• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan-gerakan senam otak sangat sederhana. Senam otak juga tidak membutuhkan waktu yang lama. Sebelum melakukan senam otak, beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:

a. Mengkonsumsi air minum (air putih) secukupnya.

b. Melakukan pernapasan perut yang dilakukan sebanyak 2-8 kali. Pernapasan perut dapat dilakukan dengan dua cara: 1) Dilakukan dengan duduk, dengan cara meletakkan

tangan di perut sambil menarik napas, hingga tangan yang diletakkan di perut terasa terdorong ke depan. 2) Dilakukan dengan terlentang, dengan cara meletakkan

buku di atas perut sambil bernapas, hingga terlihat buku terdorong ke atas (Cahyo, 2011).

c. Gerakan Hook-Ups

Mengaitkan kedua tangan kanan dan kiri dilakukan dalam posisi duduk. Mengaitkan jemari tangan dan kiri dengan posisi menyilangkan pergelangan tangan. Kaitan kedua tangan diletakkan di bawah dagu. Selama melakukan gerakan ini, mata dipejamkan dan bernapas dalam.

Gambar 1. Gerakan Hook-Ups

Gerakan Hook-Ups mampu menenangkan saraf pusat, mengaktifkan belahan otak kanan dan kiri. Gerakan ini dapat dilakukan setiap sebelum memulai mengerjakan tugas atau pekerjaan, ketika kesulitan mengambil keputusan, saat merasa sedih atau marah, terlalu banyak kebisingan di kelas saat anak sekolah, sebelum mengerjakan ujian dan saat ingin fokus atau berkonsentrasi (Wagner, 2009). Gerakan

Hook-Ups dilakukan sebanyak 4-8 kali (Cahyo, 2011).

Gerakan senam otak mencakup 26 gerakan. Semua gerakan senam otak ini dapat melibatkan tiga dimensi otak, yakni lateralis, pemfokusan dan pemusatan diakhiri dengan penguatan.

a. Lateralis

1) Gerakan Silang

a) Menggerakkan organ tubuh kiri dan kanan secara bersamaan.

b) Mengintegrasikan otak kiri/kanan seimbang, meningkatkan energi, mempermudah belajar, dan menyeimbangkan emosi.

Gambar 2. Gerakan Silang

2) Angka 8 Tidur

a) Tangan lurus ke depan, naik ke kiri atas, buat angka 8 tidur.

b) Lakukan tiap tangan beberapa kali, terakhir gunakan 2 tangan, ikuti dengan mata.

c) Mengaktifkan dua belahan otak kerja sama dengan baik, meningkatkan penglihatan, membantu penderita disleksia.

Abjad 8 mengadaptasi bentuk 8 Tidur sebagai tempat meletakkan huruf kecil dari a ke t. Huruf ini mengintegrasikan gerakan yang menyangkut pembentukan huruf-huruf, memampukan penulisannya untuk menyeberangi garis tengah visual tanpa mengalami kebingungan. Setiap huruf secara jelas ditempatkan pada salah satu sisi, kiri atau kanan dari garis tengah. Banyak huruf mulai atau berakhir dengan menulis garis ke bawah. Bagi kebanyakan murid, ketika penulisan huruf kecil membaik maka tulisan tangan pun umumnya juga lebih mudah.

Petunjuk mengajar:

a) Murid melakukan Abjad 8 Tidur sebelum memulai dengan abjad 8 ini,

b) Kegiatan ini dilakukan dengan ukuran besar dulu, digambarkan pada papan atau udara dengan tangan menyatu, untuk mengaktifkan otot-otot utama pada lengan, bahu, dan dada.

c) Perhatikan bahwa huruf pada bidang pengelihatan kiri kebanyakan dimulai pada titik tengah mengikuti lingkaran ke kiri atas, putar, dan turun di garis tengah. d) Perhatikan bahwa huruf pada bidang pengelihatan

kanan dimulai pada garis tengah dengan garis ke bawah, naik ke lingkaran kanan atas, dan putar.

e) Bantu murid untuk menemukan struktur antarhuruf (contoh: lihat r di m dan di n).

(1) (3)

(2) (4) (Gambar 2.4 Alphabet 8s) 3) Coretan Ganda

a) Gambarlah sesuatu dengan menggunakan kedua tangan bersamaan. Mulai dengan gerakan besar dan sederhana, makin lama makin bervariasi dan bentuk makin kecil.

b) Meningkatkan koordinasi mata dan tangan, menunjang kemampuan berhitung.

