KEPUA SAN
METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
H. Cara pengolahan dan Teknik Analisis Data 1. Teknik Analisis Deskriptif
Penggunaan teknik analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik responden penelitian dari beberapa aspek, seperti: budaya organisasi, kepemimpinan, motivasi perawat, sikap perawat, komitmen perawat, mental model atau kemandirian kerja perawat, umpan balik pekerjaan perawat, variasi tugas pekerjaan perawat, mutu asuhan keperawatan, kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan analisis distribusi frekuensi dengan menghitung frekuensi atau jumlah dan persentase dari aspek yang diukur.
Analisis deskriptif juga ditujukan untuk menggambarkan persepsi responden akan indikator setiap variabel penelitian, berdasarkan kecenderungan tanggapan responden terhadap butir pertanyaan dalam instrumen penelitian. Deskripsi setiap indikator dinyatakan dalam nilai frekuensi dan rata-rata. Dengan analisis deskriptif ini diperoleh gambaran persepsi responden terhadap indikator yang merefleksikan variabel penelitian.
2. Teknik Analisis Inferensial
Teknik analisis inferensial digunakan untuk menguji model empiris dan hipotesis yang diusulkan dalam penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural berbasis variance atau component based, yang terkenal disebut Partial Least Square (PLS). PLS merupakan analisis yang powerful, oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, sampel kecil, dan juga dapat digunakan untuk konfirmasi teori (Ghozali, 2008; Hair et al., 2010).
Adapun alasan penggunaan PLS, adalah sebagai berikut:
a. PLS merupakan metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan multiple indicator. Hal ini sesuai dengan model empirik penelitian ini (Gambar 3.1), yang mana dibangun dengan variabel laten eksogen dan variabel laten endogen. Dengan model empirik tersebut, ada tiga tipe yang dilakukan, yaitu:
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
59
1) Pemeriksaan validitas dan reliabilitas indikator pengukur variabel laten (analisis factor confirmation).
2) Pengujian model hubungan antar variabel laten (analisis path).
3) Mendapatkan model yang bermanfaat untuk prakiraan (model struktural atau analisis regresi).
Dalam hal ini PLS memungkinkan pengujian rangkaian hubungan yang relatif rumit seperti itu secara simultan. Model analisis jalur semua variabel dalam PLS terdiri atas tiga rangkaian hubungan, yaitu: 1) Inner model yang menspesifikkan hubungan antara variabel laten (structural model), 2) outer model yang menspesifikasikan hubungan antara variabel laten dengan indikator (measurement model), dan 3) weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator di skala zero means dan unit variance (nilai standar), sehingga parameter lokasi (konstanta) dapat dihilangkan dalam model (Ghozali, 2008).
b. PLS menangani model reflektif dan formatif, bahkan konstruk dengan item (indikator) tunggal (Hair et. al., 2010). Dalam penelitian ini, model struktural yang dianalisis memenuhi model rekursif dan semua indikator dari variabel penelitian yakni: karakteristik organisasi perawat ( X1), karakteristik pekerjaan perawat (X2), karakteristik individu perawat (X3), standar asuhan keperawatan (Y1), standar kinerja profesional perawat (Y2), kepuasan kerja perawat (Y3.1), kepuasan pasien (Y3.2) merupakan indikator reflektif.
c. PLS merupakan metode analisis yang dapat diterpakan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampelnya tidak harus besar, direkomendasikan berkisar dari 30-100 kasus (Ghozali, 2008) atau kurang dari 30 observasi (Hair et. al., 2010). Dalam penelitian ini unit analisis adalah organisasi ruang inap rumah sakit di Kabupaten Gresik yaitu RSUD Gresik dan Rumah Sakit Semen Gresik, yang mana sampel sebanyak 14 unit ruang rawat inap. Dalam penelitian ini dengan N=14 observasi, jadi memenuhi untuk penggunaan PLS.
d. PLS merupakan metode analisis untuk casual-predictive analysis dalam situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah. Pada PLS, perancangan model bisa berbasis teori, hasil penelitian empiris, analogi, normatif dan rasional. Fokusnya adalah mendapatkan model prediktif yang merupakan hubungan antar variabel yang sebelumnya tidak diketahui, berguna untuk maksud eksplorasi (Hair et. al., 2010; Ghozali, 2008). Karena itu, dengan PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan antar variabel laten, sehingga sebagai perancangan model struktural bisa berupa proposial.
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
60
Penegasan ini memperkuat alasan pengunaan PLS sebagai alat analisis, karena cocok dengan model emperik penelitian ini, dimana hubungan variabel karakteristik organisasi perawat (X1), karakteristik pekerjaan perawat (X2), karakteristik individu perawat (X3), standar asuhan keperawatan (Y1), standar kinerja professional perawat (Y2), kepuasan kerja perawat (Y3.1), kepuasan pasien (Y3.2) dibangun berdasarkan proposisi sebagaimana sudah diuraikan pada kerangka konseptual penelitian.
3. Evaluasi Model
Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik. Evaluasi model terdiri atas dua bagian evaluasi, yaitu evaluasi model pengukuran dan evaluasi model structural: a. Evaluasi Model Pengukuran atau outer model.
Model pengukuran atau outer model dengan indikator reflektif dievaluasi berdasarkan hasil validity dan reliability dari indikator.
Dalam penelitian ini semua variabel merupakan variabel laten dengan indikator reflektif, sehingga evaluasi model pengukuran adalah sebagai berikut:
1) Validity
Bagian pertama dari pengujian outer model adalah convergent validity. Indikator dianggap valid jika memiliki nilai outer loading diatas 0,5 dan nilai T-Statistic di atas 1,96.
2) Reliability
Yaitu menguji nilai reliabilitas indikator dari konstruk yang membentuknya.
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik t (t-test). Kalau dalam pengujian ini diperoleh t-value > 1.96 (alpha 5%), berarti pengujian signifikan, dan sebaliknya kalau t-value < 1.96 (alpha 5%), berarti tidak signifikan. Bilamana hasil pengujian hipotesis pada outer model signifikan, hasil ini menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrument pengukur variabel laten. Sementara, bilamana hasil pengujian pada inner model adalah signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna variabel laten satu terhadap variabel laten lainnya.
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
61
4. Kerangka Analisis
Gambar 4.1 Kerangka Analisis Penelitian
H3 H3 H3 H3 H2 H1 H4 KARAKTERISTIK INDIVIDU (X3) KEPUASAN PASIEN (Y3.2) Y2.1 Y2.2 Y2.2 Y2.4 Y2.5 Y2.6
X3.2 X3.3 X3.4 X3.1 KEPUASAN PERAWAT (Y3.1) Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
STANDAR KINERJA (Y2) STANDAR ASKEP (Y1)
Y3.1.1 Y3.1.1 Y3.1.3 Y3.1.4 Y3.1.5 Y3.1.6 KARAKTERISTIK ORGANISASI (X1) X1.1 X1.2 KARAKTERISTIK PEKERJAAN (X2) X2.1 X2.2 Y3.2.6 Y3.2.5 Y3.2.2 Y3.2.3 Y3.2. Y3..2.1
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
62
KETERANGAN:
X1.1 : Kepemimpinan X1.2 :Budaya organisasi
X2.1 : Umpan balik pekerjaan X2.2 : Variasi tugas
X3.1 : Komitmen
X3.2 : Mental model atau kemandirian kerja X3.3 : Motivasi X3.4 : Sikap Y1.1 : Diagnosis Y1.2 : Evaluasi Y1.3 : Implementasi Y1.4 : Pengkajian Y1.5 : Perencanan Y2.1 : Caring Y2.2 : Courtesy Y2.3 : Empathy Y2.4 : Kolaborasi Y2.5 : Respon Y2.6 : Sincerety Y3.1.1 : Pengawasan Y3.1.2 : Fasilitas Y3.1.3 : Gaji
Y3.1.4 : Hubungan Kerja Y3.1.5 : Promosi Y3.1.6 : Kesesuai Kerja Y2.2.1 : Caring Y2.2.2 : Courtesy Y2.2.3 : Empathy Y2.2.4 : Kolaborasi Y2.2.5 : Respon Y2.2.6 : Sincerety
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
63
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN