• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Pemerintah dalam Pembangunan Infrastruktur: Viability Gap Fund

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Dukungan Pemerintah dalam Pembangunan Infrastruktur: Viability Gap Fund"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

EDISI

KHUSUS

www.anggaran.depkeu.go.id

Anggaran Infrastruktur

dalam APBN

(VGF)

(VGF)

Anggaran Infrastruktur

dalam APBN

Dukungan Pemerintah dalam

Pembangunan Infrastruktur:

Dukungan Pemerintah dalam

Pembangunan Infrastruktur:

Viability Gap Fund

Viability Gap Fund

“Anggaran dana transfer sebagai

upaya mendukung kesinambungan

pembangunan daerah”

“Anggaran dana transfer sebagai

upaya mendukung kesinambungan

pembangunan daerah”

“Pengeluaran Pemerintah berperan

penting dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi”

“Pengeluaran Pemerintah berperan

penting dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi”

APBN 2013:

“Memperkuat Perekonomian Domestik”

APBN 2013:

(2)
(3)

3

WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kita telah menyelesaikan salah satu tugas penting dalam perencanaan anggaran dan belanja negara. Tugas ini menjadi penting karena sebagai salah satu sumber pertumbuhan domestik, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diharapkan dapat memberikan dorongan akselerasi yang lebih kuat pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Peran APBN tidak hanya dilihat dari jumlahnya yang mencapai 18,2 persen terhadap PDB, tetapi juga dari kualitas alokasi anggaran yang lebih baik, persepsi positif yang ditimbulkan serta harapan rasional positif dari masyarakat.

Berdasarkan kesepakatan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), volume belanja negara dalam APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.683 triliun atau meningkat 8,7 persen dari tahun lalu. Untuk memenuhi kebutuhan belanja yang semakin meningkat, pemerintah menargetkan pendapatan negara sebesar Rp1.529,7 triliun, baik dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak dan penerimaan hibah. Alokasi anggaran yang besar tersebut akan digunakan untuk mendukung pendanaan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun Kementerian/Lembaga yang mendapat tugas ntuk mengelola anggaran terbesar antara lain, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Pertahanan.

Seperti kita ketahui, APBN 2013 masih mengalami defisit sebesar Rp153,3 triliun atau sekitar 1,65 persen dari PDB. Hal ini mencerminkan bahwa APBN masih diperlukan sebagai stimulasi pembangunan dan pendorong pertumbuhan ekonomi. Turunnya defisit anggaran dari total defisit APBN-P 2012 sekitar Rp190 triliun atau 2,23 persen dari PDB, mencerminkan tekad pemerintah dalam menjaga kesehatan APBN dan keberlanjutan fiskal kita.

Saat ini, APBN kita masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain terkait dengan upaya menyehatkan struktur anggaran belanja negara. Komposisi belanja negara masih didominasi oleh belanja-belanja yang sifatnya wajib seperti, belanja pegawai, belanja barang operasional, kewajiban pembayaran bunga utang, serta berbagai jenis subsidi dan transfer ke daerah.

Langkah-langkah strategis yang akan dilakukan pemerintah untuk menyikapi terbatasnya fiskal adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif dan tetap mengedepankan alokasi belanja untuk mendukung pembiayaan bagi kegiatan-kegiatan infrastruktur yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth),

menciptakan kesempatan kerja (pro job), mengentaskan kemiskinan (pro poor) dan ramah lingkungan (pro environment).

2. Melaksanakan kebijakan subsidi yang efisien dengan penerima subsidi yang tepat sasaran, melalui pengendalian besaran subsidi.

3. Menghindari tambahan pengeluaran melalui pengusulan untuk menetapkan pengeluaran sebagai persentase tertentu dari APBN dalam Undang-Undang (mandatory spending) yang bertentangan dengan kaidah pengelolaan keuangan negara.

4. Mempercepat implementasi Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangkan Pengeluaran Jangka Menengah. 5. Menerapkan sistem reward dan punishment dalam pengalokasian anggaran sebagai insentif bagi Kementerian/Lembaga

ataupun daerah untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dengan biaya yang lebih hemat.

Kita juga perlu mengevaluasi pelaksanaan anggaran tahun 2012, antara lain melalui penyerapan anggaran. Sampai saat ini, kita masih memiliki kecenderungan untuk melaksanakan kegiatan pada akhir tahun sehingga terjadi penumpukan, khususnya pada triwulan IV. Seyogyanya, kinerja penyerapan anggaran lebih ditingkatkan sehingga dapat mendorong percepatan perekonomian masyarakat. Penumpukan penyelesaian di akhir tahun akan menimbulkan konsekuensi pada rendahnya kualitas hasil pembangunan sekaligus berkurangnya nilai tambah kegiatan bagi masyarakat.

Akhir kata, saya himbau sekali lagi, mari kita gunakan APBN dengan sebaik-baiknya. Penggunaan anggaran merupakan tanggung jawab kita bersama kepada rakyat, mari kita cegah penyimpangannya dan semoga dapat mencapai sasaran. Semoga apa yang telah kita lakukan dapat memberi manfaat kepada masyarakat dan kemajuan negara Indonesia.

Menteri Keuangan RI

MENTERI KEUANGAN

(4)

LAPORAN UTAMA

APBN 2013: Menyongsong Era Baru Optimisme Pembangunan Indonesia

Munculnya Asumsi Lifting Gas

Di APBN 2013

Viability Gap Fund :

Skema Baru Pembiayaan Infrastruktur

Project Based Sukuk

Anggaran Infrastruktur Dalam APBN 2013

Upaya Mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional

Dirjen Perimbangan Keuangan, Marwanto Harjowiryono

Direktur Penyusunan APBN, Purwiyanto

“APBN 2013: Dana Transfer Ke Daerah”

“Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas”

Asumsi Makro Ekonomi APBN 2013

Perjalanan Ruu Menjadi UU APBN 2013

PERISTIWA

RENUNGAN

ENGLISH CORNER

POJOK FOTO

RESENSI

INTERMEZO

Kisah Perjalanan Seorang PNS

Bang Bujet & Pren: Ke Luar Negeri Just a Cigarette per Litre

Menggunakan Lampu Kilat / External Flash

pada Kamera DSLR (on Camera Flash)

Karena (semestinya) Tak Ada Karya Yang Sia-sia

6

11

14

25

48

52

54

58 8

17

20

59 28

35

foto: dok. pribadi

foto: dok. pribadi

foto: dok. pribadi

44

37

(5)

PENANGGUNG JAWAB

Sekretaris Ditjen Anggaran

REDAKTUR

Meriyam Megia Shahab

REDAKTUR PELAKSANA

Rini Ariviani F. – Langgeng Suwito – Waskito – Arief Masdi – M. Indra Zakaria Tarigan – Sunawan Agung S. – Ahmad Junaidi – Arif Kelana Putra – Robby Martaputra – Ade Permadi

DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAFER

Fransiskus Edy Santoso

Gedung Sutikno Slamet Lt.11 Jl. Dr. Wahidin no. 1 Jakarta 10710

Telepon: (021) 3435 7505

PENGARAH

Direktur Jenderal Anggaran

Redaksi menerima artikel untik dimuat dalam majalah ini. Artikel ditulis dalam huruf Arial 11 spasi 1.5 maksimal 5 halaman. Artikel dapat dikirim ke wartaanggaran@gmail.com

Isi majalah tidak mencerminkan kebijakan Direktorat Jenderal Anggaran Pembaca yang budiman…

Tanggal 23 Oktober 2012 yang lalu, pemerintah telah mencapai kesepakatan dengan DPR terhadap angka-angka yang tercantum dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi UU APBN. Persetujuan DPR ini merupakan salah satu tahapan dalam siklus penganggaran kita.Selanjutnya, Kementerian/ Lembaga mengajukan Rencana Kerja Anggaran-nya (RKA) ke Kementerian Keuangan c.q Ditjen Anggaran. Hasil akhirnya adalah berupa Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), yang pada tahun 2013 dilaksanakan oleh Ditjen Anggaran.

Tak kurang sebesar Rp 1.683 trilliun dialokasikan pemerintah untuk membiayai seluruh program kerja pada tahun 2013. Jumlah ini naik sebesar 8,7 % atau Rp 134,7 trilliun dari APBN-Perubahan 2012 yang jumlahnya mencapai Rp 1.548,31 trilliun. Dari total alokasi APBN 2013 tersebut, sebesar Rp 1.154,38 dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat dan untuk belanja daerah naik Rp 49,854 trilliun dari alokasi APBN-P 2012 menjadi sebesar Rp 528,63 trilliun.

Ada sesuatu yang baru pada APBN 2013. Yaitu digunakannya lifting gas sebagai salah satu asumsi makro dalam penyusunan APBN 2013, yang selama ini kita hanya mengenal lifting minyak dalam asumsi makro penyusunan APBN. Hal ini dimaksudkan agar APBN 2013 dapat lebih transparan dengan memberikan kejelasan atas pendapatan negara yang berasal dari sumber daya alam, khususnya sektor gas Indonesia. Alasan lainnya adalah secara alamiah minyak bumi yang bisa diangkat dari perut bumi semakin lama semakin menipis. Pada APBN 2013 lifting gas dipatok sebesar 1,36 juta barel per hari dan lifting minyak dipatok 900 ribu barel per hari.

