• Tidak ada hasil yang ditemukan

BRAIN GYM (STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PAUD I) Copyright Sulis Diana, Ferilia Adiesty, dan Elyana Mafticha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BRAIN GYM (STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PAUD I) Copyright Sulis Diana, Ferilia Adiesty, dan Elyana Mafticha"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Lingkupan Hak Cipta: Pasal 2

Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatas menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana: Pasal 72

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000, 00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).

(3)
(4)

BRAIN GYM (STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PAUD I) Copyright © Sulis Diana, Ferilia Adiesty, dan Elyana Mafticha Penulis: Sulis Diana, Ferilia Adiesty, dan Elyana Mafticha Editor: Riza Perdana

Penata Letak: Arief Setyawan Penata Sampul: Raditya Pramono

Sebagian materi sampul bersumber dari internet CV KEKATA GROUP

bebuku Publisher

bebukupublisher@gmail.com www.bebuku.com

Facebook: Bebuku

Perum Triyagan Regency Blok A No 1, Mojolaban Cetakan Pertama, Maret 2017

Surakarta, Bebuku Publisher, 2017 x+119 hal; 14,8x21 cm

ISBN: 978-602-6413-82-6 Katalog Dalam Terbitan

Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

(5)

PRAKATA

Banyak penelitian menunjukkan betapa masa usia dini, yaitu masa lima tahun ke bawah, merupakan golden ages (masa keemasan) bagi perkembangan kecerdasan anak. Salah satu hasil penelitian menyebutkan bahwa pada usia 4 tahun, kapasitas kecerdasan anak telah mencapai 50%. Seperti diungkapkan Dr. Gutama, bahwa kapasitas kecerdasan akan mencapai 80% di usia 8 tahun. Ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan perangsangan pada anak usia dini, sebelum masuk sekolah.

Periode emas pada anak merupakan masa yang penting bagi perkembangan otak. Masa ini adalah masa yang tepat untuk merangsang optimalisasi otak pada anak. Maka senam otak atau

Brain Gym adalah salah satu pilihan yang tepat untuk diterapkan

bagi perkembangan otak anak. Senam otak atau Brain Gym merupakan suatu rangkaian gerakan sederhana yang didesain untuk merangsang optimalisasi otak. Dan buku ini, akan memberi pengertian kepada Anda tentang pengertian Brain Gym, manfaat-manfaatnya, panduan-panduan, hingga bagaimana Brain Gym dapat menstimulasi perkembangan prestasi anak.

Metode belajar dalam senam otak yang ada dalam buku ini dikembangkan oleh Paul E. Dennison, Dr. Phill bersama istrinya Gail E. Dennison, yang merupakan pelopor pendidik di Amerika Serikat dalam penerapan penelitian otak. Brain Gym (Senam Otak) dengan

(6)

metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis (gerakan) yang akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat.

Buku ini sangat tepat bagi Anda yang memiliki anak-anak di usia periode emas, atau yang berencana memiliki anak, hingga bagi guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini. Buku ini dilengkapi dengan panduan-panduan untuk melakukan brain gym atau senam otak. Selain ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami, panduan-panduan di dalamnya juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang jelas yang membuat Anda semakin mudah untuk mempraktikkannya.

Maka buku ini, sekali lagi, merupakan buku yang layak untuk Anda koleksi. Lahaplah segala panduan yang ada dalam buku ini, dan temukanlah perubahan ajaib pada diri buah hati atau anak-anak didik Anda. Bacalah buku ini hingga tuntas, dan selamat menyalakan masa depannya! Selamat membaca!

(7)

DAFTAR ISI

PRAKATA

... v

DAFTAR ISI

... vii

DAFTAR GAMBAR

... ix

BRAIN GYM

... 1

1. PENGERTIAN ... 1

2. PERKEMBANGAN BRAIN GYM (SENAM OTAK) 2 3. PRINSIP SENAM OTAK... 2

4. MANFAAT ... 5

5. GERAKAN ... 8

DEFINISI PERKEMBANGAN

... 30

1. PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ... 33

2. PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ... 40

3. PRINSIP PERKEMBANGAN ... 51

4. BRAIN GYM DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN HALUS ... 67

PRESTASI

... 70

1. PENGERTIAN PRESTASI ... 70

2. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRESTASI ANAK ... 76

3. CARA MENSTIMULASI PERKEMBANGAN PRESTASI SECARA MAKSIMAL ... 85

(8)

Stimulasi Mental Anak Prasekolah: Suatu Upaya Meningkatkan Kualitas Anak Indonesia ... 93 Beberapa ciri umum yang ada pada anak Prasekolah antara lain: ... 93 4. BRAIN GYM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN

PRESTASI ANAK... 107

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gerakan Hook-Ups ... 9

Gambar 2. Gerakan Silang ... 10

Gambar 3. Angka 8 Tidur ... 10

Gambar 4. Coretan Ganda ... 12

Gambar 5. Abjad 8 ... 14

Gambar 6. Gajah ... 14

Gambar 7. Putaran Leher ... 15

Gambar 8. Olengan Pinggul ... 15

Gambar 9. Embusan Napas ... 16

Gambar 10. Gerakan Silang Berbaring ... 17

Gambar 11. Mengisi Energi ... 18

Gambar 12. Membayangkan “X” ... 18

Gambar 13. Burung Hantu ... 19

Gambar 14. Lambaian Tangan ... 20

Gambar 15. Lambaian Kaki ... 21

Gambar 16. Pompa Betis ... 22

Gambar 17. Luncuran Gravitasi ... 23

Gambar 18. Pasang Kuda-Kuda ... 23

Gambar 19. Minum Air ... 24

Gambar 20. Saklar Otak ... 25

Gambar 21. Tombol Bumi ... 25

Gambar 22. Tombol Keseimbangan ... 26

Gambar 23. Tombol Angkasa ... 26

Gambar 24. Menguap Berenergi ... 27

(10)

Gambar 26. Gerakan Cross Crawl ... 28 Gambar 27. Gerakan Possitive Points... 29

(11)

BRAIN GYM

1. PENGERTIAN

Senam otak atau Brain Gym merupakan suatu rangkaian gerakan sederhana yang didesain merangsang optimalisasi otak. Hal tersebut menyangkut keseimbangan otak bagian kanan-kiri, relaksasi otak belakang dan otak depan sebagai dimensi pemfokusan, merangsang otak bagian tengah atau limbis dalam pengaturan emosional dan merangsang dimensi pemusatan pada otak besar (Cahyo, 2011).

Brain Gym (Senam Otak) adalah serangkaian latihan

gerakan sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Muhammad, 2011).

Brain Gym adalah latihan yang dirancang untuk membantu

fungsi otak yang lebih baik selama proses pembelajaran. Latihan-latihan ini didasarkan pada gagasan bahwa latihan fisik sederhana membantu aliran darah ke otak dan dapat membantu meningkatkan proses belajar dengan memastikan otak tetap waspada. Siswa dapat menggunakan latihan sederhana pada mereka sendiri, dan guru dapat menggunakannya dalam kelas untuk membantu menjaga tingkat energi sampai sepanjang hari (Ryan, 2013).

(12)

2. PERKEMBANGAN BRAIN GYM (SENAM OTAK) Metode belajar dalam senam otak ini dikembangkan oleh Paul E. Dennison, Dr. Phill bersama istrinya Gail E. Dennison, yang merupakan pelopor pendidik di Amerika Serikat dalam penerapan penelitian otak. Brain Gym (Senam Otak) dengan metode latihan Edu-K atau pelatihan dan kinesis (gerakan) akan menggunakan seluruh otak melalui pembaruan pola gerakan tertentu untuk membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat.

Pada awalnya, senam otak sudah dikenal sejak tahun 80-an. Namun, saat itu, masih terbatas untuk orang dewasa saja. Selanjutnya, memasuki tahun 2000-an, senam otak dikembangkan untuk membantu meningkatkan kecerdasan anak-anak sekolah atau bisa juga untuk bayi. Mulanya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi, dan depresi. Akan tetapi, dalam perkembangannya, setiap anak bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Saat ini di Benua Amerika dan Eropa, senam otak sedang digemari karena mampu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan lain sebagainya (Muhammad, 2011).

3. PRINSIP SENAM OTAK

Gerakan-gerakan senam ringan yang dilakukan dalam senam otak, seperti melalui olah tangan dan kaki yang dapat memberikan rangsangan atau stimulasi ke otak. Stimulasi itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, misalnya

(13)

kewaspadaan, konsentrasi, dan kecepatan dalam proses belajar, serta memori, pemecahan masalah, ataupun kreativitas.

Otak adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai pusat pengendali organ-organ tubuh. Otak selalu berhubungan dengan inteligensia atau kecerdasan seseorang. Otak juga merupakan pusat sistem pengendali pikiran dan sistem tubuh yang menjalanakn beberapa fungsi secara bersamaan. Otak memiliki fungsi penerima dan mengolah informasi, memberikan perintah, menjalankan tugas rutin, menyimpan informasi. Otak ialah pusat segala pikiran dan bila seseorang sehat maka segala aktivitas dapat berjalan dengan baik. Melalui senam otak bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup akan terbuka dan menandakan bahwa kegiatan belajar berlangsung dengan menggunakan seluruh otak. Senam otak dapat dilakukan oleh segala usia, mulai dari bayi hingga orang lanjut usia. Seorang anak harus dibantu oleh orang tuanya untuk melakukan senam otak, baru setelah usia 3 tahun ia bisa melakukannya sendiri.

Tanpa disadari bayi bisa melakukan gerakan senam otak, seperti merangkak. Sebelum merangkak menggunakan kaki dan lutut, ia mencoba bergerak maju dengan bantuan perutnya baru mulai menggunakan lututnya. Awalnya gerakan lutut dan tangan tidak terkoordinasi, tetapi kemudian bergerak sesuai dengan koordinasi tangan kanan dan kiri. Dengan merangkak, otak bayi akan terstimulasi. Selain itu, dengan bertepuk tangan, menyanyi, dan menari juga menjadi bagian dari senam otak. Saat anak bertepuk tangan maka energi akan mengalir pada masing-masing ujung jarinya dan berjalan hingga ke otak. Inti senam otak adalah bergerak, karena bergerak merupakan kunci

(14)

untuk belajar dan penting bagi perkembangan otak bayi. Gerakan dalam senam otak yang menggunakan seluruh tubuh dan perasaan tersebut membuat bayi memprogram alat motoriknya, perceptual, saraf, dan sel otaknya sehingga sel-sel otak sudah mulai terbentuk sejak bayi berada dalam kandungan. Lalu, sel-sel otak berkembang setelah lahir dan saat bayi bergerak mengikuti pola yang secara aktual dapat membantu menghubungkan antar sel saraf.

Anak-anak usia sekolah juga mendapat manfaat positif dari senam otak. Kegiatan tersebut menjadi suatu pendekatan holistik yang digunakan dalam kertas untuk membantu mereka menambah motivasi, terutama setelah makan siang atau sebelum mengerjakan tugas khusus. Hasilnya, mereka akan kembali berenergi dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran berikutnya.

Senam otak harus dilakukan dengan rutin untuk mendapatkan semua manfaat di atas. Dengan latihan rutin, semua gangguan otak yang dialami anak ketika belajar akan teratasi. Oleh karena itu, setiap mau belajar disarankan harus melakukan senam otak karena senam otak tersebut mempunyai tiga dimensi yang bisa membuatnya menjadi anak yang cerdas. Ketiga dimensi dalam senam otak meliputi dimensi lateralis (untuk belahan otak kanan dan kiri) bertujuan mengoptimalkan kemampuan belajar. Gerakannya menyangkut mendengar, melihat, menulis, bergerak, dan sikap positif. Gerakan-gerakan tersebut mampu menyerap kemampuan komunikasi yang lebih cepat. Semntara itu, dimensi pemfokusan digunakan pada bagian belakang otak/batang otak atau brainstem dan bagian depan otak (frontal lobes) bermanfaat. Hal ini bisa membantu

(15)

kesiapan dan konsentrasi untuk menerima sesuatu yang baru dan mengekspresikan apa saja yang sudah diketahui. Gerakan berupa latihan meregangkan otot, menyangkut konsentrasi, pengertian, dan pemahaman. Pada dimensi pemusatan, (untuk

system limbic/midbrain) dan otak besar (cerebral korteks)

mampu membantu meningkatkan energi yang menyangkut berjalan, mengorganisasi, dan tes atau ujian. Hal ini bermanfaat untuk membantu seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki, serta mengontrol emosi, seperti menggerakkan kepala ke atas-ke bawah, mengangkat beban ringan atau benda lainnya, kemudian digerakkan ke atas-ke bawah (Muhammad, 2011).

4. MANFAAT

Manfaat kegiatan senam otak antara lain:

a. Meningkatkan keseimbangan otak kanan-kiri (dimensi lateralis-komunikasi).

b. Meningkatkan fungsi pemfokusan dan pemahaman. c. Mengaktifkan fungsi pemusatan dan pengaturan.

d. Meningkatkan ketajaman pendengaran dan penglihatan. e. Mempertajam otak dan meningkatkan daya ingat.

f. Membantu pengurangan kesalahan membaca, memori dan kemampuan komprehensif serta peningkatan rangsangan visual pada penderita gangguan bahasa (Cahyo, 2011).

Periode emas pada anak merupakan masa yang penting bagi perkembangan otak. Agar otak berkembang dan mampu mengolah informasi secara optimal, orang tua harus memahami cara belajarnya supaya bisa menyerap dan mengolah informasi

(16)

sehingga dapat memberikan stimulasi yang harus diterapkan ialah senam otak dalam upaya mengoptimalkan perkembangan otaknya.

Senam otak atau Brain Gym merupakan serangkaian latihan yang berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan-gerakan yang ada di dalamnya memang sengaja dibuat demikian untuk merangsang otak. Dalam dimensi lateralis, yang mendapat rangsangan adalah otak kiri dan kanan, sedangkan dalam dimensi pemfokusan, gerakan senam otak pun berupaya meringankan atau merileksasi otak belakang dan bagian otak depan. Sementara itu, pada dimensi pemusatan, gerakan senam otak juga merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (system limbic) dan otak besar.

Senam otak bisa dilakukan oleh seseorang melalui gerakan sederhana sambil melakukan kegiatan sehari-hari. Senam otak dilakukan tanpa waktu khusus sehingga senam otak pun bisa dilakukan sengan sambil menonton televisi. Meskipun sederhana, sebagaimana dikemukakan Paul E. Dennison Ph.D bahwa senam otak mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari. Gerakan-gerakan senam otak yang ringan dilakukan melalui olah tangan dan kaki, yang dapat memberikan rangsangan atau stimulus ke otak. Stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, seperti kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan dalam proses belajar, dan memori, pemecahan masalah, serta kreativitas.

Di samping itu senam otak bisa membantu meningkatkan kecerdasan, meningkatkan kepercayaan diri, dan menangani

(17)

anak yang mengalami masalah dalam proses belajar-mengajar. Senam otak juga sering digunakan untuk terapi beberapa gangguan pada anak-anak, seperti hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, dan emosional, serta sindrom pada bayi, ataupun gangguan kemampuan belajar. Lebih dari itu, senam otak bisa berpengaruh positif dalam menambah konsentrasi, meningkatkan fokus dan daya ingat, serta mengendalikan emosinya.

Dari berbagai praktik dan penerapan senam otak yang sejauh ini telah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan di Barat, diketahui bahwa senam otak menghadirkan gerakan terintegrasi yang sederhana dan menyenangkan. Senam otak juga dapat memaksimalkan mental karena mampu memaksimalkan kerja dua belahan otak. Walaupun aktivitas fisik, senam otak mempunyai fungsi atau manfaat yang sama sekali berbeda sengan senam biasa atau olahraga fisik lain yang selama ini kita kenal. Bila olahraga biasa digunakan untuk menjaga kondisi jantung, paru-paru, dan meningkatkan kekuatan otot, sedangkan senam otak bertujuan meningkatkan kinerja otak. Senam otak selain berfungsi membantu segala hal yang berhubungan dengan kecerdasan, juga bisa membantu mengatasi keterlambatan bayi dalam berjalan atau berlari, dan membantu anak yang tidak bisa lepas dari orang tuanya, serta meningkatkan motivasi dan semangat dirinya. Bayi yang mendapat rangsangan secara tepat dan berkesinambungan tentu akan memengaruhi perkembangan otaknya. Dengan begitu, diharapkan perkembangan fisik, mental, dan intelektualnya akan melampaui kemampuan dasar atau potensi genetiknya.

(18)

Dalam hal ini, penelitian membuktikan bahwa pengalaman dan rangsangan yang diterima pada tahun pertama kehidupan akan berpengaruh pada perkembangan dan fungsi otak anak di kemudian hari. Kartini Sapardjiman, ketua senam otak Indonesia, mengatakan bahwa kecerdasan bayi juga bisa dioptimalkan dengan senam otak. Sebagaimana telah dikatakan bahwa senam otak adalah latihan yang terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis dan menyilang. Senam otak mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan sehingga diharapkan potensi kedua belahan otak akan seimbang dan kecerdasan anak pun maksimal (Muhammad, 2011).

5. GERAKAN

Gerakan-gerakan senam otak sangat sederhana. Senam otak juga tidak membutuhkan waktu yang lama. Sebelum melakukan senam otak, beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:

a. Mengkonsumsi air minum (air putih) secukupnya.

b. Melakukan pernapasan perut yang dilakukan sebanyak 2-8 kali. Pernapasan perut dapat dilakukan dengan dua cara: 1) Dilakukan dengan duduk, dengan cara meletakkan

tangan di perut sambil menarik napas, hingga tangan yang diletakkan di perut terasa terdorong ke depan. 2) Dilakukan dengan terlentang, dengan cara meletakkan

buku di atas perut sambil bernapas, hingga terlihat buku terdorong ke atas (Cahyo, 2011).

(19)

c. Gerakan Hook-Ups

Mengaitkan kedua tangan kanan dan kiri dilakukan dalam posisi duduk. Mengaitkan jemari tangan dan kiri dengan posisi menyilangkan pergelangan tangan. Kaitan kedua tangan diletakkan di bawah dagu. Selama melakukan gerakan ini, mata dipejamkan dan bernapas dalam.

Gambar 1. Gerakan Hook-Ups

Gerakan Hook-Ups mampu menenangkan saraf pusat, mengaktifkan belahan otak kanan dan kiri. Gerakan ini dapat dilakukan setiap sebelum memulai mengerjakan tugas atau pekerjaan, ketika kesulitan mengambil keputusan, saat merasa sedih atau marah, terlalu banyak kebisingan di kelas saat anak sekolah, sebelum mengerjakan ujian dan saat ingin fokus atau berkonsentrasi (Wagner, 2009). Gerakan

Hook-Ups dilakukan sebanyak 4-8 kali (Cahyo, 2011).

Gerakan senam otak mencakup 26 gerakan. Semua gerakan senam otak ini dapat melibatkan tiga dimensi otak, yakni lateralis, pemfokusan dan pemusatan diakhiri dengan penguatan.

(20)

a. Lateralis

1) Gerakan Silang

a) Menggerakkan organ tubuh kiri dan kanan secara bersamaan.

b) Mengintegrasikan otak kiri/kanan seimbang, meningkatkan energi, mempermudah belajar, dan menyeimbangkan emosi.

Gambar 2. Gerakan Silang

2) Angka 8 Tidur

a) Tangan lurus ke depan, naik ke kiri atas, buat angka 8 tidur.

b) Lakukan tiap tangan beberapa kali, terakhir gunakan 2 tangan, ikuti dengan mata.

c) Mengaktifkan dua belahan otak kerja sama dengan baik, meningkatkan penglihatan, membantu penderita disleksia.

(21)

Abjad 8 mengadaptasi bentuk 8 Tidur sebagai tempat meletakkan huruf kecil dari a ke t. Huruf ini mengintegrasikan gerakan yang menyangkut pembentukan huruf-huruf, memampukan penulisannya untuk menyeberangi garis tengah visual tanpa mengalami kebingungan. Setiap huruf secara jelas ditempatkan pada salah satu sisi, kiri atau kanan dari garis tengah. Banyak huruf mulai atau berakhir dengan menulis garis ke bawah. Bagi kebanyakan murid, ketika penulisan huruf kecil membaik maka tulisan tangan pun umumnya juga lebih mudah.

Petunjuk mengajar:

a) Murid melakukan Abjad 8 Tidur sebelum memulai dengan abjad 8 ini,

b) Kegiatan ini dilakukan dengan ukuran besar dulu, digambarkan pada papan atau udara dengan tangan menyatu, untuk mengaktifkan otot-otot utama pada lengan, bahu, dan dada.

c) Perhatikan bahwa huruf pada bidang pengelihatan kiri kebanyakan dimulai pada titik tengah mengikuti lingkaran ke kiri atas, putar, dan turun di garis tengah. d) Perhatikan bahwa huruf pada bidang pengelihatan

kanan dimulai pada garis tengah dengan garis ke bawah, naik ke lingkaran kanan atas, dan putar.

e) Bantu murid untuk menemukan struktur antarhuruf (contoh: lihat r di m dan di n).

(22)

(1) (3)

(2) (4) (Gambar 2.4 Alphabet 8s) 3) Coretan Ganda

a) Gambarlah sesuatu dengan menggunakan kedua tangan bersamaan. Mulai dengan gerakan besar dan sederhana, makin lama makin bervariasi dan bentuk makin kecil.

b) Meningkatkan koordinasi mata dan tangan, menunjang kemampuan berhitung.

(23)

Coretan ganda adalah kegiatan menggambar di kedua sisi tubuh yang dilakukan pada bidang tengah untuk menunjang kemampuan agar mudah mengetahui arah dan orientasi yang berhubungan dengan tubuh.

Petunjuk mengajar:

a) Mulai dengan membiarkan murid untuk bebas membuat “coretan” dengan kedua tangan bersama (seperti melukis dengan jari).

b) Latihan dimulai dengan menggerakkan lengan secara leluasa, tengkuk dan mata rileks.

c) Pentingkan prosesnya, bukan hasilnya. Hindari membuat penilaian positif dan negatif.

d) Kepala dan mata ikut bergerak dengan santai.

e) Berikan contoh gambar coretan ganda yang pernah dilakukan orang lain.

f) Berikan dorongan untuk menciptakan percobaan baru lainnya.

g) Coretan ganda dalam bentuk nyata, seperti lingkaran, segitiga, bintang, hati, pohon, atau wajah paling menyenangkan bila dilakukan secara spontan (Paul E. Dennison, 2008).

(24)

4) Abjad 8

Mengaktifkan kedua belahan otak, menunjang koordinasi tangan dan mata, meningkatkan keterampilan motorik halus.

Gambar 5. Abjad 8

5) Gajah

a) Pasang kuda-kuda dan lutut ditekuk sedikit, goyangkan pinggul. Letakkan telinga di atas bahu dengan tangan direntangkan ke depan.

b) Bayangkan tangan menjadi belalai gajah, ikuti 8 tidur yang terletak agak jauh.

c) Meningkatkan pendengaran, daya ingat, dan kemampuan bicara.

d) Mengintegrasikan penglihatan, pendengaran, dan gerakan seluruh tubuh.

(25)

6) Putaran Leher

a) Bahu dinaikkan. Tundukkan kepala ke depan dan putar dari satu sisi ke sisi lainnya.

b) Bernapaslah dengan baik dan teratur, embuskan napas dan bayangkan ketegangan otot ikut terembus keluar badan.

c) Meredakan ketegangan otot tengkuk dan leher, menenangkan sistem saraf pusat, memudahkan bicara dan belajar bahasa.

Gambar 7. Putaran Leher

7) Olengan Pinggul

a) Tangan diletakkan di lantai di belakang badan. Kedua kaki diangkat sedikit sambil pinggul diputar beberapa kali ke kiri dan ke kanan, terakhir mengikuti bentuk 8 tidur.

b) Menunjang koordinasi seluruh tubuh. Meningkatkan kemampuan memerhatikan dan memahami.

(26)

8) Embusan Napas

a) Letakkan tangan pada perut bagian bawah.

b) Tarik napas melalui hidung, embuskan napas melalui mulut, bibir diruncingkan

c) Napaslah dengan benar, yaitu panjang dan mendalam. d) Tarik napas tahan napas embuskan napas.

e) Memperbaiki pasokan oksigen ke seluruh badan, terutama otak-meningkatkan energi.

f) Memperbaiki kemampuan membaca dan berbicara.

Gambar 9. Embusan Napas

9) Gerakan Silang Berbaring

a) Lakukan di lantai dengan alas pelindung.

b) Posisi telentang, lutut, kepala diangkat, secara bergantian satu tangan menyentuh lutut sebelah. c) Anak yang lebih besar, menyilangkan tangan di

belakang kepala dan coba menyentuh dengan siku, lutut kaki sebelah. Kaki bergerak seperti main bola. d) Mudah menerima pelajaran, menunjang kegiatan

(27)

Gambar 10. Gerakan Silang Berbaring

10) Mengisi Energi

a) Duduk di kursi secara santai. Letakkan lengan bawah dan tangan di meja, sejajar pundak dengan jari tangan sedikit ke dalam.

b) Kemudian telungkup hingga dahi menyentuh meja. c) Tarik napas sambil rasakan udara naik di garis tengah

ke atas seperti air mancur yang menegakkan punggung bagian atas, tengkuk, dan kepala. Pertahankan sebentar posisi ini di mana dada terbuka lebar dan pundak rileks.

d) Selanjutnya embuskan napas, sambil dagu diturunkan seperti posisi semula.

e) Menjaga otot punggung dan tulang belakang tetap lemas, fleksibel, dan rileks.

(28)

Gambar 11. Mengisi Energi

11) Membayangkan “X”

Memperkuat koordinasi seluruh tubuh, mudah berpikir, konsentrasi, dan komunikasi.

Gambar 12. Membayangkan “X”

b. Pemfokusan

Terkait dimensi muka-belakang dengan melibatkan batang otak yang berhubungan dengan kemampuan konsentrasi, mengerti dan memahami. Gerakan meregangkan otot di tengkuk dan sepanjang kaki dapat melancarkan energi dari bagian belakang otak mengalir ke bagian depan di mana terdapat kemampuan mengungkapkan diri. Bila bagian ini tidak seimbang, maka otot tengkuk dan bahu tegang, kurang

(29)

semangat belajar, cepat bingung, sulit memahami, dan kurang mampu mengungkapkan diri.

1) Burung Hantu

a) Pijat otot bahu kiri dengan tangan kanan.

b) Gerakkan kepala perlahan menyeberangi garis tengah, ke kiri, ke kanan, dengan tinggi posisi dagu tetap. c) Keluarkan napas pada setiap putaran kepala, ke kiri,

ke kanan dan kembali ke tengah. d) Ulangi untuk bahu kanan.

e) Mengurangi ketegangan otot leher, menunjang konsentrasi dan daya ingat serta kemampuan bicara dan menghitung.

Gambar 13. Burung Hantu

2) Lambaian Tangan

a) Luruskan satu tangan ke atas di samping telinga. b) Letakkan tangan kedua di bawah siku, lewat belakang

kepala.

c) Gerakkan tangan pertama ke arah luar, dalam, belakang dan depan sambil tangan kedua menahan dengan halus.

(30)

e) Melepaskan ketegangan di otot pundak, mengontrol gerakan motorik kasar dan halus, meningkatkan koordinasi mata dan tangan.

Gambar 14. Lambaian Tangan

Mengaktifkan tangan merupakan gerakan isometrik untuk menolong diri sendiri yang memperpanjang otot-otot dada atas dan bahu. Kontrol otot-otot untuk gerakan-gerakan motorik kasar dan motorik halus berasal dari area ini. Jika otot-otot ini memendek karena ketegangan maka gerakan-gerakan yang berhubungan dengan menulis dan menguasai alat akan terlambat.

Petunjuk Mengajar:

a) Murid diminta memerhatikan apakah tangannya tergantung lemas pada kedua sisi tubuhnya.

b) Murid mengaktifkan bahu tangan, dan kepalanya tetap rileks. Kemudian dia membandingkan tangan, tingkat rileks, dan keluwesan kedua tangan, sebelum mengaktifkan tangan yang lain.

c) Gerakan dilakukan pada empat posisi: menjauhi kepala, kedepan, ke belakang, dan ke arah telinga.

(31)

d) Murid bisa merasakan gerakan lengan sampai ke rongga dada.

e) Pada saat melakukan gerakan mengaktifkan tangan murid mengembuskan napas dalam hitungan delapan atau lebih.

f) Murid bisa merasakan meningkatnya relaksasi, koordinasi, dan vitalitas saat ketegangan tangan dilepaskan.

g) Sesudah menyelesaikan gerakan, murid memutar atau menggerakkan bahu sambil merasakan relaksasinya. 3) Lambaian Kaki

a) Duduk berpangku kaki. Kedua tangan masing-masing memegang ujung urat/tendon bag. Atas dan bawah betis (di bawah lutut dan di atas tumit).

b) Panjangkan otot/carilah titik-titik tegang sambil melambaikan kaki.

c) Embuskan napas pada saat kaki bergerak ke atas atau betis terasa tegang/ nyeri.

d) Mengintegrasikan otak bagian muka dan belakang, melancarkan komunikasi.

(32)

4) Pompa Betis

a) Berdiri dengan menyandarkan kedua tangan di kursi. Rentangkan satu kaki ke belakang dengan tumit terangkat dan kaki satunya dengan lutut di bengkokkan ke depan.

b) Kemudian sambil mengembuskan napas lakukan gerakan ke bawah dengan berat badan dipindahkan ke kaki belakang sampai tumit menekan lantai dan terasa tarikan pada betis. Tahan beberapa saat pada posisi ini.

c) Selanjutnya tarik napas dan tumit diangkat seperti semula.

d) Integrasi otak bagian muka dan belakang, lebih mampu mengungkapkan diri.

Gambar 16. Pompa Betis

5) Luncuran Gravitasi

a) Duduk di kursi dan kaki dilonjorkan ke depan secara bersilang.

b) Bungkukkan badan ke depan dan biarkan ke bawah. c) Rentangkan tangan ke depan, tundukkan kepala dan

badan ke bawah mencium lutut sambil mengembuskan napas. Kemudian tarik napas pada saat menegakkan tubuh dengan posisi tangan sejajar dengan lantai. Ulangi ganti kaki.

(33)

d) Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi.

Gambar 17. Luncuran Gravitasi

6) Pasang Kuda-Kuda

a) Bukalah kaki, arahkan kaki kanan ke kanan dan kaki kiri tetap lurus ke depan.

b) Ambil napas dengan kepala lurus ke depan, tekuk lutut kanan dibarengi embusan napas sambil memalingkan kepala ke arah kanan. Ulangi untuk kaki kiri.

c) Menunjang ingatan jangka pendek, tubuh terasa rileks, meningkatkan perhatian, dan konsentrasi.

(34)

c. Pemusatan

Terkait dimensi atas-bawah dengan melibatkan otak tengah yang berhubungan dengan kemampuan mengatur dan mengorganisasikan sesuatu. Gerakan tertentu dapat meningkatkan energi untuk menghubungkan bagian bawah otak (informasi emosional) dengan otak besar (berpikir abstrak). Bila bagian ini tidak seimbang maka orang akan mengalami kesulitan untuk konsentrasi, kurang percaya diri, penakut, mengabaikan perasaan dan sulit melakukan gerakan melompat.

1) Minum Air

Bermanfaat untuk memperlancar pengaliran energi di otak dan seluruh badan.

Gambar 19. Minum Air

2) Saklar Otak

a) Pijatlah dua titik/lekukan di bawah tulang selangka, tangan lainnya letakkan di daerah pusar.

b) Variasikan dengan mata melirik ke kiri-kanan, atas-bawah, jauh-dekat.

c) Rangsangan titik ini meningkatkan peredaran darah ke otak

(35)

Gambar 20. Saklar Otak

3) Tombol Bumi

a) Letakkan dua jari tangan di tengah dagu dan tangan lainnya di daerah pusar menunjuk ke bawah.

b) Ikuti gerakan mata dari bawah ke atas dalam satu garis.

c) Meningkatkan otak untuk konsentrasi dan koordinasi.

Gambar 21. Tombol Bumi

4) Tombol Keseimbangan

a) Sentuh di belakang telinga kanan dengan beberapa jari tangan kanan, tangan kiri letakkan di pusar dan (sebaliknya).

b) Menjaga keseimbangan, meningkatkan konsentrasi/kepekaan terhadap tubuh, lebih siap menerima pelajaran.

(36)

Gambar 22. Tombol Keseimbangan

5) Tombol Angkasa

a) Dua jari tangan di bawah hidung dan tangan lainnya di ujung tulang ekor.

b) Tarik napas dan buang napas dengan baik.

c) Mengurangi ketegangan dan rasa takut, menenangkan sistem saraf pusat.

Gambar 23. Tombol Angkasa

6) Menguap Berenergi

a) Pijat otot di sekitar persendian rahang sambil membuka mulut.

b) Menguaplah dengan bersuara untuk melemaskan otot. c) Merilekskan seluruh otot, meningkatkan penglihatan,

(37)

Gambar 24. Menguap Berenergi

7) Pasang Telinga

a) Daun telinga dipijit dan ditarik keluar dengan jari telunjuk dan jempol ke atas, ke samping, ke bawah. b) Mengaktifkan otak untuk mendengar, mengingat, dan

bicara.

c) Menjaga kebugaran fisik dan mental.

Gambar 25. Pasang Telinga

(Astuti & Prihastuti, n.d.). d. Penguatan

1) Gerakan Cross Crawl

Gerakan Cross Crawl membantu meningkatkan integrasi antara otak kanan dan kiri. Gerakan ini juga mampu meningkatkan pengintegrasian antara lengan dan kaki kanan dan kiri. Gerakan ini dilakukan dengan cara berdiri tegak, kemudian melakukan gerakan menyilang antara

(38)

lengan dan kaki. Lengan kanan digerakkan ke arah kiri dan kaki kiri ditekuk ke atas sehingga lutut kiri terangkat mendekati lengan kanan dan sebaliknya pada lengan kiri dan kaki kanan. Saat mengangkat kaki, disarankan untuk mengangkat setinggi sesuai kemampuan maksimal.

Gerakan Cross Crawl sangat tepat dilakukan saat kita membutuhkan pasokan energi lebih, saat ingin meningkatkan koordinasi, saat diperlukan untuk memperbaiki kesadaran spasial atau orientasi ruang dan tempat (spatial awareness), sebelum berolahraga dan sebelum melakukan aktivitas yang membutuhkan ketajaman visual, pendengaran, dan integrasi kinestetik. Pada anak-anak, gerakan ini juga sangat baik dilakukan untuk merangsang peningkatan kemampuan koordiansi kanan-kiri, sebelum melakukan kegiatan baca-tulis, dan saat sebelum aktivitas olahraga (Wagner, 2009).

(39)

2) Gerakan Positive Points

a) Duduk, berbaring atau berdiri. Silangkan kaki kiri di atas kaki kanan di mata kaki.

b) Julurkan tangan bersilangan ke depan dengan posisi jempol ke bawah, telapak tangan berhadapan dan jari saling menggenggam.

c) Tarik tangan ke depan dada. Tutup mata, bernapas dalam dan teratur sambil rileks.

(Astuti & Prihastuti, n.d.).

d) Pada anak-anak yang takut melakukan dengan memejamkan mata, mereka dapat pula melakukan gerakan ini dengan tetap membuka mata (Wagner, 2009).

e) Saat menarik napas melalui hidung, tempelkan lidah di langit-langit mulut, pada waktu membuang napas melalui mulut, lidah dilepaskan.

f) Setelah itu kembalikan kaki pada posisi biasa dan ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus sambil bernapas dalam.

Gambar 27. Gerakan Possitive Points

(40)

DEFINISI PERKEMBANGAN

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses permatangan (Adriana, 2011).

Whaley dan Wong mengemukakan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas, di antaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan, dan pembelajaran. Proses pematangan berhubungan dengan peningkatan kematangan dan adaptasi. Proses tersebut terjadi secara terus-menerus dan saling berhubungan serta ada keterkaitan antara satu komponen dan komponen lain. Jadi, jika tubuh anak semakin besar dan tinggi, kepribadiannya secara simultan juga semakin matang (Supartini, 2004).

(41)

Marlow (1988) dalam (Supartini, 2004). Mendefinisikan perkembangan sebagai peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus-menerus. Jadi perkembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan peningkatan kemampuan untuk berfungsi pada tingkat tertentu (Supartini, 2004).

Keterampilan motorik halus ini melibatkan gerakan tangan yang diatur secara halus seperti menggenggam mainan, mengancingkan baju, menulis, atau melakukan apa pun yang memerlukan keterampilan tangan (Soetjiningsih, 2012). Perkembangan motorik halus melibatkan gerakan tangan yang diatur secara halus, menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apa pun yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus (Santrock, 2007).

Ada dua istilah dalam perkembangan motorik, yaitu yang disebut dengan gerak (movement) & motorik (motor). Motorik (motor) merujuk pada faktor biologis dan mekanis yang memengaruhi gerak (movement)… (Gellahue, 1997). Sedangkan gerak (movement) merujuk pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat diamati. Maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motorik merupakan kemampuan yang bersifat lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh.

Perkembangan motorik merupakan cara tubuh untuk meningkatkan kemampuan sehingga performanya menjadi lebih kompleks. Perubahan ini terjadi terus menerus sepanjang siklus kehidupan. Perkembangan motorik mencakup dua klasifikasi, yaitu kemampuan motorik kasar dan kemampuan

(42)

motorik halus. Meggitt (2002) mengungkapkan istilah perkembangan motorik merujuk pada makna perkembangan fisik, di mana perkembangan fisik memiliki arti bahwa anak telah mencapai sejumlah kemampuan dalam mengontrol diri mereka sendiri. Sementara Dodge (2002) berpendapat bahwa pencapaian kemampuan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia prasekolah merupakan tujuan dari pengembangan fisik anak.

Perkembangan motorik anak akan melalui tiga proses, yaitu: pertama, perkembangan dari otot kasar menuju otot kecil, kemudian pertumbuhan dari kepala ke jari kaki (cephalocaudal) serta perkembangan dari sumbu tubuh menuju ke luar (proximoditssal). Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otot-otot besar pada tubuh, sementara kemampuan motorik halus mencakup kemampuan manipulasi kasar (gross manipulative skill) dan kemampuan manipulasi halus (fine manipulative skill) yang melibatkan penggunaan tangan dan jari secara tepat (Carolyn Meggit, 1999).

Frankenberg dalam Adriana (2011), melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita:

1) Personal Social (Kepribadian atau Tingkah Laku Sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2) Fine Motor Adoptive (Gerakan Motorik Halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan

(43)

bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (Bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4) Gross Motor (Perkembangan Motorik Kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

1. PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga, dan sebagainya.

Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan keterampilan otot-otot besar. Gerakan-gerakan seperti tengkurap, duduk, merangkak, dan mengangkat leher adalah bagian dari aktivitas motorik kasar. Gerakan inilah yang pertama terjadi pada tahun pertama usia anak.

Ada tiga jenis gerakan pada motorik kasar yang dapat dilakukan oleh anak. Ketiga kegiatan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat usianya. Berikut akan dijelaskan ketiga jenis kegiatan ini:

(44)

1. Kemampuan Lokomotor

Perlu dikembangkan dengan tujuan membantu anak mengembangkan kemampuan menggunakan otot-otot besar untuk berpindah (menggunakan semua anggota tubuh) secara horizontal dan proyeksi tubuh. Gerakan lokomotor dapat ditunjukkan melalui kegiatan seperti melompat, meloncat, berlari cepat, berjingkrak, dan meluncur.

2. Kemampuan Non-lokomotor

Kemampuan menggerakkan bagian atau anggota-anggota tubuh seperti kepala, bahu, tangan, pinggang, kaki tanpa melakukan perpindahan. Kegiatan ini dapat berupa gerakan mendorong, menarik, mengayun, meliuk, memutar, peregangan, mengangkat, membungkuk, angkat satu kaki, dst. 3. Kemampuan Manipulatif

Kemampuan ini merupakan kemampuan anak menggunakan benda, alat atau media dalam bergerak. Alat atau media ini dapat diperlakukan dengan cara dilempar, diayun, diangkat, ditarik, digulirkan, dihentakkan, atau dengan cara lainnya sehingga dapat mendukung kemampuan gerak yang diharapkan dapat dicapai atau dikuasai.

a. Tahap Perkembangan Motorik Kasar

Tahapan perkembangan motorik paada anak usia dini: 1. Imitation (Peniruan)

Keterampilan seseorang menirukan sesuatu yang dilihat, didengar, dan dialaminya. Tahap imitasi terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, di mana anak mulai

(45)

memberi respons serupa dengan apa yang diamatinya. Contoh: menirukan gerakan tari, berjalan atau melompat. 2. Manipulation (Menggunakan Konsep)

Keterampilan untuk menggunakan konsep dan melakukan kegiatan. Tahap manipulasi menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Contoh: memasukkan bola ke keranjang, melakukan smash, atau melakukan gerakan senam yang didemonstrasikan.

3. Presition (Ketelitian)

Berhubungan dengan kegiatan secara teliti dan benar. Aktivitas di tahap ini membutuhkan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Contoh: berjalan di atas papan titian.

4. Articulation (Perangkaian)

Keterampilan motorik untuk mengaitkan bermacam-macam gerakan yang berkesinambungan. Aktivitas dalam tahap ini menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh: mendrible dan lay up, menggiring dan mengoper bola.

5. Naturalisation (Kewajaran)

Gerakan yang dilakukan dengan dihayati dan wajar. Menurut tingkah laku yang ditampilkan, gerakan ini paling sedikit mengeluarkan energi baik fisik maupun psikis. Gerakan biasanya dilakukan secara rutin sehingga

(46)

telah menunjukan keluwesan. Contoh: bermain bola, berenang, bersepeda.

Lembaga pendidikan mempunyai fungsi untuk meletakkan dasar pengembangan aspek-aspek afektif dan psikomotor, di samping aspek kognitif sebagai unsur yang menuju kepada pembinaan anak menjadi pribadi-pribadi yang utuh, sehat dan segar baik jasmani, rohani, maupun sosialnya. Untuk itu dilakukan upaya yang salah satunya adalah dengan dimasukkannya program pendidikan keterampilan ke dalam kurikulum dan pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah-sekolah.

Anak-anak prasekolah membuat kemajuan yang besar dalam keterampilan motorik kasar (gross motor skill), seperti berlari, melompat, yang melibatkan penggunaan otot besar. Perkembangan daerah sensoris dan motor pada korteks memungkinkan koordinasi yang lebih baik antara apa yang diinginkan oleh anak dan apa yang dapat dilakukannya. Tulang dan otot mereka semakin kuat, dan kapasitas paru mereka semakin besar memungkinkan mereka untuk berlari, melompat, dan memanjat lebih cepat, lebih jauh, dan lebih baik (Papalia, Old, dan Feldman, 2008: 315).

Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari ke sana-kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil risiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap

(47)

tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.

Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil risiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu objek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock, 1995: 225). Terlihat bahwa pengembangan motorik kasar untuk anak usia prasekolah (2-6 tahun) lebih kepada melatih gerak dan koordinasi mereka di mana standar kompetensi dan kompetensi dasarnya dimuat dalam kemampuan motorik pada kurikulum. Kegiatan pun banyak dilakukan melalui aktivitas bermain, sama halnya dengan pengembangan kemampuan motorik yang dilakukan di tingkat SD kelas awal. Perbedaannya adalah pada tingkat SD, unsur knowledge sudah mulai dikenalkan kepada anak. Sehingga di tengah dan akhir kegiatan pembelajaran ada serangkaian evaluasi yang tidak hanya mengukur kemampuan praktikal motorik anak melainkan juga ada pengukuran kemampuan pengetahuan mereka terkait dengan beberapa hal dalam pelajaran pendidikan jasmani itu sendiri.

Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan, gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh anak, gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi, berbagai gerakan motorik kasar yang dicapai

(48)

anak sangat berguna bagi kehidupannya kelak, seperti, merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang.

b. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Motorik Kasar 1. Untuk kesimbangan tubuh anak.

2. Melenturkan otot-otot anak.

3. Mengembangkan kecerdasan anak karena dapat merangsang otak melalui gerakan aliran atau peredaran darah yang lancar yang dapat mengalirkan oksigen ke otak sehingga saraf-saraf otak dapat berkembang.

4. Untuk kelincahan gerakan anak.

5. Sebagai alat untuk menunjang perkembangan.

6. Meningkatkan kemampuan mengelola, mengontol gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan keterampilan tubuh.

c. Perkembangan Motorik Kasar Anak TK

Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak, misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh tubuh, kemudian metode yang digunakan adalah metode kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motorik kasar yang perlu dikembangkan anak seperti anak dapat belajar menangkap bola, menendang, meloncat, dan lain sebagainya.

Pada usia 3-4 tahun perkembangan motorik kasar anak, seperti, menangkap bola besar dengan tangan lurus di depan badan, berdiri dengan 1 kaki selama 5 detik, melompat

(49)

melempar bola hingga 3 meter, melompat dengan satu kaki, dan lain-lain.

Sedangkan perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun seperti berlari dan langsung menendang bola, melompat-lompat dengan kaki bergantian, melambungkan bola tenis dengan satu tangan dan menangkapnya dengan satu tangan, berjalan pada garis yang sudah ditentukan, berjinjit dengan tangan dan pinggul, mengayuhkan satu kaki ke depan atau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan

d. Prinsip Perkembangan Motorik Kasar Anak TK

1. Anak usia TK sudah memiliki kemampuan melihat dengan fokus yang benar, sehingga guru dapat memberikan aktivitas melempar bola, ia telah memiliki kemampuan melihat bola dilempar ke arahnya dan ditangkap oleh tangan, guru dapat menciptakan aneka aktivitas dengan menggunakan karakteristik ini.

2. Anak usia TK telah dapat melakukan serangkaian gerakan secara berkelanjutan misalnya gerakan menangkap, melempar, menendang.

3. Guru perlu memberikan relaksasi pada anak setelah mereka beraktivitas atau melakukan suatu gerakan. 4. Gerakan oposisi, gerakan ini perlu diperkenalkan pada

anak, gerakan oposisi adalah gerakan seperti berjalan atau berlari dimana posisi tangan kanan diayunkan ke depan dikoordinasikan dengan langkah kaki kanan ke depan. Koordinasi ini dapat dilatihkan kepada anak dalam kegiatan baris berbaris.

(50)

5. Pemindahan beban, gerakan pemindahan pada anak dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada mereka gerakan memanjat pohon. Pemindahan beban dengan satu kaki dapat mengajarkan keseimbangan dan merasakan pemindahan beban pada tubuh mereka.

6. Tenaga sebagai guru TK memberikan aktivitas kepada anak TK sebagai contoh menendang bola atau menahan beban.

e. Karakteristik Perkembangan Motorik Kasar Anak TK 1. Gerak motorik kasar melibatkan seluruh bagian-bagian

tubuh anak terutama otot-otot besar, misalnya berlari, melompat, melempar, menangkap, dan lain-lain.

2. Pertumbuhan relatif stabil, anggota badan terus tumbuh dengan cepat dalam proporsi yang seimbang, keseimbangan perkembangan jadi lebih baik.

3. Gerakan motorik kasar membutuhkan tenaga yang banyak karena seluruh anggota tubuh ikut bergerak.

2. PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Motor halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan gerakan otot-otot kecil. Menggambar, meronce

(51)

manik-manik, menulis dan makan adalah contoh beberapa gerakan motorik halus. Kemampuan motor halus ini berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil berkembang optimal. Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Anak pada usia 4 tahun, motorik halusnya sudah berkembang hampir sempurna. Walau demikian, terkadang, mereka masih bisa melakukan kesalahan jika menggunakan motorik halusnya, dan masih mengalami kesulitan melakukan sesuatu, dalam kapasitasnya sedang menggunakan motorik halus. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.

Pada usia 5-6 tahun, banyak anak yang sudah sempurna motorik halusnya, karena bisa dilihat dalam kegiatan menggambar ataupun menulis. Dimana anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan. Motorik halus merupakan koordinasi

(52)

antara jari-jemari, telapak tangan dan kaki serta mata. Umumnya orang tua lebih memerhatikan perkembangan motorik kasar ketimbang motorik halus. Padahal, sama pentingnya. Bahkan lebih bermakna karena mengarah pada inteligensi anak. Dari sini nantinya akan terlihat kemampuan anak menulis. Anak selagi di play group atau TK belum bisa memegang pensil dengan benar, ternyata di usia sekolah kemampuan menulisnya kurang baik.

(53)

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN

FISIOLOGIS ANAK USIA TAMAN

KANAK-KANAK

Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan latihan atau praktik. Kematangan saraf pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang dewasa. Saraf-saraf yang ada di pusat susunan saraf belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurogical maturation. Pada anak usia 5 tahun saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiata motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, dan

(54)

berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, di antaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis.

Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda. Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu didukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.

Kemampuan fisik/motorik anak apabila bermasalah perlu dilakukan terapi. Apabila masalahnya berhubungan dengan motorik kasar, anak akan menjalani fisioterapi. Sedangkan jika masalahnya pada motorik halus, ia akan menjalani terapi

(55)

okupasi. Untuk keterlambatan bahasa, tentu anak akan menjalani terapi wicara, dan sebagainya.

Anak usia 4 tahun

1) Membangun menara setinggi 11 kotak.

2) Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut dan dapat dikenali oleh orang lain.

3) Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari.

4) Menjiplak gambar kotak. 5) Menulis beberapa huruf. Anak usia 5 tahun

1) Menulis nama depan; membangun menara setinggi 12 kotak; mewarnai dengan garis-garis.

2) Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari. 3) Menggambar orang beserta rambut hidung.

4) Menjiplak persegi panjang dan segitiga.

5) Memotong bentuk-bentuk sederhana (News, 2013).

a. Penilaian Perkembangan Motorik Halus

1) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal, atau penyimpangan.

a) Jadwal Pelaksanaan Skrining

Secara rutin dilakukan pada anak umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining terdekat

(56)

untuk pemeriksaan rutin. Misalnya, bayi umur tujuh bulan, maka ibu diminta datang kembali pada umur sembilan bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining, maka pemeriksaan menggunkan KPSP untuk umur yang terdekat pada umur yang lebih mudah, skrining menggunakan KPSP dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas PAUD yang telah terlatih.

b) Alat/Instrumen yang Digunakan

Alat/instrumen yang digunakan pada skrining KPSP adalah sebagai berikut:

1. Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0-72 bulan.

2. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak enam buah, kismis, kacang tanah, dan potongan biskuit kecil ukuran 0,5-1 cm. c) Cara Penggunaan KPSP

1. Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa

Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir. Bila umur anak (dalam hitungan bulan) lebihnya 16 hari, maka dibulatkan menjadi 1 bulan. Misalnya, umur anak 6 bulan 16 hari, maka dibulatkan menjadi 7 bulan. Jika umur

(57)

anak 6 bulan 15 hari maka umur anak tetap dihitung 6 bulan.

2. Setelah menentukan umur anak, pilihlah KPSP yang sesuai dengan umur anak.

3. KPSP terdiri atas dua macam pertanyaan sebagai berikut:

a. Pertanyaan dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?” b. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas

untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Misalnya, “Pada posisi anak terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke arah posisi duduk!”

4. Jelaskan kepada orang tua agar tidak takut atau ragu-ragu untuk menjawab. Oleh karena itu pastikan orang tua/pengasuh anak mengerti dengan apa yang ditanyakan kepadanya.

5. Ajukan pertanyaan secara beruruta dan satu per satu. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban, yaitu ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

6. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orang tua/pengasuh anak menjawab pertanyaan sebelumnya.

7. Terakhir, teliti kembali apakah semua pertanyaan dalam KPSP telah terjawab.

(58)

d) Interpretasi Hasil KPSP

1. Hitung berapa jumlah jawaban ya.

a) Jawaban “ya” bila orang tua/pengasuh anak menjawab anak bisa, pernah, sering atau kadang-kadang melakukannya.

b) Jawban “tidak” bila orang tua/pengasuh anak menjawab belum pernah, tidak melakukan, atau orang tua/pengasuh anak tidak tahu.

2. Jumlah jawaban “ya” = 9 atau 10, berarti perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

3. Jumlah jawaban “ya” = 7 atau 8, berarti perkembangan anak meragukan (M).

4. Jumlah jawaban “ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

5. Untuk jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa). 2) Denver Development Screening Test (DDST)

Denver development screening test (DDST) adalah

sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0-6 tahun. Nama Denver diambil dari University of Colorado Medical Center di Denver. Di mana uji skrining ini dibuat.

DDST mengalami beberapa kali revisi dalam perkembangannya. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standarisasi dari DDST dan DDST-R (Revised Denver Development Screening Test).

(59)

Perbedaan Denver II dengan skrining terdahulu terletak pada item-item tes, bentuk, interpretasi, dan rujukan. a) Manfaat Denver Developmet Screening Test (DDST)

Manfaat DDST bergantung pada umur anak. Pada bayi, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis seperti serebral palsi. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan masalah akademik dan sosial.

1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.

2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.

3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala, kemungkinan adanya kelainan perkembangan.

4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.

b) Isi DDST

Denver II terdiri dari 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan umur anak 0-6 tahun dan terbagi dalam 4 sektor, yaitu sebagai berikut:

1. Kepribadian/Tingkah Laku Sosial (Personal

Social)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosilalisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Gerakan Motor Halus (Fine Motor Adaptive) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu serta melakukan gerakan

(60)

yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil.

3. Bahasa (Language)

Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4. Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) Aspek yang berhubungan dengan perkembangan pergerakan dan sikap tubuh (Adriana, 2011).

c) Penilaian Item Test DDST

Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu, “Tak dapat diuji”, ”Suspek” dan “Normal”.

1. Tidak dapat diuji. Interpretasi TIDAK DAPAT DIUJI diberikan jika terdapat satu atau lebih skor “Terlambat” (1T) dan atau dua atau lebih “Peringatan” (2P). Ingat, dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). Jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang.

2. Suspek. Interpretasi SUSPEK diberikan jika terdapat satu atau lebih skor “Terlambat” (1T) dan atau dua atau lebih “Peringatan” (2P). Ingat, dalam hal ini T dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan penolakan (M). Jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 mimggu mendatang untuk menghilangkan faktor-faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.

(61)

3. Normal. Interpretasi NORMAL diberikan jika tidak ada skor “Terlambat” (0T) dan atau maksimal 1 “Peringatan” (1P). Jika ini didapat, lakukan pemeriksaan ulang pada kunjungan berikutnya (Adriana, 2011).

3. PRINSIP PERKEMBANGAN

1) Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti

Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.

2) Semua aspek perkembangan saling memengaruhi

Setiap aspek perkembangan individu baik fisik, emosi, inteligensi, maupun sosial atau sama lainnya saling memengaruhi terhadap hubungan atau kolerasi yang positif di antara aspek tersebut.

3) Perkembangan itu mengikuti pola arah atau arah tertentu Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembanag dari tahap sebelumnya yang merupakan prasarat bagi perkembangan selanjutnya.

4) Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan

Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat ada yang lambat).

(62)

5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas

Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: a. Sampai usia 2 tahun anak memusatkan untuk mengenal

lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara.

b. Pada usia 3-6 tahun perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).

6) Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase perkembangan

Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, amak, remaja, dewasa, dan masa tua (Mylsidayu, 2011).

a. Fase-Fase Perkembangan

Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentan perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu, di bawah ini ada beberapa pendapat para ahli;

Wong (2000) mengemukakan perkembangan anak secara umum terdiri atas tahapan prenatal, periode bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak pertengahan, dan masa kanak-kanak akhir. Berikut ini akan diuraikan setiap periode perkembangan anak:

1) Periode Prenatal

Periode ini terdiri atas fase germinal, embrio, dan fetal. Fase germinal, yaitu mulai dari konsepsi sampai kurang lebih usia kehamilan 2 minggu. Fase embrio, mulai dari usia kehamilan 2 minggu sampai 8 minggu dan periode

(63)

fetal mulai dari 8 minggu sampai 40 minggu atau kelahiran. Pada periode ini terjadi pertumbuhan yang sangat cepat dan sangat penting karena terjadi pembentukan organ dan sistem organ otak. Selain itu, adanya hubungan antara kondsi ibu dan fetus yang member dampak pada pertumbuhannya.

2) Periode Bayi

Periode ini terbagi atas neonates dan bayi. Neonates adalah sejak lahir (0 hari) sampai 28 hari. Dari 28 hari sampai usia 12 bulan termasuk periode bayi. Pada periode ini, pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek kognitif, motorik, dan sosial dan pembentukan rasa percaya pada diri anak melalui perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tua. Kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan stimulus sensoris-motor mutlak diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak karena anak masih bergantung secara total pada lingkungan, terutama keluarga sebagai lingkungan pertama.

3) Periode Kanak-Kanak Awal

Periode ini terdiri atas usia anak 1 sampai 3 tahun yang disebut dengan toddler dan prasekolah, yaitu antara 3 sampai 6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih dan anak menunjukkan kemampuan kreativitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Dengan demikian, bahaya atau risiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada periode

(64)

toddler. Orang tua perlu mendapatkan bimbingan

antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan tersebut. Kemampuan interaksi soaila lebih luas terutama pada anak prasekolah dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia sekolah, dan perkembangan konsep diri telah dimulai pada periode ini. Pada usia prasekolah, perkembangan fisik lebih lambat dan relatif menetap. Sistem tubuh harusnya sudah matang dan sudah terlatih dengan toilet trainning. Keterampilan motorik, seperti berjalan, berlari, melompat, menjadi semakin luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu sempurna.

4) Periode Kanak-Kanak Pertengahan

Periode ini dimulai pada usia 6 tahun samapai 11 tahun atau 12 tahun, dengan pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih meningkat dari pada perempuan, dan perkembangan motorik lebih sempurna. Untuk hal ini, anak membutuhkan aktivitas yang regular kurang lebih 4 sampai 5 jam per-hari. Periode ini dikenal sebagai fase usia sekolah, yaitu anak mempunyai lingkungan lain selain keluarga, terutama sekolah.

5) Periode Kanak-Kanak Akhir

Periode ini merupakan fase transisi, yaitu anak mulai memasuki usia remaja, pada usia 11 atau 12 tahun sampai 18 tahun. Anak perempuan mulai memasuki fase pubertas pada usia 11 tahun, sedangkan anak laki-laki 12 tahun. Perkembangan yang mencolok pada periode ini adalah kematangan identitas seksual dengan berkembangnya organ reproduksi dan pencapaian

Gambar

Gambar 26. Gerakan Cross Crawl ................................... 28  Gambar 27. Gerakan Possitive Points.............................
Gambar 1. Gerakan Hook-Ups
Gambar 2. Gerakan Silang
Gambar 4. Coretan Ganda
+7

Referensi

Dokumen terkait