KERJASAMA
Bappeda Provinsi Bali dan
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
“Om, Swastiastu”
Dengan menghaturkan angayubagya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Asung Kertha Wara Nugraha-Nya publikasi “IINNDDEEKKSS
K
KIINNEERRJJAA PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN DDAAEERRAAHH TTAAHHUUNN 2200113” dapat 3
disusun sesuai dengan rencana.
Publikasi ini menyajikan informasi ringkas tentang keberhasilan kinerja pembangunan daerah dan diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan pembangunan, pengembangan wilayah dan mengantisipasi pembangunan kedepan, agar pemerintah daerah mempunyai arah, strategi dan kebijakan dalam pembangunan wilayah.
Penyusunan Indeks Kinerja Pembangunan Daerah ini, disadari masih banyak kekurangan, maka dari itu saran dan masukan untuk penyempurnaannya sangat kami harapkan.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih, semoga kerjasama ini dapat berkesinambungan pada masa yang akan datang.
“Om, Santhi, Santhi, Santhi, Om”
Denpasar, Desember 2014 Kepala Bappeda Provinsi Bali
Ir. I PUTU ASTAWA, M.M.A Pembina Utama Muda NIP. 19611231 198302 1 055
“Om, Swastyastu”
Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, “IINNDDEEKKSS KKIINNEERRJJAA P
PEEMMBBAANNGGUUNNAANN DDAAEERRAAHH TTAAHHUUNN 2200113” ini dapat disusun 3
dan dipublikasikan dengan baik.
Buku Indeks Kinerja Pembangunan Provinsi dan Kabupaten/Kota se Bali ini merupakan kerjasama antara Bappeda Provinsi Bali dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Publikasi ini untuk memberikan gambaran singkat mengenai perkembangan pembangunan pemerintah daerah baik dari sisi aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan publik dan aspek daya saing daerah. Data yang dimuat dalam publikasi ini meliputi indikator-indikator yang berhubungan dengan ketiga aspek pengukuran tersebut yang tersedia sampai tingkat kabupaten/kota. Diharapkan publikasi ini dapat membantu memberikan infomasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penerbitan publikasi ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.
“Om, Santih, Santih, Santih, Om”
Denpasar, Desember 2014 Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Bali,
PANUSUNAN SIREGAR Pembina Utama Muda NIP. 19580314 198302 1 001
D
DA
AF
F
TA
T
AR
R
IS
I
S
I
I
HALAMAN JUDUL
i
KATA SAMBUTAN
iii
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vii
3 3..11.. PPeemmbbaanngguunnaannEEkkoonnoommii6633 3 3..22.. PPeenngguukkuurraannIInnddeekkssKKiinneerrjjaa P Peemmbbaanngguunnaann7722
BAB III
PEMBANGUNAN
DAN MODEL PENGUKURAN
2 2..11.. PPeenngguukkuurraann 99 2 2..22.. PPaarraammeetteerrKKiinneerrjjaa 1100 2 2..33.. PPrroosseessHHiirraarrkkiiAAnnaalliittiikk 5577
BAB II
INDIKATOR PENGUKURAN
4 4.. IInnddeekkssKKiinneerrjjaaPPeemmbbaanngguunnaannPPrroovviinnssiiBBaallii ~~8899 4 4..11.. AAssppeekkKKeesseejjaahhtteerraaaannMMaassyyaarraakkaatt 9911 4 4..22.. AAssppeekkPPeellaayyaannaannUUmmuumm 9988 4 4..33.. AAssppeekkDDaayyaaSSaaiinnggDDaaeerraahh 110055 4 4..44.. IInnddeekkss KKiinneerrjjaaPPeemmbbaanngguunnaann K Kaabbuuppaatteenn//KKoottaa 110099BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
5 5..11 SSiimmppuullaann 111155 5 5..22 SSaarraann 111166 5 5..33 RReekkoommeennddaassaaiiKKaabb..//KKoottaa 111166
LAMPIRAN
BAB V
PENUTUP
1 1..11.. LLaattaarrBBeellaakkaanngg33 1 1..22.. MMaakkssuuddddaannTTuujjuuaann55 1 1..33.. SSuummbbeerrDDaattaa55 1 1..44.. SSiisstteemmaattiikkaaPPeennuulliissaann66BAB I
PENDAHULUAN
Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Maksud dan Tujuan
Sumber Data
2 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 3
1.1. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Sejak dimulainya otonomi daerah pada tahun 1999, wewenang serta peran serta pemerintah daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan menjadi semakin besar. Ditetapkannya undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memberikan hak otonomi yang semakin luas bagi daerah. Pemberian hak otonomi yang luas bagi daerah pada dasarnya memiliki tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu, melalui otonomi yang lebih luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah tentunya akan merencanakan dan melaksanakan program-program pembangunan. Berkaitan dengan pelaksanaan program pembangunan yang dilaksanakan daerah, maka proses perencanaan, penetapan kebijakan, pelaksanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengendalian, pembiayaan, koordinasi, penyempurnaan serta pengembangannya harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu setiap program kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah hendaknya menganut prinsip penyelenggaraaan pemerintahan yang baik, yaitu pemerintahan yang transparan, efektif dan efisien, dapat diukur tingkat keberhasilannya, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (akuntabiltas). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka monitoring maupun evaluasi sangat diperlukan.
Kegiatan monitoring maupun evaluasi sebagai bagian dari manajemen kinerja memerlukan data dan informasi sebagai landasan dalam mengukur kemajuan pencapaian tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 32 tahun 2004. Ketersediaan data dan informasi yang mampu memenuhi kebutuhan daerah dalam pembangunan daerah sangat penting untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu, daerah membutuhkan pemahaman akan potensi dan kekuatan yang dimiliki serta kebutuhan daerah (local needs). Oleh karena itu, melalui indikator untuk pengukuran dan
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 5 evaluasi kinerja ini diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
1.2. Maksud dan Tujuan
Indeks kinerja pembangunan daerah yang meliputi kondisi yang ada, permasalahan, potensi wilayah, prioritas dan kebijakan pembangunan mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap hasil-hasil pembangunan yang diukur dari berbagai aspek baik sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Indeks kinerja pembangunan daerah dapat digunakan sebagai dasar pengembangan wilayah yang sistematis dan strategis dan mengantisipasi pembangunan ke depan, agar Pemerintah Daerah mempunyai arah, strategi dan kebijakan dalam pengembangan wilayah.