Pembaca yang budiman….

Pada Warta Anggaran edisi 25 ini, kami tampil dalam bentuk yang berbeda dari biasanya. Bahasan tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, kami jadikan satu-satunya Laporan Utama. Untuk menguatkan laporan utama, kami mengadakan wawancara dengan Dirjen Perimbangan Keuangan, Marwanto Harjowiryono tentang dana transfer daerah. Tak lupa wawancara dengan Direktur Penyusunan APBN, Purwiyanto mengenai dampak APBN terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkualitas juga kami lakukan. Undang-Undang APBN 2013 secara utuh kami sajikan dalam bentuk sisipan. Beberapa rubrik sengaja kami tiadakan pada edisi 25 ini, karena kami ingin edisi 25 ini menjadi Edisi Khusus yang membahas APBN 2013. Namun, rubrik segar dan ringanseperti Bung Budget dan Pojok Photografi -tetap saya sampaikan kepada para pembaca agar majalah anggaran ini -tetap ringan dan enak dibaca.

Masih dalam suasana Hari Oeang Republik Indonesia (hari jadi Kementerian Keuangan) yang beberapa waktu lalu, kami juga mengucapkan kepada seluruh jajaran pimpinan dan pegawai dilingkungan Kementerian Keuangan “Selamat Hari Oeang Republik Indonesia ke 66”. Harapan kami, semoga seluruh pegawai dan jajaran

pimpinan Kemenkeu dapat terus mengawal stabilitas keuangan Indonesia melalui sejumlah kebijakan yang dikeluarkannya dengan dilandasi Integritas, Profesional, Sinergis, Pelayanan dan Kesempurnaan, sebagai nilai-nilai yang tinggi dalam berkarya di Kemenkeu.

Wassalam…

TATA USAHA DAN DISTRIBUSI

Rully Wirastaningrum

Majalah KeuanganSektor Publik EDISI 25 TAHUN 2012

WARTA “Anggaran dana transfer sebagai upaya mendukung kesinambungan pembangunan daerah” “Anggaran dana transfer sebagai upaya mendukung kesinambungan

(6)

foto: Soh KC

e t e n g a h a b a d y a n g l a l u p e m b a n g u n a n b a n g s a i n i

S

menekankan pada ranah politik dan diplomasi. Saat ini ranah ekonomi menjadi ujung tombak pembangunan. Dalam membangun perekonomian sebuah negara, anggaran pemerintah memiliki peran vital di dalamnya. Tak pelak isu-isu di seputar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) selalu menjadi sorotan setiap tahunnya.

Beberapa saat yang lalu pemerintah sudah merampungkan APBN untuk tahun 2013. Dengan asumsi pada tahun 2013 Indonesia akan tumbuh sebesar 6,8 persen, tingkat inflasi 4,9 persen, tingkat suku bunga SPN 3 bulan 5,0 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp9.300/US$, harga minyak mentah Indonesia US$100, lifting minyak 900 ribu barel/hari, dan lifting gas 1.360 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD), Pemerintah mengalokasikan total anggaran belanja negara untuk tahun

2013 sebesar Rp1.683,0 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan belanja negara tersebut, Pemerintah juga menargetkan penerimaan negara sebesar Rp1.529,7 triliun ditambah hibah sebesar Rp4,5 triliun. Komposisi belanja dan pendapatan negara tersebut menciptakan defisit sebesar Rp153,3 triliun. Nantinya, defisit ini sebagian besar akan dibiayai dari pembiayaan dalam negeri (lihat Info Grafis Komponen APBN 2013).

APBN 2013 membawa banyak warna baru di dalamnya. Berkaitan dengan hal tersebut, pembahasan APBN dalam ulasan khusus kali ini juga akan dipaparkan dengan cara baru. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pemaparan mengenai APBN 2013 kali ini akan difokuskan pada isu-isu baru yang muncul dalam APBN 2013. Isu-isu yang diangkat tersebut ialah munculnya asumsi lifting

gas, viability gap fund yang merupakan

skema baru pembiayaan infrastruktur,

project based sukuk untuk mendukung

percepatan pembangunan infrastruktur

dan pengembangan pasar keuangan, anggaran infrastruktur APBN 2013, dan upaya mendukung program ketahanan pangan nasional.

Ya, Infrastruktur! Saat ini infrastruktur-lah yang menjadi primadona dalam lingkup pembangunan Indonesia. APBN 2013 s e m a k i n m e n e g a s k a n u r g e n s i infrastruktur. Karena dengan adanya infrastruktur, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia—yang saat ini sudah termasuk tinggi—akan dapat didorong semakin tinggi untuk mencapai titik optimalnya. Bahkan bukan tidak mungkin, jika infrastruktur telah rampung ditambah dengan modal bonus demografi yang kita miliki, Indonesia dapat melakukan quantum leap (loncatan

besar) dalam pembangunannya. Untuk itu, mari kita sambut era baru pembangunan Indonesia dengan rasa optimis yang tinggi. Selamat menikmati.

*) Penulis adalah Staf Seksi Analisis Ekonomi Makro, Subdit Analisis Ekonomi Makro dan Penerimaan Negara, Dit. P-APBN.

APBN 2013:

MENYONGSONG ERA BARU

OPTIMISME PEMBANGUNAN INDONESIA

Oleh : Arif Kelana Putra *

(7)

APBN

Penyerapana TK 1% Pertumbuhan

à 450ribu TK

197,2

PENERIMAAN NEGARABUKAN PAJAK

332,2

(8)

MUNCULNYA ASUMSI

LIFTING

GAS

DI APBN 2013

Oleh : Arif Kelana Putra

APBN banyak membawa nuansa baru dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya. Selain karena mulai tergambarkannya

desain babak akhir dari arah kebijakan pembangunan ekonomi

seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJMN) periode 2010-2014, nuansa baru yang

mewarnai APBN 2013 juga terkait dengan munculnya asumsi

dasar ekonomi makro yang baru, yaitu asumsi dasar

lifting

gas.

foto: JKpics

(9)

asuknya lifting gas ke dalam

asumsi dasar ekonomi makro

M

APBN 2013 diharapkan dapat lebih memberikan kejelasan atas pendapatan negara yang berasal dari sumber daya alam, khususnya sektor gas Indonesia. Hal tersebut diharapkan dapat membuat APBN 2013 menjadi lebih transparan. Selain itu, munculnya lifting

gas ini juga terkait dengan penurunan alamiah lifting minyak yang disebabkan

banyaknya sumur produksi yang sudah tua. Sehingga diperlukan upaya untuk menjaga pencapaian target penerimaan negara. Penurunan alamiah tersebut terlihat dari penurunan rata-rata lifting

minyak selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2004, rata-rata lifting minyak

masih berada di atas 1 juta barel per hari. Namun, kemudian terus mengalami penurunan hingga akhirnya rata-rata

lifting minyak hanya sebesar 899,8 ribu

barel per hari pada tahun 2011 (lihat Grafik 1).

Sebenarnya lifting gas tersebut bukan

sesuatu yang benar-benar baru dalam APBN. Karena selama ini lifting gas sudah

merupakan bagian dari variabel yang mempengaruhi perhitungan pendapatan negara bukan pajak. Namun, baru saat ini

lifting tersebut dimunculkan dan menjadi

bagian dari asumsi dasar ekonomi makro. Mengapa pilihannya adalah lifting gas? Hal

ini karena keberadaan gas yang sangat penting sebagai sumber daya alternatif dari minyak bumi. Selain itu, gas merupakan salah satu sumber daya alam y a n g m a s i h c u k u p m e m a d a i

ketersediaannya. Sehingga ke depannya, sektor gas akan diupayakan agar dapat berkontribusi maksimal bagi penerimaan negara.

Perkembangan Sektor Gas

Berbeda dengan cadangan minyak bumi yang terus menipis, cadangan gas bumi I n d o n e s i a m a s i h c u k u p b e s a r. Berdasarkan data tahun 2010, total cadangan gas Indonesia diperkirakan mencapai 157,14 triliun standar kaki kubik (trillion standard cubic feet/TSCF)

atau sekitar 3,0 persen dari cadangan gas dunia, yang terdiri atas cadangan terbukti 108,4 TSCF dan cadangan potensial 48,74 TSCF. Total cadangan gas bumi tersebut tersebar di beberapa wilayah Indonesia, dengan dua terbesar adalah Natuna (51,46 TSCF) dan Papua (24,32 TSCF).

Perkembangan produksi gas bumi Indonesia relatif stabil dan masih cukup tinggi, walaupun dua tahun belakangan ini sempat mengalami sedikit penurunan. Pada tahun 2010, produksi gas bumi Indonesia mencapai 1.577 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD), naik 159 MBOEPD dari 1.418 MBOEPD pada 2009. Penyebab kenaikan produksi tersebut adalah mulai berproduksinya beberapa lapang an baru ser t a optimalisasi produksi pada lapangan yang sudah ada. Namun kemudian, produksi gas bumi Indonesia mengalami penurunan menjadi 1.461 MBOEPD pada tahun 2011 dan diprediksi pada tahun 2012 juga mengalami penurunan

1.037,8

Potensi produksi gas Indonesia masih bisa ditingkatkan lagi mengingat masih tingginya cadangan gas yang dimiliki Indonesia, baik yang sudah terbukti maupun yang potensial. Untuk itu, terdapat beberapa proyek andalan yang mulai dilaksanakan pada tahun 2012, yaitu lapangan Peciko, yang akan memproduksi gas 170 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), Gajah-Baru, dan Terang Serasun (300 MMSCFD). Sedangkan untuk tahun 2013, proyek andalannya adalah Sumpal (74 MMSCFD) dan Sebuku (100 MMSCFD).

