• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botol ke Kompot

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil

Dengan memperhitungkan tingkat kegagalan produksi sebesar 30% sesuai dengan ISO 9000 yang pernah diterapkan oleh UPT Lebak Bulus, berikut biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk bibit jati, bibit pisang serta bibit Anggrek di botolan dan polibag yang telah diproduksi pada tahun 2013, sejumlah penerimaan dan pendapatan yang didapatkan serta analisisnya.

5.1.1 Biaya 1 Biaya Tetap

a. Bibit Tanaman Jati

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pembibitan jati dilihat pada tabel 5; Tabel 5. Biaya tetap Pembibitan Jati

Biaya Bibit Jati kultur

No Jenis biaya Total Biaya yang

dikeluarkan (Rp)

1 Biaya Listrik 30.100.000

2 Biaya penyusutan peralatan 3.160.000

3 Biaya Tenaga kerja 15.400.000

4 Biaya penyusutan Laboratorium 7.875.000

Total Biaya Tetap 58.792.280

Biaya Bibit Jati polibag

No Jenis biaya Total Biaya yang

dikeluarkan (Rp)

1 Biaya Listrik 100.000

2 Biaya penyusutan peralatan 269.625

3 Biaya Tenaga kerja 11.000.000

4 Biaya penyusutan Sere 8.134.238

Total Biaya Tetap 19.503.863

66

b. Bibit Tanaman Pisang

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pembibitan tanaman pisang, baik di laboratorium maupun di kebun dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 6. Biaya tetap pembibitan pisang

Biaya Bibit Pisang kultur

No Jenis biaya Total Biaya yang

dikeluarkan (RP)

1 Biaya Listrik 51.600.000

2 Biaya penyusutan peralatan 3.899.430

3 Biaya Tenaga kerja 26.400.000

4 Biaya penyusutan Laboratorium 13.500.000

Total Biaya Tetap 95.399.430

Biaya Bibit Pisang polibag

No Jenis biaya Total Biaya yang

dikeluarkan (Rp)

1 Biaya Listrik 60.000

2 Biaya penyusutan peralatan 218.025

3 Biaya Tenaga kerja 13.200.000

4 Biaya penyusutan Sere 7.041.251

Total Biaya Tetap 20.519.276

Data primer, diolah (Lampiran 2 ,3,4 dan 5)

c. Tanaman Anggrek

Tanaman anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pembibitan tanaman Anggrek, baik di laboratorium maupun di kebun dapat dilihat pada tabel 7:

67

Tabel 7. Biaya tetap pembibitan Anggrek

Biaya Bibit Anggrek kultur

No Jenis biaya Total Biaya yang

dikeluarkan (Rp)

1 Biaya Listrik 51.600.000

2 Biaya penyusutan peralatan 7.360.380

3 Biaya Tenaga kerja 52.800.000

4 Biaya penyusutan laboratorium 26.100.000

Total Biaya Tetap 190.660.380

Biaya Bibit Anggrek polibag

No Jenis biaya Total Biaya yang

dikeluarkan (Rp)

1 Biaya Listrik 240.000

2 Biaya penyusutan peralatan 912.600

3 Biaya Tenaga kerja 52.800.000

4 Biaya penyusutan Sere 28.165.005

Total Biaya Tetap 82.117.605

Data primer ,diolah (Lampiran 2 ,3,4 dan 5)

d. Perbandingan biaya tetap Bibit tanaman kultur jaringan

Perbandingan biaya tetap yang dikeluarkan buntuk pembibitana tanaman unggulan kultur jaringan di UPT Lebak Bulus dapat dilihat pada tabel 8 berikut;

Tabel 8. Perbandingan biaya tetap

No Biaya Tetap Jati (Rp) Pisang (Rp) Anggrek (Rp) 1 Laboratorium 58.792.280 95.399.430 190.660.380 2 Kebun 19.503.863 20.519.276 82.117.605

2 Biaya Variabel

Biaya variabel yang dikeluarkan adalah biaya yang dipengaruhi oleh volume penjualan yang dihasilkan oleh UPT Lebak Bulus. Pada usaha pembibitan tanaman secara kultur jaringan di UPT Lebak Bulus, biaya variabel yang dikeluarkan pun memiliki perbedaan. Dapat dilihat pada tabel 9;

68

Tabel 9, Biaya Variabel Produksi Tanaman

No Tanaman Biaya Variabel

In vitro (Rp) Vitro (Rp)

1 Jati 5.424.690 2.406.237

2 Pisang 11.171.520 8.619.600

3 Anggrek 13.159.668 70.056.250

Data Primer, diolah (Lampiran 7)