Coretan ganda adalah kegiatan menggambar di kedua sisi tubuh yang dilakukan pada bidang tengah untuk menunjang kemampuan agar mudah mengetahui arah dan orientasi yang berhubungan dengan tubuh.

Petunjuk mengajar:

a) Mulai dengan membiarkan murid untuk bebas membuat “coretan” dengan kedua tangan bersama (seperti melukis dengan jari).

b) Latihan dimulai dengan menggerakkan lengan secara leluasa, tengkuk dan mata rileks.

c) Pentingkan prosesnya, bukan hasilnya. Hindari membuat penilaian positif dan negatif.

d) Kepala dan mata ikut bergerak dengan santai.

e) Berikan contoh gambar coretan ganda yang pernah dilakukan orang lain.

f) Berikan dorongan untuk menciptakan percobaan baru lainnya.

g) Coretan ganda dalam bentuk nyata, seperti lingkaran, segitiga, bintang, hati, pohon, atau wajah paling menyenangkan bila dilakukan secara spontan (Paul E. Dennison, 2008).

4) Abjad 8

Mengaktifkan kedua belahan otak, menunjang koordinasi tangan dan mata, meningkatkan keterampilan motorik halus.

Gambar 5. Abjad 8

5) Gajah

a) Pasang kuda-kuda dan lutut ditekuk sedikit, goyangkan pinggul. Letakkan telinga di atas bahu dengan tangan direntangkan ke depan.

b) Bayangkan tangan menjadi belalai gajah, ikuti 8 tidur yang terletak agak jauh.

c) Meningkatkan pendengaran, daya ingat, dan kemampuan bicara.

d) Mengintegrasikan penglihatan, pendengaran, dan gerakan seluruh tubuh.

6) Putaran Leher

a) Bahu dinaikkan. Tundukkan kepala ke depan dan putar dari satu sisi ke sisi lainnya.

b) Bernapaslah dengan baik dan teratur, embuskan napas dan bayangkan ketegangan otot ikut terembus keluar badan.

c) Meredakan ketegangan otot tengkuk dan leher, menenangkan sistem saraf pusat, memudahkan bicara dan belajar bahasa.

Gambar 7. Putaran Leher

7) Olengan Pinggul

a) Tangan diletakkan di lantai di belakang badan. Kedua kaki diangkat sedikit sambil pinggul diputar beberapa kali ke kiri dan ke kanan, terakhir mengikuti bentuk 8 tidur.

b) Menunjang koordinasi seluruh tubuh. Meningkatkan kemampuan memerhatikan dan memahami.

8) Embusan Napas

a) Letakkan tangan pada perut bagian bawah.

b) Tarik napas melalui hidung, embuskan napas melalui mulut, bibir diruncingkan

c) Napaslah dengan benar, yaitu panjang dan mendalam. d) Tarik napas tahan napas embuskan napas.

e) Memperbaiki pasokan oksigen ke seluruh badan, terutama otak-meningkatkan energi.

f) Memperbaiki kemampuan membaca dan berbicara.

Gambar 9. Embusan Napas

9) Gerakan Silang Berbaring

a) Lakukan di lantai dengan alas pelindung.

b) Posisi telentang, lutut, kepala diangkat, secara bergantian satu tangan menyentuh lutut sebelah. c) Anak yang lebih besar, menyilangkan tangan di

belakang kepala dan coba menyentuh dengan siku, lutut kaki sebelah. Kaki bergerak seperti main bola. d) Mudah menerima pelajaran, menunjang kegiatan

Gambar 10. Gerakan Silang Berbaring

10) Mengisi Energi

a) Duduk di kursi secara santai. Letakkan lengan bawah dan tangan di meja, sejajar pundak dengan jari tangan sedikit ke dalam.

b) Kemudian telungkup hingga dahi menyentuh meja. c) Tarik napas sambil rasakan udara naik di garis tengah

ke atas seperti air mancur yang menegakkan punggung bagian atas, tengkuk, dan kepala. Pertahankan sebentar posisi ini di mana dada terbuka lebar dan pundak rileks.

d) Selanjutnya embuskan napas, sambil dagu diturunkan seperti posisi semula.

e) Menjaga otot punggung dan tulang belakang tetap lemas, fleksibel, dan rileks.

Gambar 11. Mengisi Energi

11) Membayangkan “X”

Memperkuat koordinasi seluruh tubuh, mudah berpikir, konsentrasi, dan komunikasi.

