• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2013

Sumber: Bidang KIA & Gizi, Dinkes Kab. Kep. Anambas, 2013

Pada grafik di atas, cakupan pelayanan kesehatan pada anak balita di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2013 sebesar 9,8%. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar 44,3%.

i. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat

Masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan, dan masalah gizi.

Penjaringan kesehatan sangat perlu dilakukan terhadap siswa sekolah dasar atau setingkat agar dapat mengetahui masalah kesehatan yang dialami siswa tersebut dan dapat melakukan penanganan sedini mungkin.

GAMBAR XX

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA

MENURUT KECAMATAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2013

Sumber: Bidang KIA & Gizi, Dinkes Kab. Kep. Anambas, 2013

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa cakupan tertinggi pada pelayanan kesehatan pada siswa sekolah dasar dan setingkat adalah kecamatan Siantan Timur yaitu sebesar 141,3%. Sementara di Kecamatan Jemaja Timur memiliki cakupan pelayanan kesehatan pada siswa sekolah dasar paling rendah yaitu sebesar 67.8%.

71,8 44,3 44,3 9,8 0 20 40 60 80 2010 2011 2012 2013 % Tahun 90,6 90,3 87,7 89,3 92,9 67,8 141,3 90,9 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Siantan Jemaja Palmatak Siantan Timur Siantan Selatan Jemaja Timur Siantan Tengah KAB. KEP. ANAMBAS

j. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk remaja melalui pendekatan yang menyenangkan, memperlakukan remaja dengan tangan terbuka, dan menghargainya, menjaga kerahasiaan, serta peka akan kebutuhan yang terkait dengan kesehatannya yang dijalankan secara efektif & efisien. Tujuan khusus dari PKPR antara lain:

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat;

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja.

Layanan kesehatan diberikan secara komprehensif, dengan penekanan pada langkah promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan psikososial dengan pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS). Konseling merupakan ciri khas dari PKPR, dimana konseling di berikan oleh tenaga kesehatan yang terampil, ramah dan berwawasan. Tenaga kesehatan juga melaksanakan kegiatanKIE ke sekolah dan kelompok-kelompok remaja lainnya melalui penyuluhan atau Focus Group Discussion (FGD).

k. Pelayanan Kesehatan Pada Kasus Terhadap Anak (KTA)

Dampak globalisasi, perkembangan teknologi, pengaruh negative media massa mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai sosial budaya dimana masyarakat terbiasa dengan pola hidup konsumtif dan individual. Disisi lain kemiskinan yang belum teratasi, rendahnya tingkat pendidikan orangtua, banyaknya anak dalam keluarga serta bencana alam yang banyak terjadi di Indonesia merupaan faktor pemicu terjadinya peningkatan tindakan kekerasan terhadap anak baik fisik, mental, seksual maupun penalantara.

Pengertian kekerasan terhadap anak (WHO) adalah semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun secara emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi, komersial atau lainnya, yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggungjawab.

Upaya penanganan di bidang kesehatan adalah menyediakan akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang terdiri dari pelayanan di tingkat dasar melalui puskesmas maupun tatalaksana kekerasan terhadap anak dan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di rumah sakit untuk penanganan kasus rujukan. Puskesmas mampu melakukan tatalaksana kekerasan terhadap anak dalam memberikan pelayanan penanganan gawat darurat, konseling, medikolegal dan rujukan (medis dan psikososial). Pelayanan terpadu di rumah sakit menangani pelayanan spesialistik yang melaliui IGD, perawatan, medikolegal dan psikososial (bantuan hokum dan perlindungan sosial bagi anak melalui panggilan telepon pada saat diperlakkan).

l. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti

Kelompok umur remaja merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan (usia 14-18 tahun). Masalah kesehatan yang dialami anak jalanan terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Kondisi anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal yang sehat dan aktivitas dijalanan menyebabkan mereka renan terhadap gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, diare, kulit dan lain sebagainya. Secara psikologis, anak jalanan memiliki konsep diri negative, tidak atau kurang percaya diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain dan emosi yang tidak stabil. Kondisi ini menyebabkan mereka mudah terpengaruh orang lain dan cenderung berperilaku antisocial (berkelahi, mencuri, merampas, menggunakan Narkoba dan menjalankan bisnis NAPZA dan berperilaku seks bebas). Selain itu, anak dapat mengalami berbagai bentuk eksploitasi fisik dan seksual terutama oleh orang dewasa hingga kehilanan nyawa, sehingga timbl masalah kesehatan yang terkait kesehatan reproduksi seperti Infeksi Menular Seksual (IMS/PMS) dan HIV/AIDS.

