• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Dan tidak AKU ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-KU ”

(QS Adz Dzariyat : 56)

Enak tidaknya ditempatkan di kantor daerah, semuanya tergantung bagaimana kita mensikapinya. Yang terpenting, kita harus ikhlas dan sabar menerima keputusan mutasi tersebut. Jangan lupa untuk senantiasa bersyukur kepada Allah swt. Peliharalah dan tegakkanlah selalu shalat fardhu dan shalat sunnah. Tak lupa, senantiasa ajaklah teman-teman satu ruangan atau ditempat yang lain untuk shalat fardhu secara jamaah di masjid tepat waktu. Insya Allah semua akan berjalan dengan baik sesuai kehendak- NYA.

Tak kalah penting, biasakanlah sikap untuk senantiasa bersedekah/berinfaq dari penghasilan yang diterima. Itu juga wujud dari sikap bersyukur kita atas rezeki yang Allah swt berikan. Karena dari sebagian penghasilan yang kita terima ada hak milik saudara-saudara kita yang kurang mampu (baik itu security, sopir kantor, office boys maupun cleaning service). Percayalah, bahwa kita tidak akan menjadi ‘melarat’ gara-gara kebiasaan berinfaq dan percayalah bahwa Allah swt akan menggantinya dengan rezeki yang berlipat-lipat.

PNS itu hanyalah sebuah status. Dimata Allah swt tidak ada bedanya antara seorang PNS, pejaba t neg ara, tentara/polisi dengan rakyat jelata. Yang membedakan adalah amal perbuatan. Maka, beruntunglah kita bila mempunyai kebiasaan untuk meluangkan waktu untuk selalu membaca dan mentadaburi al Qur’an meski hanya satu halaman. Tak cukup puas sampai disitu, usahakan untuk dapat mengimplementasikannya. Dengan membaca al Qur’an (apalagi bila diikuti dengan pengamalannya sehari- hari) niscaya hati kita akan menjadi tentram, kesulitan hidup akan teratasi dan hidup akan menjadi lebih mudah. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al Baqarah : 186 dan QS ath Thalaq : 2-3.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah

mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS Al Baqarah : 186)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.

dan memberinya rezki dari arah yang tiada

disangka-sangkanya.” (QS Ath Thalaq : 2-

3)

Perjalanan Karier Hingga Pensiun

Awalnya, sebagai CPNS saya mulai kerja di Subdit Koordinasi Teknis Dit. Pembinaan Anggaran Rutin (PAR) pada awal September 1977. Di sini saya m e n g e n a l l e b i h b a ny a k d ap u r penyusunan Anggaran Belanja Rutin atau Daftar Isian Kegiatan (DIK) yang mulai diterapkan tahun 1975. Direktorat ini mempunyai kewenangan penuh dalam menyusun, menilai dan menetapkan besarnya alokasi anggaran belanja rutin yang diajukan oleh kementerian/ lembaga (Satuan 3 sebagai Lampiran Nota Keuangan) tanpa melibatkan instansi lain di luar DJA. Maka tak heran ada anggapan bahwa Direktorat PAR punya kesan ‘angker’ karena punya kekuasaan yang superior.

Pada saat itu Undang-Undang APBN disusun menurut sektor dan sub sektor. Rincian lebih lanjut dari undang-undang tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Rutin Kementerian/Lembaga menurut sektor/sub sektor/kegiatan. S e d a n g k a n w u j u d d a r i pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN tersebut berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang biasanya diajukan ke DPR setelah 3 atau 4 tahun tahun anggaran bersangkutan berakhir. Hal yang menarik dari proses pekerjaan pada waktu itu adalah belum tersedianya sarana komputer seperti saat ini. Semua kegiatan masih dikerjakan secara manual, mesin hitung manual (masih engkol), masih menggunakan tip ex, kertas karbon

dan sebagainya. Sehingga pada saat penyusunan Keppres tentang Rincian ABR panjang halaman hampir 5 meter yang dikerjakan hingga biasanya harus menginap 2 sd 3 hari di kantor. Itu emikian arti dari penggalan

firman Allah swt dalam Al-

D

Quran. Jelas disini bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia semata-mata agar mereka tunduk dan patuh hanya kepada Allah swt.

Dalam makna yang luas bekerja merupakan salah satu bentuk ibadah. Bekerja, selain untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan hidup, semestinya juga dilaksanakan dalam kerangka beribadah. Bekerja merupakan ibadah apabila dilaksanakan dengan niat yang ikhlas, cara yang benar dan tujuannya dengan niat mencari ridha Allah.