Gambar 12. Membayangkan “X”

b. Pemfokusan

Terkait dimensi muka-belakang dengan melibatkan batang otak yang berhubungan dengan kemampuan konsentrasi, mengerti dan memahami. Gerakan meregangkan otot di tengkuk dan sepanjang kaki dapat melancarkan energi dari bagian belakang otak mengalir ke bagian depan di mana terdapat kemampuan mengungkapkan diri. Bila bagian ini tidak seimbang, maka otot tengkuk dan bahu tegang, kurang

semangat belajar, cepat bingung, sulit memahami, dan kurang mampu mengungkapkan diri.

1) Burung Hantu

a) Pijat otot bahu kiri dengan tangan kanan.

b) Gerakkan kepala perlahan menyeberangi garis tengah, ke kiri, ke kanan, dengan tinggi posisi dagu tetap. c) Keluarkan napas pada setiap putaran kepala, ke kiri,

ke kanan dan kembali ke tengah. d) Ulangi untuk bahu kanan.

e) Mengurangi ketegangan otot leher, menunjang konsentrasi dan daya ingat serta kemampuan bicara dan menghitung.

Gambar 13. Burung Hantu

2) Lambaian Tangan

a) Luruskan satu tangan ke atas di samping telinga. b) Letakkan tangan kedua di bawah siku, lewat belakang

kepala.

c) Gerakkan tangan pertama ke arah luar, dalam, belakang dan depan sambil tangan kedua menahan dengan halus.

e) Melepaskan ketegangan di otot pundak, mengontrol gerakan motorik kasar dan halus, meningkatkan koordinasi mata dan tangan.

Gambar 14. Lambaian Tangan

Mengaktifkan tangan merupakan gerakan isometrik untuk menolong diri sendiri yang memperpanjang otot-otot dada atas dan bahu. Kontrol otot-otot untuk gerakan-gerakan motorik kasar dan motorik halus berasal dari area ini. Jika otot-otot ini memendek karena ketegangan maka gerakan-gerakan yang berhubungan dengan menulis dan menguasai alat akan terlambat.

Petunjuk Mengajar:

a) Murid diminta memerhatikan apakah tangannya tergantung lemas pada kedua sisi tubuhnya.

b) Murid mengaktifkan bahu tangan, dan kepalanya tetap rileks. Kemudian dia membandingkan tangan, tingkat rileks, dan keluwesan kedua tangan, sebelum mengaktifkan tangan yang lain.

c) Gerakan dilakukan pada empat posisi: menjauhi kepala, kedepan, ke belakang, dan ke arah telinga.

d) Murid bisa merasakan gerakan lengan sampai ke rongga dada.

e) Pada saat melakukan gerakan mengaktifkan tangan murid mengembuskan napas dalam hitungan delapan atau lebih.

f) Murid bisa merasakan meningkatnya relaksasi, koordinasi, dan vitalitas saat ketegangan tangan dilepaskan.

g) Sesudah menyelesaikan gerakan, murid memutar atau menggerakkan bahu sambil merasakan relaksasinya. 3) Lambaian Kaki

a) Duduk berpangku kaki. Kedua tangan masing-masing memegang ujung urat/tendon bag. Atas dan bawah betis (di bawah lutut dan di atas tumit).

b) Panjangkan otot/carilah titik-titik tegang sambil melambaikan kaki.

c) Embuskan napas pada saat kaki bergerak ke atas atau betis terasa tegang/ nyeri.

d) Mengintegrasikan otak bagian muka dan belakang, melancarkan komunikasi.

4) Pompa Betis

a) Berdiri dengan menyandarkan kedua tangan di kursi. Rentangkan satu kaki ke belakang dengan tumit terangkat dan kaki satunya dengan lutut di bengkokkan ke depan.

b) Kemudian sambil mengembuskan napas lakukan gerakan ke bawah dengan berat badan dipindahkan ke kaki belakang sampai tumit menekan lantai dan terasa tarikan pada betis. Tahan beberapa saat pada posisi ini.

c) Selanjutnya tarik napas dan tumit diangkat seperti semula.

d) Integrasi otak bagian muka dan belakang, lebih mampu mengungkapkan diri.

Gambar 16. Pompa Betis

5) Luncuran Gravitasi

a) Duduk di kursi dan kaki dilonjorkan ke depan secara bersilang.

b) Bungkukkan badan ke depan dan biarkan ke bawah. c) Rentangkan tangan ke depan, tundukkan kepala dan

badan ke bawah mencium lutut sambil mengembuskan napas. Kemudian tarik napas pada saat menegakkan tubuh dengan posisi tangan sejajar dengan lantai. Ulangi ganti kaki.

d) Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi.

