DAN PERATURAN BAPEPAM NOMOR VIII.G
A. Pengaturan Tanggung Jawab Direksi Dalam Perseroan Terbatas.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi a Terhadap Pemegang Saham
Direksi sebagai pemegang fiduciary duties dari perseroan, direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dengan itikad baik demi kepentingan dan tujuan perseroan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Jika
direksi lalai atau bersalah dalam kapasitasnya sebagai pemegang fidusiary duties dari perseroan maka direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi. Kesalahan atau kelalaian dari direksi dalam melaksanakan kewajibannya memberikan hak kepada pemegang saham untuk:
Atas nama perseroan, yang mewakili jumlah 1/10 (satu per sepuluh) pemegang saham perseroan melakukan gugatan, untuk dan atas nama perseroan, terhadap direksi perseroan, yang atas kesalahan atau kelalaiannya telah menerbitkan kerugian kepada perseroan123
Secara sendiri-sendiri melakukan gugatan langsung, untuk dan atas nama pribadi pemegang saham terhadap direksi perseroan, agar setiap keputusan atau tindakan direksi perseroan yang merugikan pemegang saham (gugatan pribadi pemegang saham).
Dari kedua hak pemegang saham tersebut di atas, hak yang pertama lebih dikenal dengan istilah derivative action, dimana seorang atau lebih pemegang saham diberikan hak untuk mengajukan gugatan terhadap direksi yang lalai atau salah dalam melakukan kepengurusannya dalam kapasitasnya sebagai pemegang fiduciary duties.124 Berbeda dengan hak pemegang saham yang kedua yakni
gugatan pribadi dari pemegang saham dimana pemegang saham karena kepentingannya yang dirugikan akibat kelalaian/kesalahan setiap anggota direksi. Sementara dalam derivative action gugatan yang diajukan terhadap tindakan
123
Pasal 97 ayat 6 UUPT
124
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal.43
direksi yang melanggar fiduciary duties dan merugikan kepentingan perseroan.125
Pemegang saham tidak dapat mengajukan derivativeaction dalam hal:
Obyek gugatannya adalah tindakan atau perbuatan anggota direksi yang telah mendapat pengesahan dari RUPS.
Pengajuan derivative action terhadap tindakan atau perbuatan direksi yang dominan dan memegang kendali dalam perseroan walaupun tindakan atau perbuatan direksi tersebut tidak dapat disahkan oleh RUPS.
b. Terhadap pihak diluar perseroan
Tugas dan pertanggung jawaban direksi terhadap pihak ketiga terwujud dalam kewajibannya untuk melakukan disclousure (keterbukaan) atas segala informasi yang berhubungan dengan perseroan. Direksi bertanggung jawab renteng terhadap pihak ketiga atas perbuatan hukum yang dilakukan direksi untuk dan atas nama perseroan selama pendaftaran dan pengumuman belum dilakukan.126 Pertanggung jawaban renteng direksi juga berlaku apabila informasi
yang diberikan dalam laporan keuangan tidak benar atau menyesatkan kecuali dapat dibuktikan bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya.127
Tanggung jawab direksi terhadap pihak ketiga juga bersifat tanggung renteng dalam hal terjadi kepailitan perseroan karena kelalaian atau kesalahan direksi dan
125
Ibid., hal.44
126
Pasal 14 ayat 1 UUPT
127
harta kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutupi kerugian.128 Jadi dapat
disimpulkan bahwa terhadap pihak diluar perseroan, pertanggung jawaban direksi adalah tanggung renteng untuk menanggung kerugian pihak ketiga.
1. Tugas dan tanggung jawab direksi kepada pihak ketiga
Tugas dan tanggung jawab direksi perseroan terhadap pihak ketiga terwujud dalam kewajiban direksi untuk melakukan keterbukaan (disclosure) terhadap pihak ketiga atas setiap kegiatan perseroan, yang dianggap dapat mempengaruhi kekayaan perseroan.