Pemanfaatan gas sebagian besar memang masih diperuntukan untuk ekspor. Seperti halnya yang terjadi pada tahun 2011, dari total produksi sebesar 8.428,4 MMSCFD, sejumlah 53 persen diekspor ke luar negeri. Sedangkan sisanya yang sebesar 41,2 persen digunakan untuk keperluan domestik. PGN, PLN, dan industri pupuk merupakan pengguna terbesar gas di dalam negeri. Masing-masing menggunakan gas sebesar 752,7 MMSCFD (8,9 persen terhadap total produksi), 721,4 MMSCFD (8,6 persen), dan 615,3 MMSCFD (7,3 persen) (lihat Grafik 2).

Sementara itu, total ekspor gas Indonesia ke luar negeri cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007, total ekspor gas Indonesia mencapai sebesar 3.833 MMSCFD. Kemudian jumlah ini mengalami penurunan sebesar 0,1 persen hingga mencapai 3.828 MMSCFD pada tahun 2008. Serupa dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2009 total ekspor gas Indonesia ke luar negeri pun mengalami penurunan sebesar 5,3

Sumber: Kementerian ESDM

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

ribu barel/hari

Grafik 1. Perkembangan Rata-rata Lifting Minyak, Tahun 2004-2011

Sektor gas sangat potensial sekali untuk dikembangkan menjadi energi alternatif pengganti energi minyak. Selain karena cenderung lebih ramah lingkungan, saat ini harga gas pun relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan harga minyak yang memang sedang mengalami peningkatan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun belakangan ini.

9

WARTA ANGGARAN | Edisi 24 Tahun 2012

(10)

Sama seperti halnya lifting minyak, lifting

gas juga merupakan produksi gas siap jual yang ditargetkan oleh Pemerintah, yang dapat diolah, diekspor dan digunakan sepenuhnya. Satuan dari lifting gas yang

digunakan dalam asumsi dasar ekonomi makro adalah ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD). Kepanjangan MBOEPD adalah M barrel oil equivalent

per day. M (mille) dalam satuan tersebut

merupakan angka romawi yang menunjukkan satuan ribu (‘000). Jadi M tersebut bukan lah million dalam bahasa

inggris, yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah juta. Hal ini harus dicermati karena seringkali orang keliru dalam menyebutkannya, sehingga keliru

pula dalam menafsirkan angka lifting gas

tersebut. Kandungan energi gas berbeda dari minyak, maka digunakan lah satuan tersebut (barel setara minyak/barel oil

e q u i va l e n t) untuk memudahkan

penggunaan dalam asumsi dasar ekonomi makro serta agar dapat disandingkan dengan lifting minyak mentah yang

menggunakan satuan ribu barel per hari.

Selain satuan barel oil equivalent (BOE),

satuan lain yang sering digunakan dalam sektor gas adalah british thermal unit

(BTU) dan standard cubic feet (SCF). BTU

merupakan satuan untuk menghitung energi yang setara dengan 1.055 KiloJoules. Sebagai gambaran, jumlah

tersebut merupakan jumlah energi yang dibutuhkan untuk memanaskan air seberat 0,454 Kg. Bertolak belakang dengan namanya, satuan non-metric

tersebut lebih sering digunakan oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Kepulauan Karibia dibandingkan di Inggris itu sendiri (atau belahan dunia lainnya) di mana satuan kalori lebih populer digunakan. BTU ini juga digunakan sebagai satuan ukuran harga gas alam. Satuan SCF juga biasa digunakan dalam kegiatan eksplorasi dan produksi sektor gas. Satu SCF gas alam kira-kira setara dengan 1.030 BTU (kisarannya adalah 1.010-1.070 BTU, tergantung kualitas ketika dibakar). Mengenal Variabel Lifting Gas

persen hingga mencapai 3.626 MMSCFD. Baru kemudian pada tahun 2010 dan 2011, total ekspor gas mengalami kenaikan hingga di atas 4.000 MMSCFD, yaitu sebesar 4.827 MMSCFD pada tahun 2010 dan 4.468 MMSCFD pada tahun 2012 (lihat Grafik 3).

Sektor gas sangat potensial sekali untuk dikembangkan menjadi energi alternatif pengganti energi minyak. Selain karena cenderung lebih ramah lingkungan, saat ini harga gas pun relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan harga minyak yang memang sedang mengalami peningkatan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun belakangan ini.

Ke depannya, perekonomian Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu perekonomian terbesar di dunia. Tentunya semakin besar perekonomian suatu negara, kebutuhan akan energi pun akan semakin besar pula. Sehingga apabila Indonesia berhasil dalam upaya menjadikan gas sebagai energi alternatif utama pengganti minyak bumi, maka o n g ko s p e m b a n g u n a n (c o s t o f

development) yang muncul dari keperluan

konsumsi energi akan berkurang secara signifikan. Tampaknya, signal-signal

seperti itulah yang ingin dimunculkan dari kehadiran lifting gas dalam APBN 2013.

*) Penulis adalah Staf Seksi Analisis Ekonomi Makro, Subdit Analisis Ekonomi Makro dan Penerimaan Negara, Dit. P-APBN

6.000

2007 2008 2009 2010 2011

MMSCFD Persen

SUB TOTAL DOMESTIK 3,471.9 41.2

EKSPOR

SUB TOTAL EKSPOR 4,468.2 53.0

MMSCFD (%)

*) Status s/d Nop (Angka Produksi Net) **) Penyaluran KKS ke industri selain pengguna PGN

Sumber: Kementerian ESDM

Grafik 3. Perkembangan Ekspor Gas Indonesia, Tahun 2007-2011

Sumber: Kementerian ESDM

(11)

VIABILITY GAP FUND

:

SKEMA BARU PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

Oleh : Ahmad Nawawi *

Asumsi pertumbuhan ekonomi 7,0

– 7,6% pada tahun 2014

memerlukan dana pembangunan

infrastruktur minimal 5% dari PDB

per tahun yang berasal dari Swasta,

BUMN, dan Pemerintah.

foto: Andrzej Pobiedziñski

(12)

emerintah memerlukan dukungan swasta dan BUMN dalam kegiatan

P

investasi terutama infrastruktur untuk mendorong per tumbuhan ekonomi. Ada 2 alasan mengapa dukungan ini diperlukan. Pertama, ke b u t u h a n i nve s t a s i t e r u t a m a infrasturktur memerlukan pendanaan yang sangat besar. Kedua, anggaran pemerintah secara total hanya sekitar 20% dari total pendapatan nasional (Produk Domestik Bruto atau PDB). Dari 20% ini, 80% anggaran pemerintah habis untuk mendanai kebutuhan yang bersifat wajib seperti belanja pegawai, alokasi anggaran untuk pendidikan dan pembayaran kembali utang.

Namun karena kebutuhan dana yang sangat besar, masih terdapat kekurangan pendanaan (financing gap). Untuk itu,

Pemerintah merasa perlu membentuk Kerjasama Pemerintah Swasta atau KPS

(Public Private Partnership) untuk

menutupi f i n a n c i ng g a p dalam

pembangunan infrastruktur tersebut.

KPS diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2005 yang diamandemen menjadi Perpres Nomor 56 Tahun 2011 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Alasan pembentukan KPS adalah: (i) negara tidak mempunyai dana yang cukup untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang jumlahnya banyak dengan nilai yang besar; dan (ii) efisiensi teknologi, dalam hal operasi dan pemeliharaan dari proyek-proyek infrastruktur.

Berdasarkan Perpres tersebut, badan u s a h a y a n g m e m b a n g u n d a n mengoperasikan infrastruktur mendapat dua insentif. Per t ama, jaminan pemerintah berupa kompensasi finansial dan/atau kompensasi dalam bentuk lain yang diberikan oleh Pemerintah kepada swasta melalui skema pembagian risiko untuk proyek kerjasama. Jaminan berbentuk kompensasi finansial diberikan oleh Pemerintah melalui badan usaha yang khusus didirikan untuk tujuan penjaminan infratsruktur yaitu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PPI). Peran PT PPI adalah sebagai badan

usaha penjamin infrastruktur yang menyediakan jaminan pemerintah atas berbagai risiko infrastruktur yang mungkin timbul. Jaminannya adalah apabila dalam awal periode sampai akhir periode terjadi risiko-risiko yang dapat mengurangi pendapatan badan usaha bersangkutan maka, Pemerintah memberikan jaminan.