Gambar 17. Luncuran Gravitasi

6) Pasang Kuda-Kuda

a) Bukalah kaki, arahkan kaki kanan ke kanan dan kaki kiri tetap lurus ke depan.

b) Ambil napas dengan kepala lurus ke depan, tekuk lutut kanan dibarengi embusan napas sambil memalingkan kepala ke arah kanan. Ulangi untuk kaki kiri.

c) Menunjang ingatan jangka pendek, tubuh terasa rileks, meningkatkan perhatian, dan konsentrasi.

c. Pemusatan

Terkait dimensi atas-bawah dengan melibatkan otak tengah yang berhubungan dengan kemampuan mengatur dan mengorganisasikan sesuatu. Gerakan tertentu dapat meningkatkan energi untuk menghubungkan bagian bawah otak (informasi emosional) dengan otak besar (berpikir abstrak). Bila bagian ini tidak seimbang maka orang akan mengalami kesulitan untuk konsentrasi, kurang percaya diri, penakut, mengabaikan perasaan dan sulit melakukan gerakan melompat.

1) Minum Air

Bermanfaat untuk memperlancar pengaliran energi di otak dan seluruh badan.

Gambar 19. Minum Air

2) Saklar Otak

a) Pijatlah dua titik/lekukan di bawah tulang selangka, tangan lainnya letakkan di daerah pusar.

b) Variasikan dengan mata melirik ke kiri-kanan, atas-bawah, jauh-dekat.

c) Rangsangan titik ini meningkatkan peredaran darah ke otak

Gambar 20. Saklar Otak

3) Tombol Bumi

a) Letakkan dua jari tangan di tengah dagu dan tangan lainnya di daerah pusar menunjuk ke bawah.

b) Ikuti gerakan mata dari bawah ke atas dalam satu garis.

c) Meningkatkan otak untuk konsentrasi dan koordinasi.

Gambar 21. Tombol Bumi

4) Tombol Keseimbangan

a) Sentuh di belakang telinga kanan dengan beberapa jari tangan kanan, tangan kiri letakkan di pusar dan (sebaliknya).

b) Menjaga keseimbangan, meningkatkan konsentrasi/kepekaan terhadap tubuh, lebih siap menerima pelajaran.

Gambar 22. Tombol Keseimbangan

5) Tombol Angkasa

a) Dua jari tangan di bawah hidung dan tangan lainnya di ujung tulang ekor.

b) Tarik napas dan buang napas dengan baik.

c) Mengurangi ketegangan dan rasa takut, menenangkan sistem saraf pusat.

Gambar 23. Tombol Angkasa

6) Menguap Berenergi

a) Pijat otot di sekitar persendian rahang sambil membuka mulut.

b) Menguaplah dengan bersuara untuk melemaskan otot. c) Merilekskan seluruh otot, meningkatkan penglihatan,

Gambar 24. Menguap Berenergi

7) Pasang Telinga

a) Daun telinga dipijit dan ditarik keluar dengan jari telunjuk dan jempol ke atas, ke samping, ke bawah. b) Mengaktifkan otak untuk mendengar, mengingat, dan

bicara.

c) Menjaga kebugaran fisik dan mental.

Gambar 25. Pasang Telinga

(Astuti & Prihastuti, n.d.). d. Penguatan

1) Gerakan Cross Crawl

Gerakan Cross Crawl membantu meningkatkan integrasi antara otak kanan dan kiri. Gerakan ini juga mampu meningkatkan pengintegrasian antara lengan dan kaki kanan dan kiri. Gerakan ini dilakukan dengan cara berdiri tegak, kemudian melakukan gerakan menyilang antara

lengan dan kaki. Lengan kanan digerakkan ke arah kiri dan kaki kiri ditekuk ke atas sehingga lutut kiri terangkat mendekati lengan kanan dan sebaliknya pada lengan kiri dan kaki kanan. Saat mengangkat kaki, disarankan untuk mengangkat setinggi sesuai kemampuan maksimal.

