• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis biaya, pendapatan dan investasi pembibitan tanaman secara kultur jaringan: studi kasus pada kebun bibit dan laboratorium pusat pengembangan benih tanaman pangan, hortikultura dan kehutanan, Dinas Kelautan Dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis biaya, pendapatan dan investasi pembibitan tanaman secara kultur jaringan: studi kasus pada kebun bibit dan laboratorium pusat pengembangan benih tanaman pangan, hortikultura dan kehutanan, Dinas Kelautan Dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN INVESTASI PEMBIBITAN

TANAMAN SECARA KULTUR JARINGAN

(Studi Kasus pada Kebun bibit dan Laboratorium Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Pertanian

Provinsi DKI Jakarta)

Oleh

Zakia Arifka Janah

NIM: 1110092000020

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN INVESTASI PEMBIBITAN

TANAMAN SECARA KULTUR JARINGAN

(Studi Kasus pada Kebun Bibit dan Laboratorium Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI

Jakarta)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (S.P)

Oleh

Zakia Arifka Janah

NIM: 1110092000020

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Sayrif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya dan merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Bekasi, Januari 2015

(4)
(5)
(6)
(7)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Zakia Arifka Janah

Tempat tanggal lahir : Tangerang, 31 Januari 1993

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Jampang RT: 01/10 no: 03, jatimulya 17515, Bekasi Timur

No. Telepon : 085210218203

E-mail : Zakiaarifkajanah@yahoo.co.id / Arifkajonas@yahoo.co.id

RIWAYAT PENDIDIKAN

2010- 2014 : S-1 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007-2010 : SMA Negeri 9 Bekasi

2004-2007 : SMP Negeri 4 Tambun Selatan, Bekasi

PENGALAMAN ORGANISASI

2012-2013 : Staff Komisi Penerangan, SEMA (Senat Mahasiswa) Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN KERJA

2012- 2014 : Part time Interviewer dan Telesurveyor Litbang Harian Kompas Jakarta

2013 : Asisten Material Planner PT Coca Cola Bottling Indonesia, Bekasi

(8)

vi

RINGKASAN

ZAKIA ARIFKA JANAH 1110092000020, Analisis Biaya, Pendapatan dan Investasi

Pembibitan Tanaman Secara Kultur Jaringan (Studi Kasus pada Kebun Bibit dan Laboratorium Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta). Dibawah bimbingan DR. Akhmad Riyadi Wastra dan DR. Iskandar Andi Nuhung.

Kultur Jaringan merupakan salah satu teknik pembibitan tanaman yang menghasilkan bibit secara seragam dan dalam jumlah yang tidak terbatas.

Kebun Bibit dan Laboratorium Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Kehutanan atau biasa disebut dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lebak bulus merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang menghasilkan 3 bibit kultur jaringan unggulan, yaitu Bibit jati, pisang dan anggrek yang tugas pokok dan fungsinya adalah melayani pemesanan bibit dari kalangan pemerintah maupun masyarakat.

Biaya investasi untuk bangunan serta alat-alat produksi di keluarkan langsung dari dana Anggaran Pembiayaan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Harga jual bibit ditetapkan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta, dan tidak mengikuti harga pasar. Artinya relative stabil dan cenderung lebih rendah dari harga pasar bebas.

(9)

vii

jaringan. Mengingat hal tersebut di atas diperlukan adanya analisis biaya dan investasi yang sesungguhnya (riil) untuk pembibitan dengan metode kultur jaringan.

Tujuan penelitian ini adalah; (1) Mengetahui Biaya pembibitan tanaman secara Kultur Jaringan di UPT Lebak bulus (2)Mengetahui besar penerimaan dan pendapatan pembibitan tanaman secara kultur jaringan di UPT Lebak bulus. (3)Menganalisis usaha pembibitan tanaman yang paling menguntungkan dari produk tanaman anggrek, tanaman pisang dan tanaman jati pada botol maupun pada polibag jika ditinjau dengan harga jual pemerintahan maupun harga jual pasar bebas di UPT Lebak bulus. (4) Menganalisis kelayakan usaha dalam sektor finansial pembibitan tanaman secara Kultur Jaringan di UPT Lebak bulus ditinjau dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, analisis titik impas dan analisis tingkat pengembalian internal.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis R/C, Analisis B/C, Analisis break even point dan Analisis Internal rate of return. Dari keempat analisis tersebut untuk mengetahui kelayakan usaha dalam sektor finansial.

Hasil analisis penelitian ini adalah biaya tetap yang dikeluarkan pembibitan tanaman di UPT Lebak Bulus adalah sebesar Rp 466.932.834. sementara biaya variabel yang dikeluarkan untuk jumlah bibit yang terjual adalah Rp 8.296.748,00. Sementara biaya variabel yang dikeluarkan untuk keseluruhan produksi tahun 2013 adalah Rp111.274.747,00.

(10)

viii

jika keseluruhan produksi dijual dengan harga pemerintah adalah sebesar 1187% dan penerimaan yang didapatkan jika keseluruhan produksi dijual dengan harga pasar bebas sebesar 1941% dari penerimaan yang didapatkan sebenarnya.

Pembibitan di Lebak bulus tidak mendapatkan pendapatan, pendapatan yang didapatkan pada tahun 2013 adalah sebesar -Rp 295.079.872,00. Nilai R/C dan B/C yang didapatkan dari pembibitan tanaman di UPT Lebak Bulus mengalami angka kurang dari 1. R/C terbesar didapatkan oleh pembibitan pisang dikebun yaitu sebesar 0,73 (angka dibulatkan). Sementara untuk memperbesar kemungkinan R/C yang didapatkan R/C meningkat dari pembibitan pisang dikebun sebesar 1,5 % , - 487161% dianalisis dari pendapatan harga pasar bebas, produksi harga pemerintah dan harga pasar bebas. Nilai B/C terbesar didapatkan juga didapatkan oleh bibit pisang sebesar -0,27.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr, Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, sehingga Skripsi saya yang

berjudul “Analisis Biaya, Pendapatan dan Investasi Pembibitan Tanaman Secara Kultur

Jaringan (Studi Kasus pada Kebun Bibit dan Laboratorium Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta)” ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Pertanian pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang harus dipenuhi oleh penulis. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Mama Sholikhah dan Bapak Jakino yang selalu memberikan Doa, Kasih sayang dan tak pernah letih mengingatkan Penulis. Dan juga bantuan yang diberikan berupa moriil maupun materiil. Semoga selalu dalam perlindungan ALLAH SWT. Amiiinn. Dede sayang Mama dan Bapak.

2. Kakakku tersayang, Nanggiri Adam yang selalu memberikan canda tawa serta kasih sayangnya. Semoga ALLAH SWT selalu memberikan

perlindungan serta mengabulkan do’a mu. Amiiin

(12)

x

ini.. Dan selalu memaafkan segala kesalahan penulis pada saat penyusunan skripsi ini.

4. Bapak DR. Iskandar Andi Nuhung selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan arahannya arahannya serta memberikan waktu luang, tenaga dan pemikiran selama penyusunan skripsi ini.. Dan selalu memberikan canda tawa serta kelucuan selama bimbingan. 5. Bapak DR. Yon Girie Mulyono selaku dosen penguji 1 dalam sidang

munaqosyah yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan arahannya serta memberikan waktu luang, tenaga dan pemikiran selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas apresiasinya.

6. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku dosen penguji 2 dalam sidang munaqosyah dan ketua program studi Agribisnis yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan arahannya serta memberikan waktu luang, tenaga dan pemikiran selama penyusunan skripsi ini

7. Bapak DR. Agus Salim selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengesahkan skripsi ini

8. Seluruh Dosen pengajar Program Studi Agribisnis, yang memberikan ilmu selama di bangku perkuliahan penulis.

(13)

xi

10. Karyawan UPT Lebak Bulus, Pak Parsan selaku ketua umum UPT Lebak bulus, Terimakasih atas ijinnya untuk penelitian di UPT Lebak bulus. Bu Rina, Pak Yen, Pak Adji dan seluruh karyawan serta staff kantor yang membantu memberikan data dan waktu luang untuk wawancara dalam proses dalam penyusunan skripsi ini.

