• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

TINJAUAN PUSTAKA

2. Ceilling Price

Kebijakasanaan harga tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah yang ditujukan untuk melindungi konsumen.

Gambar 11. Kurva ceilling price

37

Pcp : Harga tertinggi

0Qs : barang yang dijual oleh produsen

QsQd : barang yang dijual oleh pemerintah

3. Harga subsidi

Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah yang bertujuan melindungi konsumen dan produsen.

Gambar 12; Kurva Subsidi Harga Keterangan:

Pj : Harga jaminan Pc : Harga Konsumen Qj : Barang yang dijual Subsidi: PcPjE1E2

38

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu untuk Analisis Biaya dan Pendapatan atau Analisis Kelayakan Usahatani memang telah banyak diteliti, namun untuk Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha pembibitan kultur jaringan masih jarang sekali terdengar. Ada beberapa tetapi lebih meneliti kepada analisis kelayakan Investasi bukan kepada Biaya dan Pendapatan. Dan untuk penelitian Analisis Biaya, Pendapatan dan Investasi Bibit tanaman secara kultur jaringan yang berada di UPT Lebak bulus belum pernah diteliti sebelumnya.

Penelitian Pertama dilakukan oleh Zulfahmi dengan judul Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Jamur Tiram Putih Model Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah. Penelitian ini menitik beratkan kepada suatu lembaga pelatihan dan pendidikan di bidang pertanian yaitu P4S sendiri. Alat analisis yang diambil adalah dengan menggunakan R.C Ratio, B.C Ratio dan analisis titik impas (Break Even Point). Dengan hasil analisis yang didapat Usaha jamur tiram putih P4S Nusa Indah memperoleh pendapatan bersih bernilai positif dan cenderung menguntungkan sebesar Rp.38.168.010- dengan 73,65% berasal dari produksi siap panen, 18,995 berasal dari paket kemitraan investasi dan 7,35 % berasal dari budidaya jamur dengan sistem kemitraan. Kemudian berdasarkan analisis R.C Ratio diperoleh sebesar 1,16. Usaha cenderung menguntungkan karena nilai R/C > 1. Sedangkan hasil dari B.C Ratio adalah 0,16 artinya memberikan keuntungan sebesar Rp.160 setiap Rp. 1000 pengeluaran. Dan untuk analisis Break even point (BEP) juga mengindikasikan adanyanya keuntungan. Jadi usaha jamur tiram putih pada P4S sudah layak untuk dilanjutkan.

39

Penelitian kedua dilakukan oleh Imay Dwicahya dengan mengambil judul Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Anggrek Vanda douglas pada Kelompok Tani Parakan Jaya Pamulang Tangerang Selatan. Alat analisis yang diambil adalah dengan menggunakan R.C Ratio, B.C Ratio dan analisis titik impas (Break Even Point). Dengan hasil analisis yang didapat dengan biaya total usaha Rp.266.979.400,- . Kemudian berdasarkan analisis R.C Ratio diperoleh sebesar 1,72 .Usaha cenderung menguntungkan karena nilai R/C > 1. Sedangkan hasil dari B/C Ratio adalah 0,72artinya memberikan keuntungan sebesar Rp.720 setiap Rp. 1000 pengeluaran. Analisis Break even point (BEP) mengindikasikan adanyanya keuntungan. Jadi usahatani anggrek Vanda douglas pada Kelompok Tani Parakan Jaya Pamulang Tangerang Selatan sudah layak dan dapat dilanjutkan kembali.

Penelitian ketiga, diambil dari segi kelayakan investasi. Penelitian yang ditulis oleh Mukti, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan judul “Analisis Kelayakan

Investasi Pabrik Kelapa Sawit Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh

Darusalam” yang dibuat pada tahun 2009. Dengan hasil penelitian secara finansial

berdasarkan asumsi yang digunakan terdiri dari discount factor 7 %, kegiatan investasi pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan ditinjau dari semua kriteria investasi yang digunakan. Nilai NPV sebesar Rp 106.698.657.000, IRR sebesar 22,34. Sedangkan dengan discount factor 15 %, kegiatan investasi pabrik kelapa sawit tidak layak dilaksanakan nilai NPV yang diperoleh sebesar (-Rp. 30.727.367.000), IRR sebesar 9,03. Jadi Pabrik Kelapa Sawit mengalami kelayakan usaha dengan menggunakan discount factor sebesar 22,34 % yang artinya lebih besar dari suku bunga yang diambil.

40

Dari dua penelitian mengenai Biaya, penelitian Imay Dwicahya lebih mengindikasikan keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan penelitian Zulfahmi. Ini dikarenakan perbedaan komoditi, dari segi perlakuan pada saat produksi, usaha jamur tiram putih lebih memerlukan banyak biaya dibandingkan dengan usaha tanaman Anggrek. Untuk penelitian Investasi mengalami keuntungan dikarenakan hasil irr lebih dari discount factor atau suku bunga yang ditentukan.

2.11 Kerangka Pemikiran

Usaha budidaya tanaman secara kultur jaringan biasanya menghasilkan 2 produk tanaman yang dijual dalam bentuk berbeda. Dalam bentuk In Vitro dan dalam bentuk Vitro. In Vitro dalam bentuk botol kultur dan Vitro dalam bentuk tanaman dewasa yang telah ditanam dalam polybag. Untuk itu, dalam kerangka pemikiran ini di interpretasikan biaya yang dikeluarkan untuk 3 jenis pembibitan tanaman yang berbeda baik dari bentuk vitro maupun in vitro serta perbandingannya dan biaya investasi awal yang dikeluarkan pertama oleh Pemerintah untuk UPT Lebak bulus

Penelitian ini berupa meneliti besar biaya yang dikeluarkan baik dari biaya tetap maupun biaya tidak tetap dari produk botol kultur serta dari produk dewasa ataupun produk dalam polybag. Analisis selanjutnya adalah penerimaan, yaitu jumlah produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual yang ditetapkan baik dalam bentuk botol kultur maupun bentuk polybag. Dari hasil penerimaan ini dapat dilihat apakah penerimaan yang didapatkan dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Setelah didapatkan nilai penerimaan barulah diketahui nilai pendapatan yang didapatkan yaitu dari hasil selisih Penerimaan serta biaya.

41

Alat analisis biaya dan pendapatan yang peneliti ambil ada tiga yaitu rasio penerimaan atas biaya (R/C) yang dihitung untuk mengetahui hasil total penerimaan yang diterima UPT Lebak bulus berbanding dengan biaya yang dikeluarkan. Jika hasilnya lebih dari 1 (R/C > 1) maka UPT Lebak bulus mengalami keuntungan. Alat analisis kedua yaitu rasio keuntungan atas biaya (B/C) yang dihitung untuk mengetahui keuntungan yang didapat UPT Lebak bulus berbanding dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini jika hasilnya lebih dari 1 (B/C > 1) maka UPT Lebak bulus mengalami keuntungan.

Alat analisis yang ketiga adalah analisis titik impas atau biasa disebut analisis Break Even Point yang digunakan untuk mengetahui titik biaya produksi yang dikeluarkan sama dengan pendapatan yang didapatkan.

Alat analisis yang terakhir adalah analisis pengembalian internal yang digunakan untuk mengukur besarnya presentase keuntungan dari suatu usahatani tiap tahunnya atau besarnya pengembalian bunga pinjaman. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, berikut adalah kerangka pemikiran penelitian dalam Gambar 13.

42

Gambar 13; Kerangka pemikiran penelitian UPT LEBAK BULUS

Analisis Finansial

1. B/C 2. R/C

3. Analisis Break Event Point

4. Analisis Internal rate of return

Besar Biaya dan Investasi

Hasil Analisis

Produk dijual dalam bentuk Polibag Produk dijual dalam

bentuk Botol

Besar Penerimaan dan Pendapatan

Dibandingkan Produk mana yang butuh banyak biaya serta dapat lebih menguntungkan dan dibandingkan antara analisis harga pemerintah dan harga pasar bebas

Harga Pemerintah Harga Pasar

bebas

43 BAB III

Dokumen terkait