Kewajiban-kewajiban tersebut antara lain termuat dalam:129
1) Pasal 37 ayat (3) UUPT, dalam hal perseroan ingin melakukan pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Pasal 45 ayat (2) UUPT, dalam hal perseroan ingin melakukan pengurangan atas modal dasar, modal dikeluarkan maupun modal disetor dari perseroan. 3) Pasal 127 ayat (2) UUPT, dalam hal ini perseroan bermaksud untuk
melakukan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan; 4) dan bagi;
(a) perseroan yang di bidang usahanya berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat;
(b) perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan hutang; (c) perseroan terbuka;
128
Pasal 104 ayat 2 UUPT
129
Direksi perseroan diwajibkan untuk menyerahkan hasil perhitungan tahunan perseroan untuk diperiksa oleh akuntan publik sebelum perhitungan tahunan tersebut disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Dan segera setelah disahkan oleh rapat, diumumkan untuk kepentingan pihak ketiga. Khusus untuk Perseroan Terbatas Terbuka, direksi perseroan juga diwajibkan untuk mengumumkan setiap maksud dan rencana penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) .
Ketentuan dalam pasal-pasal tersebut di atas tidak menutup adanya kemungkinan permintaan pemberian dan atau keterangan mengenai perseroan oleh pihak ketiga yang berkepentingan, berdasarkan pada perjanjian antara para pihak. Dalam hal-hal demikian tersebut di atas, direksi berkewajiban untuk memberikan data atau keterangan secara benar dan akurat.
2. Pertanggung jawaban dalam hal terjadi pemberian keterangan yang tidak benar dan atau menyesatkan.
Sebagai kewajiban untuk melakukan keterbukaan, direksi bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan keakuratan setiap data dan keterangan yang disediakan olehnya kepada publik (masyarakat) ataupun pihak ketiga berdasarkan perjanjian. Jika terdapat pemberian data atau keterangan secara tidak benar dan atau menyesatkan, maka seluruh anggota direksi (dan atau komisaris) harus bertanggung jawab secara tanggung renteng atas setiap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, sebagai akibat dari pemberian data atau keterangan yang tidak
benar atau menyesatkan tersebut; kecuali dapat dibuktikan bahwa keadaan turut terjadi bukan karena kesalahannya.130
3. Tanggung jawab renteng antara sesama anggota direksi perseroan
Sifat pertanggung jawaban (renteng) antara para anggota direksi dapat dibaca dari rumusan Pasal 14, Pasal 37 ayat (3), Pasal 69 ayat (3), dan Pasal 104 ayat (2) UUPT. Secara umum tanggung jawab direksi dapat dibedakan dalam :
a. tanggung jawab internal yang meliputi tugas dan tanggung jawab direksi terhadap perseroan dan pemegang saham perseroan; dan
b. tanggung jawab eksternal, yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab direksi kepada pihak ketiga yang berhubungan hukum langsung maupun tidak langsung dengan perseroan.
c. tanggung jawab internal direksi terhadap perseroan dan pemegang saham perseroan. 131
Setiap kesalahan atau kelalaian anggota direksi dalam melaksanakan kewajibannya tersebut di atas memberikan hak kepada pemegang saham perseroan untuk:
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, yang mewakili jumlah sepersepuluh pemegang saham perseroan melakukan gugatan, untuk dan atas nama perseroan terhadap direksi perseroan, yang atas kesalahan dan kelalaiannya telah menerbitkan kerugian kepada perseroan (derivative action).132
130
Prinsip keterbukaan ini merupakan bagian dari akuntabilitas direksi sebagai organ yang wajib melaksanakan duty of loyalty and good faith oleh karena hanya direksilah yang berhak dan berwenang untuk bertindak memenuhi kewajiban perseroan. Bandingkan dengan ketentuan Pasal 92 ayat (1) jo. Pasal 92 ayat (2) UUPT dengan ketentuan Pasal 97 ayat (5) UUPT.
131
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaya, Op Cit., hlm. 122 – 123
132
Secara sendiri-sendiri melakukan gugatan langsung, untuk dan atas nama pribadi pemegang saham terhadap direksi perseroan yang merugikan pemegang saham.
4. Tanggung jawab eksternal direksi terhadap pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan perseroan
Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa selain tanggung jawab terhadap perseroan dan pemegang saham perseroan, direksi perseroan juga bertanggung jawab terhadap pihak ketiga atas setiap perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama perseroan. Perlindungan bagi pihak ketiga ini dapat kita temukan dalam Pasal 14 UUPT secara jelas menyatakan bahwa direksi bertanggung jawab secara renteng atas kelalaiannya dalam melaksanakan kewajiban pendaftaran dan pengumuman yang diisyaratkan. Ketentuan mengenai pertanggung jawaban direksi terhadap pihak ketiga juga dapat ditemui dalam ketentuan Pasal 69 ayat (3) UUPT, mewajibkan direksi untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas setiap ketidak benaran informasi yang disampaikan oleh perseroan terhadap pihak ketiga; dan Pasal 104 ayat (2) UUPT, dalam hal terjadinya kepailitan yang disebabkan oleh kesalahan dan atau kelalaian direksi.