11.Karyawan Pusat pengembangan Benih di Pasar minggu, Bu suryati, Bapak Tahari, Bapak yatno dan seluruh karyawan serta staff kantor yang membantu memberikan data dan waktu luang untuk wawancara dalam proses penyusunan skripsi ini.

12.Teman- Teman Sarden, makasih Desi yang sudah memberikan waktu luangnya untuk membantu, mendengarkan curhat dan menemani kalo lagi suntuk. Untuk Bella yang juga selalu mendengarkan curhat dan menemani ke Parung untuk ketemu pak acep heheh. Untuk adha atas pinjaman DVD-DVD koreanya dan memberikan bantuan laptop saat sidang berlangsung, untuk nisa dan tisa yang menunggui penulis saat sidang berlangsung, untuk Febi yang telah menemani saat masa sulit judul skripsi kita yang pertama, yang menemani ke IPB dan ke UMJ serta untuk ade yang membantu saat masa sulit TOAFL. Untuk kalian semua terimakasih sudah menjadi teman dari duduk di bangku semester awal, untuk canda tawa, sedih, gembira, masa sulit dan segalanya. Semoga persahabatan ini diharapkan dapat berlangsung lama dan tak akan terlupakan. Ayo kita ke Raja Ampat!

(14)

xii

sangat sibuk bekerja. Untuk yona teman bimbingan bareng Pak Is dan gosip barengnya. Untuk Pungky atas bantuan contoh powerpoint semprop dan semhas.Untuk atinda atas bantuan jawaban yang diberikan saat penulis bertanya mengenai pembimbing dan skripsi

14.Teman - teman mahasiswa/i Agribisnis 2010 A dan B yang selalu kompak, penuh semangat, dan menghadirkan keceriaan. Semoga tali silaturahim ini dapat selalu terjaga dengan baik.

15. Rekan- rekan senior dan junior yang membantu dalam pelacakan Dosen-dosen. Terimakasih junior 2011 yang sudah meluangkan waktunya untuk datang saat semprop dan semhas penulis.

16.Rona Nisa dan Ayu. Terimakasih telah memberikan canda tawa pada saat penulis masih kos di Ciputat. Semoga kita masih bisa bertemu lagi di lain waktu.

17.Terimakasih Dwi fajrima yang memberikan dukungan kepada penulis. Kepada Agustin, Rina dan Meilinda atas jalan-jalannya yang terakhir. Lain kali kita jalan-jalan lagi ya secara lengkap.

18. Kucingku yang lucu, Uchiki, yang selalu hadir saat penulis suntuk.

19.Untuk EXO, B1A4, Big Bang dan boyband korea lainnya atas lagu-lagunya yang selalu mengiringi pembimbing saat penulisan skripsi.

20.Drama-drama korea yang ditayangkan di televisi. Terimakasih sudah tayang untuk menghilangkan kejenuhan penulis.

(15)

xiii

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar Skripsi ini dapat menjadi lebih sempurna lagi dan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Allamin.

Jakarta, Januari 2015

(16)

xiv

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 8

B.Faktor Keberhasilan Kultur Jaringan ... 18

C.Tahapan Kultur Jaringan ... 19

2.5Biaya usahatani ... 22

2.6 Pendapatan usahatani ... 27

2.7Investasi usahatani ... 27

2.8 Analisis Finansial ... 28

2.9 Harga Bibit Tanaman ... 32

2.10 Penelitian terdahulu ... 38

2.11 Kerangka pemikiran ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

(17)

xv

3.2 Jenis dan Sumber data ... 43

3.2.1Data Primer ... 43

3.2.2Data Sekunder ... 44

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4 Metode Analisis Data ... 45

3.4.1Analisis Deskriptif... 45

3.4.2 Analisis Finansial ... 45

3.5 Definisi Operasional ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ... 53

A.Profil Tempat Penelitian ... 53

4.1 Visi Misi ... 53

4.2 Sejarah Pusat Pengembangan Benih Tanaman ... 53

4.3 Tugas dan Fungsi Pusat Pengembangan Benih Tanaman ... 54

4.4Keadaan Umum Lokasi ... 56

4.5Struktur Organisasi ... 57

4.6 Proses Produksi Tanaman ... 60

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

(18)

xvi

5.2.4 Pendapatan... ... ...91

5.2.5 Analisis R/C, B/C , break even point ... ... ...93

5.2.6 Analisis internal rate of return... ... ...110

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN ... 112

6.1 Kesimpulan ... 112

6.2Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

1. Nilai dan Kecukupan Gizi Buah Pisang ... 11

2. Daerah Penghasil Komoditas Pisang ... 12

3. Harga Jual Bibit Hasil Kultur Jaringan Pemerintah ... 32

4. Harga Jual Bibit Kultur Jaringan Pasar Bebas... 33

5. Biaya Pembibitan Tanaman Jati ... 65

6. Biaya Tetap Pembibitan Pisang ... 66

7. Biaya Tetap Pembibitan Anggrek... 67

8. Perbandingan Biaya Tetap ... 67

9. Biaya Variabel Produksi Tanaman ... 68

10.Biaya Variabel Bibit Terjual... 68

11.Hasil Penerimaan atau Retribusi Bibit Terjual (Harga Pemerintah) ... 69

12.Hasil Penerimaan Bibit Terjual (dengan harga pasar bebas) ... 69

13.Penerimaan Hasil Produksi dengan Harga Pemerintah ... 70

14.Penerimaan Hasil Produksi dengan Harga Pasar bebas... 70

15.Pendapatan Penjualan Sesungguhnya (Harga pemerintah) ... 71

16.Pendapatan dari Penjualan (Harga Pasar Bebas) ... 72

17.Pendapatan Hasil Produksi (Harga Pemerintah) ... 72

18.Pendapatan Hasil Produksi (Harga Pasar bebas) ... 73

19.Jumlah Produksi dan Penjualan Tanaman ... 73

20.Hasil Analisis Produk Terjual (Harga Pemerintah) ... 74

21.Hasil Analisis Produk Terjual (Harga Pasar Bebas) ... 75

(20)

xviii

23.Hasil Analisis Keseluruhan Produksi (Harga Pasar Bebas) ... 76

24.Pengeluaran (Outflow) UPT Lebak Bulus ... 77

25.Biaya Operasional UPT Lebak Bulus ... 77

26.Biaya Operasional Hipotetik tahun 2014-2029 ... 78

27.Penerimaan UPT Lebak Bulus ... 79

28.Pendapatan Hipotetik 2010-2014 ... 80

(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

1. Kurva Total Fixed Cost (TFC) ... 23

2. Kurva Total Variable Cost (TVC) ... 23

3. Kurva Total Cost (TC) ... 24

4. Kurva Average Fixed Cost (AFC) ... 24

5. Kurva Average Variable Cost (AVC) ... 25

6. Kurva Average Total Cost (ATC) ... 26

7. Kurva Marginal Cost (MC) ... 26

8. Kurva Equilibrium ... 34

9. Kurva Permintaan elastis ... 35

10.Kurva floor price ... 36

11.Kurva ceilling price ... 36

12.Kurva subsidi harga ... 37

13.Kerangka Pemikira Penelitian ... 42

14.Bagan Produksi in vitro pembibitantanaman ... 61

15.Bagan Produksi vitro Jati dan Pisang ... 63

16.Bagan Produksi vitro tanaman Anggrek ... 63

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

xxi

(24)

2 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian dalam arti luas memiliki peranan strategis dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia, yaitu pembangunan yang didasarkan kepada pemenuhan kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan keberlanjutan usaha pertanian. Orientasi pembangunan pertanian saat ini mengarah pada Sistem Agribisnis, yaitu sistem pembangunan pertanian yang terintegrasi antara sub sistem hulu ( up-stream); sub sistem produksi (on-farm), sub sistem hilir (down-stream) dan sub sistem penunjang atau jasa (supporting system) (saragih, B. 2001;6). Artinya masing-masing sub sistem dalam sistem agribisnis tidak bisa berdiri sendiri, ada ketergantungan antara sub sistem.