Upaya penanganan dibidang kesehatan bagi anak terlantar/anak jalanan meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative melalui pendekatan pada kelompok-kelompok sasaran seperti dip anti anak terlantar/anaka jalanan, shelter, rumah singgah dan lain-lain. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas bekerjasama dengan unsure dari sector terkait dan LSM di wilayah kerjanya serta masyarakat lainnya.

m. Pelayanan Kesehatan Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Lapas/Rutan

Masalah kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat hampir seluruhnya berkaitan dengan rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi emaja, rendahnya kualitas kesehatan lingkungan dan tidak kondusifnya kondisi lingkungan psikososial seperti bullying. Masalah kesehatan yang dialami Anak yang berhadapan dengan Hukum (ABH) di lapas/rutan antara lain penyakit kulit (scabies), TB, HIV & AIDS, NAPZA dan sanitasi lingkungan.

Upaya penanganan di bidang kesehatan bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) di lapas/rutan meliputi aspek promotif, preventif, kiuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan di poliklinik Lapas/Rutan atau melalui sistem pelayanan kesehatan yang ada yaitu pelayanan strata pertama (Puskesmas) dan pelayanan rujukan (rumah sakit).

n. Pelayanan Kesehatan Anak Penyandang Cacat Melalui Program UKS di Sekolah Luar Biasa (SLB)

Anak berkelainan/anak dengan kecacatan merupakan anak yang paling rentan terhadap masalah kesehatan karena lebih beresiko mendapat kekerasan dari orangtua/lingkungannya akibat dari kelainan/kecacatan tersebut. Mereka juga mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan gizi karena ketidakmampuananak dalam kebersihan perorangan (kebersihan mulut, alat reproduksi dan lainnya).

Upaya penanganan di bidang kesehatan bagi anak penyandang cacat dilaksanakan secara komprehensif, diutamakan pada upaya pengobatan dan pemulihan kesehatan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan. Paket program yang dilaksanakan bersifat responsive terhadap permasalahan kesehatan anak dengan kecacatan dapat mengantisipasi kebutuhan sesuai proses tumbuh kembang anak.

Kriteria Puskesmas membina kesehatan anak penyandang cacat adalah puskesmas yang melakukan pembinaan kesehatan anak penyandang cacat melalui program UKS yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Kegiatannya meliputi penyuluhan PHBS, kesehatan reproduksi, gizi, kesehatanlingkungan, pencegahan penularan penyakit dengan menggunakan media yang dapat dimengerti anak, imunisasi, pengobatan dan rehabilitasi. Pada kondisi anak dengan kecacatan yang membutuhkan pelayanan rujukan dapat dilakukan rujukan kuratif dan rehabilitative ke Puskesmas atau langsung ke rumah sakit.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dirancang pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Pelayanan KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada konsumen pada kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan jenjang pelayanan. Pelayanan keluarga berencana meliputi pemilihan alat Kontrasepsi, pelayanan aborsi yang aman (bila diperlukan untuk kesehatan ibu) dan kesehatan ibu. Pelayanan tambahan meliputi pencegahan penyakit kelamin termasuk AIDS, KB untuk ibu menyusui, perawatan setelah aborsi, diagnosis dan penobatan infeksi saluran reproduksi, pelayanan pengaduan tentang kesuburan dan Pap-smear. Fasilitas pelayanan KB professional dapat bersifat teknik statis atau mobile (TKBK, Pusling) dan diselenggarakan oleh tenaga professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat kesehatan. Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan yang terpencil. Fasilitas pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna. Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi seperti kondom, obat vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek samping, dan berupaya rujukan. Tenaga pelaksanannya minimal perawat kesehatan atau bidan yang dilatih.

Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang menggunakan alat kontasepsi, cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jeis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi berusia 15-49 tahun berstatus menikah.

GAMBAR XX

CAKUPAN PESERTA KB AKTIF BERDASARKAN METODE KONTRASEPSI

Dokumen terkait