• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dilihat dari aspek perkembangan kognitif–bahasa, kemampuan mental anak usia dini berada pada tahap pra-operasional menuju pra-operasional konkret. Anak memiliki kemampuan mental untuk berpikir tentang sesuatu dan menyelesaikan permasalahan dengan pemikiran, karena telah dapat memanipulasi objek-objek simbolik. Anak mampu membedakan secara jelas antara fantasi dan realitas serta mampu menggunakan pemikiran untuk memberikan penilaian atau membuat keputusan. Aktivitas mental terfokus pada hal yang nyata, objek-objek yang dapat diukur oleh

peristiwa-peristiwa. Anak membutuhkan kesempatan untuk mengeksplorasi, berpikir tentang sesuatu, menggunakan simbol kata nomor untuk melambungkan objek dan hubungan antara objek, serta berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang dewasa.

Kualitas kemampuan kognisi yang dimilki anak ialah: (a) desentrasi (decentration), yakni memahami masalah yang berhubungan dengan waktu; (b) sensitivitas transformasi (sensitivity of transformation), yaitu memerhatikan dan mengingat secara signifikan objek serta menyimpan ingatan dalam waktu yang lama; dan (c) reversibilitas (reversibility) atau langkah awal memecahkan masalah dengan cara membayangkan kembali kondisi nyata permasalahan.

Keterampilan kognitif yang dimiliki pada tahap perkembangan ini adalah: klasifikasi, konservasi, merangkai/ mengurut/membandingkan, memahami perbedaan waktu, memahami hubungan tempat dan ruang, mengorganisasi dan mengingat informasi, negasi, identifikasi, kompensasi, serta membuat hipotesis sederhana. Anak memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman.

Perkembangan bahasa ditandai dengan pemben-daharaan kata yang bertambah. Anak memahami arti atau makna kata, menggunakan dan membuat kata berstruktur, menggunakan dua bahasa dengan pemahaman masing-masing, memahami pandangan orang lain, melakukan komunikasi/percakapan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta menggunakan kekuatan komunikasi.

Unsur penunjang pengembangan kecerdasan setiap anak lahir dengan potensi tertentu dan kebutuhan perkembangan yang perlu dipenuhi. Selain kebutuhan akan gizi dan kesehatan, anak memerlukan lingkungan yang memberinya berbagai kesempatan dan kemungkinan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Perkembangan sesudah tahun pertama ditandai oleh beberapa proses-proses yang fundamental. Tanda esensial, dalam perkembangan usia 1-4 tahun, yaitu:

1. Pada permulaan periode ini, anak bisa duduk, berdiri, dan berjalan dengan bantuan. Selanjutnya anak dapat meloncat, memanjat, merangkak di bawah meja dan kursi, dapat melakukan gerakan-gerakan yang kasar dan halus dengan tangan.

2. Pada usia 4 tahun, tangan dan mata mulai bekerja sama dalam koordinasi yang baik. Pada usia ini, tangan merupakan alat untuk mengadakan eksplorasi keliling. 3. Pada usia 4 tahun, anak sudah dapat mengambil bagian

secara aktif dalam percakapan di rumah, dan berkomunikasi dengan teman-teman sebaya.

4. Pada akhir periode ini, anak sudah mengerti nama-nama benda dan dapat menanyakan nama benda yang belum diketahuinya.

5. Anak sudah mengerti ruang dan waktu. Ia mulai mengerti perbedaan siang dan malam.

6. Mulai ada pengertian akan norma-norma melalui kata-kata “baik”, “buruk”, “tidak boleh”, “jangan”, dsb.

7. Anak sudah dapat membuat rencana, memikirkan apa yang akan dilakukannya.

8. Adanya keinginan bergaul bersama orang dewasa, dan mampu untuk bermain bersama dengan teman sebaya dan memperhatikan aturan-aturan yang ada. (Prof. Dr. F.J. Monks dan Prof. Dr. A.M.P. Knoers dalam Prof. Dr. Siti Rahayu Haditono).

Syamsu Yusuf (2004:156) menjelasknan bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga akan sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan pada keluarga tersebut. Bila anak diasuh dengan menggunakan pola yang mengarahkan pada pribadi yang sehat mental maka anak akan cenderung memiliki mental yang sehat.

