarik simpati masyarakat.

Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai aspek dengan menggunakan berbagai macam ukuran dan konsep. Berbagai macam pendapat tenang kemiskinan berkembang di masyarakat, mulai dari ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, hingga mencakup masalah sosial dan moral yang ada di masyarakat. Sementara itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, perilaku, budaya hidup yang tidak berdaya terhadap sebuah sistem yang diberlakukan pemerintah sehingga masyarakat berada pada posisi yang lemah (kemiskinan struktural). Namun secara umum, konsep kemiskinan lebih banyak ditekankan pada kekurangan material. Apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, sandang, dan papan secara layak maka dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut termasuk dalam kategori miskin secara material.

Selama ini masalah kemisikinan lebih sering dikaitkan dengan aspek ekonomi, karena aspek inilah yang paling mudah untuk diukur dan dibandingkan. Namun jika dilihat lebih jauh lagi, kemiskinan juga memiliki kaitan dengan masalah-masalah lain seperti masalah sosial, budaya, sosial politik, kesehatan, dan pendidikan. Menelaah kemiskinan dari berbagai aspek sangat diperlukan untuk memahami secara komprehensif tentang masalah kemiskinan. Berbagai masalah yang terkait dengan kemiskinan tidak dapat diselesaikan

72 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 dengan satu tindakan dari pemerintah, namun diperlukan upaya yang komperhensif dari pemerintah dan pihak-pihak yang terkait, karena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan menyentuh hingga berbagai aspek kehidupan masyarakat. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia dan Bali pada khususnya. Namun banyak kalangan yang berpendapat bahwa program-program yang dicanangkan pemerintah belum maksimal menurunkan tingkat kemiskinan. Program-progam pengentasan kemiskinan yang dicanangkan pemerintah dinilai belum sistematis dan saling tumpang tindih, sehingga tidak efektif dalam mengurangi angka kemiskinan. Oleh karena itu, pemerintah perlu membuat program-program pengentasan kemiskinan secara terpadu yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dan secara langsung melibatkan masyarakat miskin dalam proses pelaksanaanya.

Provinsi Bali sebagai daerah ysng mengandalkan sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomiannya, juga tidak lepas dari peermasalahan kemiskinan. Fenomena seperti krisis Bom Bali I, Bom Bali II, dan adanya Krisis Keuangan Global berdampak pada keadaan pariwisata di Bali. Banyaknya tenaga kerja yang di PHK di sektor pariwisata dikhawatirkan akan berdampak pada kemakmuran masyarakat Bali. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian yang masih bertahan di kala krisis sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Bali.

Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 73

Pasca kejadian Bom Bali I pada tahun 2002, dampaknya terhadap perekonomian Bali sangat dirasakan. Sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian bali mengalami goncangan yang dasyat. Turunnya jumlah kunjungan wisatawan menyebabkan banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan. Hal ini berpengaruh pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat Bali, yang menyebabkan bertambahnya penduduk miskin. Pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin di Bali meningkat menjadi 246,10 ribu jiwa (6,89 persen) dari tahun sebelumnya sebanyak 221,80 ribu jiwa. Kemudian dengan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi dampak Bom Bali I tersebut, jumlah penduduk miskin di Bali mengalami penurunan pada periode 2004-2005. Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin di Bali menurun menjadi 228,4 ribu jiwa (6,72 persen) dari tahun sebelumnya yang sebanyak 231,9 ribu jiwa (6,85 persen). Belum juga pulih sepenuhnya, pada tahun 2005 Bali kembali terpuruk dengan adanya Bom Bali II. Walaupun dampak dari Bom Bali II tidak sebesar Bom Bali I, tetapi Bali kembali harus menata sektor-sektor perekonomiannya agar mampu bangkit kembali. Dampak dari Bom Bali II juga terlihat pada jumlah penduduk miskin di Bali. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin di Bali naik sebesar 15,1 ribu jiwa dari tahun 2005 atau menjadi 243,5 ribu jiwa.

Guncangan bom Bali I dan II menyebabkan Bali berada pada titik terendahnya. Keadaan ini memaksa masyarakat bali untuk mengadopsi berbagai strategi agar

74 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 bisa bertahan dalam situasi yang sulit. Dalam waktu dua tahun setelah bom Bali II, keadaan ekonomi Bali mulai pulih dan menunjukkan peningkatan. Membaiknya kondisi perekonomian Bali ditunjukkan dengan menurunnya jumlah penduduk miskin di Bali pada periode tahun 2006-2008. Pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di Bali sebanyak 215,7 ribu jiwa (6,17 persen) atau mengalami penurunan dari tahun 2006 yang mencapai 243,5 ribu jiwa (7,08 persen). Penurunan ini disinyalir akibat antisipasi yang lebih baik oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan yang langsung menyentuh masyarakat miskin disamping kondisi ekonomi yang mengalami pertumbuhan cukup baik dan makin banyaknya angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan.

Memasuki tahun 2009, pertumbuhan ekonomi kembali berpengaruh positif terhadap penurunan kemiskinan. Pada tahun ini, jumlah penduduk miskin hanya 181,7 ribu orang atau 5,13 persen. Lebih bagusnya lagi penurunan kemiskinan terjadi di daerah pedesaan maupun perkotaan. Hanya saja, tingkat kemiskinan di daerah pedesaan masih relatif tinggi.

Tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 upaya pemerintah untuk menekan tingkat kemiskinan sudah semakin dirasakan. Adanya program pemerintah Bali seperti SIMANTRI, Bursa Kerja Online, JKBM, Bedah Rumah dan lainnya memberikan angin segar pada masyarakat luas untuk dapat memperbaiki taraf hidupnya dengan memperoleh kesempatan kerja yang layak, layanan kesehatan, dan perumahan yang memadai.

Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 75

Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin sebesar 174,9 ribu orang atau 4,88 persen. Kemudian pada tahun 2011 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin yakni menjadi 166,2 ribu orang atau 4,20 persen.

Tabel3.2

Indikator Kemiskinan di Bali Tahun 2001-2013 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

2001 67,10 181,30 248,40 4,30 11,35 7,87 2002 98,90 122,90 221,80 5,72 8,25 6,89 2003 99,70 146,40 246,10 6,14 8,48 7,34 2004 87,00 144,90 231,90 5,05 8,71 6,85 2005 105,90 122,50 228,40 5,40 8,51 6,72 2006 127,40 116,00 243,50 6,40 8,03 7,08 2007 119,80 109,20 229,00 6,01 7,47 6,63 2008 115,10 100,70 215,70 5,70 6,81 6,17 2009 92,10 89,70 181,70 4,50 5,98 5,13 2010 83,60 91,30 174,90 4,04 6,02 4,88 2011 92,90 73,30 166,20 3,91 4,65 4,20 2012 91,40 77,40 168,80 3,77 4,79 4,18 2013 103,03 79,74 182,77 4,17 5,00 4,49

Sumber: BPS Provinsi Bali

Sementara itu, pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin adalah sebanyak 168,80 ribu jiwa, mengalami peningkatan dari tahun sebulumnya yang sebanyak 166,20 ribu jiwa. Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin kembali mengalami peningkatan, menjadi sebanyak 182,77 ribu jiwa. Melambatnya pertumbuhan ekonomi bali pada tahun 2013, serta terjadinya kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan Juni tahun 2013, disinyalir sebagai penyebab meningkatnya jumlah penduduk miskin.

76 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

Dokumen terkait