Dalam sub sistem produksi (on-farm), untuk mendapatkan hasil produksi (output) yang optimal, diperlukan input produksi atau yang lebih dikenal dengan faktor produksi, seperti peralatan pengolahan lahan, pengairan, benih, pupuk, pengendalian hama dan penyakit.

Benih merupakan faktor produksi utama dibanding dengan faktor produksi lainnya, tanpa benih maka tidak akan ada hasil produksi. Penggunaan benih bermutu akan meningkatkan hasil secara kuantitas dan kualitas.

(25)

3

akan mencukupi jika diperlukan pada lahan yang luas, pada saat bersamaan waktunya. Perbanyakan dengan cara kultur jaringan akan memberikan keuntungan, antara lain dalam waktu yang singkat dapat dihasilkan benih dalam jumlah yang banyak.

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, keadaan ini berarti akan meningkatkan pula kebutuhan akan komoditas pertanian baik untuk pangan, sandang dan papan. Kebutuhan akan pangan dan papan yang semakin meningkat harus diimbangi dengan peningkatan produksi, yang diperoleh dari perluasan areal (ekstensifikasi) atau meningkatkan produktivitas per satuan luas (intensifikasi).

Pemenuhan akan produksi tersebut menyebabkan kebutuhan akan benih dalam skala luas dan dalam waktu bersamaan akan semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan bibit yang cukup banyak dan relatif cepat sangat sulit dan lama jika melalui perbanyakan secara konvensional. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan perbanyakan bibit yang cepat, dan dalam volume yang banyak dengan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui teknik kultur jaringan.

Menurut Zulkarnain (2009:8) kultur jaringan merupakan budidaya secara in vitro terhadap berbagai bagian tanaman yang meliputi batang, daun, akar, bunga, kalus, sel, protoplas dan embrio. Bagian-bagian tersebut yang diistilahkan sebagai eksplan, diisolasi dari kondisi in vivo dan dikultur pada medium buatan yang steril sehingga dapat beregenarasi menjadi tanaman lengkap.

(26)

4

Kebun bibit dan laboratorium Pusat Pengembangan Benih yang terletak di Lebak Bulus, Jakarta Selatan adalah kebun bibit pertanian yang secara struktur organisasi bertanggung jawab kepada Dinas kelautan dan pertanian Provinsi DKI Jakarta. Salah satu tugas pokok dan fungsi UPT Lebak Bulus adalah melayani pemesanan bibit dari kalangan pemerintah maupun masyarakat.

Kebun bibit menghasilkan 3 (tiga) bibit unggulan yaitu; bibit anggrek, bibit pisang dan bibit jati. Berdasarkan laporan tahunan kebun bibit dari tahun 2010 sampai 2013, produksi bibit anggrek, bibit pisang dan bibit jati dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif. (Dapat dilihat pada lampiran 1)

Produksi bibit kultur jaringan dari tahun 2010 sampai 2012 mengalami penurunan, kecuali pada jati yang naik dari tahun 2011 ke tahun 2012. Pada tahun 2013, semua bibit mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan akan bibit tanaman yang dihasilkan secara kultur jaringan dalam bentuk botol mengalami peningkatan dan dalam bentuk polibag memulai produksi lagi pada tahun 2013. Usaha pembibitan kultur jaringan harus dapat dikelola dengan tepat, efisisen dan efektif, mengingat peluang permintaan pasar akan bibit tanaman yang semakin meningkat.

(27)

5

dengan kondisi aseptik; perlu adanya perlakuan khusus setelah tahap aklimatisasi, dikarenakan bibit terbiasa hidup dengan kelembaban tinggi dan relatif stabil.

Kebun bibit di Lebak Bulus merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang memiliki orientasi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, dalam bentuk pemberian informasi, pelatihan dan bantuan bibit untuk penghijauan kota, artinya tidak semata-mata mencari keuntungan.

Biaya investasi untuk bangunan serta alat-alat produksi di keluarkan langsung dari dana Anggaran Pembiayaan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Harga jual bibit ditetapkan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta, dan tidak mengikuti harga pasar. Artinya relative stabil dan cenderung lebih rendah dari harga pasar bebas. Hal utama dari usaha pertanian dalam bidang kultur jaringan adalah usaha tersebut membutuhkan investasi jangka panjang dan biaya yang cukup besar. Oleh sebab itu diperlukan adanya studi tentang biaya dan investasi dari pembibitan kultur jaringan.

Mengingat hal tersebut di atas diperlukan adanya analisis biaya dan investasi yang sesungguhnya (riil) untuk pembibitan dengan metode kultur jaringan. Saya tertarik untuk meneliti hal tersebut, dengan judul : ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN

INVESTASI PEMBIBITAN TANAMAN SECARA KULTUR JARINGAN (Studi

(28)

6 1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa Biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan tanaman secara kultur jaringan sampai tahap pendewasaan di UPT Lebak bulus?

2. Berapa besar Penerimaan dan Pendapatan pembibitan tanaman secara kultur jaringan sampai tahap pendewasaan di UPT Lebak bulus?

3. Usaha pembibitan tanaman manakah yang paling menguntungkan dari produk tanaman anggrek, tanaman pisang dan tanaman jati pada botol maupun pada polibag jika ditinjau dengan harga jual pemerintahan maupun harga jual pasar bebas di UPT Lebak bulus?

4. Bagaimana kelayakan usaha dalam sektor finansial pembibitan tanaman secara kultur jaringan di UPT Lebak bulus, jika ditinjau dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, analisis titik impas dan analisis tingkat pengembalian internal?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Biaya pembibitan tanaman secara Kultur Jaringan di UPT Lebak bulus

2. Mengetahui besar penerimaan dan pendapatan pembibitan tanaman secara kultur jaringan di UPT Lebak bulus

(29)

7

4. Menganalisis kelayakan usaha dalam sektor finansial pembibitan tanaman secara Kultur Jaringan di UPT Lebak bulus ditinjau dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan atas biaya, analisis titik impas dan analisis tingkat pengembalian internal

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang Analisis usahatani secara kultur jaringan dan bisa sebagai acuan dalam penelitian lebih lanjut.

2. Bagi Program Studi dan Universitas

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur dan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya mengenai Analisis Biaya pada Pembibitan Kultur Jaringan pada tanaman yang lain serta perusahaan yang lain.

3. Bagi UPT Lebak Bulus

a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk UPT Lebak Bulus agar bisa mengefisiensi Biaya produksi bibit tanaman secara kultur jaringan.

(30)

8

4. Bagi Masyarakat umum

a. Dapat sebagai acuan untuk memulai usaha pembibitan tanaman secara kultur jaringan.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dibahas dalam skripsi ini diantaranya;

1. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan pemerintah DKI Jakarta dalam membangun usaha UPT Lebak Bulus serta biaya tetap dan variabel yang dikeluarkan dalam setiap kali produksi pertahunnya.

2. Perbedaan antara keuntungan dan penerimaan yang didapatkan dari harga jual pemerintah dengan harga jual pasar bebas.

3. Dalam penelitian ini dibahas pembibitan yang paling menguntungkan dan mengeluarkan biaya terbesar dari bibit jati, anggrek dan pisang. 4. Selain itu ada analisis finansial berupa R.C Ratio, B.C Ratio, break even

(31)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Jati (Tectona grandis.L.f)

Jati adalah komoditas mewah yang memiliki kualitas tinggi karena kekuatan dan keawetannya. Indonesia memiliki luas areal pertanaman Jati yang relatif tinggi. Sampai 1975, tercatat ada sekitar 774.000 hektar tanaman jati yang sebagian besar berada di Jawa, Sulawesi Tenggara, NTB, Maluku, Lampung, dan Bali (Yana Sumarna;2010;2)

Klasifikasi ilmiah dari tanaman Jati adalah Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis.

Nama binomial dari Jati adalah Tectona grandis. Linn. F.

(32)

10

tanaman jati dengan umur panen yang relatif cepat yaitu Jati Genjah (Yana Sumarna; 2009; 3)

Untuk menyediakan tanaman jati genjah dalam jumlah banyak, sulit dilakukan melalui cara perbanyakan konvensional (stek atau sambungan). Saat ini telah banyak digunakan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan.

2.2Pisang (Musa sp)

Menurut Semeru Ashari (2004, hal. 155) Buah pisang merupakan salah satu buah komersial di Indonesia. Tanaman pisang belum diketahui secara pasti darimana asal usulnya. Namun, Israeli dan Blumenfeld dalam (Semeru Ashari; 2004, hal. 155), menyatakan tanaman tersebut berasal dari daerah tropis, yaitu berasal dari kawasan Asia Barat Daya.

Klasifikasi ilmiah untuk tanaman pisang, sebagai berikut; Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Musales Famili : Musaceae Genus : Musa

Spesies : Musa acuminata, Musa balbisana, Musa paradisiaca , dan lainnya

(33)

11

meningkatkan daya pikir, mengobati radang pencernaan serta baik untuk kesehatan masyarakat. (Redaksi Agromedia; 2009,208)

Nilai gizi dan pemenuhan kecukupan gizi dari beberapa unsur penting dalam pisang bagi orang dewasa, seperti pada tabel 1;

Tabel 1. Nilai dan kecukupan gizi

No Nutrisi Jumlah per

Sumber:Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT), LPPM-IPB

Anjuran mengkonsumsi 2000 mg kalium per hari, sebuah pisang dengan berat 120 gram mampu menyumbang 560 mg atau 28 % dari kebutuhan sehari. Artinya, makan empat pisang sehari sudah memnuhi kebutuhan untuk menjaga tekanan darah. (Redaksi Agromedia; 2009,209)

(34)

12

Tabel 2. Daerah Penghasil Komoditas Pisang

No Provinsi Daerah

1 Jawa Barat Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Subang dan Purwakarta.

2 Jawa Tengah Brebes, Demak, Pati, Banyumas, Sidorejo, Kesugihan, Kutosari, Pringsurat dan Pemalang

3 Banten Lebak

4 Jawa Timur Banyuwangi, Jember, Kediri, dan Malang

5 Bali Bangli

6 Sumatera Utara Padangsidempuan, Natal, Samosir, tarutung, Pematang Siantar, Belawan, Rantau Prapat 7 Sumatera Barat Sungyang, Baso dan Pasaman

8 Sumatera Selatan Tebing Tinggi, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu Selatan dan Baturaja

9 Lampung Lampung Timur, Lampung tengah meliputi Kayu Agung dan Metro, Lampung selatan meliputi Kalianda

10 Kalimantan Daerah penghasil pisang lainnya berada di Kalimantan

(Redaksi Agromedia, 2009, hal.209)

Ada berbagai cara perbanyakan pada tanaman pisang, diantaranya perbanyakan menggunakan anakan, perbanyakan menggunakan bongol dan perbanyakan melalui kultur jaringan. Perbanyakan melalui kultur jaringan menggunakan sumber eksplan berupa mata tunas dengan tingkat maksimal subkultur sebanyak lima kali. Pisang yang diperbanyak menggunakan kultur jaringan harus sehat, bebas hama dan penyakit, seperti layu fusarium, layu bakteri, virus bunchy top, dan nematoda (Redaksi Agromedia, 2009, hal.215).

2.3Anggrek Dendrobium

(35)

13

hiasan, dekorasi rumah serta sebagai bunga ucapaan. Jepang, Amerika serikat, Taiwan, Belanda, Singapura merupakan contoh beberapa negara yang cukup dominan mengimpor anggrek dari Indonesia yang memliki keragaman dan ciri khas sebagai negara tropis. Permintaan yang cukup tinggi ini mengakibatkan minat masyarakat untuk membudidayakan dan memelihara tanaman anggrek untuk tujuan komersial yang tinggi.

Klasifikasi tanaman Anggrek adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathopyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae Subfamili : Epidendroideae

Tribe : Epidendrae dendrobieae Subtribe : Dendrobinae

Genus : Dendrobium

(36)

14

Metode yang paling tepat dan efisien sekarang untuk perbanyakan secara vegetatif guna mendapatkan persediaan bibit secara tepat dan secara besar-besaran adalah dengan menggunakan metode kultur jaringan. Dengan menggunakan metode ini diperoleh bibit-bibit dari induk yang sudah terseleksi dalam jumlah banyak dan memiliki sifat genetis yang sama dengan induknya, hanya dalam waktu yang singkat.

2.4Kultur Jaringan

Menurut Nurheti Yuliarti (2010;1) Kultur Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan memperbanyak jaringan mikro tanaman yang ditumbuhkan secara invitro menjadi tanaman yang sempurna dalam jumlah yang tidak terbatas. Menurut Zulkarnain (2009:38) Beberapa manfaat dari teknik kultur jaringan adalah;

a Perbanyakan klon secara cepat

Teknik kultur jaringan setiap sel dapat diinduksi untuk beregenerasi menjadi individu tanaman lengkap dengan sifat genetik yang identik satu sama lain. Pada kultur organ, pucuk-pucuk in vitro dapat disubkultur untuk penggandaan lebih lanjut sehingga dalam waktu singkat akan dihasilakn individu tanaman dalam jumlah besar.

b Keseragaman genetik

(37)

15

c Kondisi aseptik

Proses kultur in vitro ini menggunakan kondisi aseptik sehingga kultur jaringan tanaman dapat meneyediakan bahan tanaman bebas patogen dalam jumlah besar. Walaupun demikian, kultur jaringan bisa memiliki partikel virus didalam jaringan, tetapi hal ini tidak memperlihatkan gejala apapun di dalam kultur yang sehat. Namun, teknik kultur jaringan dapat meregenerasikan tanaman bebas virus, yakni menggunakan kultur meristem.

d Seleksi tanaman

Seringkali variasi genetik terdapat di dalam kultur normal. Variasi genetik tersebut dapat diperoleh dengan menginduksi bahan eksplan menggunakan perlaukan kimiawi ataupun fisik. Begitu diperoleh populasi yang beragam secara genetik, maka terdapat peluang untuk menyeleksi genotip-genotip superior tanaman.

e Stok tanaman mikro

Kualitas dan kondisi tanaman induk atau sumber bahan dapat berpengaruh nyata terhadap keberhasilan upaya perbanyakan tanamana, melalui kultur jaringan. Oleh karena itu, stok tanaman induk dapat dipelihara secara in vitro dan sejumlah stok mikro dapat diperoleh selanjutnya diperakaran didalam sistem in vitro.

f Lingkungan terkendali

(38)

16

tanaman induk untuk kebutuhan kultur ataupun tanaman untuk iduksi perakaran pada spesies yang sulit berakar.

g Pelestarian plasma nutfah

Kebutuhan akan ruang yang kecil dan mudahnya menciptakan keadaan yang sesuai, menjadikan kultur in vitro sebagai suatu cara yang praktir sebagai salah satu upaya pelestarian plasma nutfah

h Produksi tanaman sepanjang tahun

Melalui teknik kultur jaringan terbuka peluang untuk memperbanyak tanaman di sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan, teknik kultur jaringan tidak tergantung dengan musim.

i Memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensial. Melalui teknik kultur jaringan, tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif dapat diatasi dengan manipulasi terhadap lingkungan kultur ( mislanya dengan perlakuan hormon, cahaya, suhu) atau dengan menggunakan bahan eksplan yang memiliki daya merismatik tinggi.

Menurut Nurheti Yulianti (2010:11) ada beberapa hal penting dalam kultur jaringan diantaranya masalah kultur jaringan , faktor- faktor keberhasilan kultur jaringan dan tentunya tahapan dari teknik kultur jaringan tersebut.

A Masalah Kultur Jaringan

a. Kontaminasi

(39)

17

b. Pencoklatan

Pencoklatan atau Browning merupakan suatu keadaan dimana muncul kecoklatan atau kehitaman yang menyebabkan tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan. (Nurheti Yulianti:2010:12)

c. Vitrifikasi

Vitrifikasi adalah permasalahan kultur jaringan yang ditandai dengan : terjadinya pertumbuhan yang tidak normal; tanaman yang dihasilakan pendek atau kerdil ; pertumbuhan batang cenderung ke arah penambahan diameter ; tanaman utuhnya menjadi sangat Turgescent ; daun tidak memiliki jaringan palisade (Nurheti Yulianti:2010:12)

d. Variabilitas Genetik

Bila kultur jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman yang seragam dan dalam jumlah yang banyak, bukan sebagai pemuliaan tanaman , maka variasi genetik merupakan kendala dikarenakan penggunaan teknis yang tidak sesuai dan laju multiplikasi yang tinggi sehingga variasi tidak terkontrol. Variasi genetik paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur suspensi sel yang disebabkan oleh munculnya sifat instabilitas kromosom. Hal itu mungkin disebabkan oleh teknik kultur, media dan hormon. (Nurheti Yulianti:2010:13)

e. Pertumbuhan dan perkembangan

Bila eksplan yang ditanam mengalami stagnansi, mulai dari tanam hingga kurun waktu tertentu tidak dapat mati maupun juga tidak dapat tumbuh.

(40)

18

pertumbuhan eksplan dimulai dari sel muda yang aktif membelah atau dari sel-sel tua yang muda kembali. Selain itu, media juga menjadi penyebab utama terjadinya stagnasi pertumbuhan. Media yang tepat dapat mendorong eksplan untuk melakukan proses pembelahan dan pembesaran. (Nurheti Yulianti:2010:13)

f. Praperlakuan

Masalah yang terjadi pada kegiatan in vitro bukan hanya saja pada penanaman eksplan saja. Pertumbuhan dan perkembangan eksplan dalam botol sangat dipengaruhi oleh pemeuhan persyaratan dalam kegiatan praperlakuan. Masalah serius akan muncul bila kegiatan praperlakuan tidak dilakukan dengan baik. Praperlakuan dilakukan dalam rangka menghilangkan berbagai hambatan yang mungkin muncul seperti kemikalis, fisis dan biologis. Sedangkan untuk menangani hambatan kimia dimulai dengan senyawa aktif yang ada dalam media. (Nurheti Yulianti:2010:14)

g. Lingkungan Mikro

Lingkungan Mikro adalah lingkungan inkubator. Lingkungan inkubator tdak boleh diabaikan karena juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimalisasi pertumbuhan eksplan. Suhu yang terlalu rendah atau tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan perkembanagan eksplan. Suhu optimal untuk tanaman yang satu dengan tanaman yang lain . (Nurheti Yulianti:2010:13)

B Faktor Keberhasilan Kultur Jaringan

(41)

19

a. Bentuk regenerasi dalam kultur; pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik,

pembentukan Protocorm Like Bodies, dll

b. Eksplan adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal

perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotip, umur, letak pada cabang, dan kelamin.

c. Media tumbuh, media tumbuh terkandung komposisi garam anorganik dan zat

pengatur tumbuh.

d. Zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT), faktor yang harus diperhatikan dalam ZPT

adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi kultur tertentu

e. Lingkungan tumbuh, meliputi temperatur, panjang penyinaranm intensitas

penyinaran, kualitas sinar dan ukuran wadah kultur.

C Tahapan Kultur Jaringan

Tahapan dari Kultur Jaringan adalah sebagai berikut: a. Pembuatan media

(42)

20

b. Inisiasi

Pengambilan eksplan atau inokulum dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Tahapan dalam inisisasi dalam kondisi normal adalah 4 minggu, selanjutnya masuk tahap multiplikasi.

c. Sterilisasi

Sterilisasi adalah disinfestasi segala kegiatan yang akan dilakukan pada kultur jaringan. Alat-alat yang digunakan juga harus mengalami sterilisasi terlebih dahulu. Sterilisasi dilakukan di luar dan di dalam.

a. Untuk diluar;

Eksplan direndam dalam larutan Agrimycine 2 mg/l dan Benlate 2 mg/l selama 1-2 jam.

b. Untuk didalam

dilakukan didalam Laminar Flow, dengan urutan sebagai berikut:

1) Rendam eksplan dalam larutan Clorox 30 % selama 15 menit 2) Bilas 2 kali dengan air steril

3) Potong ½ cm di bawah dan di atas buku

4) Rendam eksplan dalam larutan Clorox 15 % selama 10 menit 5) Bilas 2 kali dengan air steril

6) Lalu tanaman pada media kultur d. Multipikasi

(43)

21

beberapa spesies, eksplan mungkin akan membentuk akar pada tahaap awal pertumbuhan di media yang sederhana.

Hasil multiplikasi selanjutnya dipindah dalam media sub kultur, dalam ruang aseptic (steril) dengan suhu 18-250 C dan intensitas cahaya 3000-10.000 lux selama 16 jam/hari.

e. Pengakaran

Pada tahap ini, terlihat adanya pertumbuhan akar. Ada dua metode pengakaran yaitu; pengakaran di media kultur dan pengakaran di luar kultur. Pengakaran pada media kultur, auksin sangat diperlukan untuk menginduksi pembentukan akar. Sedangkan untuk pengakaran di luar kultur tidak diperlukan media baru dan kondisi aseptik, kelembaban tinggi yang diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang masih lunak, dan pada pengakaran di luar kultur diperlukan perlakuan hormon. Pada tahap pengkaran sangat terlihat adanya berbagai kontaminasi. (Nurheti Yuliarti; 2010;39)

f. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu upaya mengondisikan planlet atau tunas mikro hasil perbanyakan melalui kultur in vitro ke lingkungan vivo yang septik.

Tahapan aklimatisasi, sebagai berikut:

1) eksplan dikeluarkan kemudian dimasukkan kedalam wadah berisi larutan benlate 2 gr/l.

2) Pindahkan kedalan bak aklim yang berisi kompos dan sekam dengan perbandingan 2:1 selama 2 bulan.

(44)

22

4) Pemupukan dilakukan dengan pupuk daun 1 kali seminggu.

5) Siap tanam dilapangan dengan umur 2-3 bulan. Pada tahap ini bisa disebut dengan tahap pendewasaan.

2.5Biaya Usahatani

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan ruang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. (Ony Widilestariningtyas dan kawan-kawan:2012;10) Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya, yaitu biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berkaitan dengan jumlah barang yang diproduksi. Contohnya petani yang membayar sewa lahan atau perusahaan dengan membayar pajak bangunan gedung setiap periode tertentu. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. (Soekartawi, dkk :1986 ;12) .

Struktur biaya usahatani, diantaranya; 1. Total Fixed Cost (TFC)

(45)

23

Gambar 1. Kurva Total Fixed Cost

2. Total Variable Cost (TVC)

Biaya (cost) yang besarnya berubah searah dengan berubahnya jumlah output yang dihasilkan. VC = garis bermula dari titik nol bergerak ke atas output adalah nol sehingga VC juga nol. Semakin besar jumlah output yang dihasilkan VC akan semakin besar. Secara grafis dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 2. Kurva Total Variabel Cost

3. Total Cost (TC) = FC + VC

(46)

24

Gambar 3. Kurva Total Cost

4. Average Cost

1 Average Fixed Cost yaitu biaya tetap untuk satuan output yang dihasilkan. Dengan perumusan sebagai berikut;

Dan Secara grafis dapat dilihat pada gambar 4

(47)

25

2 Average Variable Cost (AVC) = VC/Q

Biaya variabel untuk setiap satuan output yang dihasilkan. Secara grafis dapat dilihat pada gambar 5

Gambar 5. Kurva Average Variabel Cost

3 Average Total Cost,

(48)

26

Gambar 6. Kurva Average Total Cost

4 Marginal Cost

Kurva TC merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap dan biaya tetap merupakan konstanta, maka MC tidak lain adalah garis singgung pada kurva biaya total atau garis singgung pada kurva VC. MC memotong FC dan VC pada saat minimum. Secara grafis dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Kurva Marginal Cost

(49)

27

suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut, dan untuk menjamin agar angka biaya operasi yang dimaksudkan dalam neraca rugi laba tahunan dapat mencerminkan adanya biaya modal yang dipergunakan. (Khusnul Khotimah, dkk:2002:26)

2.6Pendapatan Usahatani

Pendapatan adalah jumlah pembayaran yang diterima perusahaan dari penjualan barang dan jasa. Dihitung dengan mengalikan kuantitas barang yang terjual dengan harga satuannya (Iman Soeharto;1995 ; 399). Rumusnya adalah:

Keterangan:

P : Pendapatan

D : Jumlah (quantity) terjual H : harga satuan per unit

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan Pengeluaran tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

2.7Investasi Usahatani

(50)

28

seringkali berdampak besar bagi kelangsungan suatu perusahaan. (Iman soeharto;1997; 394)

Oleh karena itu sebelum diambil keputusan jadi atau tidaknya suatu investai, salah satu syarat terpenting adalah mengkaji aspek finansial dan ekonomi.

Iman Soeharto (1997; 394) menyatakan bahwa dikenal tiga komponen utama biaya investasi, yaitu (1) biaya pertama atau biaya pembangunan, (2) modal kerja (working capital) dan (3) biaya operasi atau produksi. Diperlukan suatu analisis yang menjelaskan apakah rencana proyek cukup menarik bila dilihat dari arus pengembalian yang telah ditentukan atau diinginkan. Alat analisis tersebut adalah Internal Rate of return atau IRR, yaitu arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas keluar.

Pada analisis NPV atau net present value dilakukan dengan menetukan terlebih dahulu besar arus pengembalian, kemudian dihitung nilai sekarang neto dari aliran kas keluar dan masuk.

2.8Analisis Finansial

Menurut Murdifin Haming (2010;17), Studi kelayakan atas rencana investasi ada berbagai aspek diantaranya aspek finansial, aspek pemasaran, aspek produksi dan aspek sumber daya manusia. Dalam hal ini, penulis hanya membatasi dalam aspek finansialnya saja dikarenakan untuk melihat berapa besar biaya yang dikeluarkan dari pembibitan tanaman kultur jaringan.

(51)

29

kembali dana tersebut; dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri.

Soekartawi (1995: 85), menyatakan bahwa dari Arus uang tunai yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh suatu usahatani didapatkan alat analisis yang berbeda-beda berdasarkan data yang sama. Alat analisis usahatani yang digunakan menurut soekartawi diantaranya adalah Analisis R.C ratio, B.C Ratio , Analisis NPV dan analisis IRR. Dalam hal ini, penulis menambahkan analisis break even point untuk mengetahui titik impas.

1. Analisis rasio penerimaan atas biaya

Menurut Zulfahmi dalam Soeharjo dan Patong menyatakan bahwa rasio penerimaan atas biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani.

Secara teoritis dengan r.c ratio = 1 artinya tidak untung maupun tidak rugi, r.c ratio lebih besar dari 1 artinya usahatani tersebut menguntungkan, dan jika r.c ratio kurang dari 1 artinya usahatani tersebut merugi.

2. Analisis rasio pendapatan atas biaya

(52)

30

Kriteria yang dipakai adalah suatu usaha tani dikatakan memberikan manfaat kalau b/c lebih dari 1. Sedangkan jika b.c ratio sama dengan 1 artinya tidak untung maupun tidak rugi, dan jika r.c ratio kurang dari 1 artinya usahatani tersebut tidak memberikan manfaat atau bisa dikatakan merugi.

3. Analisis titik impas (Break Even Point)

Analisis break even point biasa dikenal dengan analisis pulang pokok. Menurut Agustina dalam Riyanto Analisis Break Event Point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Analisis Break Event Point dalam perencanaan keuntungan merupakan suatu pendekatan perencanaan keuntungan yang mendasarkan pada hubungan antara cost (biaya) dengan revenue (penghasilan penjualan).

4. Analisis pengembalian internal (Internal Rate of Return)

Soekartawi (1996;89) menyatakan bahwa tingkat pengembalian internal merupakan parameter yang dipakai, apakah suatu usahatani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi usahatani nilai dari IRR adalah nilai IRR yang didapatkan lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku saat usahatani itu diusahakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada saat nilai netto sekarang (net present value, NPV=0.

(53)

31

bunga bank yang ditentukan, karena proyek berada dalam keadaan yang menguntungkan, demikian juga sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan, berarti proyek merugi dan tidak layak untuk dilaksanakan.

Ada beberapa keunggulan dan kekurangan dari kriteria internal rate of return .Menurut Kadariah (1988;45), keunggulan yang dimiliki internal rate of return adalah;

1 Kriteria ini menghindari kesukaran dalam memilih discount rate yang sesuai

2 Dan dikarenakan dinyatakan dalam bentuk rate of return, hasilnya dapat dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku.

Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, ada beberapa kekurangan dari internal rate of return yaitu;

1 IRR dianggap tidak ada hubungannya dengan opportunity cost of capital. Karenanya maka kalangan yang membela OCC sebagai reward sementara bagi modal menganggap IRR sebagai rate dalam khayalan 2 IRR mengandung arti bahwa setiap proyek hanya ada satu rate of return.

(54)

32

2.9 Harga Bibit Tanaman

Harga jual bibit tanaman di UPT Lebak bulus ditetapkan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Kelautan Dan Pertanian Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 415 tahun 2014. Harga jual bibit tanaman secara kultur jaringan seperti terlihat pada tabel 3. Harga jual tersebut diberikan dengan menimbang bahwa untuk memenuhi permintaan masyarakat akan benih atau bibit tanaman pangan, hortikultura dan kehutanaan yang bermutu dalam rangka meningkatkan produksi secara kuantitatif.

Tabel 3. Harga jual bibit hasil kultur jaringan Pemerintah

No Komoditi Spesifikasi Harga Satuan

(Rp) 3 Bibit Anggrek botol Sehat, subur, bebas hama

dan penyakit, botol saos

25.000 4 Bibit Pisang (pohon) Sehat, subur, dalam

polibag tinggi 20-30 cm

4.000

5 Bibit Pisang Dalam botol/Planlet 15.000

6 Bibit Tanaman Jati (pohon)

Sehat, subur, dalam polibag tinggi 10-15 cm

(55)

33

Tabel 4. Harga jual bibit kultur jaringan pasar bebas

No Komoditi Spesifikasi Harga Satuan

(Rp)

1 Bibit Anggrek dendrobium Botolan 35.000

Seedling 7.500

Kompot 50.000

Remaja 15.000

Dewasa 22.500

Berbunga 25.000

2 Bibit Pisang Botolan 6.000

Polibag 25.000

3 Bibit Jati Botolan 100.000

Polibag 10.000

Sumber: Nursery, Venus orchids and. Tidak ada judul diakses pada tanggal 15

september 2014 dari Venusorchids.com ,

Harga dan jumlah suatu komoditas yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran komoditas tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah komoditas yang diperjualbelikan secara serentak ada analisisi permintaan dan penawaran terhadap komoditas tertentu yang ada di pasar.

Keadaan suatu pasar dikatakan dalam keadaan keseimbangana atau equilibrium yaitu apabila jumlah komoditas yang ditawarkan para produsen atau penjual sama dengan jumlah yang diminta oleh para konsumen atau pembeli pada tingkat harga tertentu. (Abd Rahim, dkk:2007;87)

(56)

34

Gambar 8; Kurva equilibrium

Dalam gambar 8, dapat diterangkan bahwa permintaan suatu komoditas ditunjukan garis P2D dan penawarannya ditunjukan P0S. Jika harga suatu komoditas sebesar P1, jumlah komoditas yang diminta sebesar Q sehingga titik keseimbangan di titik E. Jika konsumen dengan kemampuan membayar sebesar QEP2 dan jumlah yang dibayar sebesar QEP1 ada surplus konsumen sebesar P1EP2. Dan dari sisi produsen jumlah yang dibayarkan konsumen merupakan penerimaan. jika biaya produksi sebesar QEP0, terdapat surplus untuk produsen sebesar P1EP2 (Abd Rahim, dkk:2007;88)

(57)

35

Gambar 9; Kurva Permintaan Elastis

Tetapi kebijakan akan lebih kecilnya harga jual yang ditetapkan pemerintah dibandingkan dengan harga pasar bebas dikarenakan telah ditetapkannya subsidi. Menurut UU No.45 tahun 2007 APBN 2008, Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan perusahaan atau lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Ada 3 kebijakan pemerintah tentang harga yaitu; floor price, ceilling price dan harga subsidi (Elearning.upnjatim.ac.id:2007:Bab VII; hal 1).

1. Floor Price

(58)

36

Gambar 10: Kurva Floor Price

Keterangan:

Pfp : Harga dasar ditetapkan

0Qd : Barang yang dibeli oleh konsumen

0Qs : Barang yang dibeli oleh pemerintah

2. Ceilling Price

Kebijakasanaan harga tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah yang ditujukan untuk melindungi konsumen.

Gambar 11. Kurva ceilling price

(59)

37

Pcp : Harga tertinggi

0Qs : barang yang dijual oleh produsen

QsQd : barang yang dijual oleh pemerintah

3. Harga subsidi

Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah yang bertujuan melindungi konsumen dan produsen.

Gambar 12; Kurva Subsidi Harga

Keterangan:

(60)

38

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu untuk Analisis Biaya dan Pendapatan atau Analisis Kelayakan Usahatani memang telah banyak diteliti, namun untuk Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha pembibitan kultur jaringan masih jarang sekali terdengar. Ada beberapa tetapi lebih meneliti kepada analisis kelayakan Investasi bukan kepada Biaya dan Pendapatan. Dan untuk penelitian Analisis Biaya, Pendapatan dan Investasi Bibit tanaman secara kultur jaringan yang berada di UPT Lebak bulus belum pernah diteliti sebelumnya.

(61)

39

Penelitian kedua dilakukan oleh Imay Dwicahya dengan mengambil judul Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Anggrek Vanda douglas pada Kelompok Tani Parakan Jaya Pamulang Tangerang Selatan. Alat analisis yang diambil adalah dengan menggunakan R.C Ratio, B.C Ratio dan analisis titik impas (Break Even Point). Dengan hasil analisis yang didapat dengan biaya total usaha Rp.266.979.400,- . Kemudian berdasarkan analisis R.C Ratio diperoleh sebesar 1,72 .Usaha cenderung menguntungkan karena nilai R/C > 1. Sedangkan hasil dari B/C Ratio adalah 0,72artinya memberikan keuntungan sebesar Rp.720 setiap Rp. 1000 pengeluaran. Analisis Break even point (BEP) mengindikasikan adanyanya keuntungan. Jadi usahatani anggrek Vanda douglas pada Kelompok Tani Parakan Jaya Pamulang Tangerang Selatan sudah layak dan dapat dilanjutkan kembali.

Penelitian ketiga, diambil dari segi kelayakan investasi. Penelitian yang ditulis oleh Mukti, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan judul “Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh

Darusalam” yang dibuat pada tahun 2009. Dengan hasil penelitian secara finansial

(62)

40

Dari dua penelitian mengenai Biaya, penelitian Imay Dwicahya lebih mengindikasikan keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan penelitian Zulfahmi. Ini dikarenakan perbedaan komoditi, dari segi perlakuan pada saat produksi, usaha jamur tiram putih lebih memerlukan banyak biaya dibandingkan dengan usaha tanaman Anggrek. Untuk penelitian Investasi mengalami keuntungan dikarenakan hasil irr lebih dari discount factor atau suku bunga yang ditentukan.

2.11 Kerangka Pemikiran

Usaha budidaya tanaman secara kultur jaringan biasanya menghasilkan 2 produk tanaman yang dijual dalam bentuk berbeda. Dalam bentuk In Vitro dan dalam bentuk Vitro. In Vitro dalam bentuk botol kultur dan Vitro dalam bentuk tanaman dewasa yang telah ditanam dalam polybag. Untuk itu, dalam kerangka pemikiran ini di interpretasikan biaya yang dikeluarkan untuk 3 jenis pembibitan tanaman yang berbeda baik dari bentuk vitro maupun in vitro serta perbandingannya dan biaya investasi awal yang dikeluarkan pertama oleh Pemerintah untuk UPT Lebak bulus

(63)

41

Alat analisis biaya dan pendapatan yang peneliti ambil ada tiga yaitu rasio penerimaan atas biaya (R/C) yang dihitung untuk mengetahui hasil total penerimaan yang diterima UPT Lebak bulus berbanding dengan biaya yang dikeluarkan. Jika hasilnya lebih dari 1 (R/C > 1) maka UPT Lebak bulus mengalami keuntungan. Alat analisis kedua yaitu rasio keuntungan atas biaya (B/C) yang dihitung untuk mengetahui keuntungan yang didapat UPT Lebak bulus berbanding dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini jika hasilnya lebih dari 1 (B/C > 1) maka UPT Lebak bulus mengalami keuntungan.

Alat analisis yang ketiga adalah analisis titik impas atau biasa disebut analisis Break Even Point yang digunakan untuk mengetahui titik biaya produksi yang dikeluarkan sama dengan pendapatan yang didapatkan.

(64)

42

Gambar 13; Kerangka pemikiran penelitian UPT LEBAK BULUS

 Analisis Finansial

1. B/C 2. R/C

3. Analisis Break Event Point

4. Analisis Internal rate of return

Besar Biaya dan Investasi

Hasil Analisis

Produk dijual dalam bentuk Polibag Produk dijual dalam

bentuk Botol

Besar Penerimaan dan Pendapatan

Dibandingkan Produk mana yang butuh banyak biaya serta dapat lebih menguntungkan dan dibandingkan antara analisis harga pemerintah dan harga pasar bebas

Harga Pemerintah Harga Pasar

bebas

(65)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berpusat di Kebun bibit dan laboratorium Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan Hortikultura dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, Lebak Bulus atau biasa disebut dengan UPT (Unit Pelaksana Teknis) Lebak bulus dengan alamat jalan Pertanian Raya No.47, Kelurahan Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

Selain itu, peneliti juga akan melakukan pengambilan data kepada Pusat Pengembangan Benih Jakarta dengan alamat Jalan Harsono R.M No.1, Ragunan, Jakarta selatan yang merupakan Kepala pusat dari UPT Lebak bulus

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung dari Juli 2014 sampai September 2014.

3.2Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3.2.1 Data primer

(66)

44

mengenai bagan proses produksi, alat serta bahan baku yang digunakan, Informasi umum mengenai UPT Lebak bulus.

3.2.2 Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai studi literatur, data-data perusahaan, jurnal, buku, internet dan hasil penelitian terdahulu.

3.3Metode pengumpulan data 1. Wawancara

Adalah Metode pengumpulan data atau informasi dengan cara tanya jawab secara sepihak, dikerjakan secara sistemik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan. (Arif Soebyantoro dan FX Soewarto: 2007:99).

Dalam hal ini, Penulis akan mewawancarai karyawan di UPT Lebak bulus bagian laboratorium, bagian kebun maupun bagian kantor serta para karyawan di Pusat pengembangan benih Jakarta di Ragunan.

2. Studi literatur atau kepustakaan

Menurut M.Nazir (2011;93) Studi Kepustakaan adalah menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun, selain mencari sumber data sekunder yang mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mngetahui sampai kemana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang.

(67)

45

3.4Metode Analisis Data

Penganalisisan data yang akan dilakukan adalah dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif mengenai kegiatan usaha pembibitan tanaman secara kultur jaringan. Sedangkan Metode kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui besar biaya, pendapatan dan investasi pembibitan tanaman kultur jaringan.

3.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif membahas mengenai kegiatan usaha pembibitan kultur jaringan di UPT Lebak bulus sebagai pelengkap analisis kuantitatif. Analisis deskriptif meliputi data primer berupa hasil wawancara mengenai proses produksi ataupun kegiatan usaha pembibitan kultur jaringan dan data sekunder berupa dokumen pribadi perusahaan.

3.4.2. Analisis Finansial

(68)

46

Analisis Finansial yang akan dihitung adalah analisis penerimaan atas biaya(R/C), rasio keuntungan atas biaya (B/C), analisis titik impas (Break Even Point) dan analisis kelayakan investasi yaitu analisis internal rate of return (IRR).

1. Analisis R/C

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi;1995; 85) :

Keterangan:

R = Penerimaan C = Biaya

Py = Harga Output Y = Output

FC =Biaya Tetap (Fixed Cost) VC = Biaya Variabel.

Dengan kriteria,

R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP

R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan 2. Analisis B/C

(69)

47

bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Dengan perumusan, sebagai berikut:

Prinsipnya hampir sama dengan analisis R/C, hanya pada B/C ini data yang dipentingkan adalah besarnya manfaat. Jika B/C > 1 suatu usahatani dapat dikatakan memberikan manfaat.

3. Analisis Titik Impas atau Break Even Point

Titik Impas adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas memberikan petunjuk bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. (Iman Soeharto;1997; 401). Asumsi dari Break Even Point adalah;

1. Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan biaya tetap.

2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti biaya variabel per unitnya adalah tetap sama.

(70)

48

5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, apabila diproduksi lebih dari satu macam produk pertimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk adalah tetap konstan. (Agustina; 2011; 112)

Dengan asumsi tersebut, maka jumlah unit pada titik impas dihitung sebagai berikut:

Pendapatan = Biaya Produksi

= Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap = FC + (Qi X VC)

Dengan perumusan untuk Analisis Break Even Point adalah sebagai berikut (Rochaeni dalam Zulfahmi, 2011; 50)

4. Analisis pengembalian internal atau internal rate of return(IRR)

(71)

49

atas investasi yang dihitung mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas masuk dengan investasi awalnya.

Sebelum menghitung IRR, Terlebih dahulu menghitung NPV (net present value) dengan perumusan sebagai berikut:

Menurut Kadariah,dkk (1978;30) biasanya rumus IRR diatas tidak dapat dipecahkan (dicari nilai i-nya) secara langsung. Namun secara coba-coba pemecahan tersebut dapat didekati dalam waktu singkat. Dengan prosedur sebagai berikut;

1 Dipilih nilai discount rate yang dianggap dekat dengan nilai IRR yang benar, lalu dihitung NPV dari pada arus benefit dan biaya

2 Jika hasil NPV tersebut negatif, hal itu berarti bahwa nilai percobaan i terlalu tinggi , jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih rendah

3 Jika sebaliknya, hasil present value tersebut positif, diketahui bahwa nilai percobaan i terlalu rendah, , jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih tinggi.

4 Nilai percobaan pertama untuk discount rate dilambangkan untuk i1 dan yang kedua dilambangkan dengan i2, nilai percobaan pertama dilambangkan dengan NPV1 dan yang kedua NPV2.

Dan rumus untuk internal rate of return atau IRR adalah;

(72)

50

Keterangan:

NPV : net present value ( nilai netto sekarang) n : banyaknya kegiatan/ umur ekonomis proyek t : lamanya waktu investasi

B : benefit (keuntungan)

C : cost (Biaya)

NPV1 : NPV yang bernilai positif NPV2 : NPV yang bernilai negatif

i1 : Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang menghasilkan

NPV positif

i2 :Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

3.5Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut. (Moh. Nazir:2002;126)

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

(73)

51

2. Tanaman Pisang adalah salah satu tanaman hortikultura yang memiliki varietas yang cukup banyak di Indonesia. Hasil utama tanaman pisang adalah buah pisang yang merupakan salah satu buah dengan konsumsi tertinggi di Indonesia.

3. Anggrek adalah tanaman hias yang memiliki cukup banyak permintaan ekspor dari luar negeri. Sehingga banyak masyarakat Indonesia mulai menangani bisnis Anggrek untuk mendapatkan keuntungan.

4. Kultur Jaringan adalah mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas serta menumbuhkan bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik dalam wadah tertutup, sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap

5. Tahapan Kultur Jaringan: Pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, aklimatisasi dan pendewasaan

6. Penerimaan usaha pembibitan tanaman secara kultur jaringan disini adalah jumlah produksi yang dihasilkan persatuan usaha dikalikan dengan harga jual produk atau bibit tanaman

7. Biaya usahatani ini dibagi menjadi 2 Bagian yaitu: biaya tetap dan biaya variabel 8. Biaya tetap adalah biaya yang terus dikeluarkan berapapun jumlah produksi yang

dihasilkan, baik mengalami keuntungan maupun kerugian. Biaya tetap diantaranya: sewa lahan, pajak gedung, Penyusutan alat-alat laboratorium atau alat pertanian, Listrik, telepon.

(74)

52

10.Pendapatan usaha pembibitan tanaman secara kultur jaringan adalah selisih dari penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan tanaman kultur jaringan

(75)

53 BAB VI

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A Profil tempat penelitian 4.1 Visi misi

Visi dari Kebun bibit dan Laboratorium Pusat Pengembangan Benih Lebak Bulus adalah unggul dan terdepan sebagai penghasil benih unggul dan bermutu serta kawasan wisata agro terkemuka di Indonesia

Misi dari Kebun bibit dan Laboratorium Pusat Pengembangan Benih Lebak Bulus adalah sebagai berikut;

a Mendukung visi dan misi dinas kelautan dan pertanian provinsi DKI Jakarta dalam penyediaan benih untuk pengisian ruang terbuka hijau

b Menyusun program dan rencana kegiatan operasional c Produksi benih unggul dan bermutu

d Penerapan dan peningkatan teknologi budidaya, pengelolaan benih dan perlakuan pascapanen produksi benih

e Pengadaan pohon induk sebagai bahan baku maupun koleksi

f Mengembangkan dan memantapkan kebun-kebun dinas sebagai sarana dan lokasi wisata agro

g Penyediaan sarana studi, latihan dan penyuluhan bagi masyarakat h Penyediaan sarana informasi dan pelayanan benih kepada masyarakat 4.2 Sejarah Pusat Pengembangan Benih Tanaman

Gambar

Tabel 1. Nilai dan kecukupan gizi
Tabel 2. Daerah Penghasil Komoditas Pisang
Gambar 1. Kurva Total Fixed Cost
Gambar 3. Kurva Total Cost
+7

Referensi

Dokumen terkait