Pola Sikap atau Perlakuan Orang Tua terhadap Anak Prasekolah

Pola perilaku orang tua

Perilaku orang tua

Profil tingkah laku anak

Overprotection Kontak yang berlebihan dengan anak; perawatan /pemberian bantuan kepada anak dengan terus-menerus, meskipun anak sudah mampu merawat dirinya sendiri; mengawasi kegiatan anak secara berlebihan; memecahkan masalah anak

Perasaan tidak aman, agresif dan dengki, mudah gugup, melarikan diri dari kenyataan, sangat tergantung, ingin menjadi pusat perhatian, bersikap menyerah, lemah dalam ”ego strength”, aspirasi dan toleransi terhadap frustasi, kurang mampu mengendalikan emosi, menolak tanggung jawab, kurang percaya

Pola perilaku orang tua

Perilaku orang tua

Profil tingkah laku anak

peka terhadap kritik, bersikap ”yes men”, egois/selfish, suka bertengkar,

troublemaker (pembuat

onar), sulit dalam bergaul, mengalami ”homesick” Premissiveness Memberikan kebebasan untuk berpikir (berusaha), menerima gagasan atau pendapat, membuat anak merasa diterima dan merasa kuat; toleran dan memahami kelemahan anak; cenderung lebih suka memberi yang diminta anak daripada menerima

Pandai mencari jalan keluar, dapat bekerja sama, percaya diri, penuntut dan tidak sabaran.

Rejection Bersikap masa bodoh; bersikap kaku; kurang mempedulikan kesejahterakan anak; menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak. Agresif; subnissive (kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut; sulit bergaul; pendiam; sadis.

Pola perilaku orang tua

Perilaku orang tua

Profil tingkah laku anak

perhatian dan cinta kasih kepada anak; menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah;

mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak; bersikap respek terhadap anak; mendorong anak untuk menyatakan perasaan/pendapatnya ; berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya.

bersahabat, royal, emosinya stabil, ceria dan bersikap optimis, mau menerima tanggung jawab, jujur, dapat dipercaya, memiliki perencanaan yang jelas untuk mencapai masa depan, bersikap realistik.

Domination Mendominasi anak Bersikap sopan dan sangat hati-hati; pemalu, penurut, inverior dan mudah bingung, tidak bisa bekerjasama.

Subnission Senantiasa

memberikan sesuatu yang diminta anak; membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah.

Tidak patuh; tidak bertanggung jawab; agresif dan teledor; bersikap otoriter; terlalu percaya diri.

Pola perilaku orang tua

Perilaku orang tua

Profil tingkah laku anak Punitiveness/ overdiscipline Mudah memberikan hukuman; menanamkan kedisiplinan secara keras

Implusif; tidak dapat mengambil keputusan; nakal; sikap

bermusuhan atau agresif.

Orangtua dan masyarakat mendambakan anak pra sekolah yang cerdas, sehat, bermoral, berbudi pekerti luhur, ceria, mandiri, dan kreatif. Untuk tercapainya harapan itu maka perlu diupayakan beberapa faktor sebagai berikut:

1. Unsur Penunjang Pengembangan Kecerdasan

Panca indra: Panca indra perlu dirangsang agar anak memiliki ketajaman dan kemampuan mendeferensiasikan berbagai rangsang.

Otot-otot: Anak perlu diberi kebebasan bergerak guna mengembangkan kemampuan gerakan kasar dan mengendalikan koordinasi geraknya.

Rasa ingin tahu: Rasa ingin tahu merupakan kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi bahkan oleh anak prasekolah sekalipun. Mereka menyatakannya melalui gerak isyarat maupun pertanyaan. Oleh karena itu orangtua dan pengasuh harus tanggap sehingga dapat memberikan rangsangan yang tepat.

Bahasa: Ada empat tugas perkembangan bicara yang perlu diperhatikan pengembangannya yaitu mengerti pembicaraan oranglain, menyusun dan menambah pembendaharaan kata, menggabungkan kata menjadi kalimat, serta pengucapan yang baik dan benar.

Inteligensi: Bila sejak dini seorang anak dilatih belajar mengorganisasi berbagai informasi dan rangsangan yang diterimanya, maka diharapkan anak akan menjadi tanggap dan cerdas.