Kedua, dukungan pemerintah berupa kontribusi fiskal maupun nonfiskal berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan kelayakan finansial proyek KPS. Dukungan Pemerintah diberikan kepada proyek KPS yang memiliki tingkat kelayakan ekonomi memadai namun tingkat kelayakan finansialnya marjinal, sehingga dukungan P e m e r i n t a h d i b e r i k a n u n t u k meningkatkan kelayakan finansial dari proyek kerjasama tersebut. Selain itu, dukungan Pemerintah juga dimaksudkan untuk menjadikan tarif layanan dari proyek kerjasama menjadi terjangkau bagi masyarakat. Salah satu dukungan Pemerintah berupa kontribusi fiskal yang diberikan oleh Pemerintah dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial proyek KPS adalah Viability Gap Fund (VGF).

Pengertian VGF adalah pembiayaan dalam bentuk tunai atas sebagian biaya pembangunan proyek yang dilaksanakan melalui skema KPS dengan badan usaha dalam rangka penyediaan layanan infrastruktur yang terjangkau bagi masyarakat.

Dukungan Pemerintah dalam bentuk VGF dimaksudkan untuk mendorong investasi di bidang infrastruktur dan penyediaan layanan infrastruktur yang terjangkau bagi masyarakat. VGF akan menurunkan tarif keekonomian suatu proyek agar lebih terjangkau bagi masyarakat. Tujuan lain VGF, antara lain: (a) meningkatkan minat Badan Usaha untuk berpartisipasi dalam proyek kerjasama yang layak secara ekonomi, namun belum secara finansial atau kelayakan finansial yang marjinal; (b) meningkatkan kepastian penyediaan proyek infrastruktur dengan mengacu kepada kualitas dan waktu yang direncanakan; dan (c) meningkatkan

ketersediaan infrastruktur dengan tarif layanan yang terjangkau sesuai dengan kemampuan masyarakat.

Pemberian dukungan kelayakan dilaksanakan berdasarkan prinsip bahwa proyek kerjasama tersebut harus memenuhi kriteria kelayakan (eligibility

criteria). Proyek KPS dapat mengajukan

permintaan dukungan kelayakan dengan memenuhi kriteria:

a. dilaksanakan melalui skema kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 67 Tahun 2005 dan perubahannya;

b. termasuk dalam sektor infrastruktur sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 67 Tahun 2005 dan perubahannya;

c. penyediaan infrastruktur didasarkan pada prinsip pengguna membayar

(user pay principle);

d. di dalam perjanjian kerjasama diatur skema pengalihan asset dari Badan Usaha kepada PJPK pada akhir periode kerjasama;

e. tidak terdapat lagi alternatif yang dapat dilakukan untuk membuat proyek kerjasama menjadi layak; f. telah dilakukan pra studi kelayakan

yang komperehensif;

g. porsi kepemilikan swasta dalam ekuitas Badan Usaha Pemenang Lelang paling kurang sebesar 51% dari keseluruhan ekuitas;

h. Badan Usaha Pemenang Lelang harus m e m b i ay a i t e r l e b i h d a h u l u pembangunan proyek infrastruktur dengan menggunakan seluruh ekuitas Badan Usahanya sebelum dukungan kelayakan dapat dicairkan.

Untuk memberikan gambaran utuh mengenai VGF, berikut ini alur pengajuan sampai dengan penetapan dokumen kelayakan VGF.

bentuk VGF dimaksudkan

untuk mendorong investasi di

bidang infrastruktur dan

p e n y e d i a a n l a y a n a n

infrastruktur yang terjangkau

bagi masyarakat.

(13)

PJPK Kementerian Keuangan

Menteri Keuangan Komite Dukungan Kelayakan

I.

II.

III.

PPP Book Ready to Offer Project

Dokumen PQ

Melakukan PQ

Mengajukan Usulan Penetapan Awal dengan Hasil Konsultasi dengan

Short Listed Bidders

Menerima Usulan Penetapan Awal dengan Hasil Konsultasi dengan

Short Listed Bidders

Evaluasi Kelayakan atas Usulan Penetapan Awal

Surat Penolakan

Penetapan Awal

Rekomendasi

Penetapan Awal

Nota Keuangan

Dokumen RfP

Melakukan Pelelangan

Menyampaikan Acara Hasil Pelelangan (BAHP), beserta dokumen terkait

Menerima BAHP, beserta dokumen terkait

Evaluasi atas BAHP, beserta dokumen pendukung

Penetapan Dukungan Kelayakan

Rekomendasi

Penetapan Dokumen Kelayakan

Alokasi Anggaran

VGF merupakan salah satu skema baru pembiayaan dalam APBN 2013. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk dukungan kelayakan dalam bentuk tunai atau VGF bagi beberapa proyek pembangunan sistem penyediaan air minum (SAPM), yaitu SPAM Umbulan Jawa Timur dan SPAM Bandar Lampung. Pada tahap awal, Pemerintah memilih proyek penyediaan air minum (SPAM) karena untuk mendukung peningkatan pelayanan air minum dan air bersih kepada masyarakat sesuai dengan target Millenium Development Goal’s (MDGs). Namun demikian ada beberapa hal yang masih menjadi catatan terkait skema VGF. Pertama, agar dapat dilaksanakan, proyek i n f r a s t r u k t u r d e n g a n s ke m a VG F

memerlukan peraturan pelaksanaan. Sebelum tahun 2013 peraturan pelaksanaan mengenai VGF diharapkan sudah ditetapkan. Peraturan ini antara lain mengatur mengenai teknis pelaksanaan VGF, termasuk aturan main yang jelas mengenai bagaimana tata cara agar sebuah proyek dapat memakai dana VGF. Kedua, konsekuensi dari dukungan VGF m e n g h a r u s k a n Pe m e r i n t a h u n t u k menyiapkan dana yang cukup. Selain itu, juga akan memberikan dampak terhadap anggaran pendidikan dan financing. Oleh karena itu, pengalokasian dana harus realistis dan efisien, agar tidak terjadi inefisiensi belanja.

*) Penulis adalah Pegawai Direktorat Penyusunan APBN

Surat Pernyataan Proyek tidak dapat Dukungan Kelayakan

Tidak

Ya

Tidak

Ya

ilus

trasi:

istime

wa

13

(14)

PROJECT BASED SUKUK

Oleh : Adam Marchino *

Penerbitan Project Based Sukuk (PBS) ditujukan untuk

mendiversifikasi sumber pembiayaan APBN, mendukung percepatan

pembangunan proyek infrastruktur dan pengembangan pasar

keuangan, khususnya pasar keuangan syariah, mendorong

peningkatan pelayanan umum, pemberdayaan industri dalam negeri,

dan investasi pemerintah, serta meningkatkan transparansi

pelaksanaan kegiatan oleh K/L karena perkembangan pelaksanaan

proyek akan dipantau oleh investor dan publik.

Penerbitan Project Based Sukuk (PBS) ditujukan untuk

mendiversifikasi sumber pembiayaan APBN, mendukung percepatan

pembangunan proyek infrastruktur dan pengembangan pasar

keuangan, khususnya pasar keuangan syariah, mendorong

peningkatan pelayanan umum, pemberdayaan industri dalam negeri,

dan investasi pemerintah, serta meningkatkan transparansi

pelaksanaan kegiatan oleh K/L karena perkembangan pelaksanaan

proyek akan dipantau oleh investor dan publik.

foto: Jerzy Müller

(15)

Selain kriteria di atas, kegiatan tersebut harus terlebih dahulu mendapat alokasi dalam APBN serta merupakan kegiatan prioritas sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan telah memperoleh p e r s e t u j u a n B a d a n P e r e n c a n a a n Pembangunan Nasional dalam kaitannya dengan kesiapan dan kelayakan teknis pelaksanaan proyek. Pelaksanaan proyek dilakukan oleh pemrakarsa dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam bidang pelaksanaan APBN, serta yang paling penting adalah pemanfaatan obyek hasil pembiayaan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Secara ringkas, proses penganggaran dan siklus PBS dengan skema Project Underlying dan Project Financing dapat dilihat pada chart berikut.

ndang-Undang No 19 Tahun 2008, Pasal 4 menyebutkan:

U

“SBSN diterbitkan untuk membiayai APBN termasuk membiayai pembangunan proyek”. Yang dimaksud dengan “membiayai pembangunan proyek” adalah pembiayaan untuk pembangunan proyek-proyek yang telah mendapatkan alokasi dalam APBN, termasuk proyek infrastruktur dalam sek tor energi, telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat. Kemudian disebutkan juga dalam Pasal 7 Ayat 2. Yang berbunyi: “Dalam rangka penerbitan Surat Berharga Syariah Negara untuk pembiayaan proyek, Menteri berkoordinasi dengan Menteri yang bertanggungjawab di bidang perencanaan

pembangunan nasional”. Koordinasi

tersebut meliputi jenis, nilai, dan waktu pelaksanaan proyek. Proyek yang akan dibiayai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program APBN. Selain itu dasar hukum penerbitan PBS juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan SBSN dan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penggunaan Kegiatan APBN Sebagai Aset Surat Berharga Syariah Negara.

Pada prinsipnya, pembiayaan proyek melalui Project Based Sukuk dapat

dilakukan apabila telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu, dapat berupa

Project Underlying atau Project Financing.

Adapun perbandingan mekanisme pembiayaan Project Underlying dan Project

Financing dapat dilihat pada tabel berikut.

Project Underlying Project Financing

? Obyek pembiayaan berupa proyek /

kegiatan (Belanja Modal, Rupiah Murni) dalam APBN tahun berjalan.

