• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA, LISENSI, DAN

2.1.4 Ciptaan yang Dilindungi

Pasal 1 angka 3 UU No. 28/2014 menentukan bahwa “Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata”. Terdapat perbedaan pengertian ciptaan yang diatur dalam UU No. 28/2014 dengan undang-undang hak cipta terdahulu. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (selanjutnya disingkat UU No. 19/2002) menentukan bahwa “Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra”.

77

Arif Lutviansori, op.cit, h. 74, dikutip dari Rahmi Jened, 2007, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Eksklusif, Airlangga Press, Surabaya, h. 81.

42

Dari pemaparan pengertian ciptaan di atas, dapat diketahui bahwa perbedaan pengertian ciptaan terletak pada ada tidaknya unsur keaslian dalam pengertian ciptaan. Pada UU No. 28/2014 tidak terdapat unsur keaslian dalam pengertian ciptaan, sedangkan dalam UU No. 19/2002 terdapat unsur keaslian dalam pengertian ciptaan. Penjelasan Umum UU No. 19/2002 menjelaskan bahwa:

Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai Ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian sehingga Ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.

Menurut Miller dan Davis pemberian hak cipta didasarkan pada kriteria keaslian atau kemurnian (originality).78 Keaslian atau kemurnian (originality) suatu ciptaan berarti ciptaan tersebut benar-benar berasal dari pencipta yang bersangkutan dan bukan tiruan dari ciptaan orang lain.79

Menurut Henry Soelistyo, kriteria orisinal dalam arti suatu ciptaan harus bukan merupakan hasil peniruan dari ciptaan lain yang sudah ada sebelumnya, seringkali menimbulkan perdebatan.

Misalnya, lukisan sebuah vas bunga dapat dianggap tidak orisinal bila desain dan ornamennya tidak diciptakan sendiri oleh pencipta pada saat melukis. Kegiatan melukis hanya dianggap mengalihkan ekspresi vas bunga ke dalam bentuk lukisan. Ini berarti tidak ada yang orisinal dalam ciptaan lukisan seperti itu. Namun, di sisi lain, kuat pula pendapat yang menggunakan argumentasi bahwa melukis vas bunga naturalis berdasar objek benda riil memerlukan kemampuan, keterampilan, dan keahlian. Karenanya, sepersis apa pun lukisan yang dihasilkan, karya itu tidak sama dan harus tidak diartikan sama. Wujud lukisan itu juga bukan merupakan perbanyakan dari vas bunga. Karya lukisan itu diakui sepenuhnya memang

78

Sanusi Bintang, op.cit, h. 2, dikutip dari Arthur R. Miller dan Michael M. Davis, 1990,

Intellectual Property: Patents, Trademarks, and Copyright, In A Nut Shell Series, St. Paul, Minnessotta: West Publishing Company, h. 290.

79

43

berasal dari diri pencipta. Untuk tidak merancukan maknanya, maka karya lukisan naturalis itu dianggap sebagai bentuk pengalihwujudan ciptaan. Karenanya, terhadap lukisan itu berlaku pengakuan orisinalitas dan berhak mendapat perlindungan Hak Cipta.80

UU No. 28/2014 dan undang-undang hak cipta terdahulu sesungguhnya tidak hanya melindungi ciptaan yang sifatnya asli (original) saja melainkan juga melindungi ciptaan yang sifatnya turunan (derivative). Ciptaan yang sifatnya turunan (derivative) adalah ciptaan hasil pengolahan dari ciptaan-ciptaan lain yang sebelumnya sudah ada. Contoh ciptaan yang sifatnya turunan (derivative) dapat dilihat pada Pasal 40 ayat (1) huruf n UU No. 28/2014 yaitu terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi.

Menurut Sanusi Bintang, “Ciptaan asli adalah ciptaan dalam bentuk atau wujud aslinya sebagaimana yang diciptakan oleh penciptanya. Jadi, belum dilakukan perubahan bentuk atau pengalihwujudan ke dalam bentuk yang berbeda”. Misalnya novel yang merupakan karya tulis asli atau bukan hasil peniruan dari karya-karya tulis sebelumnya, novel tersebut diangkat menjadi sebuah film. Dalam hal ini novel tersebut dilindungi hak cipta sebagai ciptaan asli (original) dan film hasil adaptasi dari novel diatas dilindungi hak cipta sebagai ciptaan turunan (derivative).81

Menurut OK Saidin, ciptaan yang merupakan hasil pengolahan dari ciptaan asli juga dilindungi hak cipta, sebab hasil dari pengolahan tersebut merupakan suatu ciptaan yang baru dan untuk menghasilkannya diperlukan

80

Henry Soelistyo, op.cit, h. 52-53.

81

44

kemampuan intelektualitas pula.82 Oleh karenanya ciptaan yang sifatnya turunan (derivative) layak mendapat perlindungan hak cipta.

Walaupun undang-undang hak cipta terdahulu mensyaratkan harus ada unsur keaslian pada suatu ciptaan, namun undang-undang hak cipta terdahulu tersebut juga melindungi ciptaan yang sifatnya turunan (derivative). Pasal-pasal yang melindungi ciptaan yang sifatnya turunan (derivative) adalah Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (UU No. 6/1982), Pasal 11 ayat (1) huruf l dan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (UU No. 7/1987), Pasal 11 ayat (1) huruf n Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 (UU No. 12/1997), serta Pasal 12 ayat (1) huruf l UU No. 19/2002.

Pengelompokan jenis ciptaan menurut sifatnya yaitu ciptaan yang sifatnya asli (original) dan ciptaan yang sifatnya turunan (derivative) pertamakali ditemukan dalam Penjelasan Pasal I angka 12 UU No. 7/1987. Melalui Penjelasan Pasal I angka 12 UU No. 7/1987 tersebut dapat diketahui bahwa ciptaan menurut sifatnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu ciptaan yang sifatnya asli atau orisinal diatur dalam Pasal 26 ayat (1) UU No. 7/1987 dan ciptaan yang sifatnya turunan atau derivatif diatur dalam Pasal 27 ayat (1) UU No. 7/1987.

Dalam undang-undang hak cipta terbaru yaitu UU No. 28/2014, ciptaan yang sifatnya asli (original) dan ciptaan yang sifatnya turunan (derivative) sama-

82

45

sama mendapatkan perlindungan hak cipta. Ciptaan-ciptaan yang mendapat perlindungan hak cipta diatur dalam Pasal 40 UU No. 28/2014.

Pasal 40 UU No. 28/2014

(1) Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas:

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya:

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

g. karya seni terapan; h. karya arsitektur; i. peta;

j. karya seni batik atau seni motif lain; k. karya fotografi;

l. Potret;

m. karya sinematografi;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional;

p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;

q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;

r. permainan video; dan s. Program Komputer.

(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.

(3) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk pelindungan terhadap Ciptaan yang tidak atau belum dilakukan Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan Penggandaan Ciptaan tersebut.

46

Dokumen terkait