1.3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini adalah hasil pengumpulan dan penghitungan data yang dilakukan oleh BPS serta beberapa data yang bersumber dari dinas/instasi terkait baik berupa data primer maupun data administrasi.
1.4. Sistematika Penulisan
Dalam Penyusunan Analisis Kinerja Pembangunan Provinsi dan Kabupaten/Kota se Bali Tahun 2013 sistematika laporan penulisan hasilnya terdiri dari lima bagian yaitu sebagai berikut :
6 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 I Pendahuluan 1. Latar Belakang 2. Tujuan 3. Sumber Data 4. Sistematika Penulisan
II. Indikator Pengukuran
1. Pengukuran 2. Parameter Kinerja 3. Proses Hierarki Analitik
III. Pembangunan dan Model Pengukuran
1 Pembangunan Ekonomi
2. Pengukuran Indeks Kinerja Pembangunan
IV. Hasil dan Pembahasan
1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2 Aspek Pelayanan Umum
3 Aspek Daya Saing Daerah 4 Indeks Kinerja Pembangunan
V. Penutup
1 Simpulan 2. Saran
3. Rekomendasi Kab./Kota
Bab II
INDIKATOR
PENGUKURAN
Pengukuran
Parameter Kinerja
8 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 9
2.1. Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan yang sistimatik untuk menyatakan suatu keadaan atau gejala dalam kuantitatif. Bentuk kuantitatif yang berupa angka selanjutnya dianalisis untuk menentukan kemampuan sesuatu yang dianalisis. Pengukuran kinerja merupakan usaha untuk menentukan kemajuan/kemunduran suatu program/kegiatan yang ditentukan oleh indikator-indikator yang mewakilinya, seperti pembangunan daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan sebagainya.
Pengukuran terhadap kinerja suatu daerah dapat memberi manfaat antara lain sebagai alat untuk mengidentifikasikan apakah tuntutan masyarakat sudah terpenuhi; membantu dalam memahami proses penyelenggaraan otonomi daerah serta menegaskan hal-hal yang telah dicapai serta menyingkap permasalahan yang belum diketahui; untuk meyakinkan bahwa keputusan yang diambil secara obyektif bukan semata karena emosional maupun intuisi semata; untuk menunjukkan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan; untuk memperlihatkan keberhasilan yang telah dicapai; dan dapat dijadikan referensi bagi pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan. Saat ini, pemerintah daerah dituntut untuk lebih kompetitif, responsif, dan akuntabel dalam
“ … paradigma Good Governance yang mengedepankan keterpaduan dan keselarasan
antara pemerintah (state), swasta (private) dan masyarakat (society) … “
10 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu ketersediaan informasi kinerja daerah dapat menjawab segala kebutuhan tersebut.
2.2. Parameter Kinerja
Indeks kinerja pembangunan daerah yang meliputi kondisi existing, permasalahan, potensi wilayah, prioritas dan kebijakan pembangunan mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap hasil-hasil pembangunan yang diukur dari berbagai aspek baik sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Indeks kinerja pembangunan daerah dapat digunakan sebagai dasar pengembangan wilayah yang sistematis dan strategis dan mengantisipasi pembangunan ke depan, agar Pemerintah Daerah mempunyai arah, strategi dan kebijakan dalam pengembangan wilayah.
Dalam undang-undang No. 32 tahun 2004 disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-udangan. Sedangkan daerah otonom, selanjutnya disebut daerah dengan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal tersebut
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 11 mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah bukan satu-satunya pelaku dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Sejalan dengan paradigma yang ada saat ini dimana dalam pembangunan daerah keterlibatan swasta dan masyarakat menjadi semakin kental sehingga kinerja daerah dapat diartikan bagaimana pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat sebagai suatu sistem yang menjalankan fungsi dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Dalam Pasal 2 ayat 3 UU. No. 32 Th. 2004 disebutkan bahwa: “Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah”.
Isi pasal tersebut menjelaskan bahwa apa yang sebenarnya menjadi parameter keberhasilan kinerja otonomi daerah. Keberhasilan daerah seyogyanya diletakkan pada sejauh mana daerah mampu mencapai tujuan otonomi daerah. Akan tetapi keberhasilan tersebut tidak hanya ditentukan oleh pemerintah saja namun sektor swasta dan masyarakat juga ikut andil serta didalamnya. Hal ini sejalan dengan paradigma Good Governance yang mengedepankan keterpaduan dan keselarasan antara pemerintah (state), swasta (private) dan masyarakat (society) sebagai suatu sistem.
Dengan demikian pengkuruan kinerja daerah merupakan usaha untuk mengetahui sejauh mana kinerja daerah dalam pencapaian tujuan
12 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 penyelenggaraan otonomi daerah sebagai suatu sistem yang melibatkan tiga domain yang terkait yakni negara, swasta dan masyarakat. Adapun parameter kinerja yang digunakan sebagai berikut:
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat 2. Peningkatan pelayanan publik
3. Peningkatan daya saing daerah
Ketiga parameter tersebut akan dibandingkan dengan capaian akhir pembangunan daerah yang dalam hal ini akan diwakili dengan indikator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
Dalam perspektif otonomi, pemberdayaan ketiga elemen tersebut merupakan salah satu sarana dan kondisi utama untuk tercapainya tujuan tersebut. Oleh karena itu pemberdayaan ketiga elemen dapat dijadikan instrumen untuk tercapainya tujuan otonomi daerah. Dengan cara pandang ini perbaikan dalam pemenuhan kebutuhan daerah dan perluasan akses merupakan hal yang penting.
