• Tidak ada hasil yang ditemukan

YANG MERUGIKAN PIHAK DILUAR PERSEROAN

D. Business Judgment Rule

Selain doktrin duty of care, di Amerika Serikat juga dianut doktrin lain yang disebut business judgment rule. Berdasarkan prinsip fiduciary duty, maka sebagai organ perseroan yang menjalankan kegiatan usaha sebagaimana maksud dan tujuan perseroan, direksi tentu dihadapkan kepada resiko bisnis. Risiko itu

terkadang berada di luar kemampuan maksimal direksi. Oleh karena itu, “untuk

melindungi ketidakmampuan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan manusia, maka direksi dilindungi oleh doktrin business judgment rule”.96

Menurut Gunawan Widjaya, “Konsep business judgment rule mencegah pengadilan-pengadilan mempertanyakan pengambilan keputusan usaha oleh direksi yang diambil dengan itikad baik tanpa kepentingan pribadi dan keyakinan yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa mereka telah mengambil suatu

keputusan yang menguntungkan perseroan”.97

Berlakunya doktrin ini telah memberikan kelegaan, karena duty of care telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam para anggota direksi perseroan di Amerika Serikat.98 Doktrin putusan bisnis (business judgment rule) ini

merupakan suatu doktrin yang mengajarkan bahwa suatu putusan direksi mengenai aktifitas perseroan tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun, meskipun

96

Ibid, hlm. 46

97

Gunawan Widjaya, Op Cit., hlm. 37

98

putusan tersebut kemudian ternyata salah atau merugikan perseroan, sepanjang putusan tersebut memenuhi syarat sebagai berikut:99

a. Putusan sesuai hukum yang berlaku; b. Dilakukan dengan itikad baik;

c. Dilakukan dengan tujuan yang benar (proper purpose);

d. Putusan tersebut mempunyai dasar-dasar yang rasional (rasional basis); e. Dilakukan dengan kehati-hatian (due care) seperti dilakukan oleh orang yang

cukup hati-hati pada posisi serupa;

f. Dilakukan dengan cara yang layak dipercayainya (reasonable belief) sebagai yang terbaik (best interest) bagi perseroan.

Dengan demikian, berbeda (tetapi tidak bertentangan) dengan doktrin- doktrin lain yang lebih memberatkan direksi, seperti doktrin fiduciary duty, due care, skill and prudence, gugatan derivatif, priecing the corporate veil, ultra vires dan sebagainya. Dengan demikian doktrin business judgment rule ini lebih memihak kepada direksi, tetapi masih dalam koridor hukum perseroan yang umum bahwa pengadilan dapat melakukan penilaian (scrutiny) terhadap setiap putusan dari direksi, termasuk putusan bisnis yang sudah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) , sepanjang untuk memutuskan apakah putusan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku atau tidak.

99

Munir Fuady, IV, Doktrin-doktrin Modern Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 198

Konsep business judgment rule, yang berasal dari Amerika ini, mencegah pengadilan-pengadilan di Amerika untuk mempertanyakan pengambilan keputusan usaha oleh direksi, yang diambil dengan itikad baik, tanpa kepentingan pribadi, dan keyakinan yang dapat dipertanggung jawabkan bahwa mereka telah mengambil suatu keputusan yang menguntungkan perseoran.100

Dalam Black’s Law Dictionary, business judgment rule adalah “rule immunizes management form liability I n corporate transaction under taken within power of corporation and authority of management where there is reasonable basis to indicate that transaction was made with due care and in good faith”.101

Jadi business judgment rule secara tradisonal, juga dikonsep untuk melindungi kepentingan anggota direksi dari pertanggung jawaban diambilnya keputusan usaha tertentu yang mengakibatkan kerugian bagi perseroan. Selanjutnya oleh Salomon dikutip pertimbangan pengadilan dalam perkara Gries Sports Enterprises, Icn. V. Cleveland Browns Football Co., Inc. 469 NE 2nd 959 (Ohio 1986) dimana:102

The business judgment rule is a principle of corporate governance that has been part of the common law for at least one hundred five years. It has traditionally operated as a shield to protect directors from liability from liability for their decisions. If the directors are entitled for the protection of the rule then the court should not interfere with or second-guess their

100

Lipton and Herzberg, Op Cit., hlm. 336

101Black’s Law Dictionary

6th ed, hlm. 200

102

Lewis D. Salomon, Donald E. Schwarzt, Jeffry D. Bauman, And Elliot J. Weiss, Corporation Law and Policy Materials and Problems, 4th ed, St. Paul, (Minn: West Group, 1998), hlm. 685

decisions. If the directors are not entitled to the protection of the rule, then the court scrutinize the decisions as to its intrinsic fairness to the corporation and the corporation’s minority stakeholders. The rule is reputable presumption that the directors are better equipped then the court to make business judgment and that the directors acted without self- dealing or personal interest and exercised reasonable diligence and acted with good faith. A party challenging a board of directors bears the burden of rebutting the presumption that the decision was a proper exercise of the business judgment of the board”.

Oleh Salomon selanjutnya juga dikatakan bahwa Delaware Supreme Court menyatakan bahwa business judgment rule melibatkan dual hal, yaitu proses dan substansi. Sebagai protes, business judgment rule melibatkan formalitas pengambilan keputusan dalam perseroan. Sedangkan sebagai substansi, business judgment rule menjawab pertanyaan “whether the complaints state a claim waste of assets, i. e. what the corporation has received is so inadequate in value that no person of ordinary, sound business judgment would deem it worth that which the coporation gas paid”.103

Kriteria untuk mengukur tanggung jawab setiap Direksi adalah business judgment rule, artinya seorang direksi tidak bertanggung jawab jika dia melaksanakan tugasnya dengan memperhatikan prinsip-prinsip “due care”, “good faith”, dan mempunyai “rational basis” terhadap keputusan-keputusan bisnis.

Diberlakukannya doktrin ini karena di antara semua pihak dalam perseroan, sesuai dengan kedudukannya selaku direksi, maka pihak direksilah yang paling berwenang dan paling professional untuk memutuskan apa yang terbaik dilakukan untuk perseroannya, sementara jika putusan bisnis dari direksi

103

terjadi kerugian bagi perseroan, sampai batas-batas tertentu masih dapat ditoleransi mengingat tidak semua bisnis mendapat untuk. Dengan perkataan lain, perseroan harus juga menanggung resiko bisnis, termasuk resiko kerugian.104

Karena itu, direksi tidak dapat dimintakan tanggung jawabnya hanya karena alasan kerugian perseroan. Direksi tidak dapat dimintakan tanggung jawabnya hanya karena adanya tindakan yang termasuk ke dalam kategori miscalculation atau mismanagement.105

Business judgment rule merupakan pertimbangan bisnis (business judgment) para anggota direksi tidak dapat ditantang (diganggu gugat) atau ditolak oleh pengadilan atau oleh pemegang saham. Para anggota direksi tidak dapat dibebani tanggung jawab atas akibat-akibat yang timbul karena diambilnya suatu pertimbangan bisnis (business judgment) oleh angota direksi yang bersangkutan, sekalipun apabila pertimbangan itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu. Business judgment ruleadalah “a presumption than in making a business decision, the directors of corporation acted on an informed basis in good faith and in a honest belief that the action was taken in the best interest of the company”.106

Selanjutnya dikatakan bahwa bentuk perbuatan-perbuatan dan pertimbangan bisnis apa saja yang tidak dilindungi oleh business judgment rule

104

Munir Fuady, Op Cit., hlm. 198

105

Ibid, hlm. 199

106Sutan Remy Sjahdeni, “

Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris” dalam jurnal Hukum Bisnis, Volume 14, Juli 2001, hlm. 101

sangat penting diketahui oleh masyarakat dan hakim. Apabila kita mempelajari putusan-putusan pengadilan Amerika Serikat, maka dapat diketahui, ternyata pengadilan-pengadilan itu tidak seragam dalam merumuskan pengecualian- pengecualian dari business judgment rule tersebut.

Beberapa pengadilan berpendapat bahwa pertimbangan (judgment) seseorang anggota direksi tidak dapat diganggu kecuali apabila pertimbangan (judgment) tersebut didasarkan atas suatu kecurangan (fraud), atau menimbulkan benturan kepentingan (conflict of interest), atau merupakan perbuatan yang melanggar hukum (illegality). Sementara itu beberapa pengadilan yang lain berpendapat bahwa, seorang direktur yang dalam mengambil pertimbangan telah menimbulkan kerugian bagi perseroan, tidak dilindungi oleh business judgment rule, jika kerugian tersebut adalah akibat kelalaian berat (gross neglicence) anggota direksi yang bersangkutan.107

Perlindungan business judgment rule dikatakan tidak berlaku bagi anggota direksi perseroan, jika dalam transaksi yang dilakukan oleh direksi, diketahui bahwa direksi tersebut telah berupaya untuk mengendapkan kepentingan pribadinya, atau telah terdorong untuk membuat syarat-syarat transaksi yang dilakukannya demi kepentingan pribadinya. Dengan demikian judgment yang

diambilnya itu tidak dapat dikatakan sebagai “discretionary exercise of power on behalf of the corporation” yang merupakan tindakan yang mengandung kecurangan (fraud), dan benturan kepentingan (conflict of interest).

107 Ibid

Terhadap pelanggaran berlakunya business judgment rule, dalam hal terdapat perbuatan yang melanggar hukum (illegality exceptions), maka

shareholder’s derivative suits can be a useful supplement to the enforcement activities of public prosecutors and regulatory agencies”.108 Dari penjelasan yang diberikan tersebut sepintas tampak bahwa doktrin business judgment rule menyisihkan kekuatan berlakunya doctrine of care, dimana praktis semua pengadilan di Amerika Serikat sepakat bahwa anggota direksi tidak harus bertanggung jawab atas kerugian perseroan, apabila anggota direksi dalam mengambil suatu pertimbangan (judgment) diketahui telah melakukannya dengan itikad baik. Namun kebanyakan pengadilan juga berpendapat bahwa tidak seharusnya para anggota direksi itu bertindak sembrono (act negligently) atau melakukan kelalaian yang berat (act in a grossly negligently way). Bila halnya demikian, maka anggota direksi yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas kerugian perseroan yang telah ditimbulkannya.109

108 Ibid 109

BAB III

BENTUK PERTANGGUNG JAWABAN DIREKSI ATAS LAPORAN