Pada tahun 2013, tidak semua produksi bibit yang dilakukan diperjualkan ke konsumen. Ada sebagian yang D.O atau diberikan secara cuma-cuma melalui penugasan yang diberikan oleh Dinas kelautan dan pertanian DKI Jakarta. Ada yang sebagian kecil dijual. Dan sisanya berada di lingkungan lab dan kebun UPT lebak bulus maupun kebun Pusat pengembangan benih pasar minggu. Yang dijual pada tahun 2013 adalah sebanyak 4372 bibit pisang dalam polibag, 254 bibit anggrek dalam botol, 38 bibit anggrek dalam kompotan, 140 bibit anggrek individu dan 5 bibit anggrek dewasa serta 76 bibit tanaman jati. Dengan perbandingan biaya variabel yang dikeluarkan dengan memproduksi bibit tanaman yang terjual adalah pada tabel 10.

Tabel 10. Biaya variabel bibit terjual

No Tanaman Biaya Variabel

In vitro (Rp) Vitro (Rp)

1 Jati - 101.810

3 Pisang - 3.440.480

5 Anggrek 2.717.713 2.036.746

Data Primer, Diolah (Lampiran 6)

5.1.2 Penerimaan

Penerimaan yang didapatkan adalah jumlah produksi yang terjual dikalikan dengan harga jual. Dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini, penerimaan produk bibit

69

yang benar-benar didapatkan pada tahun 2013 dengan harga jual yang ditetapkan pemerintah. Hasil penerimaan tersebut dijadikan sumber retribusi untuk dikembalikan lagi ke Pusat Pengembangan Benih Jakarta.

Tabel 11. Hasil penerimaan atau retribusi Bibit Terjual (harga pemerintah) No Tanaman Jumlah

produk terjual

Satuan Harga Jual pemerintah (Rp) Penerimaan (Rp) Total (Rp) 1 Jati 76 Polibag 5000 380.000 380.000 2 Pisang 4372 Polibag 4000 17.488.000 17.488.000 3 Anggrek 254 Botol 25.000 6.350.000 8.150.000 38 kompot 20.000 760.000 140 individu 7000 980.000 5 Dewasa 12.000 60.000 Total Penerimaan 26.018.000

Data primer, diolah (Sumber: Laporan Tahunan UPT Lebak Bulus)

Untuk itu dianalisis pula jika jumlah penjualan dikalikan dengan harga yang berada di pasar bebas. Dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini

Tabel 12. Hasil penerimaan bibit terjual (dengan harga pasar bebas) No Tanaman Jumlah

produk terjual

Satuan Harga Jual pemerintah (Rp) Penerimaan (Rp) Total (Rp) 1 Jati 76 Polibag 10.000 760.000 760.000 2 Pisang 4372 Polibag 6000 26.232.000 26.232.000 3 Anggrek 254 Botol 35.000 8.890.000 13.015.000 38 Kompot 50.000 1.900.000 140 Individu 15.000 2.100.000 5 Dewasa 25.000 125.000 Total Penerimaan 40.007.000

Data Primer, diolah

Dikarenakan hasil penerimaan yang didapatkan sangat kecil, baik itu penerimaan yang sebenarnya maupun penerimaan yang dihitung dengan harga pasar bebas, maka

70

dihitung penerimaan yang dihitung jika jumlah produksi semuanya dapat terjual.Dengan perincian pada tabel 13;

Tabel 13. Penerimaan Hasil produksi dengan harga pemerintah No Tanaman Jumlah

produksi

Satuan Harga Jual pemerintah (Rp) Penerimaan (Rp) Total (Rp) 1 Jati 1025 botol 60.000 61.500.000 69.050.000 1510 polibag 5000 7.550.000 2 Pisang 2778 botol 15.000 41.670.000 89.186.000 11879 polibag 4000 47.516.000 3 Anggrek 4209 botol 25.000 105.225.000 150.521.000 435 kompot 20.000 8.700.000 3020 individu 7000 21.140.000 1288 dewasa 12.000 15.456.000 Penerimaan total 308.757.000

Data Primer, Diolah

Untuk penerimaan yang didapatkan jika produk bibit tanaman dari keseluruhan produksi dijual dengan harga pasar bebas dapat dilihat pada tabel 14,