2.2.1. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu dasar dari pembentukan negara dan penyelenggaraan pemerintahan. Suatu pemerintahan yang terdesentralisasi dianggap lebih mampu mendorong proses pemberdayaan dan perbaikan kesejahteraan. Kebijakan desentralisasi didesain untuk menciptakan empowering welfare. Empowering welfare memiliki arti
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 13 bahwa kesejahteraan harus dikaitkan dengan proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kapasitas dan potensi seluruh anggota masyarakat. Dalam proses pemberdayaan masayarakat terdapat dua elemen yang tidak dapat dipisahkan yaitu self actualization dan self determination. Proses yang pertama mengacu kepada suatu rangakaian usaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat dalam rangka mengembangkan kemampuannya dalam kehidupan sosial seperti kemampuan dalam bidang kesenian, teknologi, olah raga dan sebagainya. Sementara itu self determination adalah usaha yang dilakukan untuk memperjuangkan aspirasi dan kebutuhannya dalam proses pembuatan keputusan kolektif. Kemampuan dalam self determination sangat penting untuk mendukung self actualization disamping sebagai jaminan agar kebijakan oleh pemerintah dapat memperhatikan kekhususan kebutuhan setiap kategori sosial dalam masyarakat.
Sementara itu, UNDP mengenalkan konsep pembangunan yang berfokus kepada manusia. Dalam konsep ini, manusia merupakan aktor utama dan pusat gravitasi dari pengembangan berbagai sistem yang mengatur berbagai dimensi kebutuhan kolektif. Menurut UNDP (2001) pengembangan manusia sebagai aktor pembangunan harus didasarkan pada empat elemen kunci, yaitu:
1. Produktifitas (productivity): manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh
14 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja.
2. Pemerataan (equity): setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Artinya, semua hambatan terhadap peluang ekonomi, politik dan sosial harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari peluang yang tersedia.
3. Keberlanjutan (sustainable): akses terhadap peluang/ kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya – fisik, manusia, alam – harus dapat diperbaharui.
4. Pemberdayaan (Empowering): pembangunan harus dilakukan oleh semua orang dan bukan semata-mata dilakukan untuk kepentingan-kepentingan tersendiri atau kelompok. Dengan demikian setiap orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Paralel dengan penekanan pada prinsip – prinsip pembangunan yang berfokus kepada manusia, konsep kesejahteraan lebih menekankan pada model empowering welfare. Model empowering welfare tentu saja menghendaki adanya human capability
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 15 (kemampuan manusia). Oleh karena itu harus memperhatikan bidang – bidang yang dianggap esensial bagi pengembangan harkat dan martabat manusia sebagai aktor dalam sistem ekonomi, sistem politik, sistem budaya dan keagamaan, sistem sosial dan sistem lingkungan hidup.
Dengan cara pandang seperti ini maka peningkatan kesejahteraan menurut pendekatan empowering welfare dapat diukur melalui pendekatan materi dan non materi yang dapat diterjemahkan dalam kelompok-kelompok indikator. Kelompok indikator empowering welfare itu antara lain:
1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi merupakan dimensi material dari kesejahteraan. Dalam pengkuran ini dipergunakan beberapa indikator, antara lain;
a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi/kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada waktu tertentu. PDRB dibentuk melalui berbagai sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi;
16 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya.
b. Laju inflasi merupakan ukuran yang
dapat menggambarkan
kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi didasarkan pada Indeks harga konsumen (IHK) secara sampel di 66 kota di Indonesia yang mencakup 284-441 komoditas yang dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH). Angka inflasi disajikan pada tingkat provinsi.
c. PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahari tahun. d. Indeks Gini merupakan koefisien yang didasarkan pada kurva lorenz, yaitu sebuah kurva pendapatan kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Koefisien gini didefinisikan sebagai A/(A+B), jika A=0
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 17 koefisien gini bernilai 0 yang berarti pemerataan sempurna, jika B=0 koefisien gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna.
e. Pemerataan pendapatan ini diperhitungkan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia, yaitu dengan mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan besarnya pendapatan. 40% penduduk berpendapatan rendah; 40% penduduk berpendapatan menengah, dan 20% berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut:
i. jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi. ii. jika proporsi jumlah pendapatan
18 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah.
iii. jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah. f. Indeks ketimpangan Williamson
(Indeks Ketimpangan Regional), adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antarkecamatan di suatu kabupaten/kota atau antar kabupaten/kota di suatu provinsi dalam waktu tertentu.
Adapun formula yang dipakai dalam setiap pengukuran kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai berikut:
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 19 Tabel 1. Indikator Pengukuran Kesejahteraan dan Pemerataan
Ekonomi
FOKUS INDIKATOR FORMULA
1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi a. Pertumbuhan PDRB (PDRB (t+1) - PDRB (t)} / PDRB (t) X 100% Laju Inflasi b. Laju inflasi provinsi (Inf (t +1) - Inf (t)} / Inf (t) X 100%
Pendapatan per
kapita c. PDRB per kapita PDRB Penduduk pertengahan tahun Ketimpangan kemakmuran d. Indeks Gini k G = l - fpi (Fci + Fci-l ) I Dimana:
fpi = frekuensi penduduk pada kelas pendapatan ke i Fci = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada
pendapatan ke i k = banyak kelas
Fci - l = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada kelas pendapatan kelas ke i
Pemerataan
pendapatan e. Pemerataan pendapatan versi
Bank Dunia YD4 = Qi-l -
40 - Pi X qi Pi – Pi-l
YD4 = Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk lapisan bawah
Qi -l = Persentase kumulatif pendapatan ke i-1 Pi = Persentase kuraulatif penduduk ke i qi = Persentase pendapatan ke i Ketimpangan
regional Indeks ketimpangan Williamson (Indeks
Ketimpangan Regional) IW =
(Yi –Y)2 fi l n
Y Tingkat kabupaten/kota
Yi = PDRB perkapita di kecamatan I
Y = PDRB perkapita rata-rata kab/kota fi = jumlah penduduk di kecamatan i
n = jumlah penduduk di kab/kota Tingkat Provinsi
Yi = PDRB perkapita di kab/kota i Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi fi = jumlah penduduk di kab/kota i
20 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013
2. Kesejahteraan Sosial
Indikator yang dipergunakan adalah:
a. Angka melek huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.
b. Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.
c. Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. d. Angka partisipasi kasar adalah
perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun,
e. Angka pendidikan yang ditamatkan adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah.
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 21 f. Angka kelangsungan hidup bayi adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1-angka kematian bayi). Angka kematian bayi dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
g. Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.
h. Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita, Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO/NCHS.
i. Persentase penduduk di atas garis kemiskinan dihitung dengan menggunakan formula (100 - angka kemiskinan). Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah
22 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak.
j. Persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan adalah perbandingan jumlah penduduk yang memiliki lahan terhadap jumlah penduduk dikali 100. k. Rasio penduduk yang bekerja adalah
perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1 - angka pengangguran).
l. Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh
aparat penegak hukum
(polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah tindak kriminal yang ditangani selama 1 tahun terhadap 10.000 penduduk.
