• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Fakta Material dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik Para investor, khususnya investor professional dan investor institusional

DAN PERATURAN BAPEPAM NOMOR VIII.G

G. Penentuan Fakta Material dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik Para investor, khususnya investor professional dan investor institusional

selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya. Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang mengandung fakta material. Pasal 1 butir 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan:

“Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan

relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek atau keputusan pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut”

Selanjutnya Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996 dan Peraturan Nomor X.K1 menyatakan:

Informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan

b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting e. Produk atau penemuan baru yang berarti

f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang h. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang

i. Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material j. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting

k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan.

l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan lain n. Penggantian wali amanat

o. Perubahan tahun fiscal perusahaan

Kepercayaan terhadap informasi menjadi standar penentuan informasi material. Dengan demikian kepercayaan investor terhadap sesuatu informasi yang dapat mempengaruhi harga, masuk dalam kategori material. Berdasarkan ini, fakta material mencakup seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham yang dipercaya investor dapat mempengaruhi harga saham. Ukuran penentuan fakta material berdasarkan kepercayaan ini menjadi test, sekaligus memperkaya ketentuan terminologi fakta material. Dalam peraturan pasar modal yang berlaku sekarang di Indonesia, disebutkan bahwa fakta material ditentukan oleh sesuatu yang dapat mempengaruhi investor untuk melakukan investasi, tanpa membuat kualifikasi bobot investor dan unsur kepercayaan investor.183

Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif mempunyai kewajiban menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan

183

Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001), hlm.72

mengumumkannya kepada investor.184 Laporan keuangan ini terdiri dari laporan

tahunan dan laporan tiap semester. Dengan laporan keuangan berkala ini Bapepam melakukan fungsi pengawasan dengan terus memonitor kesehatan keuangan emiten. Laporan keuangan secara berkala penting bagi investor, mengingat laporan ini terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan lain-lain. Laporan keuangan harus mengandung informasi yang akurat dan dapat diperkirakan (predictability) sehingga menjamin uang itu bergerak kepada mereka yang bisa menggunakannya lebih efektif. Namun, pelaksanaan laporan keuangan secara berkala di pasar modal Indonesia belum memadai sebagaimana yang diharapkan, sebab masih banyak emiten yang terlambat dan belum menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam.185 Keterlambatan atas penyampaian laporan tersebut merupakan

pelanggaran prinsip keterbukaan. Pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan Pasal 63 butir e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.

Di Indonesia, standar pemeriksaan keuangan perusahaan di pasar modal sebagai dasar penerapan pertanggung jawaban akuntan yang melakukan pemeriksaan keuangan masih belum cukup. Sedangkan premasalahan berkenaan

184

Pasal 28 ayat 1 butir a, UUPM

185

Laporan berkala tersebut adalah Laporan Keuangan Tahunan (LKT) yang tata cara pelaksanaan penyampaiannya diatur dalam Peraturan Bapepam No. X.K.2 tentang kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang menyebutkan “LKT harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal tahun buku terakhir”

dengan standar akuntansi tersebut paling perlu untuk mendapat perhatian. Penekanan terhadap permasalahan standar akuntansi itu sesuai dengan adanya pernyataan yang berkembang pada sekitar pemberlakuan standar akuntansi bagi perusahaan go public. Peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang mengatur mengenai kewajiban emiten untuk melakukan keterbukaan kondisi keuangan emiten kepada public yang berlaku di Indonesia masih perlu diperinci secara cuukup. Masalah tersebut perlu diatasi, mengingat standar akuntansi sangat menentukan dalam penentuan telah terjadi pernyataan menyesatkan dalam laporan keuangan. Di samping itu masalah laporan keuangan tersebut berkaitan pula dengan standar fakta material sebagai penentuan telah terjadi pernyataan menyesatkan.

Pada umumnya pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan terdiri dari pernyataan menyesatkan yang disebabkan adanya misrepresentation. Dalam pandangan hukum pasar modal pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan tersebut dikategorikan sebagai penipuan (fraud). Pelanggaran prinsip keterbukaan, yaitu pernyataan menyesatkan dalam bentuk misrepresentation, dapat terjadi apabila ada pernyataan yang secara jelas tidak sesuai dengan fakta. Artinya, pernyataan tersebut tidak benar sesuai dengan fakta dan terdapat suatu gambaran yang salah atau gambaran yang diterima oleh investor tersebut menciptakan suatu kondisi yang berlainan dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh sebab itulah mispresenation adakalanya disebut juga dengan misstatement, yaitu suatu perbuatan yang membuat pernyataan yang salah, khususnya berkaitan dengan data

internal yang dapat menyesatkan bagi investor. Selain itu, pernyataan menyesatkan juga dapat muncul karena adanya omission, yaitu perbuatan penghilangan informasi fakta material, baik dalam dokumen-dokumen maupun dalam perdagangan saham. Dengan demikian pelanggaran prinsip keterbukaan dalam bentuk pernyataan menyesatkan harus dipertanggung jawabkan secara hukum.

Dalam konteks pelaksanaan keterbukaan keuangan perusahaan publik atau emiten, dapat dipastikan bahwa laporan keuangan emiten tersebut harus mengungkapkan informasi-informasi keuangan tertentu dan informasi lainnya yang dianggap relevan oleh investor dalam menetapkan putusannya untuk membeli atau menjual saham. Dalam hal ini, salah satu tipe penyampaian informasi yang bias digugat adalah pernyataan yang salah, khususnya menyangkut data internal perusahaan yang dapat menyesatkan investor potensil yang rasional.

Laporan keuangan berlandaskan pada sistem keterbukaan wajib yang harus dilaksanakan setiap perusahaan publik atau emiten wajib mengungkapkan segala informasi yang mengandung fakta material. Kewajiban itu sesuai dengan ketentuan Pasal 1 butir 25 Undang-Undang Pasar Modal disebutkan, bahwa

prinsip keterbukaan adalah “pedoman umum yang mensyaratkan emiten,

perusahaan public, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut”.

Berkenaan dengan fakta material dalam keterbukaan yang diwajibkan telah

ditentukan dalam Pasal 1 butir 7 UUPM yang menyebutkan bahwa “informasi

atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas

informasi atau fakta tersebut”.

Penentuan informasi yang mengandung fakta material selalu, bahkan sudah lama menjadi bahan perdebatan dalam pelaksanaan keterbukaan. Sementara itu, kunci dari ada tidaknya pernyataan menyesatkan adalah ditentukan oleh apakah yang diungkapkan merupakan fakta material dan kunci ada tidaknya pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan tergantung juga pada ada tidaknya informasi fakta material yang dipalsukan atau mispresentation dan omission. Tepatlah pendapat yang mengatakan bahwa fakta material adalah nafas berjalannya keterbukaan.

BAB IV