2. Pengembangan Kreativitas pada Anak Prasekolah Dengan berkembangnya kemampuan bicara, koordinasi sensomotorik dan daya pikir anak, maka seorang anak dapat mengekspresikan semua gagasan yang ada dalam pikiran dan perasaannya baik dalam bentuk verbal, grafis maupun perbuatan.

Torrance mengajukan beberapa saran untuk menciptakan suasana kondusif untuk terjadinya ekspresi kreatif. Antara lain dengan menghormati pertanyaan yang tidak biasa, menghormati ide imajinatif dan kreatif, menunjukkan kepada anak bahwa ide anak memiliki makna, serta menghindari tumbuhnya perasaan takut dinilai pada diri anak.

3. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Kreativitas Prasekolah

Mengusahakan agara anak tetap sehat.

Memberi rangsangan pada seluruh indra.

Memberi peluang agar anak senang bercakap-cakap, membaca, menyanyi, menari.

Memberi cukup perhatian, kasih sayang dan rasa aman dalam takaran yang tepat.

Terlibat dalam kegiatan anak secara wajar. Usahakan agar anak menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

Memberi kemudahan dalam berbagai sarana untuk mengembangkan kecerdasan dan krativitas.

Memberi waktu dan suasana yang memungkinkan anak menyibukkan diri, berimajinasi dan bereksperimen secara aman.

Memberi kesempatan bagi anak untuk menyalurkan hasrat ingin tahu dan keinginan menjelajahi dunia luar selain keluarganya serta memberi kesempatan untuk mencoba mengerjakan tugas yang sulit dan mengandung risiko dalam batasan usianya.

Stimulasi Mental Anak Prasekolah: Suatu Upaya Meningkatkan Kualitas Anak Indonesia

Masa sebelum usia lima tahun merupakan masa dimana semua aspek-aspek perkembangan sedang berkembang dengan pesat di dalam psikologi perkembangan. Masa ini merupakan masa terbentuknya “pola kepribadian dasar”. Di samping kebutuhan akan gizi dan kesehatan, seorang anak membutuhkan lingkungan berkualitas tempat ia dapat mengembangkan potensi-potensi dirinya. Kualitas lingkungan awal yang sangat penting bagi seorang anak adalah adanya rangsangan dalam bicara dan kegiatan bermain. Kedua unsur ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan mental intelektual, emosi, kemandirian, dan perilaku sosial anak balita.

Beberapa ciri umum yang ada pada anak Prasekolah antara lain:

Penuh dengan rasa ingin tahu

Senang membentuk dan memainkan benda-benda

Ingin dan senang meniru perilaku orang dewasa

Ingin berkomunikasi dan berbagi pengalaman dengan orang lain

Ingin menyatakan dirinya secara kreatif

Memiliki kebutuhan untuk berpartisipasi dalam kegiatan fisik

Dengan memahami ciri-ciri umum tersebut, semua anggota keluarga dapat turut aktif dalam menumbuh-kembangkan empat unsur yang dianggap merupakan dasar dari kesanggupan seseorang untuk belajar sesuatu. Keempat unsur tersebut adalah:

Perkembangan bahasa dan bicara

Rasa ingin tahu

Perkembangan sosial

Dasar-dasar kecerdasan

Ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua atau anggota keluarga yang lain, misalnya melakukan hubungan atau interaksi timbal balik dengan anak secara terarah dan efektif. Selain itu, orang tua dapat melakukan kegiatan bermain bersama anak, dengan menggunakan benda-benda sekitar atau alat permainan edukatif, serta bernyanyi dan bercerita.

Karena sebagian besar waktu dari anak balita digunakan untuk bermain, maka melalui bermain dan permainanlah berbagai kemampuan dan keterampilan anak balita dapat dikembangkan. Sejauh mana anak balita dapat menarik manfaat dari berbagai stimulasi dari lingkungan sangat tergantung pada bagaimana keluarga merancang kegiatan atau pemberian stimulasi kepada anak.

1. Bermain merupakan Cara Anak Prasekolah Belajar Anak belajar melalui kelima indranya. Unsur gerak merupakan hal yang sangat menonjol pada tahap perkembangan anak balita. Diperlukan interaksi atau hubungan verbal, sosial, dan emosional yang stabil untuk mendukung proses belajar pada anak balita.

