• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Budaya

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Budaya

Budaya adalah suatu karakteristik kepercayaan dan perilaku yang telah dibentuk oleh sekelompok individu sejak dahulu (Briscoe, Schuler, & Claus, 2009). Adapun Hofstede (1991) serta Hofstede, Hofstede, & Minkov (2010) menjelaskan bawa budaya adalah suatu program pemikiran kolektif yang membedakan tiap individu antar kelompok. Lebih lanjut, Hofstede et al. menjelaskan bahwa budaya merupakan bagian dalam program pembentukan mental, sehingga perlu dipisahkan antara sifat dasar manusia dengan kepribadian individu. Budaya ada untuk dipelajari, tidak hanya sekedar diwarisi dan diperoleh dari lingkungan sosial, sehingga sifatnya bukan genetis.

Gambar 2.1

Three Levels of Uniqueness in Mental Programming

Sumber: Cultures and Organizations: Software of the Mind (Rev. 3rd ed.),

2010, hal. 6 Universal Spesific to group or category Spesific to individual Human Nature Personality Culture Inherited Learned Inherited and learned

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa budaya adalah suatu hal yang membedakan individu antar kelompok, atau antara suatu kelompok dengan kelompok yang lain. Budaya merupakan sebuah ciri khas yang melekat pada setiap bangsa yang mendiami dunia ini. Tanpa adanya budaya, maka seluruh manusia yang ada di dunia akan terkesan sama, semu, dan homogen. Budaya memberi warna dengan segala aspeknya dan mengiringi kehidupan seluruh umat manusia di dunia.

Gambar 2.1 secara jelas menunjukkan bahwa budaya merupakan suatu hal yang dipelajari dan mengacu secara spesifik pada kelompok atau kategori tertentu. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Peoples dan Bailey (1988), bahwa budaya adalah pengetahuan atau knowledge yang dipancarkan secara sosial oleh suatu kelompok atau individu. Peoples dan Bailey kemudian juga menjelaskan bahwa ada beberapa unsur budaya yang terkait dengan kehidupan manusia, yaitu:

a. Technological knowledge (pengetahuan teknis) secara umum mengacu pada pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu mengenai bagaimana cara membuat dan menggunakan peralatan (tools) untuk hidup sebagai bagian dari lingkungan sosialnya

b. Norms (norma) adalah suatu aturan ideal mengenai bagaimana sebaiknya seseorang bertindak dalam situasi tertentu

c. Values (nilai) terdiri dari beragam tujuan atau gaya hidup yang diinginkan atau bermanfaat bagi individu, kelompok, atau masyarakat sebagai suatu keseluruhan

d. Collective understanding (pemahaman kolektif) yakni kemampuan seorang individu untuk saling berinteraksi tanpa adanya keharusan untuk menjelaskan mengenai apa yang dilakukan oleh masing-masing

Unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam mengisi kehidupan manusia. Pemahaman kolektif tidak akan timbul tanpa adanya pengetahuan, demikian pula antara norma dan nilai yang saling beriringan dalam membentuk perilaku manusia.

Budaya erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa adanya kehadiran manusia yang lain. Dengan kodrat tersebut, maka manusia perlu menemukan kelompok dalam kehidupan sosialnya sebagai suatu cara untuk bertahan hidup. Kelompok yang dimaksud tentunya adalah kelompok yang terbentuk akibat adanya suatu kesamaan tertentu. Berdasarkan pemahaman tersebut, Hofstede et al. (2010) kemudian merumuskan lapisan budaya yang berdasarkan kelompok-kelompok sosial, yang terdiri dari:

a. National level, mengacu pada kebangsaan atau kewarganegaraan b. Regional / ethnic / religious & linguistic affiliation level,

sebagaimana suatu negara atau bangsa terdiri dari kelompok-kelompok budaya / etnis / agama dan bahasa yang berbeda

c. Gender level, mengacu pada keadaan tiap orang, yakni terlahir sebagai pria atau wanita

d. Generation level, suatu tingkat yang membedakan antar generasi, yakni antara yang lebih muda dengan yang lebih tua

e. Social class level, diasosiasikan dengan tingkat pendidikan dan profesi seseorang

f. Organizational or corporate level, mengacu pada cara seorang karyawan bersosialisasi dengan lingkungan kerjanya