? Obyek pembiayaan ditetapkan Menteri

Keuangan setelah UU APBN disahkan, sehigga tidak mempengaruhi besaran defisit.

? Sifat pembiayaannya masih tetap Rupiah

Murni dan terbatas hanya Belanja Modal.

? T i d a k a d a p e r u b a h a n s i s t e m

penganggaran.

? Mekanisme pembiayaan diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan.

? Obyek pembiayaan berupa proyek

infrastruktur yang di earmarked dengan Sukuk Negara.

? Obyek pembiayaan ditetapkan

bersama-sama Pemerintah dan DPR dalam pembahasan UU APBN, karena besarannya dapat mempengaruhi besaran defisit APBN

? Sifat pembiayaannya bukan Rupiah Murni

dan tidak terbatas pada Belanja Modal.

? Ada penyesuaian mekanisme

penganggaran.

? Mekanisme pembiayaan diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Pembangunan / Konstruksi

3c digunakan sendiri oleh K/L)

6. Pengelolaan

Pada prinsipnya, pembiayaan

proyek melalui

Project Based

Sukuk dapat dilakukan apabila

telah memenuhi

kriteria-kriteria tertentu, dapat

berupa

Project Underlying

atau

Project Financing

.

15

(16)

Kemenkeu Bappenas K/L

Pertimbangan

Pengelolaan Utangterkait aspek Kesiapan Proyek/KegiatanPenilaian Kelayakan dan

Penyiapan

underlying project dapat dilihat pada grafik

berikut.

Sedangkan untuk skema project financing,

penerbitan atau pembiayaan perdana direncanakan akan dilakukan pada tahun 2013. Saat ini sedang dalam tahap penyiapan Proyek/Kegiat an dan kelengkapan peraturan operasional terkait penganggaran, proyek atau kegiatan yang akan dibiayai akan disampaikan ke DPR bersamaan dengan pembahasan APBN 2013.

Untuk pelaksanaan pembiayaan melalui

Project Based Sukuk pada tahun 2013,

telah ditempuh langkah-langkah persiapan. Dari segi peraturan di bidang penganggaran, tengah dirumuskan beberapa peraturan, antara lain adalah pengaturan SBSN-PBS sebagai salah satu sumber pendanaan APBN, PMK petunjuk penyusunan RKA/KL RAPBN 2013, mekanisme DIPA Lanjutan untuk kegiatan yang belum selesai pada akhir t a h u n 2 0 1 3 , s e r t a t a t a c a r a pembayaran/pencairan dalam rangka pelaksanaan proyek. Dari segi proyek atau kegiatan, proyek yang akan dibiayai melalui penerbitan SBSN tahun 2013 adalah pembangunan jalur ganda KA Kroya-Cirebon, dengan indikatif sebesar Rp800 miliar, kemudian dilanjutkan tahun 2014 Rp700 miliar. Pada saat ini status pelaksanaan adalah dalam tahap pengusulan dari K/L ke Bappenas.

*) Penulis adalah Pegawai Direktorat Penyusunan APBN

Skema pembiayaan melalui Project Based

Sukuk memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah jumlah pembiayaan dapat lebih besar karena pendanaan yang bersumber dari pasar keuangan dengan basis investor yang luas, yield yang lebih

kompetitif, pilihan currency yang lebih

beragam, jangka waktu atau tenor lebih panjang bila dibandingkan dengan pembiayaan dari pinjaman ataupun utang luar negeri.

Project Based Sukuk dengan skema

Underlying Project telah dilakukan mulai

tahun 2012. Sejauh ini obyek pembiayaan berupa proyek/ kegiatan pada dua kementerian, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan. Sedangkan untuk mekanisme pembiayaan dilakukan dengan cara mengalihkan sumber pendanaan yang semula Rupiah Murni menjadi Project Based Sukuk. Profil PBS

3.50

?Penerbitan Perdana Januari 2012. ?Total

(4 Seri).outstanding per 18 Juni 2012: Rp 12,2 Triliun

? Tenor: 6, 10, 15, & 25 tahun.

Sumber: Kementerian Keuangan foto: istimewa

(17)

Infrastruktur merupakan primadona sorotan

luas masyarakat, terutama dikarenakan

perannya yang penting dan strategis bagi

pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan

infrastruktur yang kurang memadai.

ANGGARAN INFRASTRUKTUR

DALAM APBN 2013

Oleh : Nararia Sanggrama Wijaya *

Infrastruktur merupakan primadona sorotan

luas masyarakat, terutama dikarenakan

perannya yang penting dan strategis bagi

pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan

infrastruktur yang kurang memadai.

foto: John Smith

(18)

antangan terbesar pembangunan di bidang infrastruktur adalah

T

masih rendahnya kualit as infrastruktur di Indonesia yang salah satunya tercermin dari posisi Indonesia yang berada pada peringkat 82 dari 142 negara (World Economic Forum, 2011)

untuk daya saing infrastruk tur. Rendahnya daya saing infrastruktur tersebut menjadi salah satu faktor utama dari rendahnya daya saing Indonesia secara umum yang dalam tahun 2011-2012 berada di peringkat 46 dari 142 negara yang dinilai (menurun 2 peringkat dari 2010-2011). Untuk itu, RKP 2013 menggariskan bahwa fokus prioritas pembangunan infrastruktur adalah peningkatan dukungan daya saing sektor riil dan penyediaan infrastruktur dasar bagi peningkat an kesejahteraan masyarakat.

Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik, sebagai layanan dan fasilitas, yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul, pengelolaan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, p e l a b u h a n . S e c a r a f u n g s i o n a l , infrastruktur dapat juga didefinisikan sebagai pendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat dalam hal distribusi aliran produksi barang dan jasa. Dalam

beberapa pengertian, istilah infrastruktur t e r m a s u k p u l a i n f r a s t r u k t u r sosial kebutuhan dasar seperti antara lain sekolah dan rumah sakit (Wikipedia). Sementara itu, dalam RKP 2013 disebutkan bahwa pembangunan infrastruktur mencakup pembangunan sarana dan prasarana pengairan dan irigasi; transportasi; perumahan dan p e r m u k i m a n ; ko m u n i k a s i d a n informatika; serta pertanahan dan penataan ruang.

Mengingat pentingnya pembangunan infrastruktur bagi perekonomian, pemerintah berupaya untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, melalui masterplan

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah diluncurkan Pemerintah sejak tahun 2011. Pembangunan infrastruktur juga menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional.

Pemerintah berupaya meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur melalui peningkatan alokasi anggaran untuk mendukung pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, Pemerintah berencana mengalokasikan anggaran untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp188,4 triliun atau meningkat dari alokasi pada t ahun 2012 yang diperkirakan sebesar Rp174,9 triliun (lihat grafik). Alokasi anggaran tersebut

diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan terkait penyediaan infrastruktur. Dalam hal pembangunan transportasi, permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kualitas dan kapasitas infrastruktur transportasi; rendahnya tingkat keselamatan transportasi nasional; dan tingginya tingkat kemacetan serta buruknya manajemen transportasi di wilayah perkotaan. Sementara itu, ketersediaan energi masih sangat tergantung kepada produksi minyak bumi, yaitu 49 persen, sedangkan kecenderungan produksi minyak bumi terus menurun dalam lima tahun terakhir ini. Terkait dengan ketahanan pangan, dukungan infrastruktur pertanian, perikanan dan kelautan yang relatif masih terbatas dan terkendala dengan kondisi iklim ekstrim menjadi permasalahan utama.

Dengan memberikan alokasi yang lebih besar untuk pembangunan infrastruktur, p e m e r i n t a h b e r h a r a p k u a l i t a s infrastruktur akan meningkat sehingga dapat mencapai berbagai target pembangunan, terutama dalam rangka mendukung domestic connec tivity,

ketahanan energi, dan ketahanan pangan. Terkait dengan domestic connectivity yang

merupakan salah satu sasaran penting dalam MP3EI, arah pembangunan infrastruktur adalah mengatasi bottleneck

dalam rangka memperlancar jalannya roda ekonomi antardaerah, yang pada akhirnya dapat memperkuat ekonomi nasional.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, pemerintah berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas seta pelayanan sarana dan prasarana perhubungan. Pada tahun 2013, pemerintah juga akan membangun jalan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang 19.370 km, membangun jalan dan jembatan baru masing-masing sepanjang 166 km dan 6.974 m, serta melakukan pemeliharaan jalan dan jembatan pada lebih dari 35 ribu km ruas jalan dan 247.692,0 m jembatan. Selain melakukan pembangunan jalan, pemerintah juga b e r u p ay a m e m p e r b a i k i s a r a n a

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(triliun

Non K/L K/L Lainnya PERHUBUNGAN PU

Sumber : Kementerian Keuangan

(19)

transportasi, baik itu transportasi darat, udara, maupun laut. Selain pembangunan jalan untuk transpor tasi darat, Pemerintah juga memberikan perhatian besar terhadap peningkatan sarana perkeretaapian dengan membangun jaringan rel kereta api 383,37 km jalur ganda, dan pengadaan 92 unit lokomotif, kereta rel diesel (KRD), kereta rel listrik (KRL), tram, dan railbus. Untuk meningkatkan pelayanan transportasi udara, pada tahun 2013 akan dilakukan pengembangan dan rehabilitasi 120 bandara dan pembangunan 15 bandar udara baru. Transportasi laut juga mendapat perhatian Pemerintah agar dapat lebih dioptimalkan. Untuk itu, Pemerintah akan membangun kapal perintis dan penumpang sebanyak 20 unit; membangun terminal transportasi jalan pada 24 lokasi; serta membangun prasarana 61 dermaga penyeberangan. Masalah energi juga menjadi salah satu hal yang mendapat perhatian besar saat ini. Pembangunan energi difokuskan pada langkah untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan meningkatkan rasio elektrifikasi disamping upaya untuk meningkatkan diversifikasi energi dan pengembangan energi terbarukan. Untuk mendukung program ketahanan energi tersebut, Pemerintah akan melakukan peningkatan kapasitas pembangkit sebesar 188 MW, membangun jaringan transmisi sepanjang 3.625 kilometer sirkuit (kms), melakukan

peningkatan gardu induk sebesar 4.740 Mega Volt Ampere (MVA), membangun jaringan distribusi 9.319,76 kms, dan gardu distribusi 213,46 MVA. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga dilakukan melalui penambahan jaringan gas pada empat kota, peningkatan sambungan-sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa sejumlah 16.000 SR; serta pembangunan satu Kilang Mini Plant LPG.

Dalam rangka mencapai program ketahanan pangan mencapai surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014, pemerintah melakukan berbagai upaya mengingat ketersedian pangan merupakan hal krusial bagi penduduk miskin. Untuk itu perlu ada langkah konkret seperti upaya meningkatkan

produktivitas lahan pertanian dan luasan areal pertanian baru. Peningkatan kapasitas sarana prasarana pertanian juga menjadi prioritas untuk mencapai ketahanan pangan, terutama pada kapasitas jaringan irigasi dan waduk. Pada tahun 2013, Pemerintah menargetkan pencetakan sawah seluas 100.000 hektar, meningkatkan luas layanan jaringan irigasi sekitar 107.302 hektar, mengembangkan optimasi air sepanjang 524.084 hektar, serta membangun 164 embung/situ.

Dalam rangka mendukung tercapainya berbagai sasaran pada prioritas pembangunan infrastruktur dalam tahun 2013 tersebut, arah kebijakan pembangunan infrastruktur berdasarkan RPJMN 2010-2014 mempunyai fokus pada: (1) meningkatkan pelayanan infrastruktur sesuai dengan Standar Pe l ay a n a n M i n i m a l ( S P M ) ; ( 2 ) mendukung peningkatan daya saing sektor riil; dan (3) meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Dengan tetap berpegang kepada arah kebijakan pembangunan infrastruktur, pemerintah berhadap mampu mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sehingga mampu meningkatkan tingkat perekonomian lokal ataupun nasional, yang pada akhirnya akan memberikan manfaa t sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

*) Penulis adalah Pegawai pada Dit. Penyusunan APBN

P e m b a n g u n a n e n e r g i

difokuskan pada langkah

untuk memenuhi kebutuhan

t e n a g a l i s t r i k d a n

m e n i n g k a t k a n r a s i o

elektrifikasi disamping upaya

u n t u k m e n i n g k a t k a n

diversifikasi energi dan

p e n g e m b a n g a n e n e r g i

terbarukan.

foto: Marcelo Terraza

(20)

Sebagaimana dipahami bersama bahwa pembangunan

pertanian mempunyai arti strategis, tidak hanya bagi

negara-negara berkembang tetapi juga bagi negara maju

seperti Uni Eropa, Amerika, Australia dan Jepang.

UPAYA MENDUKUNG PROGRAM

KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Oleh: Waskito Prayogi dan Nurul Kartikasari *

foto: Gen Feanor

(21)

embahas masalah pertanian berarti membahas tentang

M

“ k e l a n g s u n g a n h i d u p” , mengingat per tanian merupakan penyedia bahan pangan, bahan sandang dan bahkan papan. Secara garis besar, pertanian memberikan kontribusi yang penting bagi negara antara lain, melalui peranan dalam hal (Subejo, 2007): (1) penyedia bahan pangan, (2) penyedia lapangan kerja, (3) penyedia bahan baku bagi industri, (4) sumber devisa, dan (5) penjag a keles t arian lingkung an (konservasi lahan, mencegah banjir, penyedia udara yang sehat serta amenity).

Peluang pengembangan pertanian serta arti penting pertanian adalah fakta bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian yang sangat besar dan potensi pangan yang besar pula mengingat pertumbuhan penduduk nasional yang cukup signifikan yaitu 200 juta jiwa di tahun 2000 dan diperkirakan mencapai 400 juta jiwa pada tahun 2040. Potensi pertanian Indonesia dengan segala keterbatasannya sebenarnya memiliki kedudukan yang cukup baik di kancah internasional.

Program Ketahanan Pangan Nasional Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, maka peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan kebutuhan bahan pangan dalam jumlah yang besar pula. Untuk menjaga penyediaan bahan pangan masyarakat maka pemerintah berupaya mencanangkan program ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi masyarakat yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, terjangkau dan bermutu. Menurut FAO (1993), ketahanan pangan berarti “akses bagi semua penduduk untuk makanan yang cukup untuk hidup sehat dan aktif”. Dengan demikian ketahanan pangan nasional merupakan agregat dari ketahanan pangan rumah tangga (Ginandjar,2005).

Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah diperoleh

rumah tangga, dan aman dikonsumsi dengan harga yang terjangkau. Ketahanan pangan mencakup komponen: (1) ketersediaan pangan, (2) distribusi dan konsumsi pangan, (3) penerimaan oleh masyarakat, (4) diversifikasi pangan, dan (5) keamanan pangan. Tujuan program ketahanan pangan adalah untuk memfasilitasi terjaminnya masyarakat untuk memproleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang ingin dicapai adalah (1) dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, (2) meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi p a n g a n m a s y a r a k a t , d a n ( 3 ) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Khusus untuk beras, BAPPENAS menetapkan sasaran pemenuhan konsumsi beras dari produksi dalam negeri sebesar 90-95 persen (Deptan, 2006).

Program ketahanan pangan menargetkan tambahan produksi pertanian khususnya beras. Mengingat beras merupakan bahan makanan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Untuk mendukung peningkatan produksi pertanian dan menyukseskan program ketahanan pangan nasional, maka pemerintah memberikan berbagai macam dukungan antara lain melalui subsidi pertanian, penyuluhan pertanian, intensifikasi, perluasan lahan pertanian, serta tambahan anggaran penelitian di sektor pertanian. Program besar tersebut dipastikan juga bakal melibatkan komunitas petani, termasuk petani kecil sebagai bagian dari pengembangan program ini. Pemerintah berupaya meningkatkan produksi pangan khususnya beras yang melibatkan seluruh komunitas petani termasuk aparatur pemerintahan. Sedangkan Perum Bulog melalui anggaran subsidi pangan diharapkan dapat menyerap/membeli hasil produksi beras petani, termasuk petani kecil sesuai dengan harga keekonomian dan sekaligus menjualnya dengan harga bersubsidi kepada masyarakat miskin (rumah tangga sasaran).

Subsidi Pertanian

Pemberian subsidi pertanian merupakan salah satu kebijakan utama pembangunan pertanian yang telah lama dilaksanakan dengan jenis dan jumlah subsidi yang berbeda dari waktu ke waktu. Tujuannya adalah meningkatkan produksi pertanian terutama bahan makanan pokok. Subsidi bidang pertanian meliputi pemberian subsidi pangan, pupuk, benih, dan bunga kredit ketahanan pangan. Pemberian subsidi pertanian juga merupakan salah satu kebijakan Pemerintah dalam memperkuat program ketahanan pangan nasional sebagai upaya mencapai sasaran surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 serta meningkatkan produksi berbagai komoditi pangan lainnya, diversifikasi pangan dan stabilisasi harga pangan.

Subsidi pangan adalah subsidi yang diberikan dalam bentuk penyediaan beras murah untuk masyarakat miskin (Raskin) melalui program operasi pasar khusus (OPK) beras. Subsidi pangan bertujuan untuk menjamin distribusi dan ketersediaan beras dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat miskin. Subsidi ini disalurkan melalui Perum Bulog.

Melalui subsidi pangan ini, setiap Kepala Keluarga miskin yang menjadi target subsidi akan menerima beras per bulan selama beberapa bulan, dengan harga y a n g d i t e t a p k a n l e b i h m u r a h dibandingkan harga pasar. Di sisi lain, subsidi pang an jug a menjamin penyerapan beras petani oleh Perum Bulog. Dalam upaya menjaga harga dasar gabah di tingkat petani tetap stabil maka Perum Bulog diwajibkan membeli beras petani dengan harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah (HPP) melalui Instruksi Presiden. Perum Bulog akan menyerap sebagian hasil panen di dalam negeri dan digunakan untuk penyaluran beras RASKIN. Dengan demikian Perum Bulog mempunyai dua peran sekaligus, di satu sisi menjaga harga dasar gabah di tingkat petani dan di sisi lain menyalurkan beras dengan harga murah kepada masyarakat miskin.

Beban subsidi ini timbul sebagai

21

(22)

konsekuensi dari adanya kebijakan pemerintah dalam rangka penyediaan pupuk bagi petani dengan harga jual pupuk yang lebih rendah dari harga pasar. Tujuan utama subsidi pupuk adalah agar harga pupuk di tingkat petani dapat tetap terjangkau oleh petani, sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas petani, dan mendukung program ketahanan pangan.

Beban subsidi pupuk dipengaruhi oleh biaya pengadaan pupuk yang bersubsidi yang merupakan selisih antara harga eceran tertinggi (HET) dengan harga pokok produksi (HPP) dan cakupan volume (ribu ton) pupuk yang memperoleh subsidi. Khusus untuk urea, HPP dipengaruhi oleh pasokan gas bagi produsen pupuk. Karena harga gas d i p e r h i t u n g k a n d a l a m d o l a r (US$/MMBTU), maka besaran subsidi pupuk urea juga dipengaruhi oleh kurs dolar. Selain HET, harga gas, dan kurs, subsidi pupuk juga dipengaruhi oleh biaya transportasi ke daerah terpencil dan biaya pengawasan.

Penyaluran subsidi pupuk berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dan dilakukan secara tertutup melalui masing-masing perusahaan produsen pupuk yaitu PT Pupuk Sriwijaya, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, dan PT Pupuk Iskandar Muda.

Subsidi pupuk sebagai salah satu input pertanian biasanya lebih mudah diimplementasikan di lapangan apabila dibandingkan dengan subsidi harga output pertanian, penyebabnya antara lain: (a) sebagian besar petani menghadapi kendala biaya produksi dengan orientasi minimisasi biaya, sehingga insentif input lebih sesuai; (b)

i n s e n t i f i n p u t l e b i h m u d a h mengakselerasi adopsi teknologi guna m e n i n g k a t k a n p r o d u k t i v i t a s dibandingkan dengan insentif output, (c) apabila pengelolaan subsidi menggunakan prinsip bergaransi dan profesionalisme maka penjaminan harga lebih mudah dicapai pada input dibandingkan output. Pasokan pupuk (terutama urea) diproduksi di dalam negeri dan harga domestik (subsidi) lebih rendah dari harga internasional (Departemen Pertanian, 2005).

Subsidi benih adalah subsidi untuk pengadaan benih unggul padi, kedelai, dan jagung. Tujuan utama pemberian subsidi benih adalah agar pet ani bisa mendapatkan benih berkualitas dengan harga yang terjangkau. Dengan ketersediaan benih berkualitas maka produksi pertanian diharapkan dapat meningkat. Subsidi ini disalurkan melalui perusahaan negara penyedia benih, yaitu PT Sang Hyang Seri (Persero), dan PT Pertani (Persero).

Terdapat beberapa keuntungan dengan adanya subsidi benih diantaranya adalah : (a) meningkatkan produksi benih padi bermutu secara nasional; (b) antisipasi peningkatan pemanfaatan benih bermutu dari varietas unggul oleh petani; (c) harga benih relative lebih murah dan terjangkau oleh petani; (d) jangkauan spasial dan partisipasi petani dalam pemanfaatan benih bermutu akan meningkat khususnya di daerah marginal

yang secara komersiil kurang menarik bagi produsen benih.

Subsidi bunga kredit program bidang pertanian adalah subsidi yang disediakan untuk menutup selisih antara bunga pasar dengan bunga yang ditetapkan lebih rendah oleh pemerintah untuk berbagai skim kredit program bidang pertanian seperti Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), termasuk beban resiko (risk sharing) bagi kredit yang tidak dapat ditagih kembali (default). Tujuan utama subsidi bunga kredit program bidang pertanian adalah membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendanaan petani dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari bunga pasar.

Penyaluran subsidi kredit program bidang pertanian dilakukan melalui lembaga keuangan milik negara seperti PT Permodalan Nasional Madani (PNM), beberapa bank BUMN, dan bank pembangunan daerah (BPD). Selain melalui BUMN, subsidi kredit program bidang pertanian juga disalurkan melalui perusahaan swasta (antara lain PT Bank Agroniaga, PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank Bukopin). Alokasi subsidi tersebut akan digunakan antara lain untuk subsidi bunga atas skim kredit ketahanan pangan (KKP). Dalam perkembangannya terdapat tambahan jenis subsidi bunga kredit program bidang pertanian yaitu Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Pertanian (KPEN-RP), Kredit Usaha pembibitan sapi (KUPS),dan

Tujuan utama pemberian

subsidi benih adalah agar

petani bisa mendapatkan

benih berkualitas dengan

harga yang terjangkau

foto: Åsta Skjervøy

(23)

subsidi skema resi gudang (SSRG).

Perkembangan Subsidi Pertanian

Perkembangan anggaran subsidi di sektor pertanian, selama kurun waktu 2007-2012, cenderung mengalami peningkatan sebesar Rp23,0 triliun atau tumbuh rata-rata 22,4 persen per tahun dari sebesar Rp13,2 triliun pada tahun 2007 dan diperkirakan mencapai Rp36,2 triliun pada tahun 2012. Pada APBN 2013, subsidi di sektor pertanian diperkirakan mencapai Rp34,5 triliun, terdiri dari subsidi pangan Rp17,2 triliun, subsidi pupuk Rp15,9 triliun, subsidi benih Rp137,9 miliar, dan subsidi bunga kredit program Rp1,2 triliun.

Peningkatan anggaran subsidi di sektor pertanian itu sejalan dengan upaya untuk m e n d u k u n g , m e n j a g a , s e r t a meningkatkan program ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu produksi pertanian.

Perkembangan Produksi Pertanian

Situasi ketahanan pangan nasional pada p e r i o d e t a h u n 2 0 0 7 - 2 0 1 2 memperlihatkan kecenderungan yang semakin baik. Hal ini ditunjukkan dengan: (1) meningkatnya sebagian besar produksi beberapa komoditas pangan penting; (2) ketersediaan energi dan protein yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan bahkan telah melebihi tingkat ketersediaan energi dan protein yang direkomendasikan; (3) konsumsi masyarakat yang meningkat, baik jumlah maupun kualitasnya dan sudah mencapai Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan; serta (4) stabilnya pergerakan harga pangan, baik secara umum maupun pada saat menjelang hari-hari besar nasional. Selain itu, semakin mantapnya ketahanan pangan didukung dengan meningkatnya rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dan nilai nominal upah buruh; serta jumlah penduduk miskin baik secara nominal maupun persentase yang semakin menurun.

Pada tingkat rumah tangga, rata-rata konsumsi kalori penduduk pada tahun 2010 mencapai 1957 kkal per kapita per

tahun dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) mencapai 80,6. Dominasi konsumsi beras (padi-padian) masih cukup besar yaitu 60,9 persen dari angka ideal sebesar 50,00 persen dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Sementara itu, konsumsi ikan meningkat dari 30,48 kg/kapita/tahun pada tahun 2010 menjadi 31,64 kg/kapita/tahun pada tahun 2011. Terjaganya tingkat konsumsi tersebut diperkirakan karena relatif terjaganya daya beli masyarakat, tercapainya pelaksanaan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan), ser t a tercapainya fasilitasi penguatan dan pengembangan pemasaran produk perikanan dalam negeri. Pada tingkat makro, produksi bahan pangan dalam negeri tersebut selain dapat menjamin ketersediaan pangan bagi penduduk, juga d i h a r ap k a n m a m p u m e n d u k u n g

pertumbuhan ekonomi nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Nilai Tukar Petani/Nelayan (NTP/NTN). Pada tahun 2011, PDB sektor pertanian secara luas mampu tumbuh 3,0 persen. NTP dan NTN masing-masing mencapai 105,73 dan 106,24. Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dimana NTP dan NTN masing-masing mencapai 100,8 dan 105,5 (Rencana Kerja Pemerintah, 2013).

Perkembangan produksi di sektor pertanian khususnya untuk Padi, Jagung dan Kedelai, selama kurun waktu 2007-2012, cenderung mengalami peningkatan sebanyak 17,3 juta ton atau tumbuh rata-rata 4,5 persen per tahun dari sebesar 71,0 juta ton pada tahun 2007 dan diperkirakan mencapai 88,3 juta ton pada

40.000,0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Perkembangan Subsidi Sektor Pertanian, 2007-2013

Pangan Pupuk

Benih Bunga Kredit Program

% terhadap Belanja Subsidi

Jenis

Produksi 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Padi

Sumber: Badan Pusat Statistik Ket:

- Data 2011 adalah Angka Tetap - Data 2012 adalah Angka Ramalan

Tabel 1. Perkembangan Produksi Pertanian, 2007-2012 (ton)

23

(24)

tahun 2012. Perkiraan produksi pertanian pada tahun 2012 terdiri dari Padi sebanyak 68,6 juta ton, Jagung sebanyak 18,9 juta ton dan Kedelai sebanyak 779,7 ribu ton.

Pemerintah sangat menyadari besarnya peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia. Untuk mengembangkan sektor pertanian maka Pemerintah berupaya meningkatkan anggaran pertanian dari tahun ke tahun termasuk di dalamnya subsidi pertanian. Pertumbuhan penduduk yang pesat memang harus diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian.

Sebagai salah satu sektor strategis di Indonesia, maka pembangunan pertanian menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan serta kondisi lingkungan sosial-ekonomi-politik-budaya yang sangat dinamis. Pemerintah telah

menyusun dan mengembangkan berbagai target pembangunan dengan menetapkan tujuan, arah, strategi, dan kebijakan sebagai pedoman bagi seluruh pelaku pembangunan per tanian. O p e r a s i o n a l i s a s i p e m b a n g u n a n pertanian jangka panjang yang dijabarkan dalam rencana pembangunan jangka menengah (lima tahunan) dan dijabarkan lebih lanjut ke dalam rencana pembangunan pertanian tahunan. Strategi pencapaian masing-masing tujuan dijabarkan dengan jelas, didukung dengan kebijakan dan program yang akan diimplementasikan secara menyeluruh, teritegrasi, efisien dan sinergi, baik oleh pemerintah, bekerjasama dengan instansi luar pertanian, maupun dengan swasta dan pengusaha serta mengupayakan keterlibatan masyarakat terutama petani. Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan per t anian adalah p e m b e r i a n s u b s i d i p e r t a n i a n .

Berdasarkan data yang ada, pemberian subsidi pertanian yang meliputi subsidi pupuk, benih, bunga kredit program (KKP) dan subsidi pangan selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Hal ini menunjukan keberpihakan pemerintah dalam bidang pertanian dan upaya mendukung program ketahanan pangan nasional. Dengan adanya pemberian subsidi pertanian diharapkan produksi pertanian akan meningkat khususnya beras. Mengingat komoditas tersebut merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Di sisi lain, dengan adanya peningkatan produksi pertanian diharapkan akan menambah kesejahteraan masyarakat di pedesaan khususnya para petani.

*) Penulis adalah Pegawai Direktorat Penyusunan APBN

foto: nnstalker / Habeeb

(25)

Wawancara dengan

Dirjen Perimbangan Keuangan,

Marwanto Harjowiryono

APBN 2013:

DANA TRANSFER

KE DAERAH

foto: dok. pribadi

(26)

variabel yang digunakan, dan alokasi per daerah. Sebagai contoh dalam pembahasan RAPBN 2013, dibahas dan disepakati seluruh bobot variabel-variabel yang digunakan untuk menghitung alokasi DAU per daerah dengan target utama Indeks Williamsons (indeks yang mengukur ketidakmerataan kapasitas fiskal daerah) harus lebih rendah daripada tahun 2012. Bobot-bobot tersebut kemudian dimasukan kedalam aplikasi. Secara otomatis, alokasi per daerah dapat dihitung sesuai dengan formula yang telah ditetapkan dalam UU No. 33/2004. Perhitungan alokasi dana-dana transfer lainnya menggunakan mekanisme yang sama. Oleh karena itu, setiap alokasi dana transfer per daerah adalah hasil yang ‘given’ dari aplikasi dan formula.

Apa prioritas alokasi dana transfer ke daerah Tahun Anggaran 2013

Implementasi kebijakan anggaran Tr a n s f e r k e D a e r a h s e l a i n memperhatikan kebutuhan pendanaan urusan pemerintahan di daerah, juga memper timbangkan kemampuan keuangan negara dan tujuan yang hendak dicapai dalam setiap tahun anggaran berdasarkan program/kegiatan yang telah ditetapkan sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Kebijakan anggaran Transfer ke Daerah pada tahun 2013 diarahkan untuk mendukung kesinambungan pembangunan di daerah dan meningkatkan kualitas pelaksanaan program/kegiatan yang menjadi prioritas daerah berdasarkan SPM yang telah ditetapkan untuk masing-masing bidang. Secara umum, kebijakan Transfer ke Daerah tahun 2013 diarahkan untuk: a. meningkatkan kapasitas fiskal daerah

serta mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antardaerah;

b. menyelaraskan besaran kebutuhan pendanaan di daerah sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan ant ara pusa t, provinsi, dan kabupaten/kota;

c. meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah;

d. mendukung kesinambungan fiskal nasional;

e. meningkatkan kemampuan daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah;

f. meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional;

g. meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan pembangunan daerah; h. meningkatkan daya saing daerah; dan I. meningkatkan perhatian terhadap

pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan.

Apa yang dimaksud dengan Dana Insentif Daerah (DID) dan bagaimana mekanisme penyalurannya?

Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat DID adalah Dana Penyesuaian dalam APBN yang merupakan reward bagi daerah-daerah yang telah berhasil meningkatkan kinerja di bidang pengelolaan keuangan, pendidikan, serta ekonomi dan kesejahteraan. Selain sebagai reward, dana ini juga diharapkan

sebagai pemicu bagi daerah-daerah lainnya yang belum mendapatkan DID untuk meningkatkan kinerjanya dan juga agar daerah-daerah yang sudah b e r k i n e r j a b a i k u n t u k mempertahankannya.

Dalam mengalokasikan DID, digunakan 3 kriteria, yaitu:

a. Kriteria kinerja keuangan yang terdiri dari opini BPK atas LKPD, penetapan Perda APBD tepat waktu, dan peningkatan PAD

b. Kriteria kinerja pendidikan yang terdiri dari tingkat partisipasi sekolah dan peningkatan IPM

c. Kriteria kinerja ekonomi dan kesejahteraan, terdiri dari tingkat pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat kemiskinan, penurunan tingkat pengangguran, serta klaster kemampuan fiskal daerah.

Apa yang dimaksud dengan DAK R e i m b u r se m e nt d a n b a ga i m a n a mekanismenya?

DAK Reimbursement adalah istilah lain

dari Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2). P2D2 ecara resmi Rancangan

Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan

S

Belanja Negara (RAPBN) 2013 telah disetujui oleh DPR, 23 Oktober 2012 lalu. Dana transfer daerah pada APBN 2013 bertambah sebesar Rp 10 triliun dari rencana semula (RAPBN) yaitu dari Rp 518,9 triliun menjadi Rp 528,6 triliun. Penambahan anggaran ini berasal dari penambahan dana infrastruktur, dana otomatis penyesuaian, dana otonomi khusus, dan dana bagi hasil.

Berikut petikan wawancara dengan Direk tur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Marwanto Harjowiryono.

Mohon dijelaskan mengenai alokasi dana transfer ke daerah untuk Tahun Anggaran 2013

Pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI telah menyepakati alokasi Dana Transfer ke Daerah TA 2013 sebesar Rp 528,63 triliun. Dana transfer daerah terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp 101,96 triliun, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 311,139 triliun dan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp3 1,69 triliun. DBH terdiri atas DBH Pajak sebesar Rp 49,95 triliun dan DBH Sumber Daya Alam (SDA) sebesar Rp 52 triliun.

Alokasi Transfer ke Daerah 2013 (Rp Triliun)

No. Jenis Transfer 2012 2013

1 Dana Bagi Hasil 108,42 101,96

a. Pajak 51,68 49,95

b. Sumber Daya Alam 56,75 52,01

2 Dana Alokasi Umum 273,81 311,14 3 Dana Alokasi Khusus 26,12 31,69 4 Dana Otonomi

Khusus

11,95 13,45

5 Dana Penyesuaian 58,47 70,39

Jumlah 478,78 528,62

Sebagai bent uk edukasi kepada masyarakat, dapatkah Bapak jelaskan apakah yang dibahas Pemerintah di DPR mengenai dana Transfer ke Daerah?

Hal yang utama yang dibahas dan disepakati oleh Pemerintah dan DPR mengenai dana transfer ke daerah adalah

arah kebijakan, kriteria dan bobot

Gambar

Grafik 1. Perkembangan Rata-rata Lifting Minyak, Tahun 2004-2011
Grafik 3. Perkembangan Ekspor Gas Indonesia, Tahun 2007-2011
Tabel 1. Perkembangan Produksi Pertanian, 2007-2012
Table 1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Analisis filogenetik dari 19 sampel tumbuhan berdasarkan metode parsimoni menunjukkan bahwa secara keseluruhan famili Euphorbiaceae adalah kelompok monofiletik dan dibagi menjadi

Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa berdasarkan standar spesifikasi umum 2010 revisi III untuk nilai CBR lapis pondasi kelas B, maka agregat dari daerah Santan, Senoni, dan

Dari hasil uji beda perilaku prososial pada peserta didik perempuan dan peserta didik laki- laki tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,023 < 0,05, artinya

Hasil penilaian ahli terhadap aspek validitas isi, didapat- kan bahwa isi dari ketiga instrumen penilaian yang dikembangkan sudah sesuai dan layak secara keseluruhan,

Ibtidaiyah Kota Bandar Lampung Tahun 2020, dapat disimpulkan bahwa kantin Madrasah Ibtidaiyah Kota Bandar Lampung seluruhnya sudah memenuhi standar sanitasi keadaan

Berdasarkan olah data dari hasil kedua metode penelitian ini dijelaskan bahwa metode pembelajaran TGT dan pada kelompok kontrol yang diterapkan tidak memberikan

2 Mahasiswa menyerahkan Surat Tugas dengan dilampiri Proposal Skripsi ke setiap Penguji TASIKMALAYA, 25 Januari 2017 3 Mahasiswa yang menghadiri Seminar Proposal, mengisi Kartu

Hasil analisis konsumsi Ca dan ekskresi Ca dalam feses menunjukkan bahwa tikus yang diberi suplemen 1,25-dihidroksivitamin D 3 , mengkonsumsi Ca lebih tinggi secara nyata