Rumusan yang diberikan dalam UUPT tersebut bertujuan untuk menegaskan kembali fungsi direksi sebagai suatu organ (dan bukan masing- masing pribadi anggota direksi) yang berkewajiban untuk dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan, sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan
dalam UUPT dan atau anggaran dasar.133 Dalam hal direksi terdiri dari 2 anggota
direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) .134 Apabila Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tidak menetapkan
pembagian tugas dan wewenang pengurusan, maka pembagian tugas dan wewenang pengurusan anggota direksi ditetapkan berdasarkan keputusan direksi.
Pengurusan perseroan oleh direksi atau anggota direksi wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Dalam hal direksi terdiri atas 2 (dua) anggota direksi atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi.135 Dengan
pertanggung jawaban renteng ini diharapkan dapat terjadi saling mengawasi di antara sesama anggota direksi perseroan atas setiap perbuatan direksi yang dapat merugikan, baik perseroan, pemegang saham perseroan, maupun pihak ketiga yang beritikad baik.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa meskipun UUPT memberikan ketentuan berupa sanksi perdata yang sangat berat kepada setiap anggota direksi perseroan atas setiap kesalahan atau kelalaiannya; namun pelaksanaan pemberian sanksi ini sendiri sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, selama anggota direksi
133
Pasal 92 ayat (2) UUPT
134
Pasal 92 ayat (5) UUPT
135
yang bersangkutan bertindak sesuai dengan dan tidak menyimpang dari aturan main yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Para pemegang saham perseroan maupun pihak ketiga yang merasa dirugikan oleh tindakan direksi harus membuktikan apakah memang benar kerugian tersebut sebagai akibat kesalahan dan atau kelalaian direksi.
c. Terhadap semua anggota direksi
Antar sesama anggota direksi sifat pertanggung jawabannya adalah
tanggung renteng. Dalam pasal 98 ayat 2 UUPT menyatakan bahwa “dalam hal
anggota direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi kecuali ditentukan lain dalam Anggaran
Dasar”. Dalam Pasal 98 ayat 2 UUPT memberikan wewenang bagi setiap anggota
direksi untuk mewakili perseroan bagi pihak di luar perseroan untuk kepentingan perseroan. Tetapi pemberian wewenang sebagai wakil perseroan terhadap setiap anggota direksi tidak mempengaruhi pertanggung jawaban renteng antar anggota direksi tersebut karena UUPT memilih sistem perwakilan kolegial. Jika seorang anggota direksi berwenang mewakili perseroan berarti anggota direksi tersebut berhubungan dengan pihak di luar perseroan, sementara sifat pertanggung jawaban direksi terhadap pihak di luar perseroan adalah renteng. Sehingga dalam kapasitasnya sebagai wakil perseroan terhadap pihak di luar perseroan setiap anggota direksi bertanggung jawab renteng satu sama lain karena sepanjang tindakan yang dilakukan oleh setiap anggota direksi untuk kepentingan dan tujuan
perseroan maka setiap anggota direksi tidak dapat dimintakan pertanggung jawaban secara pribadi. Maka setiap anggota direksi menjadi controller satu dengan yang lainnya walaupun dalam prakteknya fungsi control sulit dilakukan. Perseroan terbatas menganut prinsip presumsi bersalah (presumption of guilty) bagi semua anggota direksi artinya hukum menganggap semua anggota direksi bertanggung jawab tanggung renteng atas seluruh kerugian pihak lain, tanggung jawab berlaku atas segala perbuatan yang dilakukan direksi untuk dan atas nama perseroan walaupun anggota direksi tersebut tidak ikut melakukan bahkan mengetahui tindakan yang dilakukan oleh anggota direksi lainnya.
