• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL TEMUAN

B. Alur Cerita

Min Al-Dhulumat Ila Al-Nur

Dalam novel Pesantren Impian ini mengisahkan tentang perjalanan

hidup lima belas remaja putri yang hijrah ke jalan-Nya Allah. Berawal dari

suatu masalah yang ada dalam hidupnya, membuat para remaja ini masuk

dalam dunia kegelapan, kemudian mendapatkan hidayah dan akhirnya

kembali ke jalan-Nya Allah atau lebih dikenalnya dengan istilah taubat.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa kisah perjalanan hidup yang penuh

perjuangan dan pengorbanan yang dapat diambil dari peristiwa-peristiwa

penting pada kisah lima belas remaja putri, sehingga dapat kita trasfer

41

Berawal dari keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan

keinginan hingga menimbulkan suatu masalah dalam hidupnya. Seperti

yang dialami oleh Ina pemeran utama dalam novel Pesantren Impian.

Keadaan ekonomi yang serba terbatas dan tuntutan kebutuhan anak

asuhnya yang semakin hari semakin membengkak membuat Ina terkadang

berbuat nekat dengan bekerja disebuah diskotik dan melakukan penipuan

terhadap para pelanggannya. Kutipan dalam novelnya yaitu:

''Keadaan anak-anak asuhnya memang besar dan membuatnya sering berbuat nekat. Tapi ia bukan pelacur. Biasanya menunggu di bar atau diskotik, sampai ada lelaki hidungbelang yang tertarik mengajaknya dansa atau menginap.'' (Pesantren Impian, 2014:117) Adapun untuk faktor lain yang menyebabkan masalah yang dihadapi para

remaja dalam novel Pesantren Impian telah penulis rangkum dalam tabel

di bawah ini:

(1) ''Orang tua Sissy tidak terlalu ikut campur kehidupan anak gadisnya. Kepedulian mereka tunjukkan dengan tidak pernah absen mengirimi putrinya uang dalam jumlah besar. Itu sebabnya Sissy bisa tinggal di apartemen mewah, dan gampang mendapatkan barang-barang terlarang.'' (Pesantren Impian, 2014:10)

(2) ''Ia sedang tertidur pulas, ketika langkah-langkah berat mendekati. Dalam keadaan setengah sadar, ia merasakan lelaki itu menyentak bajunya hingga robek, dan mulai menyentuh.'' (Pesantren Impian, 2014:68)

(3) ''Keadaan anak-anak asuhnya memang besar dan membuatnya sering berbuat nekat. Tapi ia bukan pelacur. Biasanya menunggu di bar atau diskotik, sampai ada lelaki hidungbelang yang tertarik mengajaknya dansa atau menginap.'' (Pesantren Impian, 2014:117)

(4) ''Perjalanan yang membutuhkan uang tidak sedikit. Dan seorang teman yang kemudian dikenal, menawarinya bergabung dalam bisnis rahasia, yang memberi peluang mendapatkan uang banyak dalam tempo singkat. Itu artinya ia akan berkesempatan tidak hanya melihat Aceh, tetapi seluruh Provinsi di Nusantara, bahkan mungkin dunia.'' (Pesantren Impian, 2014:26)

42

(5) ''Setelah mengenal lebih jauh, Umar sangat tertarik. Pada dasarnya pemuda itu anak baik. Kekecewaan yang besar membuat hidupnya sempat kacau. Ibu yang dicintai ternyata telah berbohong selama ini. Ia bukan benih cinta kasih, seperti yang dikira. Cuma anak haram. Dan lelaki yang telah menghamilinya secara paksa, tak pernah sudi memalingkan muka pada mereka. Di mata lelaki itu dia Cuma anak seorang pembantu yang pernah bekerja padanya. Dan darah pembantu tak pernah masuk dalam hitungan keturunan.'' (Pesantren Impian, 2014:196)