Tabel 14. Penerimaan Hasil produksi dengan harga pasar bebas No Tanaman Jumlah

produksi

Satuan Harga Jual pasar bebas (Rp) Penerimaan (Rp) Total 1 Jati 1025 botol 100.000 102.500.000 117.600.000 1510 polibag 10.000 15.100.000 2 Pisang 2778 botol 25.000 69.450.000 140.724.000 11879 polibag 6000 71.274.000 3 Anggrek 4209 botol 35.000 147.315.000 246.565.000 435 kompot 50.000 21.750.000 3020 individu 15.000 45.300.000 1288 dewasa 25.000 32.200.000 Penerimaan Total 504.889.000

Data Primer, Diolah 5.1.3 Pendapatan

Pendapatan yang didapatkan dari pembibitan tanaman baik bibit kultur maupun tanaman dewasa adalah hasil penerimaan yang didapatkan dikurangi dengan biaya total

71

yang dikeluarkan. Ada beberapa analisis pendapatan yang dianalisis disini diantaranya; Pendapatan dengan hasil produksi dengan harga pemerintah, Pendapatan dengan hasil produksi dengan harga pasar bebas, Pendapatan dengan hasil penjualan dengan haraga pemerintah (Pendapatan yang didapatakan sesungguhnya) dan pendapatan dengan hasil penjualan dengan harga pasar bebas.

Pendapatan yang didapatkan sebenarnya oleh UPT Lebak bulus juga dikembalikan lagi ke Pusat Pengembangan Benih Jakarta. Adapun hasil analisis pertama dengan pendapatan yang didapatkan sebenarnya. Analisis tersebut dapat dilihat pada 15 berikut;

Tabel 15. Pendapatan Penjualan sesungguhnya (Harga pemerintah) No Tanaman Jenis Penerimaan

(Rp)

Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 Jati Botol - - -

Polibag 380.000 19.605.673 (19.225.673) Pendapatan total tanaman Jati (19.225.673)

2 Pisang Botol - - -

Polibag 17.488.000 23.959.756 (6.471.756) Pendapatan total tanaman Pisang (6.471.756) 3 Anggrek Botol 6.350.000 193.378.093 (187.028.093) kompot 760.000 84.154.350 (82.354.350) individu 980.000

dewasa 60.000

Pendapatan total tanaman anggrek (269.382.443)

Pendapatan total pembibitan tanaman (295.079.872)

Data primer, diolah

Untuk memperkecil kemungkinan nilai minus yang didapatkan jika pendapataan yang didapatkan dijual dengan harga pasar bebas dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini;

72

Tabel 16. Pendapatan dari penjualan (Harga Pasar Bebas) No Tanaman Jenis Penerimaan

(Rp)

Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 Jati Botol - - -

Polibag 760.000 19.605.673 (18.845.673) Pendapatan total tanaman Jati (18.845.673)

2 Pisang Botol - - -

polibag 26.232.000 23.959.756 2.272.244 Pendapatan total tanaman Pisang 2.272.244 3 Anggrek Botol 8.890.000 193.378.093 (184.488.093) kompot 1.900.000 84.154.350 (80.029.350) individu 2.100.000 dewasa 125.000

Pendapatan total tanaman anggrek (264.517.443)

Pendapatan total pembibitan tanaman (281.090.872)

Data primer, diolah

Untuk itu penulis menganalisis pendapatan yang didapatkan jika semua jumlah produksi tidak diberikan secara Cuma Cuma melainkan dijual seluruhnya dengan harga pemerintah dapat dilihat pada tabel 17;

Tabel 17. Pendapatan Hasil produksi (Harga pemerintah) No Tanaman Jenis Penerimaan

(Rp)

Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) 1 Jati Botol 61.500.000 64.216.970 (2.716.970)

Polibag 7.550.000 21.910.101 (14.360.101) Pendapatan total tanaman Jati (17.077.071) 2 Pisang Botol 41.670.000 106.570.950 (64.900.950) polibag 47.516.000 29.138.876 18.377.124 Pendapatan total tanaman Pisang (46.523.826) 3 Anggrek Botol 105.225.000 204.256.830 (99.031.830) kompot 8.700.000 152.173.855 (106.877.855) individu 21.140.000 Dewasa 15.456.000

Pendapatan total tanaman anggrek Rp (205.909.685)

Pendapatan total pembibitan tanaman Rp (269.510.581)

73

Analisis yang terakhir adalah pendapatan yang didapat dari hasil produksi dengan harga pasar bebas, dapat dilihat pada tabel 18, sebagai berikut;

Tabel 18. Pendapatan Hasil produksi (Harga pasar bebas) No Tanaman Jenis Penerimaan

(Rp)

Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

1 Jati Botol 102.500.000 64.216.970 38.283.030 Polibag 15.100.000 21.910.101 (6.810.101)

Pendapatan total tanaman Jati 31.472.929 2 Pisang Botol 106.570.950 69.450.000 (37.120.950)

polibag 29.138.876 71.274.000 42.135.124 Pendapatan total tanaman Pisang 5.014.174 3 Anggrek Botol 147.315.000 204.256.830 (56.941.830)

kompot 21.750.000 152.173.855 (52.923.855) individu 45.300.000

dewasa 32.200.000

Pendapatan total tanaman anggrek

(109.865.685)

Pendapatan total pembibitan tanaman (73.378.581)

Data primer, diolah

5.1.4 Hasil Analisis R/C, B/C dan BEP

Di UPT Lebak Bulus, jumlah produksi yang dihasilkan tidak semuanya dijual. Ada sekitar 60% produk yang diberikan secara cuma-cuma kepada rakyat. Dan ada sebagian kecil yang memang dijual, produk yang dijual biasanya terjual pada saat pameran atau event event tertentu. Dapat dilihat pada tabel 19 berikut;

Tabel 19. Jumlah produksi dan Penjualan Tanaman No Tanaman Produksi Penjualan

1 Jati botolan 1025 - 2 Jati polibag 1510 76 3 Pisang Botolan 2778 - 4 Pisang Polibag 11879 4372 5 Anggrek botolan 4029 254 6 Anggrek kebun 4743 183

74

Dilihat pada tabel 19 diatas, jumlah penjualan yang dijual dari hasil produksi tanaman hanya sebagian kecil saja. Ini dikarenakan memang UPT Lebak Bulus memang lebih orientasinya untuk masyarakat. Sehingga jumlah tanaman yang diproduksi lebih diberikan secara gratis kepada masyarakat. Dikarenakan ada 2 angka yang berbeda yaitu dari angka jumlah produksi yang dihasilkan dan angka penjualan yang didapatkan, penelitian ini dari analisis R/C, B/C dan analisis break even ponit yang dihasilkan dianalisis dari berbagai aspek diantaranya:

1. Hasil Analisis dari Jumlah penjualan sebenarnya dengan harga pemerintah (Retribusi)

Dilihat dari jumlah produk yang dijual pada tahun 2013 pada UPT Lebak Bulus yang memang dijual dengan harga pemerintah dapat dianalisis R/C, B/C dan break even point yang didapatkan adalah, sebagai berikut:

Tabel 20. Hasil Analisis produk terjual (Harga pemerintah)

2. Hasil Analisis dari Jumlah penjualan sebenarnya dengan harga pasar bebas

Dilihat dari jumlah produk yang terjual tahun 2013 pada UPT Lebak Bulus yang sebenarnya terjual dengan harga pemerintah di analisis ketiga semuanya tidak menguntungkan. Oleh karena itu dianalisis, jumlah produk terjual tetapi dijual dengan

Jati Pisang

Kebun Kebun Lab Kebun Total 1 R/C 0,019382145 0,729890566 0,032837225 0,021389269 0,025618627

2 B/C -0,980617855 -0,270109434 -0,967162775 -0,978610731 -0,970634064

3 BEP Produksi 3921 5989,939046 7735,1237 6473,411557

4 BEP Harga Jual (Rp) 257.969 5.480 761.331 459.860

5 BEP Penerimaan (Rp) 26.641.749 25.544.801 333.314.313 -624.348.441 823.356.781

6 BEP Unit 28 1070,778227 190,045247 1089,02713

75

harga pasar bebas dianalisis R/C, B/C dan break even point yang didapatkan adalah, sebagai berikut:

Tabel 21. Hasil Analisis Produk terjual (Harga pasar bebas)

3. Hasil Analisis dari keseluruhan Produksi dengan harga pemerintah

Dilihat dari jumlah produksi yang dihasilkan pada tahun 2013 pada UPT Lebak Bulus dapat dianalisis R/C, B/C dan break even point yang didapatkan adalah, sebagai berikut:

Tabel 22. Hasil Analisis Keseluruhan Produksi (Harga Pemerintah)

4. Hasil Analisis dari keseluruhan Produksi dengan harga pasar bebas

Berbeda dengan analisis nomer 3, analisis keempat atau terakhir ini adalah dengan jumlah produksi keseluruhan yang dijual tetapi dengan harga jual yang