Keluarga dapat merupakan lingkungan pertama dari anak yang dapat berfungsi sebagai lingkungan yang merangsang anak sejak usia dini. Berikut ini adalah butir-butir dari metode Ruth Bowdoin yang diterapkan oleh orang tua:

1. Ajarlah anak melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan.

2. Timbulkan motivasi/keinginan belajar dan mencoba. 3. Anak perlu bergerak dan berbuat/bekerja untuk dapat

belajar.

4. Dengan mengulang-ulang, anak belajar banyak. 5. Jadilah orang tua sebagai sumber peniruan anak. 6. Tumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik.

7. Tumbuhkan rasa ingin tahu. 8. Perlu ada reward dan punishment.

9. Doronglah anak untuk menerka arti/hal baru berdasarkan atas apa yang pernah dipelajari.

10. Pupuklah rasa aman dan perasaan dicintai .

11. Ajaklah anak mempelajari sesuatu menurut dua arah yaitu keseluruhan menuju bagian dan sebaliknya dari bagian menuju keseluruhan.

12. Orang tua harus lebih pengertian dan penuh dengan kesabaran.

13. Kembangkan seluruh aspek dari anak (fisik, mental, emosi, sosial) secara utuh.

Para ahli konstruktivisme mengasumsikan, bahwa pada dasarnya anak memiliki kemampuan untuk membangun dan mengkreasi pengetahuan. Keterlibatan, kreativitas dan inisiatif anak dalam proses belajar merupakan hal esensial yang harus diperhatikan dan dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran agar siswa memperoleh kebermaknaan belajar. Bermain memfasilitasi keterlibatan anak untuk berbuat sesuatu terhadap lingkungan atau membangun suatu pengetahuan baru. Melalui bermain, proses belajar menjadi natural, hangat, dan menyenangkan karena sesuai dengan karakteristik kegiatan anak usia dini.

2. Sekilas tentang Program Stimulasi Mental Anak Prasekolah

Program Bina Keluarga dan Balita (BKB) merupakan salah satu program stimulasi mental untuk usia balita yang diprakarsai oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita. Program ini telah dimulai sejak tahun 1982. Program disusun berdasarkan kegiatan yang merangsang tujuh aspek perkembangan, yang meliputi:

Gerakan kasar

Gerakan halus

Komunikasi pasif

Berbicara

Kecerdasan

Menolong diri sendiri

Stimulasi anak sejak dini diperlukan agar seorang anak dapat mengembangkan seluruh kemampuan dirinya. Stimulasi ini dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-sehari, bercakap-cakap, mendongeng, bernyanyi, menari dan bermain.

BERMAIN DAN STIMULASI

PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH

Tumbuhkembang seorang anak dipengaruhi berbagai kondisi dari dalam diri anak maupun kondisi lingkungan. Berbagai rangsang akan berpengaruh pada segi fisik, kognisi, emosional, dan sosialnya. Salah satu kegiatan yang penting bagi perkembangan anak adalah kegiatan bermain. Melalui bermain beberapa tujuan perkembangan dapat tercapai.

1. Stimulasi Perkembangan Anak

Melalui rangsangan yang diterima secara terus menerus akan menstimulasi anak untuk memproses rangsangan. Rangsangan pada anak akan berpengaruh positif jika lingkungan sekitarnya memberikan responsivitas verbal dan emosional yang positif, menghindari restriksi dan hukuman, organisasi dari lingkungan, keanekaragaman alat untuk bermain, keterlibatan ibu dan ayah, dan banyaknya ragam stimulasi.

2. Fungsi Bermain Bagi Perkembangan Anak

Hal esensial dari bermain menurut Vigotsky adalah menciptakan situasi imagier yang membantu individu membangun dan mengkonstruksi skema mental secara

Mengkonstruksi skema mental tentang suatu konsep merupakan belajar bermakna dan akan terakumulasi menjadi pengalaman belajar yang bermakna.

Sependapat dengan Vigotsky, Wisberg, dan Fuad Hasan menyatakan bahwa proses pembelajaran pengembangan perilaku kognitif dan akademis harus dipromosikan dalam adegan pengarahan tidak langsung atau bermain agar anak tidak hanya mengikuti tetapi memahami makna. Bagi anak, dunia bermain merupakan pengalaman yang berdampak sebagai proses belajar. Kegiatan bermain memberikan pengalaman pada anak untuk membangun dunia melalui berbagai fungsi mental dan emosional.