Tugas dan pertanggung jawaban Direksi kepada perseroan dan pemegang saham perseroan telah dimulai sejak perseroan memperoleh status badan hukum, sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Pasal 13 ayat (1). Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal ditertibkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 ayat (4) UUPT. Perseroan didirikan dengan akta notaris, dimana akta pendirian ini memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan pendirian perseroan.136
Untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan, para pendiri mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri
136
permohonan pengesahan badan hukum perseroan, pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 ayat (3) UUPT. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri Hukum dan HAM menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum perseroan yang ditandatangani secara elektronik.137
Apabila terjadi perubahan anggaran dasar, maka perubahan tersebut ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) . Acara perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam panggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) . Perubahan anggaran dasar tertentu harus dapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM, yang meliputi:138
A. Nama perseroan dan/atau tempat kedudukan perseroan; B. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan; C. Jangka waktu berdirinya perseroan;
D. Besarnya modal dasar;
E. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau
F. Status perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbatas atau sebaliknya Perubahan anggaran dasar di atas dimuat dan dinyatakan dalam akta notaris dan cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM. Perubahan anggaran dasar mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum dan HAM mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar..
137
Pasal 9 ayat (1) jo. Pasal 10 ayat (6) UUPT
138
Sesuai ketentuan Pasal 24 ayat (1) UUPT, perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya telah memenuhi kriteria sebagai Perseroan Publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, wajib mengubah anggaran dasarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf f dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terpenuhi kriteria tersebut. Direksi perseroan pendaftaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Daftar perseroan diselenggarakan oleh Menteri, yang diumumkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia:139
a) Akta pendirian perseroan beserta Keputusan Menteri tentang perolehan status badan hukum perseroan;
b) Akta perubahan anggaran dasar perseroan beserta Keputusan Menteri;
c) Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya oleh Menteri.
Pengumuman dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia dilakukan oleh Menteri dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak diterbitkannya Keputusan Menteri tentang status badan hukum perseroan dan perubahan anggaran dasar atau sejak diterimanya pemberitahuan mengenai perubahan anggaran dasar.140
139
Pasal 30 ayat (1) UUPT
140
Selain itu Direksi juga diwajibkan untuk menyelenggarakan dan memelihara:141
1. Daftar pemegang saham perseroan yang berisikan keterangan mengenai kepemilikan saham dalam perseroan oleh para pemegang saham.
Daftar pemegang saham memuat segala macam informasi yang ada mengenai kepemilikan saham dalam perseroan, pengalihan hak maupun penjaminan yang mungkin diberikan atas saham-saham tersebut.142 Daftar
pemegang saham memuat sekurang-kurangnya: (1) Nama dan alamat pemegang saham;
(2) Jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham;
(3) Jumlah yang disetor atas setiap saham;
(4) Nama dan alamat dari orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran tersebut; (5) Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain.
Daftar tersebut harus dipelihara oleh direksi dan menjadi dasar pemanggilan terhadap pemegang saham perseroan untuk hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan, termasuk menentukan status kepemilikan, penguasaan, dan hak-hak yang melekat pada diri pemegang saham
141
Gunawan Widjaya, Op Cit., hlm. 59
142
tersebut, tetapi tidak terbatas pada hak untuk hadir dan bersuara dalam rapat, hak untuk menerima deviden dan hak-hak lainnya yang diberikan oleh Undang- Undang Perseroan Terbatas kepada pemegang saham, maupun dalam rangka pengalihan dan penjaminan saham tersebut, dengan memperhatikan kepentingan pihak ketiga.143
2. Daftar khusus yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris perseroan beserta keluarganya atas setiap saham yang dimiliki oleh mereka dalam perseroan maupun pada perseroan-perseroan terbatas lainnya.144
Untuk lebih meningkatkan kualitas perseroan dalam melaksanakan fungsinya secara baik, Pasal 50 ayat (2) UU Perseroan Terbatas mewajibkan perseroan untuk menyelenggarakan suatu daftar khusus pemegang saham yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham dari anggota direksi dan atau komisaris perseroan beserta keluarganya pada perseroan tersebut dengan tujuan untuk memperkecil pertentangan kepentingan yang mungkin terbit dalam rangka kepemilikan saham tersebut. Dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus tersebut tercatat juga setiap perubahan kepemilikan saham.
3. Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Risalah Rapat Direksi Perseroan.145
143
Ahmad Yani dan Gunawan WIdjaya, Op Cit., hlm. 106
144
Pasal 50 ayat (2) UUPT.
145
Direksi melakukan kepengurusan atas Perseroan Terbatas, dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan tersebut, untuk kepentingan dan dalam mencapai tujuan perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam melaksanakan kepengurusan terhadap perseroan tersebut, direksi tidak hanya bertanggung jawab terhadap perseroan dan para pemegang saham perseroan; melainkan juga terhadap setiap pihak ketiga yang berhubungan hukum, baik langsung maupun tidak langsung dengan perseroan.146