Alhamdulillah, tak terasa dalam beberapa hari ke depan masa tugas saya sebagai PNS di Ditjen Anggaran akan segera berakhir. Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Dan tak terasa sudah 35 tahun saya mengabdi sebagai aparatur pemerintah dan abdi negara. Ada rasa kepuasan batin yang tersisa. Rasa puas yang pertama itu muncul saat diterima sebagai Calon PNS dan ditempatkan Direktorat Pembinaan Anggaran Rutin (Dit.PAR) DJA (lama) pada tahun 1977. Berikutnya adalah rasa puas saat akan mengakhiri tugas di Direktorat Anggaran III DJA (baru) bulan September 2012. Dalam perjalanan kurun waktu karier tersebut, banyak suka duka yang saya alami. Sebagai pegawai negeri yang siap ditempatkan dimana saja, maka saya pun tak luput mengalami tugas di daerah. Pengalaman bertugas di kantor pusat (Jakarta) dan di daerah (Pekalongan Medan dan Bengkulu) punya kesan tersendiri.

31 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012 49

WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

w a k t u i t u . S e te l a h m e l a k u k a n pembahasan dengan kementerian/ lembaga mengenai alokasi belanja rutin, maka kepala seksi teknis dengan didampingi kepala subdit-nya harus fight

dengan Direktur PAR. Karena kita harus memper tahankan argument atas penilaian kita terhadap item per item dari mata anggaran keluaran DIK suatu kementerian/lembaga. Jika kita tidak dapat mempertahankan argumentasi maka kegiatan rutin akan dicoret alias alokasi tersebut akan menjadi cadangan/saving.

Setelah bertugas selama 16 tahun sebagai staff di subdit Kortek Dit. PAR, akhirnya pada Maret 1993 saya dipromosikan sebagai Kepala Seksi Perbendaharaan di Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) Pekalongan. Ini adalah kali pertama saya bertugas di luar ibukota. Amanah ini saya jalani selama 16 bulan. Karena pada September 1994, saya kembali ditarik ke Kantor Pusat DJA sebagai Kepala Seksi Data dan Bimbingan Teknis pada Subdit Kortek PAR.

Tidak lama saya bertugas di Jakarta, 4 tahun kemudian saya dimutasikan lagi ke daerah. Pada saat terjadi krisis keuangan dunia yang juga melanda Indonesia, pada bulan Maret 1998 saya dimutasikan ke Kantor Wilayah (Kanwil) DJA Medan pada Bidang Pembinaan Penyusunan Anggaran (PPA) III. Hanya bertahan 4 tahun, pada tahun 2002 dimutasikan lagi ke Bidang Pembinaan Anggaran (PA) II pada Kanwil DJA Bengkulu.

Pada tahun 2004 saya kembali bertugas di Kantor Pusat DJA sebagai kepala seksi di Bagian Organisasi dan Tatalaksana Sekretariat DJA. Dan tahun 2006, bersamaan dengan reorganisasi yang dilakukan Departemen Keuangan, saya diberi amanah sebagai Kepala Seksi PA II D-1 di Ditjen Anggaran dan Perimbangan Keuangan (DJAPK). Akhirnya, bersamaan dengan reorganisasi yang kembali terjadi di Departemen Keuangan pada tahun 2007 saya diberi amanah sebagai Kepala Subdit Anggaran III E.

Kesemua perjalanan karier tersebut saya sikapi sebagai sesuatu yang biasa, karena

menurut saya jabatan itu adalah amanah (kepercayaan) yang diberikan oleh

dikerjakan tanpa konsinyering. Namun tokh semua dikerjakan dengan nikmat, tanpa beban, penuh tanggungjawab dan rasa kekeluargaanpun yang sangat kental. Saya merasakan apa yang dikerjakan terasa mudah dan ringan. Bahkan ada anekdot pada saat itu, untuk mutasi masuk atau keluar dari Dit. PAR sangat susah.

Walau begitu, pada waktu itu tidak pernah ada keluhan dari beberapa kementerian/ lembaga, yang menyatakan kekekurangan alokasi anggaran belanja rutin, khususnya belanja pegawai. Pada saat itu penyediaan belanja pegawai masih bersifat terbuka (open ceiling).

Meski pekerjaan banyak dan menumpuk, saya tetap berusaha untuk memelihara shalat-shalat fardhu secara jamaah dan tepat waktu, disamping shalat sunnah. Tak terasa selama di Subdit Kortek Dit. PAR telah mengalami 5 kali pergantian direktur dan kepala subdit Kortek, namun saya belum juga mendapat giliran mutasi. Bahkan hingga teman-teman staff yang lain sudah mutasi ke subdit teknis hingga tiada yang tersisa, saya masih tetap di subdit Kortek. Namun semua itu ada hikmahnya. Pada tahun 1989 saya diangkat sebagai Sekretaris Dewan Komisaris PT Primissima di Yogyakarta. Sesuatu yang langka pada waktu itu, a p a l a g i p a d a s a a t s e k a r a n g .

Alhamdulillah….

Barangkali saat ini hanya tinggal beberapa orang di DJA (baru) yang satu jaman dengan saya di Dit PAR.

Sedikit gambaran suasana setelah melakukan pembahasan di Dit PAR

Kesemua perjalanan karier

Dokumen terkait