Tahapan bermain anak usia dini menurut Piaget (Heideman dan Hewit:1992) berada pada tahapan bermain simbolik dengan tahapan bermain game. Tahapan bermain simbolik ialah anak menggunakan skema mental suatu objek untuk objek lain dalam bentuk bermain konstruksi dan bermain dramatik. Tahapan bermain sebagai game (permainan) ialah bermain dengan menggunakan berbagai aturan formal yang dikembangkan oleh diri sendiri maupun dari luar diri atau orang lain. Bentuk bermain adalah konstruksi tingkat tinggi dan sosiodramatik.

3. Program Interaksi dalam Program Bina Keluarga anak Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui pendekatan

Developmentally Appropriate Practice (DAP), yaitu cara

merancang bahan pengajaran sejalan atau sepadan dengan karakteristik perkembangan. Cara ini dipandang sebagai upaya menetapkan perkembangan. Cara ini dipandang sebagai upaya menetapkan perkembangan secara tepat.

Pertimbangan guru dalam memilih dan menetapkan bentuk dan jenis permainan yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah kondisi alamiah anak, struktur isi kurikulum, waktu, tempat, dan bagian lingkungan belajar, prosedur dan sistem belajar, serta bimbingan orang dewasa pada pengalaman belajar. Pengajaran dibangun atas dasar kurikulum yang terintegrasi, yang memberikan fasilitas bagi anak untuk merencanakan dan menyeleksi kegiatan serta menstimulus bermain secara spontan.

4. Memilih Alat Bermain untuk Anak

Jenis permainan yang disarankan oleh Vigotsky bagi anak usia dini meliputi : (a) membangun balok dan puzzle yang bertujuan membangun pengaturan diri, perencanaan dan koordinasi peran; (b) membuat peta untuk mempromosikan berpikir simbolik, kemampuan berbahasa dan mediator eksternal; (c) bercerita bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa, kreativitas, berpikir logis, pengaturan diri, pertimbangan memori yang mendalam, pertimbangan perilaku serta pola umum dan makna cerita; (d) menulis jurnal untuk membantu anak menuliskan pokok pikiran; (e) membaca sebagai keterampilan kognitif yang pokok; (f) permainan aktivitas otot besar yang berperan membantu mengontrol gerakan, belajar perilaku kognitif serta pengaturan emosi diri; dan (g) serta permainan aktivitas otot kecil sebagai cara mengontrol gerakan kecil dengan menggunakan koordinasi tangan dan mata.

Kualitas perkembangan melalui aktivitas bermain dalam proses pembelajaran mencakup:

1. Menilai kemampuan diri dan orang lain, mempelajari pengetahuan serta keterampilan baru, mengembangkan ekspresi perasaan, mengembangakan kemampuan serta konsep diri, mengembangkan konsep berpikir, kemampuan memecahkan masalah dan menanggulangi stres.

2. Menurut lebih cerdas, kerja otak lebih efisien dan gembira, memperoleh pengalaman akademik, sikap dan persepsi yang positif tentang belajar. Belajar keterampilan kognitif termasuk keterampilan logika, strategi kognitif dan keterampilan intelektual. Belajar keterampilan sosial termasuk relasi kerja orang dewasa. Mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berbahasa termasuk pengembangan pembendaharaan kata. Belajar dan bersikap positif terhadap matematika dan IPA serta minat terhadap komputer.

3. Mengatur diri, mengembangkan kemampuan verbal, menambah pembendaharaan kata dan kemampuan berbahasa.

4. Meningkatkan kualitas perhatian strategi memecahkan masalah dan konsentrasi. Mengembangkan empati, partisipasi dalam kelompok dan memimpin aktivitas belajar.

5. Memimpin aktivitas belajar dan membangun dasar teoretis termasuk konsep pengetahuan menimbulkan fungsi mental yang tinggi termasuk merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi pikiran serta mempertinggi daya ingat.

6. Membangun suatu pengetahuan baru, mengembangkan keterampilan sosial, kecakapan untuk mengatasi kesulitan

rasa memiliki kemampuan dan keterampilan motorik. Mengembangkan otot-otot besar, keterampilan intelektual, keterampilan sosial dan mengendalikan ekspresi perasaan.

