BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA, LISENSI, DAN
2.1.2 Teori Hukum atau Landasan Filosofi Perlindungan Hak
Hak cipta merupakan bagian dari HKI yaitu HKI di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Oleh karena hak cipta merupakan bagian dari HKI maka landasan filosofi perlindungan hak cipta dapat merujuk pada landasan filosofi perlindungan HKI.
Terdapat dua teori besar yang menjadi landasan filosofi perlindungan HKI yaitu Utilitarianism Theory dan Labor Theory.
1. Utilitarianism Theory
Utilitarianisme memuat latin “utilis” yang artinya berguna. 51
Utilitarianisme merupakan aliran yang menempatkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan tersebut diartikan sebagai kebahagiaan (happines). Pokok pembahasan dalam utilitanisme adalah mengenai apakah hukum mampu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. 52
Landasan filosofi perlindungan HKI menurut utilitarianism theory
dipengaruhi oleh pemikiran utilitarianis dari Jeremy Bentham. Menurut Jeremy Bentham, the ultimate end of legislation is the greatest happiness of the greatest
50
Henry Soelistyo, op.cit, h. 13.
51
Muhamad Erwin, 2013, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Ed. I, Cet. III, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 179.
52
32
number.53 Hukum dibentuk untuk mencapai kebahagiaan bagi bagian terbesar warga masyarakat. Namun prinsip utilitarianis dari Jeremy Bentham tidak semata- mata ditujukan untuk kebahagiaan masyarakat, tetapi termasuk di dalamnya masyarakat dalam sosoknya sebagai individu. Oleh karena itu prinsip utilitarianis dari Jeremy Bentham dapat mengakomodir perlindungan hukum baik dalam dimensi individual maupun komunal.54
Dalam konteks pengkajian HKI dalam dimensi komunal, Thomas Aquinas mengemukakan bahwa hukum hendaknya membantu manusia berkembang sesuai kodratnya, menjunjung keluhuran martabat manusia, bersifat adil, menjamin kesamaan dan kebebasan, serta memajukan kepentingan dan kesejahteraan umum. Melalui Summa Theologiae, Thomas Aquinas menyatakan bahwa hukum hendaknya bersifat adil serta ditujukan untuk kepentingan dan kesejahteraan umum.55
Berdasarkan Utilitarianism Theory, perlindungan terhadap HKI harus menjamin keseimbangan perlindungan bagi pencipta atau penemu dengan masyarakat luas.56 Perlindungan terhadap hak eksklusif pencipta atau penemu harus terjamin agar meningkatkan semangat mereka untuk menghasilkan ciptaan- ciptaan dan temuan-temuan baru.57 Kepentingan masyarakat luas juga harus diakomodir agar karya intelektual yang dihasilkan dapat dinikmati bagian terbesar
53
Ni Ketut Supasti Dharmawan, op.cit, h. 46, dikutip dari William Fisher, 1999,
“Theories of Intellectual Property”, URL:
http://www.law.harvard.edu/Academic_Affairs/coursepages/tfisher/iphistory.pdf, h. 2-8, diakses tanggal 24 Juni 2010.
54
Ni Ketut Supasti Dharmawan, op.cit, h. 46, dikutip dari Agus Sardjono, 2006, Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional, PT Alumni, Bandung, h. 32-33.
55
Ni Ketut Supasti Dharmawan, op.cit, h. 46-47.
56
Ni Ketut Supasti Dharmawan, op.cit, h. 45.
57
33
warga masyarakat dengan catatan tidak merugikan kepentingan yang wajar pencipta atau penemu.
Sistem HKI yang berkembang dewasa ini sudah memperhatikan keseimbangan antara dua kepentingan yang berbeda yaitu kepentingan pemilik hak dan kepentingan masyarakat umum. Hal tersebut dapat dilihat pada Article 27
of the Universal Declaration of Human Rights (selanjutnya disingkat UDHR).58
Article 27 of the UDHR
1. Everyone has the right freely to participate in the cultural life of the community, to enjoy the arts and to share in scientific advancement and its benefits.
2. Everyone has the right to the protection of the moral and material interests resulting from any scientific, literary or artistic production of which he is the author.
2. Labor Theory
Labor Theory terdiri dari kata labor berarti kerja dan theory berarti teori. Menurut Labor Theory perlindungan hukum terhadap pencipta atau penemu diberikan karena pencipta atau penemu telah bekerja keras baik mempekerjakan fisik dan mempekerjakan otak sehingga menghasilkan karya intelektual.
