• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Motor halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan gerakan otot-otot kecil. Menggambar, meronce

manik-manik, menulis dan makan adalah contoh beberapa gerakan motorik halus. Kemampuan motor halus ini berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil berkembang optimal. Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Anak pada usia 4 tahun, motorik halusnya sudah berkembang hampir sempurna. Walau demikian, terkadang, mereka masih bisa melakukan kesalahan jika menggunakan motorik halusnya, dan masih mengalami kesulitan melakukan sesuatu, dalam kapasitasnya sedang menggunakan motorik halus. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.

Pada usia 5-6 tahun, banyak anak yang sudah sempurna motorik halusnya, karena bisa dilihat dalam kegiatan menggambar ataupun menulis. Dimana anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan. Motorik halus merupakan koordinasi

antara jari-jemari, telapak tangan dan kaki serta mata. Umumnya orang tua lebih memerhatikan perkembangan motorik kasar ketimbang motorik halus. Padahal, sama pentingnya. Bahkan lebih bermakna karena mengarah pada inteligensi anak. Dari sini nantinya akan terlihat kemampuan anak menulis. Anak selagi di play group atau TK belum bisa memegang pensil dengan benar, ternyata di usia sekolah kemampuan menulisnya kurang baik.

PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN

FISIOLOGIS ANAK USIA TAMAN

KANAK-KANAK

Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan latihan atau praktik. Kematangan saraf pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang dewasa. Saraf-saraf yang ada di pusat susunan saraf belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurogical maturation. Pada anak usia 5 tahun saraf-saraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimulasi berbagai kegiata motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, dan

berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, di antaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis.

Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda. Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu didukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.

Kemampuan fisik/motorik anak apabila bermasalah perlu dilakukan terapi. Apabila masalahnya berhubungan dengan motorik kasar, anak akan menjalani fisioterapi. Sedangkan jika masalahnya pada motorik halus, ia akan menjalani terapi

okupasi. Untuk keterlambatan bahasa, tentu anak akan menjalani terapi wicara, dan sebagainya.

Anak usia 4 tahun

1) Membangun menara setinggi 11 kotak.

2) Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut dan dapat dikenali oleh orang lain.

3) Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari.

4) Menjiplak gambar kotak. 5) Menulis beberapa huruf. Anak usia 5 tahun

1) Menulis nama depan; membangun menara setinggi 12 kotak; mewarnai dengan garis-garis.

2) Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari. 3) Menggambar orang beserta rambut hidung.

4) Menjiplak persegi panjang dan segitiga.

5) Memotong bentuk-bentuk sederhana (News, 2013).

a. Penilaian Perkembangan Motorik Halus

1) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal, atau penyimpangan.

a) Jadwal Pelaksanaan Skrining

Secara rutin dilakukan pada anak umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining terdekat

untuk pemeriksaan rutin. Misalnya, bayi umur tujuh bulan, maka ibu diminta datang kembali pada umur sembilan bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining, maka pemeriksaan menggunkan KPSP untuk umur yang terdekat pada umur yang lebih mudah, skrining menggunakan KPSP dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas PAUD yang telah terlatih.

b) Alat/Instrumen yang Digunakan

Alat/instrumen yang digunakan pada skrining KPSP adalah sebagai berikut:

1. Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0-72 bulan.

2. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak enam buah, kismis, kacang tanah, dan potongan biskuit kecil ukuran 0,5-1 cm. c) Cara Penggunaan KPSP

1. Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa

Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir. Bila umur anak (dalam hitungan bulan) lebihnya 16 hari, maka dibulatkan menjadi 1 bulan. Misalnya, umur anak 6 bulan 16 hari, maka dibulatkan menjadi 7 bulan. Jika umur

anak 6 bulan 15 hari maka umur anak tetap dihitung 6 bulan.

2. Setelah menentukan umur anak, pilihlah KPSP yang sesuai dengan umur anak.

3. KPSP terdiri atas dua macam pertanyaan sebagai berikut:

a. Pertanyaan dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?” b. Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas

untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Misalnya, “Pada posisi anak terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke arah posisi duduk!”

4. Jelaskan kepada orang tua agar tidak takut atau ragu-ragu untuk menjawab. Oleh karena itu pastikan orang tua/pengasuh anak mengerti dengan apa yang ditanyakan kepadanya.

5. Ajukan pertanyaan secara beruruta dan satu per satu. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban, yaitu ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

6. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orang tua/pengasuh anak menjawab pertanyaan sebelumnya.

7. Terakhir, teliti kembali apakah semua pertanyaan dalam KPSP telah terjawab.

d) Interpretasi Hasil KPSP

1. Hitung berapa jumlah jawaban ya.

a) Jawaban “ya” bila orang tua/pengasuh anak menjawab anak bisa, pernah, sering atau kadang-kadang melakukannya.

b) Jawban “tidak” bila orang tua/pengasuh anak menjawab belum pernah, tidak melakukan, atau orang tua/pengasuh anak tidak tahu.

2. Jumlah jawaban “ya” = 9 atau 10, berarti perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

3. Jumlah jawaban “ya” = 7 atau 8, berarti perkembangan anak meragukan (M).

4. Jumlah jawaban “ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

5. Untuk jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa). 2) Denver Development Screening Test (DDST)

Denver development screening test (DDST) adalah

sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0-6 tahun. Nama Denver diambil dari University of Colorado Medical Center di Denver. Di mana uji skrining ini dibuat.

DDST mengalami beberapa kali revisi dalam perkembangannya. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standarisasi dari DDST dan DDST-R (Revised Denver Development Screening Test).

Perbedaan Denver II dengan skrining terdahulu terletak pada item-item tes, bentuk, interpretasi, dan rujukan. a) Manfaat Denver Developmet Screening Test (DDST)

Manfaat DDST bergantung pada umur anak. Pada bayi, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis seperti serebral palsi. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan masalah akademik dan sosial.

1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.

2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.

3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala, kemungkinan adanya kelainan perkembangan.

4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.

b) Isi DDST

Denver II terdiri dari 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan umur anak 0-6 tahun dan terbagi dalam 4 sektor, yaitu sebagai berikut:

1. Kepribadian/Tingkah Laku Sosial (Personal

Social)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosilalisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Gerakan Motor Halus (Fine Motor Adaptive) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu serta melakukan gerakan

yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil.

3. Bahasa (Language)

Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4. Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) Aspek yang berhubungan dengan perkembangan pergerakan dan sikap tubuh (Adriana, 2011).

c) Penilaian Item Test DDST

Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu, “Tak dapat diuji”, ”Suspek” dan “Normal”.

1. Tidak dapat diuji. Interpretasi TIDAK DAPAT DIUJI diberikan jika terdapat satu atau lebih skor “Terlambat” (1T) dan atau dua atau lebih “Peringatan” (2P). Ingat, dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). Jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang.

2. Suspek. Interpretasi SUSPEK diberikan jika terdapat satu atau lebih skor “Terlambat” (1T) dan atau dua atau lebih “Peringatan” (2P). Ingat, dalam hal ini T dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan penolakan (M). Jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 mimggu mendatang untuk menghilangkan faktor-faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.

3. Normal. Interpretasi NORMAL diberikan jika tidak ada skor “Terlambat” (0T) dan atau maksimal 1 “Peringatan” (1P). Jika ini didapat, lakukan pemeriksaan ulang pada kunjungan berikutnya (Adriana, 2011).

Dokumen terkait