Upaya menilai anak dilakukan dengan Dynamic Assessement, yaitu penilaian yang dirancang untuk mendorong

anak memperlihatkan apa yang diketahui atau tingkatan pemahaman paling tinggi yang dimiliki anak. Hasil penilaian dimaknai sebagai indikator kebermaknaan belajar yang dapat diperoleh anak. Prestasi yang ditampilkan bersifat individualistik. Perubahan perilaku yang terjadi tergantung pada seberapa besar pengaruh proses bermain menyentuh diri anak. Bredekamp menyarankan teknik penilaian dapat digunakan untuk mengembangkan program yang dapat memfasilitasi pengalaman belajar dan pengalaman hidup yang lebih baik.

Rekomendasi

Rekomendasi yang tepat dalam optimalisasi anak prasekolah bagi guru, orang tua dan atau pemerhati tugas-tugas pekembangan anak di antaranya sebagai berikut:

1. Menciptakan Rasa Aman

Rasa ini umumnya muncul pada saat anak berada di luar rumah. Saat itu ia merasa harus terpisah dari keluarganya, terutama ayah dan ibu. Agar anak merasa aman, orang tua perlu memberi penjelasan sederhana yang mudah dimengerti, contohnya, "Om ini baik, kok. Dia juga pintar

perlu takut." Selain aman, tumbuhkan pula rasa nyaman.

"Kenapa takut? Kan, Mama ada di sini, di samping Adik," misalnya. Jangan lupa, tersenyumlah kepadanya agar tumbuh perasaan nyaman. Rasa aman dan nyaman merupakan modal penting dalam melakukan berbagai aktivitas.

2. Binalah Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri erat kaitannya dengan kemampuan menjadi mandiri. Jika diteruskan, kemandirian adalah lepasnya ketergantungan anak dari orang tua. Pupuklah rasa percaya diri anak dengan memberinya kebebasan dan kepercayaan melakukan segala sesuatu, asalkan tidak berbahaya. Contohnya, biarkan anak memutuskan sendiri hari ini akan memakai baju yang mana. Beri kesempatan padanya untuk mengenakan baju dan sepatunya sendiri, bahkan menyisir rambut. Melalui kesempatan dan kebebasan yang kita berikan, rasa percaya dirinya akan terpupuk. Dari hari ke hari ia jadi semakin yakin dapat melakukan tugas-tugas tadi. Bila kebiasaan ini terpupuk dengan baik, nantinya anak dapat memutuskan apakah dia memang bisa dan harus melakukan sesuatu atau tidak. 3. Hargai Anak

Jangan pelit memberi penghargaan yang pas. Jangan pula menghubung-hubungkannya dengan pemberian materi. Pujian, belaian, ucapan kata-kata sayang dan hal-hal sejenis sudah cukup menumbuhkan rasa percaya diri anak. Penghargaan atas hasil yang dicapai anak juga merupakan fondasi bagi bangunan percaya dirinya. "Setiap individu,

pun yang sudah dilakukannya. Termasuk bila masih terdapat kesalahan di sana-sini." Pada anak yang merasa

dihargai akan terbentuk konsep diri yang positif. 4. Keleluasaan Bermain

Biarkan anak bebas bermain bersama teman-temannya. Jangan lelah mendorongnya agar tertarik bermain bersama teman-teman. "Lihat, tuh. Kayaknya asyik banget, ya, main

bola dengan teman-teman. Ayo, ikut main sana."

Memperbanyak hubungan anak dengan dunia luar, baik dengan teman-teman sebaya maupun dengan yang beda usia akan menguatkan rasa percaya dirinya. Buang jauh sikap overprotektif yang hanya akan merusak rasa percaya dirinya. Larangan ini-itu hanya akan mematikan kreativitas anak yang selanjutnya memperkuat rasa ketergantungan pada orang tua. Agar anak bisa diarahkan melakukan segala sesuatu sendiri, mulailah dari hal-hal kecil yang kemudian meningkat ke hal-hal besar. Bila dari awal rasa percaya diri anak relatif rendah, sementara ia juga kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi sama sekali, bukan mustahil akan makin sulit meminta anak tampil bersama orang lain. Tak heran, dalam melakukan aktivitas apa pun ia hanya mau bersama-sama dengan orang tua saja.

5. Perkenalkan Lingkungan di Luar Rumah

Buka wawasannya dan beri ia alternatif kegiatan yang melibatkan banyak orang. Misalnya mengajaknya ke rumah tetangga atau kerabat yang memungkinkannya bermain

Dokumen terkait