Jati Pisang

Kebun Kebun Lab Kebun Total

1 R/C 0,038764289 1,094835849 0,045972115 0,049017074 0,046895418

2 B/C -0,961235711 0,094835849 -0,954027885 -0,950982926 -0,953104582

3 BEP Produksi 1960,567344 3993,292697 5525,088357 2805,145008

4 BEP Harga Jual (Rp) 257.969 5.480 761.331 459.860

5 BEP Penerimaan (Rp) 22.520.756 23.616.751 274.609.823 162.209.693 429.778.757

6 BEP Unit 11,75581519 659,9725933 111,8384351 107,9342483

No Analisis Anggrek

Lab Kebun Total Lab Kebun Total Lab Kebun Total

1 R/C 0,957690783 0,344589925 0,801722 0,391007119 1,630673733 0,657181597 0,515160252 0,297659543 0,422300903 2 B/C -0,042309217 -0,655410075 -0,19828 -0,608992881 0,630673733 -0,342818403 -0,484839748 -0,702340457 -0,577699097 3 BEP Produksi 1070,282829 4382,020168 7104,729975 7284,719046 8170,2732 11705,68113

4 BEP Harga Jual (Rp) 62.651 14.510 38.362 2.453 48.529 32.084

5 BEP Penerimaan (Rp) 64.479.808 28.627.715 88.311.509 130.344.011 25.066.431 148.978.220 218.951.828 -150.224.615 614.025.107

6 BEP Unit 99 706 1018 2632,43458 624,5592455 -39570

Jati Pisang Anggrek

76

diterapkan dipasar bebas dapat dianalisis R/C, B/C dan break even point yang didapatkan adalah, sebagai berikut:

Tabel 23. Hasil Analisis Keseluruhan Produksi (Harga Pasar bebas)

5.1.5 Investasi

Dalam analisis investasi, ada beberapa alat analisis diantaranya, NPV, Net B/C, IRR, Provitability indeks, Payback period, dan analisis sensitivitas. Dalam penelitian ini, hanya digunakan alat analisis NPV serta IRR.

Net present value atau NPV didasarkan pada konsep mendiskontokan seluruh aliran kas ke nilai sekarang. Sementara internal rate of return merupakan arus pengembalian yang menghsilkan NPV aliran kas masuk = NPV aliran kas keluar. Untuk itu sebelumnya dihitung aliran kas masuk berupa penerimaan yang didapatkan oleh kebun bibit dan laboratorium Lebak bulus, sementara aliran kas keluar berupa biaya yang dikeluarkan dari awal proyek tersebut dibuat seperti biaya investasi pembangunan, investasi alat, serta biaya operasional atau biaya produksi.

Lab Kebun Total Lab Kebun Total Lab Kebun Total

1 R/C 1,596151305 0,68917985 1,365424358 0,651678532 2,4460106 1,036947761 0,721224353 0,652214536 0,69176143 2 B/C 0,596151305 -0,31082015 0,365424358 -0,348321468 1,4460106 1,036947761 -0,278775647 -0,347785464 -0,30823857 3 BEP Produksi 642,1696972 2191,010084 4262,837985 4856,479364 5835,909429 5072

4 BEP Harga Jual (Rp) 62.651 14.510 38.362 2.453 48.529 32.084

5 BEP Penerimaan (Rp) 62.077.666 23.201.028 78.296.143 113.686.739 23.342.190 115.918.705 210.046.653 82.117.604 412.844.848

6 BEP Unit 57 286 533 2118 428 -4600

77

1. Pengeluaran (outflow)

Outflow yang dikeluarkan oleh Pusat pengembangan benih jakarta kepada UPT Lebak Bulus diantaranya, adalah biaya investasi pembangunan, biaya investasi alat, serta biaya operasional. Dapat dilihat dalam tabel 24;

Tabel 24. Pengeluaran (outflow) UPT Lebak Bulus

No Jenis biaya Total biaya

(Rp) 1 Biaya Investasi bangunan

Gedung dan Laboratorium tahap 1 2.151.585.047 Gedung dan Laboratorium tahap 2 6.906.073.889 Penambahan dan perbaikan

Bangunan tahun 2013

3.703.139.420

3 Biaya investasi Alat 341.002.750

4 Biaya operasional 1.355.926.305

Total biaya 14.450.663.411

Data Primer, Diolah (Lampiran 8, 9,10)

Biaya yang terakhir dikeluarkan adalah biaya operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala dalam rangka kegiatan proses produksi agar pengoperasian pabrik berjalan dengan lancar. Biaya ini berupa biaya produksi yang merupakan persediaan bahan-bahan produksi, biaya upah tenaga kerja, biaya listrik, biaya telepon serta biaya internet. Dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini; Tabel 25. Biaya Operasional UPT Lebak Bulus