Adapun formula yang dipakai dalam setiap pengukuran kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut:
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 23 Tabel 2. Indikator Pengukuran Kesejahteraan Sosial
3. Seni Budaya dan Olah Raga
Pengukuran kinerja dalam bidang seni budaya dan olah raga merupakan pendekatan kesejahteraan yang sifatnya berdimensi non material. Kesejahteraan dalam dimensi ini merefleksikan kesejahteraan kehidupan kolektif dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Karena sifatnya yang bersifat 2. Kesejahteraan Sosial
Pendidikan a. Angka melek huruf
b. Angka rata-rata lama sekolah
c. Angka partisipasi murni d. Angka partisipasi kasar e. Angka pendidikan yang
ditamatkan
Penduduk usia 15 th ke atas dapat baca tulis
Penduduk usia 15 th ke atas X 100
Kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yg diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan. Banyaknya murid usia 7-12, 13-15, 16-18 th
Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-18 th Banyaknya penduduk usia 7-12, 13 -15, 16 - 18 th x 100
Banyaknya murid SD, SLTP, SLTA . Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-18 th
x 100
Penduduk tamat (< SD, SD, SLTP, SLTA, Univ)
Jumlah penduduk x 100
Kesehatan f. Angka kelangsungan hidup
bayi
g. Angka usia harapan hidup h. Persentase balua gizi
buruk
(1 - angka kematian bayi) Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Jumlah balita gizi buruk
Jumlah balita
x 100
Kemiskinan i. Persentase penduduk diatas
garis kemiskinan (100 -angka kemiskinan ) Kepemilikan tanah j. Persentase penduduk yang
memiliki iahan
Penduduk memiliki Iahan
Jumlah penduduk x 100 Kesempatan kerja k. Rasio penduduk yang
bekerja Penduduk yang bekerja Angkatan kerja
Kriminalitas l. Angka kriminalitas yang
tertangani
Jumlah tindak kriminal tertangani dalam 1 tahun
24 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 abstrak, pengukuran untuk parameter ini diterjemahkan dengan pendekatan bahwa setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama dalam kehidupan seni budaya dan berolah raga. Dalam hal ini, semua hambatan terhadap akses dalam bidang ini harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari peluang yang tersedia. Beberapa indikator pengukuran parameter seni budaya dan olah raga adalah:
a. Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk. b. Jumlah gedung kesenian adalah jumlah
gedung kesenian per 10.000 penduduk. c. Jumlah klub olahraga adalah jumlah
klub olahraga per 10.000 penduduk. d. Jumlah gedung olahraga adalah jumlah
gedung olahraga per 10.000 penduduk.
Adapun formula yang dipakai dalam setiap pengukuran kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut:
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 25 Tabel 3. Indikator Pengukuran Seni Budaya dan Olah Raga
2.2.2. Peningkatan Pelayanan Publik/Umum
Menurut perspektif teori kontrak sosial, pelayanan umum merupakan dasar moral berdirinya suatu negara. Pelayanan umum dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penyediaan pelayanan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri dan/atau pihak lain, seperti swasta serta masyarakat.
Sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Uraian diatas mengisyaratkan bahwa kesejahteraan masyarakat merupakan ultimate goal dari pemberian otonomi. Sementara itu pelayanan dan pemberdayaan kepada masyarakat adalah instrumental/intermediate goal yang menjadi sasaran
3. Seni Budaya dan Olah Raga
Grup kesenian a. Jumlah grup kesenian Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk Gedung kesenian b. Jumlah gedung
kesenian Jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk Klub olahraga c. Jumlah klub olahraga Jumlah klub olah raga per 10.000 penduduk Gedung Olah Raga d. Jumlah gedung olah
26 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 dan kondisi utama bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Penerapan kualitas dalam sektor publik dalam konteks sistem pemerintahan secara konseptual dapat dipahami dari dua level yaitu makro dan mikro. Pada
level makro, penerapan kualitas dipahami sebagai
upaya perbaikan hubungan antara masyarakat dan negara. Hal ini berkaitan dengan perbaikan kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak pengguna pelayanan sebagai warga negara yang berhadapan dengan negara. Dalam konteks ini maka kualitas sering diartikan sebagai pemberian pilihan, akses, partisipasi dalam penentuan kebijakan layanan dan transparansi kepada pengguna layanan. Pada level mikro, penerapan kualitas berkaitan dengan perbaikan hubungan antara birokrasi penyedia layanan dengan pengguna layanan. Ini berkaitan dengan usaha memuaskan harapan dan kebutuhan layanan melalui perbaikan dalam proses penyedia layanan.
Untuk konteks otonomi daerah, pelayanan yang wajib diberikan pemerintah daerah sesuai pasal 22 UU No. 34 tahun 2004 sebagaimana tersebut diatas dapat dikelompokan ke dalam pelayanan langsung dan tidak langsung terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan yang bersifat langsung tersebut dapat dibedakan lagi menjadi pelayanan administratif dan pelayanan social. Menurut William knox, pelayanan minimal yang harus disediakan oleh pemerintah adalah pelayanan yang menjamin proses reproduksi sistem sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Pelayanan
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 27 minimal semacam ini berkaitan langsung dengan sarana masyarakat sebagai suatu social entity untuk mempertahankan (means of survival) dan mengembangkan daya hidupnya. Dari serangkaian kewajiban pemerintah menurut pasal 22 UU No. 34 tahun 2004, yang dimaksud pelayanan minimal adalah pelayanan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, pendidikan, kesehatan dan penyediaan fasilitas social dan fasilitas umum. Untuk jenis pelayanan terakhir ini secara minimal diartikan sebagai fasilitas yang mendukung kemampuan interaksional dan komunikasional para anggota-anggota masyarakat untuk mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan transaksi sosial dalam rangka memperkuat solidaritas cultural dan ekonomi.