Gerakan Cross Crawl sangat tepat dilakukan saat kita membutuhkan pasokan energi lebih, saat ingin meningkatkan koordinasi, saat diperlukan untuk memperbaiki kesadaran spasial atau orientasi ruang dan tempat (spatial awareness), sebelum berolahraga dan sebelum melakukan aktivitas yang membutuhkan ketajaman visual, pendengaran, dan integrasi kinestetik. Pada anak-anak, gerakan ini juga sangat baik dilakukan untuk merangsang peningkatan kemampuan koordiansi kanan-kiri, sebelum melakukan kegiatan baca-tulis, dan saat sebelum aktivitas olahraga (Wagner, 2009).

2) Gerakan Positive Points

a) Duduk, berbaring atau berdiri. Silangkan kaki kiri di atas kaki kanan di mata kaki.

b) Julurkan tangan bersilangan ke depan dengan posisi jempol ke bawah, telapak tangan berhadapan dan jari saling menggenggam.

c) Tarik tangan ke depan dada. Tutup mata, bernapas dalam dan teratur sambil rileks.

(Astuti & Prihastuti, n.d.).

d) Pada anak-anak yang takut melakukan dengan memejamkan mata, mereka dapat pula melakukan gerakan ini dengan tetap membuka mata (Wagner, 2009).

e) Saat menarik napas melalui hidung, tempelkan lidah di langit-langit mulut, pada waktu membuang napas melalui mulut, lidah dilepaskan.

f) Setelah itu kembalikan kaki pada posisi biasa dan ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus sambil bernapas dalam.

Gambar 27. Gerakan Possitive Points

DEFINISI PERKEMBANGAN

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses permatangan (Adriana, 2011).

Whaley dan Wong mengemukakan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas, di antaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan, dan pembelajaran. Proses pematangan berhubungan dengan peningkatan kematangan dan adaptasi. Proses tersebut terjadi secara terus-menerus dan saling berhubungan serta ada keterkaitan antara satu komponen dan komponen lain. Jadi, jika tubuh anak semakin besar dan tinggi, kepribadiannya secara simultan juga semakin matang (Supartini, 2004).

Marlow (1988) dalam (Supartini, 2004). Mendefinisikan perkembangan sebagai peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus-menerus. Jadi perkembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan peningkatan kemampuan untuk berfungsi pada tingkat tertentu (Supartini, 2004).

Keterampilan motorik halus ini melibatkan gerakan tangan yang diatur secara halus seperti menggenggam mainan, mengancingkan baju, menulis, atau melakukan apa pun yang memerlukan keterampilan tangan (Soetjiningsih, 2012). Perkembangan motorik halus melibatkan gerakan tangan yang diatur secara halus, menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apa pun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus (Santrock, 2007).

Ada dua istilah dalam perkembangan motorik, yaitu yang disebut dengan gerak (movement) & motorik (motor). Motorik (motor) merujuk pada faktor biologis dan mekanis yang memengaruhi gerak (movement)… (Gellahue, 1997). Sedangkan gerak (movement) merujuk pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat diamati. Maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motorik merupakan kemampuan yang bersifat lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh.

Perkembangan motorik merupakan cara tubuh untuk meningkatkan kemampuan sehingga performanya menjadi lebih kompleks. Perubahan ini terjadi terus menerus sepanjang siklus kehidupan. Perkembangan motorik mencakup dua klasifikasi, yaitu kemampuan motorik kasar dan kemampuan

motorik halus. Meggitt (2002) mengungkapkan istilah perkembangan motorik merujuk pada makna perkembangan fisik, di mana perkembangan fisik memiliki arti bahwa anak telah mencapai sejumlah kemampuan dalam mengontrol diri mereka sendiri. Sementara Dodge (2002) berpendapat bahwa pencapaian kemampuan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia prasekolah merupakan tujuan dari pengembangan fisik anak.

Perkembangan motorik anak akan melalui tiga proses, yaitu: pertama, perkembangan dari otot kasar menuju otot kecil, kemudian pertumbuhan dari kepala ke jari kaki (cephalocaudal) serta perkembangan dari sumbu tubuh menuju ke luar (proximoditssal). Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otot-otot besar pada tubuh, sementara kemampuan motorik halus mencakup kemampuan manipulasi kasar (gross manipulative skill) dan kemampuan manipulasi halus (fine manipulative skill) yang melibatkan penggunaan tangan dan jari secara tepat (Carolyn Meggit, 1999).

Frankenberg dalam Adriana (2011), melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita:

1) Personal Social (Kepribadian atau Tingkah Laku Sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Fine Motor Adoptive (Gerakan Motorik Halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (Bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4) Gross Motor (Perkembangan Motorik Kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Dokumen terkait