Kerja keras seseorang dalam menuangkan segala kemampuan atau keahliannya (labor theory) untuk menghasilkan karya intelektual sudah sewajarnya diberikan perlindungan berupa hak milik alamiah (natural right theory) atas karya intelektualnya. Pandangan tersebut berkaitan dengan pemikiran John Locke yang menyatakan bahwa HKI lahir karena adanya usaha dan pengorbanan waktu dan tenaga yang telah dikontribusikan serta diinvestasikan
58
34
untuk menghasilkan karya intelektual. Oleh karenanya lahirlah hak yang melekat pada karya intelektual tersebut (Creative people have an inherent right to their intellectual property because of the labour they have invested in it).59
Natural right theory menekankan pada pertimbangan moral bahwa orang yang mampu membuat karya-karya berdasarkan kreatifitas intelektualnya, mereka secara alami akan memiliki natural right, yaitu hak alami yang melekat pada pencipta atas karya-karya intelektualnya. Akan terasa tidak adil apabila pihak lain yang tidak pernah berusaha untuk menghasilkan karya intelektual dapat menikmati manfaat karya intelektual hasil dari jerih payah orang lain.60
Dua unsur utama Natural Right Theory adalah:61
a. First Occupancy yaitu seseorang yang menciptakan atau menemukan karya intelektual berhak secara moral terhadap penggunaan eksklusif dari karya tersebut; dan
b. A Labor Justification yaitu seseorang yang sudah berupaya dalam menghasilkan karya intelektual seharusnya berhak atas hasil dari usahanya tersebut.
Menurut Robert M. Sherwood terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan pentingnya memberikan perlindungan hukum terhadap karya-karya intelektual manusia. Teori-teori tersebut adalah:62
59
Ni Ketut Supasti Dharmawan, op.cit, h. 47, dikutip dari Kinney dan Lange PA, 1996,
Intellectual Property Law For Business Lawyer, ST Paul Minn West Publishing Co, USA, h. 3.
60
Ni Ketut Supasti Dharmawan, op.cit, h. 85.
61
Tomi Suryo Utomo, op.cit, h. 10, dikutip dari A Samuel Oddi, 1996, TRIPS-Natural Rights and A “Polite Form of Economic Imperialism”, 29 Vand. J. Transnat’l L. 415, h. 5.
62
Ranti Fauza Mayana, 2004, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas, Grasindo, Jakarta, h. 44-46, dikutip dari Robert M. Sherwood, 1990,
Intellectual Property and Economic Development: Westview Special Studies in Science, Technology and Public Policy, Westview Press Inc, San Francisco, h. 65.
35
a. Reward Theory menentukan bahwa seseorang yang telah berhasil membuat karya intelektual pantas diberikan penghargaan atas upaya kreatifnya menghasilkan karya intelektual tersebut;
b. Recovery Theory menentukan bahwa pencipta, penemu, dan pendesain yang telah mengeluarkan banyak waktu, tenaga, dan biaya dalam membuat karya intelektual harus memperoleh kembali segala sesuatu yang telah ia keluarkan;
c. Incentive Theory menentukan bahwa insentif perlu diberikan karena berguna untuk pengembangan kreativitas pencipta, penemu, dan pendesain. Insentif perlu diberikan untuk mengupayakan karya-karya kreatif terus bermunculan secara berkelanjutan;
d. Risk Theory menentukan bahwa karya intelektual merupakan hasil dari kegiatan penelitian yang mengandung resiko, sehingga wajar memberikan perlindungan terhadap kegiatan yang mengandung resiko tersebut; dan
e. Economic Growth Stimulus Theory menyatakan bahwa perlindungan atas HKI merupakan suatu alat pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi adalah keseluruhan tujuan dibangunnya sistem perlindungan HKI yang efektif.
Teori yang disampaikan Robert M Sherwood sangat menekankan pada pendekatan reward yang bermotif ekonomi untuk kepentingan individu, serta sejalan dengan pemikiran John Locke dengan teori hukum alam atau hukum moralnya. Teori-teori tersebut gagasan dasarnya adalah suatu hak secara alami
36
atau natural akan lahir terhadap suatu karya intelektual yang berasal dari jerih payah dan pengorbanan individu. Berangkat dari pemikiran tersebut maka HKI merupakan hak milik individu.63
Frederick Abbott adalah penstudi yang mendukung teori hukum alam. Frederick Abbott mengemukakan Demands for protection of intellectual property are often based on theory of natural law or moral right. The idea that intellectual property is naturally owned by the person who creates it and that appropriation from that person without compensation is wrongful.64 Teori hukum alam tersebut menjadi landasan kuat untuk memberikan perlindungan secara individu kepada pemegang HKI karena penggunaan suatu karya intelektual tanpa membayar kompensasi kepada pemegang hak merupakan perbuatan yang salah karena melanggar ajaran moral yang baik.65