Otonomi daerah memberikan peluang untuk terpenuhinya pelayanan minimal di daerah. Kewenangan yang dimiliki daerah untuk menyelenggarakan pelayanan umum sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi daerah akan mendekatkan pelayanan tersebut pada masyarakat. Dengan demikian diharapkan aspirasi masyarakat lebih terakomodir sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan umum. Sebagai salah satu prasyarat untuk mendekatkan pelayanan tersebut kepada masyarakat adalah kemudahan akses yang artinya setiap orang memiliki peluang yang sama dalam mendapatkan akses pelayanan. Dalam hal ini, semua hambatan-hambatan terhadap akses dalam pelayanan tersebut harus
28 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 diminimalisir sehingga semua orang dapat memperoleh manfaat dari peluang yang tersedia.
Merujuk pada konsepsi mengenai pelayanan minimal yang telah diuraikan diatas, maka indikator kunci dalam pengukuran kinerja di bidang pelayanan umum dalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Dasar
Indikator dalam pengukuran parameter pelayanan dasar adalah:
a. Pendidikan dasar
i. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar.
ii. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.
iii. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 29 pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
iv. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan dasar per kelas per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Disamping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran. b. Pendidikan menengah
i. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per 1,000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah.
ii. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat
30 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 pendidikan menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan menengah.
iii. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per 1.000 jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. iv. Rasio guru terhadap murid per
kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan menengah per kelas per 1.000 jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran.
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 31 v. Rasio posyandu per satuan balita adalah jumlah posyandu per 1.000 balita.
vi. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu terhadap penduduk adalah jumlah puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk.
vii. Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per 10.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk.
viii. Rasio dokter per jumlah penduduk adalah jumlah dokter per 1.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga dokter.
ix. Rasio tenaga medis per jumlah penduduk adalah jumlah tenaga medis per 1.000 penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga medis.
x. Persentase penanganan sampah adalah proporsi volume sampah
32 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 yang ditangani terhadap volume produksi sampah. xi. Persentase penduduk berakses
air bersih adalah proporsi jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Yang dimaksud akses air bersih meliputi air minum yang berasal dari air mineral, air leding/PAM, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindung dalam jumlah yang cukup sesuai standar kebutuhan minimal.
xii. Persentase luas permukiman yang tertata adalah proporsi luas area permukiman yang sesuai dengan peruntukan berdasarkan rencana tata ruang satuan permukiman terhadap luas area permukiman keseluruhan.
xiii. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 33 kabupaten/kota). Hal ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan. xiv. Rasio jaringan irigasi adalah
perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi meliputi jaringan primer, sekunder, tersier. Hal ini mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian.
xv. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk adalah jumlah ketersediaan tempat ibadah per 1.000 jumlah penduduk.
xvi. Persentase rumah tinggal bersanitasi adalah proporsi rumah tinggal bersanitasi terhadap jumlah rumah tinggal. xvii. Rasio tempat pemakaman
umum per satuan penduduk adalah jumlah daya tampung tempat. pemakaman umum per 1.000 jumlah penduduk.
xviii. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk adalah jumlah daya tampung tempat pembuangan
34 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 sampah per 1.000 jumlah penduduk,
xix. Rasio rumah layak huni adalah perbandingan jumlah rumah layak huni dengan jumlah penduduk.
xx. Rasio permukiman layak huni adalah perbandingan luas permukiman layak huni dengan luas wilayah permukiman secara keseluruhan. Indikator ini mengukur proporsi luas pemukiman yang layak huni terhadap keseluruhan luas pemukiman.
xxi. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah adalah perbandingan luas ruang terbuka hijau terhadap luas keseluruhan lahan yang diberikan HPL/HGB.
xxii. Rasio bangunan ber-IMB per satuan bangunan adalah perbandingan jumlah bangunan ber-IMB terhadap jumlah seluruh bangunan yang ada.
xxiii. Jumlah arus penumpang angkutan umum (bis/kereta api/kapal laut/pesawat udara)
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 35 yang masuk/keluar daerah selama 1 (satu) tahun.
xxiv. Rasio ijin trayek adalah perbandingan jumlah ijin trayek yang dikeluarkan selama 1 (satu) tahun terhadap jumlah penduduk.
xxv. Jumlah uji kir angkutan umum selama 1 (satu) tahun.
xxvi. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis yang diukur berdasarkan jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis.
Tabel 4. Indikator Pengukuran Pelayanan Dasar
Pelayanan Dasar Pendidikan
Pendidikan dasar: a. Angka partisipasi
sekolah
Jumlah murid usia pendidikan dasar
Jumlah penduduk usia pendidikan dasar x 1000 b. Rasio ketersediaan
sekolah/ penduduk usia sekolah
Jumlah sekolah pendidikan dasar
Penduduk usia pendidikan dasar x 10000 c. Rasio guru/murid Jumlah guru pendidikan dasar
Jumlah murid pendidikan dasar x 1000 d. Rasio guru/murid
per kelas rata-rata
Jumlah guru sekolah pendidikan dasar per kelas
Jumlah murid pendidikan dasar
x 1000 Pendidikan menengah:
e. Angka partisipasi sekolah
Jumlah murid usia pendidikan menengah
Jumlah penduduk usia pendidikan menengah x 1000
f. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
Jumlah sekolah pendidikan menengah Penduduk usia
pendidikan menengah x 10.000
g. Rasio guru terhadap murid
Jumlah guru pendidikan menengah Jumlah murid pendidikan
menengah
x 1000 h. Rasio guru terhadap
murid per kelas rata-rata
Jumlah guru sekolah pendidikan menengah per kelas Jumlah murid pendidikan menengah
36 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 Lanjutan Tabel 4.
Pelayanan Dasar
Kesehatan
i. Rasio posyandu per satuan balita j. Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per satuan penduduk. k. Rasio Rumah Sakit per
satuan penduduk l. Rasio dokter per
satuan penduduk m. Rasio tenaga medis
per satuan penduduk
Jumlah posyandu
Jumlah balita x 1000
Jumlah puskesmas, poliklinik, pustu
Jumlah penduduk x 1000
Jumlah rumah sakit
Jumlah penduduk x 1000
Jumlah dokter
Jumlah penduduk x 1000
Jumlah tenaga medis
Jumlah penduduk x 1000
Lingkungan hidup
n. Persentase penanganan sampah o. Persentase penduduk berakses air minum p. Persentase luas
permukiman yang tertata
Volume sampah yang ditangani
Volume produksi sampah x 100
Penduduk berakses air minum
Jumlah penduduk x 100
Luas area permukiman tertata Luas area permukiman
keseluruhan x 100
Sarana dan Prasarana Umum
q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik r. Rasio jaringan irigasi s. Rasio tempat ibadah
per satuan penduduk t. Persentase rumah
tinggal bersanitasi u. Rasio tempat
pemakaman umum per satuan penduduk v. Rasio tempat
pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk w. Rasio rumah layak
huni
x. Rasio permukiman layak huni
Panjang jalan kondisi baik Panjang jalan seluruhnya
Panjang saluran irigasi Luas lahan budidaya pertanian
Jumlah tempat ibadah Jumlah penduduk Jumlah rumah tinggal berakses sanitasi
Jumlah rumah tinggal x 100 Jumlah daya tampung tempat pemakaman umum
Jumlah penduduk x 1000
Jumlah daya tampung TPS
Jumlah penduduk x 1000 Jumlah rumah layak huni
Jumlah penduduk
Luas pemukiman layak huni Luas wilayah permukiman
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 37 Lanjutan Tabel 4.
2. Pelayanan Penunjang
Indikator dalam pengukuran parameter pelayanan penunjang adalah:
i. Jumlah investor merujuk pada jumlah proyek-proyek penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1 (satu) tahun.
ii. Nilai investasi merujuk pada besaran rupiah dari proyek-proyek penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1 (satu) tahun. iii. Rasio daya serap tenaga kerja adalah
perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan PMA/PMDN terhadap jumlah seluruh PMDN dan PMA.
Penanaman modal terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penataan Ruang
r. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB s. Rasio bangunan
ber-IMB per satuan bangunan
Luas ruang terbuka hijau Luas wilayah ber HPL/HGB Jumlah bangunan ber - IMB
Jumlah bangunan
Perhubungan
t. Jumlah arus penumpang angkutan umum ab. Rasio ijin trayek ac. Jumlah uji kir
angkutan umum ad. Jumlah pelabuhan
laut/udara/termin al bis
Jumlah arus penumpang angkutan umum yang masuk/keluar daerah
Jumlah ijin trayek yang dikeluarkan Jumlah penduduk Jumlah uji kir angkutan umum Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis
38 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Data bersumber dari Badan Penanaman Modal (BPM). Data PMA/PMDN yang dimaksud mengenai proyek-proyek penanaman modal yang disetujui pemerintah tidak termasuk sektor minyak, asuransi, dan perbankan.
iv. Persentase koperasi aktif adalah proporsi jumlah koperasi aktif terhadap jumlah seluruh koperasi. v. Jumlah UKM non BPR/LKM dihitung
berdasarkan jumlah yang aktif.
vi. Jumlah BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif.
Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk mengetahui fasilitas perkreditan yang diberikan pada usaha kecil menengah. Fasilitas perkreditan ini mencakup keberadaan dari jumlah koperasi aktif, jumlah UKM non BPR/LKM serta jumlah BPR/LKM. vii. Rasio penduduk ber-KTP adalah
perbandingan jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas yang ber-KTP terhadap jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas atau telah menikah. viii. Rasio bayi berakte kelahiran adalah
perbandingan jumlah bayi lahir dalam 1 tahun yang berakte kelahiran
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 39 terhadap jumlah bayi lahir pada tahun yang sama.
ix. Rasio pasangan berakte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah dalam 1 tahun yang berakte terhadap jumlah keseluruhan pasangan nikah pada tahun yang sama.
Kependudukan dan catatan sipil untuk mengetahui masalah kependudukan yang terkait dengan tertib administrasinya. Administrasi kependudukan mencakup kartu tanda penduduk (KTP), akte kelahiran, dan surat-surat nikah.
x. Angka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) per tahun adalah jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas per 1.000 jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini menggambarkan jumlah angkatan kerja dari keseluruhan penduduk.
xi. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun adalah jumlah sengketa yang terjadi per 1.000 jumlah perusahaan. Angka ini mengindikasikan hubungan antara pengusaha sebagai pemilik modal dan pekerja sebagai penyedia
jasa tenaga. Semakin tinggi sengketa antara pengusaha dengan
40 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 ketidakharmonisan yang berakibat pada penurunan investasi.
xii. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga pemerintah terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan.
xiii. Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga swasta terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan.
xiv. Rasio KDRT adalah jumlah KDRT yang dilaporkan dalam periode 1 (satu) tahun per 1.000 rumah tangga.
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak : perlu akses seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun swasta, besarnya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
xv. Persentase tenaga kerja di bawah umur adalah proporsi pekerja anak usia 5-14 tahun terhadap jumlah pekerja usia 5
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 41 tahun ke atas. Hal ini mengindikasikan masih belum ada perlindungan anak. Anak dianggap masih memiliki nilai ekonomi dan seringkali anak dieksploitasi.
xvi. Rata-rata jumlah anak per keluarga adalah jumlah anak dibagi dengan jumlah keluarga.
xvii. Rasio akseptor KB adalah jumlah akseptor KB dalam periode 1 (satu) tahun per 1000 pasangan usia subur pada tahun yang sama.
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera: untuk mengetahui tingkat partisipasi pasangan usia subur (PUS) terhadap KB. Besarnya angka partisipasi KB (akseptor) menunjukkan adanya pengendalian jumlah penduduk.
xviii. Jumlah jaringan komunikasi adalah banyaknya jaringan komunikasi baik telepon genggam maupun stasioner. xix. Rasio ketersediaan wartel/warnet
adalah jumlah wartel/warnet per 1.000 penduduk.
xx. Jumlah surat kabar nasional/lokal adalah banyaknya jenis surat kabar terbitan nasional/lokal yang masuk ke daerah.
42 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 xxi. Jumlah penyiaran radio/TV adalah banyaknya penyiaran radio/TV nasional maupun lokal yang masuk ke daerah.
Komunikasi dan informatika: media yang dapat digunakan untuk memudahkan setiap orang berkomunikasi, menambah pengetahuan serta sebagai sarana hiburan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan setiap orang berkomunikasi yakni tersedianya jaringan telepon, jumlah wartel, jumlah surat kabar, stasiun radio/TV, dan pos.
xxii. Persentase luas lahan bersertifikat adalah proporsi jumlah luas lahan bersertifikat (HGB, HGU, HM, HPL) terhadap luas wilayah daratan.
Indikator pertanahan untuk mengetahui tertib administrasi sebagai kepastian dalam kepemilikan tanah. xxiii. Rata-rata jumlah kelompok binaan
lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) adalah banyaknya kelompok binaan LPM dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah LPM.
xxiv. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK adalah banyaknya kelompok binaan
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 43 PKK dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah PKK.
xxv. Jumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dihitung berdasarkan jumlah LSM aktif.
xxvi. Jumlah perpustakaan.
xxvii. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun.
xxviii. Rasio jumlah polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk.
xxix. Jumlah Linmas per 10.000 penduduk. xxx. Rasio Pos Siskamling per jumlah
desa/kelurahan adalah perbandingan jumlah pos siskamling selama 1 (satu) tahun dengan jumlah desa/kelurahan. Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat: untuk memastikan tingkat keamanan dan ketertiban masyarakat. Ukuran yang digunakan untuk keamanan dan ketertiban masyarakat adalah rasio polisi pamong praja terhadap setiap 10.000 penduduk, jumlah Linmas setiap 10.000 penduduk serta tersedianya pos siskamling per desa/kelurahan atau sebutan lain. xxxi. Jumlah organisasi pemuda yang aktif
sampai dengan tahun pengukuran. xxxii. Jumlah organisasi olahraga yang aktif
44 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 xxxiii. Jumlah kegiatan (event) kepemudaan
dalam periode 1 (satu) tahun.
xxxiv. Jumlah kegiatan (event) olahraga dalam periode 1 (satu) tahun.
Tabel 5. Indikator Pengukuran Pelayanan Penunjang
2. Pelayanan Penunjang
Penanaman Modal a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) b. Jumlah nilai investasi
berskala nasional (PMDN/PMA) c. Rasio daya serap
tenaga kerja
Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
Jumlah tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMA/PMDN Jumlah seluruh PMA/PMDN
KUKM d. Persentase koperasi aktif
e. Jumlah UKM non BPR/LKMUKM f. Jumlah BPR/LKM
Jumlah koperasi aktif
Jumlah seluruh koperasi x 100 Jumlah UKM aktif non BPR/LKM UKM
Jumlah BPR/LKM aktif
Kependudukan dan
catatan sipil f. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk g. Rasio bayi berakte
kelahiran h. Rasio pasangan
berakte nikah
Jumlah penduduk usia > 17 yang berKTP Jumlah penduduk usia > 17 atau telah menikah Jumlah bayi lahir yang mempunyai akte kelahiran
Jumlah keseluruhan bayi lahir Jumlah pasangan nikah berakte nikah
Jumlah keseluruhan pasangan nikah
Ketenagakerjaan j Angka partisipasi angkatan kerja k. Angka sengketa
pengusaha-pekerja per tahun
Angkatan kerja 15 tahun ke atas
Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas x 100 Jumlah sengketa pengusaha pekerja
Jumlah Perusahaan x 1000 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak l. Persentase partisi-pasi perempuan di lembaga pemerintah m. Partisipasi perempuan di lembaga swasta n. Rasio KDRT o. Persentase jumlah
tenaga kerja dibawah umur
Pekerja perempuan di lembaga pemerintah
Jumlah pekerja perempuan x 100
Pekerja perempuan di lembaga swasta
Jumlah pekerja perempuan x 100
Jumlah KDRT
Jumlah rumah tangga x 100
Pekerja anak usia 5-14 tahun
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 45 Lanjutan Tabel 5.
2.2.3. Perningkatan Daya Saing Daerah
Dalam penjelasan pasal 2 ayat 3 UU No. 32 tahun 2004 disebutkan bahwa daya saing daerah merupakan kombinasi antara faktor ekonomi daerah, kualitas kelembagaan publik, sumber daya manusia dan teknologi yang secara keseluruhan membangun kemampuan daerah untuk bersaing dengan daerah lain. Peningkatan kapasitas daya saing daerah merupakan upaya untuk menumbuhkan daya saing nasional.
Porter (2002), salah satu penggagas Global Competitiveness Rangking, menyampaikan gagasan mengenai berbagai sumber daya saing daerah. Disebutkan bahwa daya saing daerah dan standard 2. Pelayanan Penunjang
KB dan KS p. Rata-rata jumlah
anak per keluarga q. Rasio akseptor KB
Jumlah anak Jumlah keluarga Jumlah akseptor KB
Jumlah pasangan usia subur x 100
Komunikasi dan
Informatika r. Jumlah jaringan komunikasi s. Rasio
wartel/warnet-terhadap penduduk t. Jumlah surat kabar
nasional/lokal u. Jumlah penyiaran
radio/TV lokal
Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner Jumlah wartel/warnet
Jumlah penduduk x 100
Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk ke daerah Jumlah penyiaran radio/TV yang masuk ke daerah
Pertanahan v. Persentase luas
lahan bersertifikat Jumlah luas lahan bersertifikat Jumlah luas wilayah x 100 Pemberdayaan
masyarakat dan desa w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdaya-an masyarakat (LPM) x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK y. Jumlah LSM
Jumlah kelompok binaan LPM Jumlah LPM
Jumlah kelompok binaan PKK Jumlah PKK Jumlah LSM yang aktif
46 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 hidup (kesejahteraan) dalam konteks wilayah ditentukan oleh produktivitas yang dicapai dengan memberdayaan sumber daya manusia, modal (capital) dan sumber daya alam suatu daerah. Ditekankan bahwa definisi dari suatu daya saing daerah adalah
produktivitas. Menurut Porter ukuran yang paling tepat
dalam mengukur daya saing daerah adalah produktivitas. Sementara produktivitas ditentukan oleh nilai barang dan jasa serta efisiensi dalam produksinya. Produktivitas dalam suatu daerah adalah sebuah reflesi atau cerminan dari pilihan yang dilakukan baik oleh perusahaan lokal maupun non lokal yang berada di lokasi (daerah) tersebut untuk melakukan aktivitas ekonomi. Produktivitas dari industri lokal adalah hal yang mendasar dan sangat penting dalam meningkatkan daya saing.