Dari tabel di atas dapat ditemukan beberapa fakor yang

menyebabkan para remaja masuk dalam dunia kegelapan. Diantaranya

yaitu faktor orang tua yang terdapat pada tabel nomor 1, 2 dan 5. Di sisi

lain faktor yang menyebabkan remaja masuk dalam dunia kegelapan pada

novel Pesantren Impian yaitu faktor teman yang buruk yang terdapat pada

tabel nomor 4 dan faktor ekonomi yang terdapat pada tabel nomor 3. Pada

cuplikan cerita ini menunjukkan bahwasannya sang pengarang novel

ingin menunjukkan faktor-faktor yang dapat membawa para remaja masuk

dalam dunia kegelapan dengan melakukan penyimpangan-penyimpangan

sosial.

Berawal dari masalah-masalah yang dihadapinya, dan ketidak

mampuan untuk meminimalisir masalah-masalah yang ada membuat lima

belas remaja ini mengalami penyimpangan sosial hingga akhirnya masuk

dalam dunia kegelapan. Berikut cuplikannya:

''Seperti yang sudah-sudah, setelah tiba di hotel, atau apartemen dia cepat-cepat menuang minuman dan membubuhkan obat tidur dalam jumlah agak banyak. Lalu membujuk ''si teman'' meminumnya. Tidak menunggu lama, setelah korbannya pulas, si Gadis dengan leluasa mengambil barang berharga milik korban, dan melenggang keluar.'' (Pesantren Impian, 2014:117)

43

Dalam kutipan cerita di atas, bahwasannya ketidak mampuan Ina dalam

meminimalisir masalah ekonomi yang dihadapi membuatnya nekat

melakukan perbuatan tercela yaitu melakukan penipuan dan pencurian

demi mendapatkan sejumlah uang. Adapun untuk Penyimpangan sosial

yang dilakukan para remaja lainnya dalam novel Pesantren Impian telah

penulis rangkum dalam tabel di bawah ini:

(6) ''Orang tua Sissy tidak terlalu ikut campur kehidupan anak gadisnya. Kepedulian mereka tunjukkan dengan tidak pernah absen mengirimi putrinya uang dalam jumlah besar. Itu sebabnya Sissy bisa tinggal di apartemen mewah, dan gampang mendapatkan barang-barang terlarang.'' (Pesantren Impian, 2014:10)

(7) ''Bodoh! Gadis itu berulang kali menepuk kening. Mestinya lelaki itu Cuma pingsan, kalau saja ia tidak menghantamnya terlalu keras. Tapi percuma menyesal. Laki-laki itu sudah mati. Dia membunuhnya.'' (Pesantren Impian, 2014:2)

(8) ''Tapi gusti Allah berkehendak lain. Bayi di kandungannya tumbuh sehat. Sangat sehat. Bahkan setelah usaha bunuh diri dan kecelakaan di Tawang mangu tempo hari.'' (Pesantren Impian, 2014:73)

(9) ''Ustadz Agam meraih sebutir pil kecil yang tergeletak di meja belajar. Mengamatinya sesaat. Wajahnya berangsur prihatin. ''Ini....''kalimat Ustadz Agam menggantung.

Sinta mengangguk. Santi memang habis neken, alias menenggak pil ecstasy.'' (Pesantren Impian, 2014:44)

(10) ''Usianya baru empat belas, belum cukup kuat untuk menampik godaan sedemikian besar. Bersama teman-teman, mereka berdagang dan memperluas ladang. Anak muda itu bekerja keras, belajar banyak dari mulai proses penanaman sampai paska panen. Ia juga mulai membaca banyak buku tentang penjualan.'' (Pesantren Impian, 2014:26)

(11) ''Jadi, Butet melarikan diri dari Anton King, bosnya di Medan. Sebelumnya diam-diam secara berkala gadis itu menghilangkan sejumlah drugs dari markas. Kali ini mungkin pelarian terakhir, karena bos mafia itu akhirnya mencium tindakan Butet. Kami tahu, Butet ingin mengishlahkan diri. Hanya kami tidak menduga ia membawa barang terlarang itu kesini.'' (Pesantren Impian, 2014:97-98)

44

(12) ''Enam bulan setelahnya dilalui Umar dalam depresi dan rasa bersalah berkepanjangan. Puncaknya, lelaki itu membakar seluruh ladang ganjanya. Kepulan asapnya sempat meninabobokan penduduk setempat.'' (Pesantren Impian, 2014:126)

(13) ''Sejak itu, hidupnya hancur. Seperti juga hati dan semangatnya yang patah-patah. Ia kabur dari kota, meninggalkan ijazah SMA yang menunggu. Melewatkan ranking tiga besar yang diraihnya.'' (Pesantren Impian, 2014:196)

Kutipan novel di atas menjelaskan tentang penyimpangan-

penyimpangan sosial yang dilakukan para remaja disaat mengalami

ketidak nyamanan dalam hidupnya hingga membuat hidup para remaja

terpuruk. Untuk mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan dalam dirinya

maka para remaja melakukan hal-hal yang dianggapnya baik, meskipun itu

dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti menggunakan obat-

obatan yang terdapat pada tabel nomor 6 dan 9, bunuh diri dan juga

membunuh terdapat pada tabel nomor 8 dan 7, usaha ganja dan pengedar

narkoba terdapat pada tabel nomor 10 dan 11, depresi dan minum-

minuman keras terdapat pada tabel nomor 12. Kasus lain pun terjadi

dengan Mas bagus, akibat kebohongan yang dilakukan ibunya tentang

siapa ayah kandungnya membuatnya marah dan meninggalkan rumah

sebagaimana terdapat pada tabel nomor 13.

Lika liku kehidupan gelap terus dijalani para remaja, dan disuatu

ketika secara tiba-tiba para remaja mendapatkan suatu undangan misterius

yang ternyata undangan itu berasal dari sebuah pondok pesantren milik

Teungku Budiman. Disinilah titik terang kehidupan yang bercahaya mulai

45

untuk memperbaiki jalan hidupnya menjadi lebih baik. Berikut

cuplikannya:

''Gue mau kesini.'' Sissy melemparkan sebuah undangan dari kertas berpotongan indah keatas tempat tidur. Inong meraihnya. Ada pandar tak percaya dimata gadis itu, tapi lintasan di benak membuat Inong urung melarang.'' (Pesantren Impian,2014:12) ''Rini mengalihkan pandangan dari keduanya. Pulau Lhok Jeumpa di waktu senja terlihat menawan dalam pancaran matahari jingga. Diam-diam ia bersyukur Bapak memaksanya menerima undangan ke sini, bahkan membantu Meyakinkan Ibu. Meskipun biasanya justru Bapak yang tidak bisa jauh dari Rini.'' (Pesantren Impian,2014:15-16)

Kutipan novel di atas menceritakan dimana para remaja

mendapatkan sebuah undangan misterius dari sebuah pondok pesantren.

Awal perjalanan hidup baru para remaja pun dimulai. Semua para remaja

dari berbagai kalangan yang mendapatkan undangan berbondong-bondong

datang ke pesantren dengan satu tujuan yaitu untuk memperbaiki kualitas

diri dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Selama di pondok, para santri akandirehabilitasi selama satu tahu.

Dimana proses yang dilaluinya di pondok tidak semudah yang mereka

bayangkan, begitu banyak peraturan pondok dan ha-hal baru yang harus

dilakukannya. Mulai menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk dimasa

lalunya kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang positif. Adapun

untuk aktivitas para santri selama mengikuti rehabilitas di pondok dalam

novel Pesantren Impian telah penulis rangkum dalam datel berikut ini:

(14) Berpakaian menutup

''Ketika sampai tadi, setelah mandi, para pendatang langsung mengenakan busana

46

aurat muslimah yang disediakan pesantren. Sedang penghuni putra memakai baju koko dan celana panjang longgar atau sarung.'' (Pesantren Impian, 2014:21

(15) Tinggal terpisah ''Mulai saat ini peserta putra dan putri akan tinggal terpisah. Peserta putra akan mengikuti pendidikan di bagian timur pulau. Saya sendiri akan mengantar adik-adik putra ke sana. Sementara itu, istri saya akan menemani adik- adik putri di sini.'' Ustadz Agam mengakhiri penjelasannya.'' (Pesantren Impian, 2014:22) (16) Salat berjamaah ''Sudah, sudah...' Ustadz Agam menenangkan

sambil tersenyum,''Waktunya sholat Isya. Setelah makan malam, adik-adik akan diantar ke kamar masing-masing. Sekarang mari kita sholat.'' (Pesantren Impian, 2014:23)

(17) Mendengarkan tausiyah

''Inong melirik gerah kearah Sissy, heran melihat gadis yang biasanya urakan itu, tekun mendengar uraian Ustadz dan Ustazah di depan. Sejujurnya, Sissy terlihat begitu cantik dan anggun . Padahal Inong hapal betul kalau 'adik-adikan'nya itu sehari-hari lebih suka ke sana kemari memakai celana jins pendek dan kaos 'gantung' yang memperlihatkan sebagian perut.'' (Pesantren Impian, 2014:22)

(18) Belajar ilmu agama dan umum

''PI, begitu anak-anak menyebut pesantren mereka sekarang, memang berbeda. Di sini selain belajar lebih dalam tentang islam, belajar mengaji Qur'an dengan tajwid yang benar, para santri juga mendapat pelajaran memasak, keterampilan, bahasa Arab dan Inggris, bahkan kelas komputer.'' (Pesantren Impian, 2014:37)

''Mereka seperti kembali ke sekolah. Bedanya sekolah ini lebih menyenangkan. Tak hanya itu, mereka pun dibekali cara membaca cepat dan menguatkan memori sehingga bisa mengingat banyak hal dengan lebih mudah.'' (Pesantren Impian, 2014:37-38)

(19) Meninggalkan ponsel

''Ibu Aminah tersenyum melihat anak-anak gadis itu bermain. Bahagia bisa menyaksikan santriwati baru beraktivitas dan sejenak menjauh dari gadget.'' (Pesantren Impian, 2014:36)

(20) Puasa sunnah ''Setiap hari senin dan kamis, semua diwajadwalkan berpuasa sunah. Sholat lima

47

waktu yang biasa sering diabaikan, di PI dilakukan dengan tertib dan berjamaah. Saat ada yang merasa malas, yang lain mengingatkan. Kalau masih malas juga, terutama sholat Subuh, entah siapa yang memulai, si pemalas akan dihujani kitikan habis. Bayangkan, oleh empat belas pasang tangan!'' (Pesantren Impian, 2014:38)

(21) Olahraga ''Acara olahraga pagi berakhir. Hampir semua santriwati benair-benar menikmati hari-hari pertama mereka di sana. Ponsel, ipod, dan ipad yang biasanya tak pernah berjarak dari jari, lambat laun terabaikan.'' (Pesantren Impian, 2014:37)

(22) Berbicara sopan ''Rin, ingat apa yang kamu lakukan sebelum tidur?'' Inong memecah keheningan . Selama di pesantren gadis itu sudah mulai berubah. Tidak lagi ber lo-gue seperti sebelumnya. Begitu juga rekan-rekan lain yang biasa bandel. Mereka belajar berbicara sopan . Barang kali sedikit banyak terwarnai para Ustazah di sini.'' (Pesantren Impian, 2014:81)

Kutipan novel pada tabel di atas menjelaskan tentang berbagai

peraturan yang harus dilakukan para remaja yang kini telah menjadi para

santri di pondok pesantren milik Teungku Budiman. Para santri dilatih

untuk melakukan perbuatan yang positif seperti berolahraga, berbicara

sopan, mendengarkan tausiyah, meninggalkan ponsel dan aktivitas positif

lainnya. Selain itu para santri juga diajarkan untuk melakukan ibadah-

ibadah sunah dengan tujuan untuk melatih mendekatkan diri kepada Allah

seperti melakukan shalat berjamaah, shalat tahajud, berpuasa sunnah,

membaca Al-Quran dan belajar tentang ilmu agama. Karena dalam Islam

sendiri mengajarkan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dan

48

Jalan menuju kebaikan untuk kembali kepada Allah dan

meninggalkan segudang kegelapan tidak semudah yang mereka

bayangkan. Berbagai cobaan yang tidak henti-hentinya menghampiri

membuat kesedihan dan ketakutan para santri. Di sini para santri benar-

benar diuji kesabaran dan keikhlasannya dalam melakukan perbuatan yang

positif.

Kata sabar diindikasikan pada ketahanan yang didasarkan pada

dinamika jiwa. Dinamika tersebut mengacu pada dua hal yaitu untuk

berbuat yang menuju kepada sesuatu yang positif, dan untuk menahan diri

dari sesuatu yang negatif (Munir, 2008:209-210). Ketika manusia sedang

menghadapi rintangan dalam melakukan sesuatu, kadang-kadang hati

kecilnya membisikkan agar dia berhenti saja namun jika ia terus maju dan

menghadapi rintangan yang ada dengan sabar maka akan menghasilkan

buah yang baik. Berikut akan dipaparkan berbagai cobaan yang dihadapi

para santri.

(23) Teror ''Tiba-tiba Eni menghentikan langkah. Sesaat tadi ia mendengar suara gemerisik dari bawah. Lebih dari sekadar desir angin. Eni mengejar. Dilihatnya satu bayangan melintasi lorong. Lalu menghilang dibalik pintu gerbang.'' (Pesantren Impian, 2014:180)

(24) Kematian ''Pukul tiga sore pencarian berhenti. Yanti ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Bekas cekikan terlihat jelas di lehernya.'' (Pesantren Impian, 2014:160)

''Bayi Rini tidak dapat diselamatkan. Kejadiannya sekitar sepuluh menit lalu.'' (Pesantren Impian, 2014:262)

(25) Sakaw ''Mereka berdua harus segera dirawat. ''Tegas Ustadz Agam.'' (Pesantren Impian, 2-14:45)

49

(26) Ketakutan ''Aku takut mereka kembali, En. Kau tahulah macam mana Anton. Mereka tak akan membiarkan aku hidup tenang. Khawatir gara- gara aku, pesantren jadi terancam.''

( Pesantren Impian, 2014:260-261)

(27) Kesedihan ''Rini terus menggeleng, berharap ini satu mimpi buruk dan bukan kenyataan. Tapi saat matanya menatap surat yang masih ditangan. Tangis Rini makin keras.''

(Pesantren Impian, 2014:104)

''Lalu Rini mulai menangis. Sebetulnya bukan Cuma Rini, mereka semua menangis dalam kerinduan akan Yanti. Tapi tangis yang tumpah adalah tangis yang wajar. Bukan tangisan histeris yang merupakan perwujudan ketidakikhlasan akan takdir-Nya.'' (Pesantren Impian, 2014:187)

(28) Putus asa ''Eni hampir frustasi. Kalau tidak ada iman rasanya ia ingin bunuh diri, daripada pulang tanpa hasil.'' (Pesantren Impian, 2014:128) (29) Hilangnya

kepercayaan

''Aku ndak mau tidur di kamar lagi. Jangan- jangan ...' Ipung tidak menyelesaikan kalimatnya.

''Berarti kamu nuduh aku , dong Pung!'' tukas Ita kesal.

''Bukan begitu, hanya...'' gadis itu mendadak bingung sendiri.

Mereka kini kehilangan kepercayaaan terhadap rekan sekamar.

''Sudah-sudah! Pembunuh itu tidak akan melukai siapa-siapa.''

(Pesantren Impian,2014:144)

Dari kutipan novel pada tabel di atas terdapat beberapa peristiwa

yang tidak diinginkan terjadi di pesantren seperti teror, pembunuhan, dan

peristiwa sakaw yang dialami oleh si kembar. Dari kejadian-kejadian itu

membuat para santri merasa sedih, ketakutan, putus asa dan hilangnya

kepercayaan satu sama lain. Namun berkat para Ustadz dan Ustazah yang

51

sabar dalam menghadapi berbagai cobaan, membuat para santri mampu

bertahan di pesantren dengan melewati berbagai cobaan yang ada.

Setelah melalui proses panjang dengan melakukan berbagai aktivitas

yang sudah menjadi ketetapan pondok dan mengalami berbagai rintangan

serta cobaan, kini para santri telah menjelma menjadi sosok yang luar

biasa. Sosok yang lebih sabar, tenang, dan memiliki kepribadian yang

baik. Semua ini terjadi atas kehendak Allah melalui perantara bimbingan

para Ustadz dan Ustazah yang ada. Adapun kutipan novel tentang

perubahan yang telah terjadi pada diri para santri sebagai berikut:

(30) Kenyamanan ''Sudah berapa lama? Ia bahkan merasa pesantren ini sudah seperti rumah. Waktu berjalan cepat. Kandungan rini sudah hampir delapan bulan. Si kembar Santi dan Sinta sudah beberapa lama bergabung kembali. Artinya mereka sudah tinggal di pesantren hampir enam bulan. Lama juga. Padahal dulu ia merasa yakin akan sulit melalui hari demi hari. Dan sejak kapan persisnya dia lupa, sholatnya sekarang tertib. Tidak lagi bolong- bolong seperti dulu.'' (Pesantren Impian, 2014:113)

''Seandainya mungkin ia bahkan tak ingin meninggalkan Pesantren Impian. Disini ia bisa belajar banyak juga merasakan ketenangan, yang terasa amat mewah sebelumnya.'' (Pesantren Impian, 2014:113)

(31) Persaudaraan ''Dari hari ke hari, ikatan diantara mereka semakin erat. Ustazah Hanum bisa merasakannya. Ternyata tidak sesulit yang diperingatkan Teungku. Meski menyadari bahwa sejauh ini pesantren baru bisa membuat para santriwati kerasan. Akankan PI mampu membantu mereka membuka diri, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi? Wanita berwajah teduh itu tak bisa memastikan.'' (Pesantren Impian, 2014: 38-39)

51

''Malam bergulir, selepas Isya, hati rini terasa ringan. Kalimat demi kalimat mengalir deras dari bibir. Sudah hampir dua bulam mereka tinggal di pesantren. Bagi Rini, teman-teman barunya kini bak saudara perempuan yang tak pernah dimiliki. Rasa malu telah dihalaunya jauh-jauh untuk bercerita. Bukankah kata Mas Bagus, ini bukan aibnya? Ini aib si pemerkosa. Bukan dia.'' (Pesantren Impian, 2014:80) ''Kita temui dan hibur Rini, yuk!'' Si Gadis bangkit.'' Mereka akan ada di sana bersama Rini. Menemani dan membantunya mengatasi kesedihan.'' (Pesantren Impian, 2014:263) (32) Sabar ''Ia telah menjelma manusia baru. Lebih sabar,

tidak urakan, tidak sombong, dan bangga diri. Ia bahkan mulai mampu menghayati masalah orang lain. Kecuali dengan Eni, ia bisa menjalin hubungan baik dan membina kedekatandengan sesama santriwati.''

(Pesantren Impian, 2014:114) (33) Sembuh dari

ketergantungan obat

''Santi dan Sinta kini sudah benar-benar sembuh dari ketergantuangan terhadap obat- obatan psikotropika. Wajah keduanya lebih cerah. Berkat Ummu Shalihat pula, si kembar yang dulu kurus, sekarang tampak lebih bersih. Raut muka mereka pun lebih segar.'' (Pesantren Impian, 2014:272)

(34) Menyukai berpakaian syari

''Ita, barang kali sebaliknya. Ia justru menyimpan unek-unek pada juru masak pesantren yang andal itu. Selama di sini, berat badannya naik tujuh kilo. Tapi diluar itu, Ita banyak berubah. Sikap hidupnya sekarang jauh lebih positif. Gadis itu bertekad mempertahankan kerudung. Satu-satunya kegagalan pesantren barangkali, tidak mampu mengubah porsi makannya, itu saja.'' (Pesantren Impian, 2014:272)

''Ia baru saja mandi dan memakai baju. Refleks, diraihnya sehelai kerudung putih dan mulai mematut diri di kaca. Setelah mengikat peniti di jilbab, gadis itu menatap lagi bayangan di cermin. Tersenyum, mulai menyukai apa yang dilihatnya.'' (Pesantren Impian, 2014:113)

52

Kutipan novel pada tabel di atas menjelaskan tentang perubahan

yang dialami para santri, diantaranya yaitu tumbuhnya rasa persausadaran

yang begitu dekat, sembuh dari ketergantungan obat-obatan, menjadi

pribadi yang lebih sabar, dan menyukai pakaian syari yang digunakan

sekarang. Bahkan para santri mulai merasakan kenyamam berada di

pondok, karena di sini para santri merasakan ketenangan dan kebahagiaan

yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.

Waktu begitu cepat berlalu, disaat para santri merasakan

kenyamanan di pondok, mereka harus pulang dan melanjutkan hidupnya.

Masadepan pun sudah mereka rencanakan, bagaimana kehidupan yang

akan dilakukan setelah keluar dari pondok. Dengan membawa bekal dari

pondok maka mereka pun akan melakukan hal-hal yang positif agar tidak

kembali terjerumus dalam kegelapan seperti masa lalunya. Berikut kutipan

tentang masa depan yang sudah direncanakan para santri:

(35) Rini ''Rini berpikir akan meneruskan kembali kuliahnya. Gadis ringkih yang kini jauh lebih tegar karena tempaan yang dialami, bertekad menutup sepenuhnya lembaran masa lalu.'' (Pesantren Impian, 2014:271)

(36) Evi ''Evi memutuskan kembali ke Kalimantan dan meneruskan kuliah. Sedang ina berniat bersatu kembali dengan putrinya dan bekerja. Kejadian yang dialami Rini bak pelajaran berharga yang dirasakan gadis itu. Ia melihat sendiri kepedihan dan air mata yang tumpah sudah tak bernyawa dari pelukannya.'' (Pesantren Impian, 2014:273)

(37) Sissy dan Inong ''Sissy dan Inong akan melanjutkan hidup. Barang kali membuat usaha kecil-kecilan. (Pesantren Impian,2014:273)

53

(38) Eni dan Butet ''Takdir, En! Tak usah kau sesali'' nasihat Butet selalu. Mereka berdua kini akrab, bahkan belum lama sama-sama menghadap Ustazah Hanum untuk meminta izin menjadi relawan di pesantren. Baik Butet maupun Eni tak ingi pulang.'' (Pesantren Impian, 2014:260)

(39) Santi dan Sinta Santi dan sinta kini sudah benar-benar sembuh dari ketergantungan obat-obatan

psokotropoka.''(Pesantren Impian, 2014:272) (40) Ita Gadis itu bertekat mempertahankan kerudung.

Satu-satunya kegagalan pesantren baragkali, tidak mampu mengubah porsi makannya, itu saja.''(Pesantren Impian, 2014:272)

(41) Ina Ina sadar, sudah kehilangan banyak kenangan manis masa kecil putrinya. Tapi tak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan dan kesadaran.''(Pesantren Impian,2014:273)

Kutipan novel diatas menjelaskan tentang rencana para santri setelah

keluar dari pondok. Berbagai aktivitas positif akan dilakukan, dengan

tujuan untuk menciptakan suasana yang kondusif agar tidak terpengaruh

pada pergaulan buruk yang dulu pernah dilakukannya. Kebahagiaan kini

telah dirasakan oleh para santri, bahkan kebahagiaan pernikahan Ina

dengan Teungku Budiman melengkapi kebahagiaan mereka ketika akan

Dokumen terkait