• Tidak ada hasil yang ditemukan

San Jose, California, Amerika Serikat

Dalam dokumen Laporan Akhir TOD Jabodetabek Ibnu (Halaman 46-50)

2.4 Best Practice Pengembangan Kawasan Berbasis Transit

2.4.6 San Jose, California, Amerika Serikat

San Jose, California, terletak pada suatu pusat yang dulunya merupakan lembah pertanian, terdapat banyak petak tersisa sebagai lahan produksi pertanian. San Jose tumbuh menjadi kota terpopulasi ketiga di California, sebagai hasil pembangunan perumahan dan lingkungan perumahan pada tahun 1950-an. Bahkan pada tahun 1990an masih dapat ditemui kantung lahan sebagai pertanian di daerah suburban. Salah satu sisa terakhir dari masa lalu San Jose sebagai kawasan pertanian adalah 20 Ha lahan sebelah Ohlone-Chynoweth Station. Lahan ini kemudain menjadi proyek perumahan berbasis transit pada akhir tahun 1990an, menyediakan kebutuhan perumahan untuk multifamily dan perumahan terjangkau (affordable housing).

Lahan tersebut dikuasai oleh VTA (Santa Clara Valley Transportation Authority) ketika mengembangkan sistem transit untuk menghubungkan San Jose, Santa Clara, Sunnyvale, Milipitas, dan Mountain View. Pada awalnya VTA menguasai setengah lahan

tersebut. Setengah lahan lainnya dikuasai oleh Cilker Orchards. Cilker telah menguasai lahan tersebut yang kemudian lahan tersebut dijadikan ruang terbuka publik, rumah sakit, perkantoran, atau bahkan didonasikan sebagai lahan perumahan. Cilker kemudian berkolaborasi dengan VTA untuk mengembangkan lahan tersebut dalam kerangka kerja yang jelas dan pasti. VTA kemudian melakukan joint development untuk mengembangkan lahan di sekitar Ohlone-Chynoweth Station.

Singkatnya setelah Kota San Jose meluncurkan Housing Initiative Program, VTA menyelesaikan light rail system sepanjang 21 mil dan 30 stasiun dan kemudian mulai mencari partner joint development. VTA telah memisahkan dari pemerintah county pada tahun 1995 dan bergabung dengan CMA lokal, oleh karena itu VTA mengambil tanggung jawab untuk meminimalisasi lalu lintas dan menganalisis dampak dari guna lahan lokal terhadap sistem transportasi regional. Kerangka kerja VTA untuk joint development Ohlone-Chynoweth dimaksudkan untuk memandu pengembangan baik kavling VTA maupun kavling Cilker dengan menyediakan informasi penting lahan sambil memperbolehkan developer untuk mendesain proyek. Proyek ini kemudian berkembang, lebih diutamakan, menjadi penyediaan perumahan terjangkau bagi penduduk di sekitar stasiun.

Pada stasiun Ohlone-Chynoweth, proyek pengembangan berbasis transit telah menghabiskan investasi sebesar $31,6 juta termasuk $14,5 juta obligasi, $10,5 juta pajak kredit, $5,2 juta pinjaman dari kota untuk mendukung perumahan terjangkau, $824,000 dana dari federal, $500,000 hibah dari Affordable Housing, dan $350,000 dana dari negara bagian.

Dalam pengembangan Ohlone-Chynoweth Station terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk pengembangan kawasan berbasis transit sebagai berikut :

• Perumahan terjangkau untuk multifamily dapat membantu untuk memulai perumahan multifamily dalam pasar real estate.

• Memasukan komunitas dari get-go.

• Menyeimbangkan kebutuhan dari seluruh pengguna atau pemilik. • Mengimplementasikan strategi lahan parkir komperehensif. • Melokasikan pertokoan pada lokasi yang strategis.

• Kemitraan inovatif public-private for profit ¬dan nonprofit bermanfaat dalam arena pengembangan kawasan berbasis transit.

