• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian ASI Eksklusif

2.1.5 Cara Kerja Menyusui

Dengan memahami proses menyusui, akan dapat ditentukan apa yang terjadi serta langkah penyelesaian masalah menyusu.

a. Anatomi Payudara

Puting dan kulit berwarna gelap disekelilingnya yang di sebut areola. Pada areola ada kelenjar-kelenjar kecil yang di sebut “kelenjar montgomery”yang mengeluarkan cairan berminyak untuk menjaga kulit tetap sehat. Didalam payudara ada alveoli, yang berbentuk kantong-kantong kecil terdiri dari “sel-sel pembuat ASI”. Ada jutaan alveoli. Hormonprolaktin merangsang sel-sel alveoli tersebut memproduksi ASI.

Di sekeliling alveoli terdapat sel-sel otot, yang dapat berkontraksi dan memerah ASI keluar. Hormon oksitosin membuat sel-sel otot tersebut berkontraksi. Pembuluh kecil atau duktus, mengalirkan ASI keluar dari alveoli. Di bawah areola, pembuluh-pembuluh tersebut melebar, dan membentuk sinus-sinus laktiferus, dimana ASI mengumpul untuk persiapan satu kali menyusui. Pembuluh-pembuluh tersebut menyempit lagi ketika melewati puting. Alveoli dan duktus ini dikelilingi penyangga dan lemak. Lemak dan penyangga ini memberikan bentuk pada payudara menyebabkan perbedaan antara payudara

besar dan kecil. Payudara besar dan kecil mempunyai jaringan kelenjar dalam jumlah yang sama banyaknya sehingga keduanya menghasilkan cukup banyak ASI.

b. Hormon Prolaktin

Ketika bayi menyusui pada payudara rangsangan sensorik mengalir dariputing susu ke otak. Sebagai reaksi, bagian depan (anterior) kelenjar pituitary di dasar otak mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel untuk memproduksi ASI. Sebagian besar hormon prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit setelah proses menyusui, jadi hormon ini membuat payudara memproduksi ASI untuk proses menyusui “berikutnya”. Untuk proses menyusui saat ini, bayi menghisap ASI yang sudah tersedia di dalam payudara.

Cara untuk meningkatkan pasokan ASI adalah bila bayi menyusui lebih banyak maka payudara ibu akan lebih banyak menghasilkan ASI. “lebih banyak menyusui lebih banyak produksi ASI”. Kebanyakan ibu dapat memproduksi ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi. Bila seorang ibu mempunyai dua bayi dan keduanya menyusu, payudaranya akan memproduksi ASI untuk dua bayi. Bila bayi kurang menyusu, payudara memproduksi ASI lebih sedikit. Bila bayi berhenti menyusu, payudara segera berhenti memproduksi ASI.

c. Refleks Oksitosin

Ketika bayi menyusu payudara, rangsangan sensorik dari puting dikirim ke otak. Sebagai reaksi, bagian belakang kelenjar pituitary di dasar otak

mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara dan merangsang sel-sel otot di sekeliling alveoli berkontraksi. Kontraksi ini membuat ASI yang terkumpul di dalam alveoli mengalir melalui pembuluh menuju sinus-sinus laktiferus. Kadang-kadang ASI mengalir keluar payudara. Hal ini disebut “refleks oksitosin” atau refleks pengeluaran ASI.

Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin. Hormon ini menyebabkan pengeluaran ASI pada waktu proses menyusui. Oksitosin dapat mulai berfungsi sebelum bayi menghisap bila ibu memikirkan akan menyusui. Bila reflek oksitosin ibu tidak berfungsi dengan baik, bayi dapat mengalami kesulitan memperoleh ASI. Tampaknya seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal sebenarnya payudara memproduksi ASI namun ASI tidak mengalir keluar.

d. Membantu dan Menghambat Refleks Oksitosin

Perasaan yang positif misalnya perasaan senang, nyaman dan puas bila ibu bersama bayinya, merasa percaya diri bahwa ASI-nya adalah yang terbaik untuk bayinya dapat membantu refleks oksitosin bekerja dan ASI akan mudah mengalir keluar. Sensasi-sensasi seperti menyentuh atau menatap bayinya, atau mendengar bayinya menangis juga dapat membantu refleks oksitosin. Sebaliknya perasaan kurang nyaman misalnya rasa sakit, khawatir atau ragu bahwa ibu tidak punya cukup ASI akan menganggu refleks oksitosin dan menghentikan ASI mengalir. Untungnya refleks ini hanya sementara. Refleks oksitosin menjelaskan dua “butir kunci” tentang perawatan ibu dan bayi:

1. Seorang ibu perlu berada dekat bayinya sepanjang waktu, sehingga ia dapat melihat, menyentuh dan meresponnya. Hal ini membantu tubuh ibu menyiapkan diri untuk menyusui dan membantu pengeluaran ASI. Bila ibu terpisah dari bayinya di antara waktu menyusui, refleks oksitosin mungkin tidak bekerja dengan baik.

2. Perasaan ibu penting sekali membuat ibu merasa baik dan membangun rasa percaya diri untuk membantu ASI keluar dengan lancar. Apabila perasaan khawatir atau membuat ibu tidak percaya diri tidak dapat memberikan ASI. Ibu sering menyadari adanya refleks oksitosin tersebut. Beberapa tanda reflek soksitosin sedang berfungsi aktif dapat di ketahui antara lain :

1. Sensari diperas atau gelenyar (tingling sensation) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung. 2. ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar

bayinya menangis.

3. ASI menetes dari payudara sebelah, bila ibu menyusu pada payudara lainnya.

4. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui. 5. Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi

keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama kelahiran bayi. 6. Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwaASI

Bila ada satu atau lebih tanda atau sensasi tersebut, maka refleks oksitosin aktif.

e. Zat Penghambat (Inhibitor) dalam ASI

Kadang-kadang payudara berhenti menghasilkan ASI, sementara payudara satunya terus menghasilkan ASI-meskipun oksitosin dan prolaktin sama-sama mengalir kedua payudara. Ada satu zat dalam ASI yang dapat mengurangi atau “mencegah” (inhibit) produksi ASI. Bila ada banyak ASI tertinggal di dalam satu payudara, zat pencegah atau inhibitor tersebut menghentikan sel-sel pembuat ASI agar tidak memproduksi lagi. Penghentian ini membantu melindungi payudara yang di dalamnya masih tertinggal banyak ASI dari bahaya efek kepenuhan. Hal ini juga diperlukan bila bayi meninggal atau berhenti menyusu untuk alasan lainnya. Bila ASI dikeluarkan, baik melalui hisapan bayi atau diperah, inhibitor juga turut dikeluarkan.

Payudara akan memproduksi ASI lagi bila bayi berhenti menyusu dari satu payudara, payudara tersebut berhenti memproduksi ASI. Bila bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dibanding payudara satunya. Agar satu payudara terus menghasilkan ASI, maka ASI yang ada di dalamnya harus dikeluarkan, bila bayi tidak dapat menyusu dari salah satu atau keduannya, “ASI harus dikeluarkan dengan cara diperah” untuk memungkinkan produksi ASI berlanjut. Catatan yang harus diperhatikan adalah yang mengendalikan produksi ASI, mengendalikan produksi hormone prolaktin, reflek soksitosin dan zat

inhibitor didalam payudara adalah “hisapan bayi mengendalikan semuanya, hisapan bayilah yang membuat payudara menghasilkan ASI”. Agar ibu mengasilkan cukup ASI, bayinya harus sering menyusu dengan cara benar. f. Refleks-refleks pada Bayi

Ada tiga refleks utama pada bayi yaitu : 1. Refleks mencari puting (reflex “Rooting”)

Ketika ada sesuatu menyentuh bibir atau pipi, bayi akan membuka mulut dan menggerakkan kepala untuk menemukannya. Bayi menggerakkan lidah kebawah dan kedepan ini di sebut refleks rooting (mencari puting). Biasanya yang dicari adalah payudara.

2. Refleks menghisap

Ketika ada sesuatu menyentuh langit-langit mulutnya, bayi mulai menghisap. 3. Refleks menelan

Ketika mulutnya terisi ASI, bayi akan menelannya. Semua refleks yang terjadi secara otomatis tanpa bayi harus belajar melakukannya (Depkes RI, 2007).

2.1.6. Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif yang Merupakan

Dokumen terkait