Biaya Operasional Tahun 2010 (Rp) Tahun 2011 (Rp) Tahun 2012 (Rp) Tahun 2013 (Rp) A.Upah Tenaga Kerja 113.400.000 113.400.000 113.400.000 237.600.000 B.Biaya Produksi 24.498.650 83.222.500 5.395.500 188.464.000 C. Listrik 91.297.259 98.986.894 108.052.674 146.770.716 D. Telepon 2.433.225 2.962.029 - 1.241.858 E. Internet - - - 7.740.000 Total biaya 231.629.133 298.571.423 226.848.174 598.877.574 Data Primer, diolah

78

Dalam tabel 25, dikarenakan biaya operasional yang dikeluarkan hanya pada tahun 2010 sampai dengan 2013, sehingga data biaya operasional dari tahun 2013 hingga 2029 dihitung asumsi hipotetik atau peramalan biaya operasi pada tahun 2014 hingga 2029 dengan peningkatan persentase peningkatan yang dihitung sebesar 10%. Hal ini ditinjau dari persentase rata-rata peningkatan biaya operasi pada tahun 2010 hingga 2012, sedangkan untuk 2013 kenaikan biaya terlalu tinggi dikarenakan adanya peningkatan gaji tenaga kerja. Sehingga pada tahun itu tidak dihitung. Menurut Sugiarto dkk (2000:hal.13), Proses peramalan dalam suatu usaha merupakan hal penting, karena permalan biasanya digunakan untuk memprediksi sesuatu kemungkinan besar akan terjadi misalnya kondisi permintaan, penjualan, arus kas dan kondisi ekonomi. Dalam tabel 26 berikut merupakan biaya operasional hipotetik pada tahun 2014 hingga 2029

Tabel 26, Biaya Operasional Hipotetik tahun 2014-2029

No Tahun Biaya Operasional (Rp) 1 2014 650.994.931 2 2015 716.094.425 3 2016 787.703.867 4 2017 866.474.254 5 2018 953.121.679 6 2019 1.048.433.847 7 2020 1.153.277.232 8 2021 1.268.604.955 9 2022 1.395.465.450 10 2023 1.535.011.995 11 2024 1.688.513.195 12 2025 1.857.364.514 13 2026 2.043.100.966 14 2027 2.247.411.062 15 2028 2.472.152.169 16 2029 2.719.367.385

79

2. Penerimaan (inflow)

Arus peneriman yang didapatkan dalam usaha ini tidak diterima oleh UPT Lebak Bulus, melainkan diberikan ke Pusat pengembangan benih Jakarta. Produksi bibit tanaman dari UPT Lebak bulus baik yang berbentuk botol maupun bibit dewasa yang berbentuk polibag difokuskan dipasarkan ke pemerintahan atau sesuai dengan pemesanan dari pasar pemerintahan. Selain itu ada beberapa bibit tanaman yang dijual dalam rangka pameran. Arus penerimaan yang didapatkan oleh Pusat pengembangan benih Jakarta dari UPT Lebak bulus dapat dijelaskan pada tabel 27 berikut;

Tabel 27. Penerimaan UPT Lebak Bulus

Penerimaan Tahun 2010 (Rp) Tahun 2011 (Rp) Tahun 2012 (Rp) Tahun 2013 (Rp) Retribusi 11.000.000 13.440.000 16.226.000 26.018.000 Total 11.000.000 13.440.000 16.226.000 26.018.000 Sumber: Laporan Tahunan UPT Lebak bulus 2010-2013

Dikarenakan penerimaan yang didapatkan adalah berbentuk retribusi dan bukan pendapatan yang didapatkan oleh UPT Lebak bulus, dilakukanlah data dugaan hipotetik untuk pendapatan yang diterima oleh UPT Lebak Bulus yaitu berupa jumlah produksi yang terjual dikalikan dengan harga pasar bebas. Hal ini dikarenakan, jika dikalikan dengan harga pemerintah, hasil yang didapatkan akan bias dikarenakan harga jual pemerintah yang ditetapkan terlalu kecil dan juga analisis internal rate of return pada penelitian ini digunakan hanya untuk mengetahui seberapa layak pembibitan tanaman secara kultur jaringan. Berikut adalah jumlah pendapatan 2010 sampai 2014 dengan asumsi harga jual pasar bebas dikalikan dengan jumlah produksi yang dikeluarkan

80

Tabel 28, Pendapatan Hipotetik 2010-2014

No Tahun Anggrek Harga Jual (Rp) Total Biaya (Rp)