Tiap lapisan tersebut saling terkait dalam membentuk sistem sosial yang berkembang di masyarakat. Tiap individu tidak hanya terkonsentrasi pada satu kelompok saja, namun juga terlibat dalam kelompok yang lain. Namun demikian, hubungan antar kelompok sosial tersebut tidak selalu harmonis. Contohnya saja, antara gender values dapat bertentangan dengan generation values dan religious values yang kurang bisa ditempatkan dalam

organizational values.

Dalam perkembangan literatur mengenai budaya, terdapat berbagai dimensi yang telah dipaparkan oleh para praktisi terdahulu. Adapun penjelasan mengenai berbagai dimensi tersebut telah dirangkum oleh Hofstede (2011), yaitu:

1. Edward T. Hall

a. High-context cultures (mayoritas informasi bersifat implisit) b. Low-context cultures (hampir semua informasi bersifat eksplisit) 2. Talcott Parsons dan Edward Shils

a. Affectivity (membutuhkan kepuasan) versus affective neutrality

(pengendalian perasaan)

b. Self-orientation versus collectivity-orientation

c. Universalism (menerapkan standar umum) versus particularism

d. Ascription (menilai orang berdasarkan apa yang terlihat) versus

achievement (menilai orang berdasarkan apa yang dilakukan) e. Specificity (membatasi hubungan pada lingkup tertentu) versus

diffuseness (tidak ada batasan dalam hubungan dengan siapapun) 3. Florence Kluckhohn dan Fred Strodtbeck

a. Evaluasi mengenai perilaku manusia atau human nature (evil -

mixed - good)

b. Hubungan manusia dengan alam atau natural environtment

(subjugation - harmony - mastery)

c. Orientasi pada waktu atau time (toward past - present - future) d. Orientasi pada aktivitas atau activity (being - being in becoming -

doing)

e. Hubungan di antara orang-orang atau relationships among people

(linearity, i.e., hierarchically ordered positionscollaterality, i.e., group relationshipsindividualism)

4. Mary Douglas

a. Group atau inklusi – klaim dari kelompok atas anggota

b. Grid atau klasifikasi – sejauh mana interaksi tunduk pada peraturan

Berbagai dimensi di atas tentunya diperoleh dari pengamatan mendalam yang dilakukan oleh para praktisi. Pengamatan yang dilakukan terhadap perilaku manusia tersebut pada akhirnya melahirkan beragam dimensi yang membantu dalam memahami budaya.

Hingga kini, budaya umumnya diidentikkan dengan seni dan tradisi. Banyak orang yang jika ditanya mengenai pengertian budaya, maka secara otomatis akan menjawabnya dengan menyebutkan bermacam-macam kesenian dan tradisi. Padahal sejatinya, seni dan tradisi merupakan aspek-aspek yang terkandung dalam budaya. Budaya itu sendiri sifatnya sangat kompleks dan memiliki banyak aspek. Gambar 1.1 telah menunjukkan pemahaman mengenai hal ini secara sederhana. Budaya tidak hanya sekedar apa yang terlihat saja, namun juga mencakup apa yang tidak terlihat. Contohnya saja, pola pikir masyarakat Eropa tentu berbeda dengan masyarakat Asia. Pun begitu dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh tiap bangsa, juga termasuk dalam budaya. Dengan pesatnya perkembangan zaman, tiap individu perlu lebih memahami hakikat budaya, khususnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu dilakukan agar batasan-batasan budaya tiap bangsa tetap terjaga dan tidak tergerus oleh modernitas yang senantiasa berkembang.