Dalam daya saing daerah dijelaskan bahwa daerah bersaing dalam menawarkan lingkungan bisnis yang paling produktif bagi kegiatann usaha. Sektor publik dan sektor swasta memainkan peran yang berbeda namun saling terkait dalam usaha menciptakan perekonomian yang produktif. Oleh karena itu, persaingan diperlukan untuk menarik atau menjaga agar para pelaku usaha tetap melakukan kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Kemampuan daerah dalam mengembangkan potensi lokal yang berkelanjutan akan terlihat dari daya saing daerah itu.
Daya saing melibatkan berbagai dimensi yang berbeda yang saling berinteraksi satu sama lain. Kompleksitas faktor-faktor pembentuk daya saing
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 47 dalam konteks daerah, yaitu daya saing suatu wilayah terlihat dari beragam indikator yang ditampilkan dalam studi yang berbeda.
Dari berbagai model pengukuran daya saing disimpulkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam mengukur daya saing terutama ditekankan pada faktor-faktor yang membentuk daya saing dan output dari kemampuan ekonomi suatu daerah. Terdapat kelompok besar indikator daya saiang yaitu perekonomian daerah, kelembagaan publik, infrastruktur dan sumberdaya manusia. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor pembentuk daya saing adalah indikator input daya saing suatu daerah dan sebagai outputnya adalah produktivitas. Hal ini karena kualitas kelembagaan publik, infrastruktur yang memadai dan sumberdaya manusia yang terdapat di daerah berpengaruh terhadap pilihan-pilihan untuk melakukan aktivitas ekonomi di daerah yang dapat berdampak pada efisiensi produk.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan infrastruktur sebagai penunjang kegiatan ekonomi tidak lagi hanya diperhitungkan dari infrastruktur fisik seperti jaringan transportasi. Terlebih dalam era keterbukaan ini, akses terhadap sistem telekomunikasi seperti jaringan internet dan telepon selular sangat berperan dalam meningkatkan efisiensi produksi. Sehingga dalam aspek infrastruktur, teknologi dapat dijadikan suatu indikator. Adapun teknologi yang menonjol dan berperan dalam meningkatkan efisiensi produksi adalah teknologi
48 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 komunikasi, disamping itu teknologi yang secara langsung digunakan dalam proses produksi.
Dalam aspek sumberdaya manusia, manusia adalah subyek dari kegiatan perekonomian daerah. Produktivitas dapat ditopang oleh kualitas sumberdaya manusianya. Adanya inovasi dan kemampuan adaptasi terhadap kondisi lingkungan global tercipta dari sumberdaya manusia yang berkualitas. Sementara sumberdaya manusia yang berkualitas dapat terbentuk sebagai outcomes dari pendidikan.
Pilihan-pilihan untuk melakukan ativitas ekonomi dapat terpengaruh oleh kualitas kelembagaan publik daerah. Ketidakprofesionalan aparatur publik daerah ditambah rantai birokrasi yang panjang dan pada akhirnya berujung pada inefisiensi akibat biaya ekonomi yang semakin tinggi. Otonomi daerah diharapkan mampu meningkatkan kualitas kelembagaan publik daerah. Pendelegasian kewenangan diyakini dapat membuat birokrat daerah semakin efisiensi dan efektif dalam menjalankan tugasnya.
Infrastruktur, sumberdaya manusia dan kualitas kelembagaan mungkin menentukan atau mempengaruhi hasil tetapi bukan menjadi bagian dari hasil tersebut. Ketiga aspek tersebut adalah faktor penjelas mengapa hasil yang diperoleh mencapai tingkat tertentu. Adapun hasilnya adalah meningkatnya perekonomian daerah. Dan sebagai hasil akhir atau outcomes dari daya saing daerah adalah meningkatnya standard hidup atau kesejahteraan masyarakat.
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 49 Dengan mempertimbangkan ketersediaan data yang ada serta keterkaitan dengan indikator pada dua parameter lain, berbagai indikator yang dapat dipergunakan dalam pengukuran daya saing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan ekonomi daerah
Indikator dalam pengukuran parameter kemampuan ekonomi daerah adalah:
a. Angka konsumsi RT per kapita adalah rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. b. Perbandingan faktor produksi dengan
produk yang menggambarkan nilai tukar petani adalah perbandingan antara indeks yang diterima (It) petani dan dibayar (Ib) petani. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, karena mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang
50 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun dasar, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi penurunan daya beli petani.
c. Persentase konsumsi RT untuk non pangan adalah proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran. d. Produktivitas daerah per sektor (9
sektor) merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9 (sembilan) sektor.
Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 51 Tabel 6. Indikator Pengukuran Kemampuan Ekonomi Daerah
2. Fasilitas wilayah/infrastruktur
Indikator dalam pengukuran parameter fasilitas wilayah/infrastruktur adalah:
a. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan panjangjalan terhadap jumlah kendaraan.
b. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum dalam periode 1 (satu) tahun.
1. Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran
konsumsi rumah tangga per kapita
a. Angka konsumsi RT
per kapita Total pengeluaran RT Jumlah anggota RT
Nilai tukar petani a. Perbandingan
faktor produksi dengan produk
NTP = indeks yang dibayar petani (Ib) indeks yangditerima petani (It) x 100
Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita
c. Persentase
Konsumsi RT untuk non pangan
Total pengeluaran RT non - pangan
Total pengeluaran x 100%
Produktivitas total
daerah d. Dihitung produktivitas
daerah setiap sektor pada 9 sektor: 1) Pertanian 2) Pertambangan dan penggalian 3) Industri pengolaha n 4) Listrik 5) Bangunan 6) Perdagangan 7) Pengangkutan dan komunikasi 8) Keuangan 9) Jasa
nilai tambah seluruh sektor per angkatan kerja Nilai tambahan sektor ke - i
Jumlah angkatan kerja dimana i = sektor 1 s/d sektor 9
52 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013 c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal dalam periode 1 (satu) tahun.
d. Ketaatan terhadap RTRW merupakan realisasi luas wilayah sesuai dengan peruntukannya dibagi dengan luas wilayah yang direncanakan sesuai dengan RTRW.
e. Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
f. Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industi terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
g. Luas wilayah kebanjiran adalah persentase luas wilayah banjir terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
h. Luas wilayah kekeringan adalah luas wilayah kekeringan terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
i. Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW.