• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peta Jawa Barat Lokasi 785000 785000 790000 790000 795000 795000 800000 800000 805000 805000 92 5 5 0 0 0 925 50 0 0 92 60 0 00 92 6 00 0 0 92 65 0 00 92 650 00 92 70 0 0 0 92700 00 92 75 0 00 92 7 50 0 0 92 80 0 00 92 800 00 2 0 2 4 Kilometers Sumber :

- Peta Topografi (Bakosurtanal) Skala 1 : 50.000

- Balai Pengelolaan DAS Citarum Ciliwung Departemen Kehutanan U Cagar Alam Hutan Lindung Hutan Produksi Kebun Campuran Pemukiman Perkebunan

Pert. Lahan Basah (sawah) Jalan

Gambar 12 Peta Arahan Penggunaan Lahan RTRW Kabupaten Subang Pada Areal Sub DAS Ciasem Hulu

Untuk mengetahui persentase luas penggunaan lahan sekarang dengan RTRW pada Sub DAS Ciasem Hulu, dilakukan proses tumpang susun (overlay) satuan lahan pengamatan intensif (berdasarkan penggunaan lahan sekarang) dan penggunaan lahan pada RTRW, yang hasilnya seperti tersaji dalam Tabel 20. Tabel 20 Hasil Perbandingan Luas Lahan Satuan Lahan Pengamatan Intensif

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang

No. Penggunaan Lahan

Satuan Lahan Pengamatan Intensif Penggunaan lahan RTRW Perbedaan 1. Pertanian lahan basah

(sawah) 0.00 147.84 -147.84 2. Pemukiman 0.00 12.16 -12.16 3. Tegalan 112.99 0.00 112.99 4. Kebun Campuran 475.25 559.64 -84.39 5. Belukar 219.59 0.00 219.59 6. Hutan lindung 0.00 88.19 -88.19 Jumlah 807.83 807.83

Sumber : Hasil analisis

Berdasarkan Tabel 20, penggunaan lahan pada RTRW untuk tegalan, kebun campuran dan semak belukar dengan kemiringan antara 15–40%, sebagian besar diperuntukan pengembangan kebun campuran dan pertanian lahan basah.

Hasil ini dapat memberikan gambaran, bahwa penggunaan lahan pada Sub DAS Ciasem Hulu, belum sepenuhnya memperhatikan aspek geobiofisik wilayah. Hal ini terjadi karena dalam penyusunan RTRW, biasanya mengikuti penggunaan lahan yang telah ada, selain itu ada pengaruh dari kebijakan pemerintah yang menetapkan Kabupaten Subang sebagai daerah andalan tanaman pangan. Dengan kenyataan penggunaan lahan RTRW yang demikian, maka dapat dikatakan, bahwa pertimbangan manfaat ekonomi masih sangat dominan.

Untuk melihat rencana penggunaan lahan yang telah ada dan alokasinya pada penggunaan lahan dalam RTRW, dilakukan proses overlay peta penggunaan RTRW dengan peta SLH, khusus untuk daerah yang diteliti. Apabila dirinci pembagiannya berdasar kelas lereng 15%-25% dan 25%-40%, maka perubahan yang paling dominan adalah pada penggunaan kebun campuran dengan kelas kemiringan lereng 15%-25% menjadi penggunaan untuk pertanian lahan basah (sawah), hasil selengkapnya tersaji dalam Tabel 21.

Tabel 21 Hasil Overlay Peta Penggunaan Lahan RTRW Kabupaten Subang dengan Peta SLH yang Dianalisis pada Wilayah Sub DAS Ciasem Hulu

Penggunaan sekarang dan kemiringan lereng (Ha) Belukar Kebun Campuran Tegalan Penggunaan Lahan RTRW 15%-25% 25-40% 15%-25% 25-40% 15%-25% 25-40% Jumlah Pert. lhn. Basah 96.02 62.59 346.67 151.38 0.00 0.00 656.81 Kebun campuran 167.03 96.53 137.49 281.18 85.87 164.99 933.09 Pemukiman 0.00 0.00 23.86 0.00 0.00 12.16 36.02 Hutan produksi 0.00 0.00 0.00 34.75 0.00 0.00 34.75 Hutan lindung 0.00 0.00 0.00 88.19 0.00 0.00 88.19 Perkebunan 2.59 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.59 Cagar alam 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jumlah 263.05 159.12 508.170 555.50 85.87 177.25 1 751.45

Sumber : Hasil analisis

Berdasarkan Tabel 21 lahan-lahan sekarang berupa kebun campuran dan semak belukar sebagian besar dialokasikan untuk sawah dan kebun campuran, sedangkan lahan tegalan umumnya dialokasikan untuk kebun campuran. Hal ini menunjukan bahwa orientasi rencana pemanfaatan lahan masih bertumpu pada bentuk sawah dengan tujuannya untuk stabilitas ketahanan pangan, sedangkan kebun campuran umumnya untuk pengembangan tanaman buah-buahan dan perkebunan.

Kecocokan Arahan Penggunaan Lahan RTRW berdasarkan Kelas Kemampuan Lahan

Untuk mengkaji kelas kemampuan lahan pada penggunaan lahan RTRW, data yang dipakai adalah data-data pada satuan lahan pengamatan intensif. Prosesnya dengan melakukan proses tumpang susun (overlay) antara peta RTRW dengan SLH pada satuan lahan pengamatan intensif.

Analisis ini hanya memberikan gambaran, untuk mengkaji penggunaan lahan lebih lanjut pada skala yang lebih besar (detail). Berdasarkan analisis tersebut, dihasilkan bahwa penggunaan lahan pada RTRW, secara keseluruhan masih ada penggunaan lahan yang belum cocok dengan kelas kemampuannya.

Penggunaan lahan yang kurang sesuai dengan parameter fisik dan memiliki luasan yang cukup luas adalah penggunaan untuk pertanian lahan basah (sawah), hasil selengkapnya tersaji dalam Tabel 22.

Tabel 22 Penilaian Kecocokan Arahan Penggunaan Lahan RTRW dengan Kelas Kemampuan Lahan

No. Unit lahan

KKL Arahan penggunaan lahan menurut RTRW

Luas

(Ha) Penilaian Keterangan

13 III Pemukiman 12.16 TS Lereng (25%-40%)

Kebun campuran 46.36 S Lereng (25%-40%)

17 IV Kebun campuran 13.18 S Lereng (25%-40%)

18 III Kebun campuran 12.87 S Lereng (25%-40%)

38 IV Kebun campuran 141.15 S Lereng (15%-25%)

81 IV Pert. Lhn Basah (Sawah) 28.66 TS Lereng (15%-25%)

Kebun campuran 72.69 S Lereng (15%-25%)

110 IV Hutan lindung 84.64 S Lereng (25%-40%)

Pert. Lhn Basah (Sawah) 15.53 S Lereng (25%-40%)

Kebun campuran 28.58 S Lereng (25%-40%)

111 IV Hutan lindung 3.55 S Lereng (25%-40%)

Kebun campuran 137.95 S Lereng (25%-40%)

127 IV Pert. Lhn Basah (Sawah) 37.31 TS Lereng (25%-40%) 128 IV Pert. Lhn Basah (Sawah) 66.34 TS Lereng (15%-25%)

158 IV Kebun campuran 16.92 S Lereng (25%-40%)

159 III Kebun campuran 37.55 S Lereng (15%-25%)

176 IV Kebun campuran 37.00 S Lereng (25%-40%)

238 IV Kebun campuran 15.39 S Lereng (15%-25%)

Jumlah 807.83

Keterangan : KKL : Kelas Kemampuan Lahan; TS : Tidak Cocok ; S : Cocok

Sumber : Hasil analisis

Berdasarkan penggunaan lahan RTRW (Tabel 22), masih ada alokasi penggunaan lahan yang kurang cocok dengan kelas kemampuannya. Hal ini terutama pada bentuk penggunaan lahan sawah, pada kelas kemampuan IV. Tetapi apabila alokasi tersebut direalisasikan, maka harus dibarengi dengan tindakan konservasi tanah yang tepat.

Perencanaan yang disusun dalam RTRW, apabila dikaji berdasarkan laju erosinya, belum dapat memberikan solusi yang terbaik untuk pemanfaatan lahan secara berkelanjutan. Alokasi penggunaan lahan untuk Sub DAS Ciasem Hulu adalah dengan memperluas kawasan yang berfungsi sebagai kawasan tangkapan air.

Dalam penjelasan buku Analisis RTRW Kabupaten Subang, masalah erosi telah dijelaskan menjadi salah satu hambatan dalam pemanfaatan lahan, sehingga implementasinya harus didukung oleh tindakan konservasi. Walaupun kenyataan di lapang tindakan konservasi belum dilaksanakan dengan baik.

Alternatif Penggunaan Lahan, Pola Tanam dan Agroteknologi

Untuk memberikan arahan dalam rencana penggunaan lahan dan pola tanam serta agroteknologi yang tepat, maka harus dicarikan alternatif berdasarkan analisis yang telah dilakukan.

Alternatif Penggunaan Lahan Sekarang dan RTRW

Berdasarkan evaluasi penggunaan lahan sekarang dan penggunaan lahan RTRW, walaupun pada penggunaan lahan sekarang telah cocok dengan kelas kemampuan lahannya, tetapi karena memiliki ancaman kerusakan erosi yang tinggi dengan faktor penghambat keadaan lereng, perlu arahan perubahan penggunaan lahan yang lebih tahan terhadap kerusakan lahan, salah satunya dengan mengubah tegalan dan semak belukar menjadi kebun campuran dan hutan.

Arahan lainnya adalah lahan dengan kemiringan lereng lebih dari 40% dialokasikan sebagai hutan, dengan tujuan untuk memperluas daerah resapan air dan mengurangi dampak terjadinya bahaya longsor (Gambar 13). Sub DAS Ciasem Hulu, apabila dilihat dari fungsi hidrologi memiliki peran yang sangat penting, karena aliran airnya dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, perikanan dan kebutuhan masyarakat lainnya.

Sedangkan pada penggunaan lahan RTRW, perlu pengkajian lagi terutama pada alokasi penggunaan lahan untuk pertanian lahan basah (sawah). Dengan memperhatikan aspek fisik dan kelas kemampuannya, maka sebaiknya alokasi lahan tersebut dijadikan sebagai kebun campuran (Gambar 14).

Kebijakan yang mendukung alokasi penggunaan lahan tersebut, salah satunya adalah arahan dan sasaran revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010, yaitu proporsi luas kawasan lindung di Provinsi Jawa Barat mencapai 45% dari masing-masing luas wilayah (BAPEDA, 2002).

Pada penggunaan lahan yang berkelanjutan, selain harus cocok dengan kelas kemampuannya, juga harus memperhatikan tindakan konservasi tanah. Sedangkan untuk meningkatkan produktivitas lahan, sebaiknya dilakukan dengan memilih jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan kualitas fisik lahan, dan merupakan komoditas yang memiliki prospek pasar yang baik.

Apabila kondisi tersebut dapat diwujudkan, bagi sebagian penduduk yang berusaha tani di wilayah Sub DAS Ciasem Hulu akan kehilangan sebagian pilihan pemanfaatan, oleh karena itu pemerintah harus dapat menjamin kesejahteraan penduduk di wilayah tersebut melalui program dan kebijakannya.

Keterangan

PETA

ALTERNATIF PENGGUNAAN LAHAN

Dokumen terkait