Botol Kebun Botol Kebun Botol Kebun Total

1 2010 10.000 16.500 35.000 30.000 350.000.000 495.000.000 845.000.000 2 2011 8.500 10.500 297.500.000 315.000.000 612.500.000 3 2012 2.951 6.077 103.285.000 182.310.000 285.595.000 4 2013 4.209 7.664 147.315.000 229.920.000 377.235.000

No Tahun Jati Harga Jual (Rp) Total Biaya (Rp)

Botol Polibag Botol Kebun Botol Kebun Total

1 2010 500 0 100.000 10.000 50.000.000 0 50.000.000 2 2011 145 0 14.500.000 0 14.500.000 3 2012 420 0 42.000.000 0 42.000.000 4 2013 1.025 1.510 102.500.000 15.100.000 117.600.000

No Tahun Pisang Harga Jual (Rp) Total Biaya (Rp)

Botol Polibag Botol Kebun Botol Kebun Total

1 2010 3.500 500 25.000 6.000 87.500.000 300.000 87.800.000 2 2011 3.499 3.000 87.475.000 1.800.000 89.275.000 3 2012 2.600 0 65.000.000 0 65.000.000 4 2013 2.778 7.500 69.450.000 4.500.000 73.950.000

Dan hasil asumsi hipotetik pendapatan dari tahun 2010 sampai dengan 2029 Dengan kenaikan asumsi sebesar 30% dari tahun-tahun sebelumnya terhitung (dapat dilihat pada lampiran 11)

5.1.6 Hasil internal rate of return

Sebelum menghitung internal rate of return, terlebih dahulu menghitung net present value atau NPV. NPV merupakan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh dengan biaya yang dipergunakan dalam proyek, dihitung dengan menggunakan discount rate. Dalam hal ini menggunakan discount rate sebesar 10 % dan 15 %. Discount rate merupakan cost of capital sebagai opportunity cost dari suatu investasi.

81

Tabel 29. Hasil NPV dan IRR No Nilai Hasil 1 NPV1 (Rp) 1.646.526.313 2 NPV2 (Rp) -8.795.448.122 3 IRR 11%

Data diolah (Lampiran 12)

5.2Pembahasan 5.2.1 Biaya Tetap

Total biaya yang dikeluarkan oleh UPT Lebak Bulus terdiri dari biaya tetap serta biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang selalu dikeluarkan oleh UPT Lebak Bulus per periode waktu tertentu. Sementara biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan. Setiap tahunnya, UPT Lebak Bulus memiliki target pencapaian produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan tidak selalu semuanya dijual ke konsumen, ada beberapa yang diberikan secara cuma-cuma sesuai pesanan dari Dinas Kelautan dan pertanian DKI Jakarta untuk masyarakat tertentu, ada yang dijual ke konsumen baik sesuai pesanan maupun dijual pada saat pameran. Dan sisanya disimpan di Laboratorium maupun di kebun jika sewaktu-waktu ada yang akan dibeli.

Biaya tetap yang dikeluarkan adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume penjualan yang dihasilkan oleh UPT Lebak Bulus. Pada usaha pembibitan tanaman secara kultur jaringan di UPT Lebak Bulus, biaya tetap yang dikeluarkan adalah biaya listrik, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan peralatan serta biaya penyusutan laboratorium dan penyusutan sere. Sementara ada biaya telepon serta

82

biaya internet yang pemakaiannya tidak berhubungan dengan pembibitan tanaman melainkan untuk keperluan kantor.

A.Bibit Tanaman Jati

Total biaya tetap yang dikeluarkan pada tabel 5. memiliki perbedaan dari biaya bibit jati kultur serta bibit jati dalam polibag. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pembibitan jati dalam botolan sebesar Rp 58.792.280,00 dan yang dikeluarkan pembibitan jati kebun Rp 19.503.863,00. Dilihat pada tabel 5, biaya listrik untuk pembibitan jati kultur adalah biaya tertinggi yaitu sebesar Rp 30.100.000,00. Biaya listrik kultur jaringan ini berasal dari biaya listrik laboratorium yang cukup besar setiap bulannya sebesar Rp 4.300.000,00. Biaya kedua terbesar adalah biaya tenaga kerja sebesar Rp 15.400.000,00. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk laboratorium sama dengan kebun. Untuk budidaya bibit jati di laboratorium dilakukan selama 7 bulan dengan jangka waktu 1 bulan pada tahap inisiasi dan 5 bulan pada tahap sub kultur dengan 3 kali sub kultur dengan jangka waktu 1 kali subkultr selama 1,5 bulan serta 1 bulan sampai tanaman siap jual maupun siap di aklimatisasi. Sementara untuk budidaya jati dikebun dilakukan selama 5 bulan dengan jangka waktu 2 bulan di bak aklim dan 3 bulan di polybag sampai tanaman jati berukuran antara 15-30 cm yang telah siap jual. Biaya tenaga kerja diberikan hanya kepada 1 tenaga kerja saja dengan gaji Rp 2.200.000,00 setiap bulannya. Dan pengeluaran gaji tenaga kerja hanya kepada biaya per periode waktu produksinya. Perhitungan dilihat pada lampiran 3.