• Proyek pengembangan kawasan berbasis transit memiliki implikasi secara regional. 2.4.7 Singapura

Sebagai model untuk pengembangan kota modern di Asia, Singapura dikenal dengan transportasi publik yang efisien, rencana guna lahan yang efektif, dan pembangunan perumahan yang berkualitas. Pola pertumbuhan perkotaan Singapura telah dipengaruhi moda unik perencanaan dan pembangunan dari kota baru serta integrasi guna lahan dengan MRT. Konsep dari ring-shaped city dan prinsip dari transit-oriented pada pembangunan kota baru diinisiasi pada Concept Plan pertama di tahun 1971. Pada rencana tersebut telah termasuk rencana pengembangan 3 jalur paralel transit pada empat koridor pengembangan dengan konsentrasi pada pusat kota, pusat wilayah, sub pusat, dan kota baru pinggiran. Hal ini menghasilkan desentralisasi pada pola pengembangan perkotaan dimana muncul bentuk linier dan radial pada saat ini. Sistem transit yang ada di Singapura direncanakan dan dibangun oleh perusahaan individu dan banyak jalur transit cenderung overlap antara satu sama lain dan berkonsentrasi sekitar zona perkotaan pada area pusat perkotaan. Pada awalnya, sistem transit yang berkembang di Singapura adalah trem gas, trem elektrik, rickshaw, trishaw, bullock cart dan bus.

Sejak tahun 1960 hingga 1970, kendaraan bermotor menawarkan alternatif menarik dikarenakan buruknya jasa transportasi publik. Berkembangnya kendaraan bermotor dikarenakan pemerintah lebih konsentrasi pada penciptaan perumahan dan pekerjaan sehingga isu transportasi publik dikesampingkan. Oleh karena itu, baru pada pertengahan 1970an, perencanaan sistem transit publik dilakukan oleh pemerintah. Walau demikian, prinsip pengembangan berbasis transit tidak termasuk dalam perencanaan perumahan rakyat selama periode yang sama.

Rencana yang digunakan pada tahun 1970an memiliki konsep desentralisasi. Oleh karena itu, penggunaan kendaraan pribadi meningkat sekitar tahun 1970an dan adanya urgensi penyediaan transportasi publik oleh pemerintah. Sistem MRT direncanakan oleh pemerintah namun tidak terimplementasi dan pembangunan baru dimulai pada akhir 1980an dimana area penangkapan (catchment area) telah cukup

ada saat ini di Singapura dipengaruhi oleh Concept Plan yang dikembangkan pada tahun 1970, dimana didorong oleh strategi desentralisasi pertumbuhan perkotaan sepanjang koridor transit untuk mengurangi kemacetan pada pusat perkotaan.

Revisi

Concept Plan

1970 dilakukan pada tahun 1991, yang dikenal dengan

Constellation Plan

, merupakan

follow-up

aksi pemerintah dari tahun 1970 untuk realisasi pola cincin dan radial untuk koridor perkotaan. koridor inimenghubungkan secara hirarkis untuk titik-titik pengembangan perkotaan dari

central business

district

(CBD), pusat wilayah, dan sub pusat wilayah.

Proses pertumbuhan perkotaan yang terjadi di Singapura merupakan salah satu bentuk dimana pemerintah berperan aktif dalam perencanaan dan implementasi. Hal ini dibuktikan dengan realisasi rencana pengembangan dengan pola melingkar telah terlaksana sebelum dan sesudah pengembangan jalur pertama dan kedua MRT. Di sisi lain, pembangunan perumahan rakyat secara desentralisasi telah meratakan kepadatan populasi di titik-titik dan koridor pengembangan. Pemerintah memainkan peran kunci untuk perencanaan dan eksekusi transportasi publik, perumahan, dan struktur pekerjaan masyarakat melalui badan perencanaan publik seperti

Housing and Development Board

dan

Urban Redevelopment Authority

.

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT

Dalam dokumen Laporan Akhir TOD Jabodetabek Ibnu (Halaman 46-50)

Dokumen terkait