• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJALANAN RUU MENJADI UU APBN 2013 Oleh: Wawan Sunarjo *

APBN 2013

pembentukan perundang-undangan yang ada dan sesuai dengan sifat kekhususannya.

Penyusunan RAPBN 2013 mengacu pada ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, b e r p e d o m a n p a d a R e n c a n a Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010–2014 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal tahun 2013 yang telah disepakati dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dan DPR tanggal 29 Mei 2012 s.d. 3 Juli. Selain itu, proses dan mekanisme penyiapan, penyusunan, dan pembahasan RAPBN Tahun Anggaran 2013, juga dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Saat ini, UU APBN telah ditetapkan dan disahkan. Namun untuk menuju ke proses akhir tersebut, diperlukan sebuah perjalanan proses yang tidak mudah. Berbagai hal mulai dari proses penyusunan, pembahasan, pengajuan dan penetapan menimbulkan menghadapi berbagai macam dinamika. Hal tersebut perlu untuk diketahui bersama sebagai bahan untuk evaluasi dan perbaikan dalam menjalankan proses yang sama ke depan.

Langkah-langkah

Penyusunan draft UU APBN 2013

melalui beberapa langkah seperti tahapan proses penyusunan RUU merujuk Pasal 43 s.d Pasal 52 Undang- Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. Ada 2 tahapan yaitu perancangan dan pengharmonisasian. Tahap perancangan RUU APBN 2013 melalui proses penyusunan yang melibatkan stakeholder terkait, baik

internal Direktorat Jenderal Anggaran, antar unit eselon satu Kementerian Keuangan, maupun dengan kementerian terkait. Selanjutnya adalah proses perancangan dengan Kementerian Hukum dan HAM.

Tahap pengharmonisasian RUU APBN

TA 2013 melalui proses penelaahan konsep legal drafting yang baik sesuai

dengan kaidah menurut UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Penelaahan konsep RUU ini dilakukan bersama dengan stakeholder terkait yaitu

Kemenkumham, Sekretariat Negara, dan Biro Hukum Kemenkeu.

Untuk lebih memantapkan penyusunan RUU, Direktorat Jenderal Anggaran juga telah melakukan dengar pendapat (public

hearing).Tahapan ini ditujukan untuk

mendapatkan gambaran dan persepsi masyarakat terhadap rancangan UU APBN maupun kebijakan-kebijakan pengaturan pada UU APBN sebelumnya. Proses yang telahdilaksanakan adalah diskusi (focus group discussion) dengan

narasumber ahli hukum Universitas Indonesia, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Struktur UU APBN

Adanya 2 tahap proses tersebut di atas menyebabkan RUU APBN 2013 mengalami penyesuaian struktur sesuai dengan hasil harmonisasi yang telah dilakukan. Penyesuaian struktur tersebut membagi muatan RUU APBN 2013 menjadi 3 kelompok pengaturan yaitu pasal-pasal yang bersifat alokasi, pelimpahan kewenangan, dan payung hukum/peralihan.

Selain hal tersebut juga terdapat perbaikan pada bagian kosideran dan b a g i a n d a s a r h u k u m . B a g i a n konsideran/menimbang berisi uraian singkat yang memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang ditempatkan secara berurutan. Bagian dasar hukum/mengingat memuat dasar hukum yang mengamanatkan UU APBN yaitu UUD 1945, UU No. 17 Tahun 2003 (undang-undang yang mengatur mekanisme penyusunan APBN), dan UU No. 27 Tahun 2009 (UU MD 3). Sedangakan undang-undang lain yang selama ini menjadi dasar hokum dihapus karena tidak memberikan amanah maupun pengaturan mekanisme penyusunan APBN, misalnya Undang- Undang PerimbanganKeuangan, Undang- Undang Kesehatan dan lainnya.

emahami proses terbentuknya suatu peraturan atau undang-

M

undang akan membantu

seseorang untuk mendapatkan suatu informasi yang lengkap akan ‘ruh’ dari suatu peraturan dikeluarkan. Tak terkecuali undang-undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2013, yang historinya sedikit berbeda dari UU APBN tahun sebelumnya.

Pemerintah, sebagai upaya pemenuhan amanat konstitusi, wajib menyusun dan mengajukan Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) beserta Nota Keuangannya kepada DPR. Pemerintah melakukan pembahasan RUU APBN bersama DPR untuk mendapat persetujuan darinya. UU APBN merupakan instrumen negara untuk menjalankan penyelenggaraan keuangan negara, sifatnya tahunan. Inilah yang menempatkan UU APBN merupakan sebuah peraturan berbentuk undang- undang yang berbeda dengan peraturan lainnya dalam bentuk yang sama sebagai undang-undang. Bedanya adalah:

1. UU APBN senantiasa berisi p e r k i r a a n - p e r k i r a a n y a n g d i re n c a n a k a n a k a n d i t e r i m a / didapatdandikeluarkan/ dibelanjakan oleh Pemerintah dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

2. UU APBN tidak berisi peraturan hukum yang mengikat masyarakat, pihak yang akan terikat dengan ditetapkannya UU APBN adalah Presiden/Pemerintah. Dengan perkataan lain, pihak yang dituju oleh UU APBN adalahPemerintah.

3. Masa berlakuhanya pada tahun anggaran berkenaan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 23 ayat (1) dan (2) UUD 1945 setelah perubahan yang menyebutkan, bahwa APBN ditetapkan setiap tahun.

Sesuai konsekuensinya sebagai undang- undang yang menjadi dasar hukum bagi Pemerintah untuk penyelenggaraan keuangan Negara, Pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga proses penyusunan RUU APBN 2013 agar sesuai dengan mekanisme

31 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012 45

2013 di internal pemerintah selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah Presiden mengajukan RUU APBN 2013, disertai Nota Keuangan dan dokumen pendukungnya kepada DPR. Dalam hal ini, Presiden menyampaikan Surat kepada Ketua DPR perihal RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2013 untuk dibahas dan ditetapkan oleh DPR. Surat tersebut, merupakan tanda mulainya proses pembahasan RAPBN 2013 antara Pemerintah dengan DPR (dari tanggal 13 Agustus 2012).

Selanjutnya, awal proses pembahasan adalah Rapat Paripurna tanggal 16 Agustus 2012, Presiden menyampaikan pengantar/keterangan pemerintah atas RUU APBN Tahun 2013. Dilanjutkan dengan penyampaian Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi terhadap RUU APBN Tahun 2013 dalam Rapat Paripurna tanggal 29 Agutus 2012. K e m u d i a n , p e n y a m p a i a n Tanggapan/Jawaban Pemerintah atas pandangan Fraksi tersebut pada tanggal 4 September 2012.

Berdasarkan UU MD 3, Badan Anggaran DPR yang ber tugas melakukan pembahasan RUU APBN 2013 melaksanakan rapat kerja bersama Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, serta Gubernur Bank Indonesia untuk Pembicaraan Tingkat I/Pembahasan RUU tentang APBN TA.

2013 (4 September-22 Oktober 2012). Setiap tahunnya Panitia Kerja (Panja) dan Struktur batang tubuh tersusun atas

pasal-pasal yang mengatur mengenai penetapan alokasi anggaran terlebih dahulu, disusul dengan pengaturan mengenai pelimpahan kewenangan dan bagian terakhir adalah pasal-pasal yang m e n j a d i d a s a r h o k u m pengaturan/pelaksanaan APBN. Bagian alokasi antara lain memuat pasal-pasal yang menetapkan alokasi pada tahun anggaran 2013 antara lain rencana pendapatan negara, berupa penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah. Selanjutnya adalah penetapan belanja negara, berupa belanja pemerintah pusat ser ta penetapan transfer kepada Daerah. Bagian pelimpahan kewenangan antara l a i n m e m u a t p a s a l - p a s a l y a n g memberikan kewenangan kepada Pemerintah/Menteri Keuangan untuk menjalankan atau membuat sebuah kebijakan tertentu, misalkan pergeseran anggaran/revisi tanpa persetujuan DPR, pengahapusan pokok piutang untuk KUR, percepatan penyerapan pinjaman luar negeri dan lainnya. Bagian payung hukum/peralihan memuat pasal mengenai sebuah pengaturan yang akan berlaku di tahun anggaran 2014, misalkan adanya pengaturan kebijakan lindung nilai terhadap pembayaran utang luar negeri.

ProsesPembahasan

Setelah proses penyusunan RUU APBN

46 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012

yang timbul sehubungan dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

(inkracht), pemberian hibah kepada

Pemerintah/Lembaga asing, dan pergeseran antar subbagian anggaran pada Bagian Anggaran 999 (BA BUN).

4. Kebijakan lindung nilai tukar Rupiah terhadap USD untuk kebutuhan yang terkait dengan pemenuhan kewajiban pembayaran Pinjaman Luar Negeri.

*) Penulis adalah

Penyusunan APBN Kasubdit Daduktek Direktorat

Operasional Layanan Pos Universal. 2. Penetapan DAK Khususuntuk

Daerah Tertinggal dan Perbatasan d e n g a n p e n g a t u r a n D a n a Pendamping khusus sesuai dengan kapasitas fiscal daerah.

3. Pemberian f leksibilit as bagi Pemerintah terhadap pergeseran anggaran tanpa persetujuan DPR sebagai pelimpahan kewenangan. Pada tahun anggaran 2013 telah terdapat tambahan pelimpahan yaitu pergeseran antarjenis kegiatan yang bersifat swakelola dengan prasyarat tidak mengurangi volume output untuk direalokasi ke kegiatan prioritas, mendesak, kedaruratan dan yang tidak dapat ditunda. Kriteria kegiatan ini ditetapkan oleh Pemerintah yang dirinci dalam Keppres Rincian APBN, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari UU APBN. Hal baru lain adalah pergeseran anggaran belanja untuk memenuhi kewajiban pengeluaran

31 WARTA ANGGARAN | Edisi Khusus Tahun 2012 47

Dokumen terkait