Biaya selanjutnya yang dikeluarkan adalah biaya penyusutan laboratorium untuk budidaya tanaman jati yaitu sebesar 7.875.000,00. Laboratorium tanaman jati

83

dijadikan satu dengan tanaman pisang. Untuk itu pengeluaran penyustan laboratorium dibagi 2. Biaya penyusutan laboratorium ini dikeluarkan setiap periode pembibitan jati kultur jaringan pertahunnya. Biaya yang terakhir adalah biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 3.160.000,00, Biaya penyusutan peralatan ini dikeluarkan untuk segala jenis biaya peralaatan yang digunakan di laboratorium kultur jaringan Jati.

Sementara untuk biaya tetap pembibitan jati di kebun dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan biaya pembibitan tanaman jati dalam lab. Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja sebesar Rp 11.000.000,00. Biaya kedua yaitu biaya penyusutan sere atau greenhouse yaitu sebesar Rp 8.134.238,00. Sere ini dibangun dengan luas lahan sebesar 72 m2. Luas sere ini lebih kecil dibandingkan dengan luas sere untuk tanaman pisang dan anggrek. Biaya penyusutan sere dikeluarkan setiap periode pertahunnya. Biaya ketiga yang dikeluarkan untuk pembibitan jati di kebun adalah biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 269.625,00. Peralatan yang dipakai untuk pembibitan jati di kebun adalah paranet, pengki, sapu lidi, dan lain lain. Dapat dilihat pada lampiran 3. biaya terakhir yang dikeluarkan adalah biaya listrik sebesar Rp 100.000,00. Biaya listrik dikebun tergolong kecil karena hanya digunakan untuk penyiraman serta penerangan lampu saja.

B. Bibit Tanaman Pisang

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pembibitan tanaman pisang di laboratorium adalah sebesar Rp 95.399.430,00. Biaya yang paling besar dikeluarkan adalah biaya listrik yaitu sebesar Rp 51.600.000,00. Biaya listrik disini dikeluarkan per periode waktu produksi pisang dengan biaya rata-rata per bulan

84

sebesar Rp 4.300.000,00. Biaya listrik untuk bibit tanaman pisang botolan adalah biaya listrik laboratorium.

Biaya kedua setelah biaya listrik adalah selanjutnya adalah biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja hanya yaitu sebesar Rp 26.400.000 ,00. Tenaga kerja yang digunakan untuk pembibitan pisang di laboratorium ada 1 orang dengan gaji Rp 2.200.000, 00 dengan periode waktu selama 6 bulan.

Biaya selanjutnya adalah biaya penyusutan laboratorarium sebesar Rp13.500.000,00. Seperti dibahas sebelumnya, laboratorium yang digunakan untuk tanaman pisang digunakan juga oleh tanaman jati. Biaya penyusutan yang dikeluarkan adalah biaya perperiode produksi tanaman pisang itu sendiri. Biaya terakhir adalah biaya penyusutan peralatan dengan biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.899.430,00. Peralaatan yang digunakan hampir sama dengan peralatan lab yang digunakan pada pembibitan tanaman jati kultur.

Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pembibitan tanaman pisang di kebun adalah sebesar Rp 20.519.276,00.Dengan biaya tenaga kerja yang terbesar yaitu sebesar Rp 13.200.000,00. Tenaga kerja yang digunakan ada 2 orang dengan pengeluaran biaya perperiode produksi tanaman pisang di kebun selama 3 bulan. Biaya kedua setelah biaya tenaga kerja adalah biaya penyusutan sere yang dikeluarkan sebesar Rp 7.041.251,00. Sere yang digunakan untuk pembibitan tanaman pisang lebih besar dibandingkan sere untuk tanaman jati. Biaya penyusutan sere dikeluarakan per periode produksi tanaman pisang.

Biaya selanjutnya adalah biaya penyusutan peralatan Rp 218.025,00 terakhir yang dikeluarkan adalah biaya listrik. Biaya listrik pembibitan tanaman

Dokumen terkait