• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Kesehatan Mental

2.4.2 Ciri-Ciri Kesehatan Mental

Marie Jahoda (dalam Daradjat, 2003:35) memberikan batasan yang agak luas tentang kesehatan mental. Kesehatan mental tidak hanya terbatas pada

absennya seseorang dari gangguan kejiwaan dan penyakitnya. Akan tetapi, orang yang sehat mentalnya memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut.

1. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat mengenal diri sendiri dengan baik.

2. Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang baik.

3. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan terhadap tekanan- tekanan yang terjadi.

4. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.

5. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta memiliki empati dan kepekaan sosial.

6. Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya secara baik.

Adapun ciri-ciri mental sehat menurut WHO, adalah:

1. Mempunyai kemampuan menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk,

2. Mempunyai rasa kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya, 3. Mempunyai kesenangan untuk memberi dari pada menerima, 4. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan,

5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan,

6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari,

7. Mengarahkan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif,

8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik.

Sementara itu kriteria fungsi psikologis yang sehat menurut WHO adalah: 1. Menerima diri secara penuh (mencintai & menghargai diri), tetapi bukan obsesi diri,

2. Memahami diri sendiri

3. Percaya diri, kontrol diri, sehingga menjadi mandiri, asertif, self efficacy, 4. Persepsi yang jernih terhadap realitas,

5. Keberanian dan ketahanan mental, 6. Keseimbangan dan fleksibilitas, 7. Menyukai orang lain,

8. Menghargai kehidupan, 9. Memiliki tujuan hidup.

2.4.3 Kesehatan Mental dan Keberfungsian Sosial

Menurut Moeljono Notosoedirjo (2009:33), guru besar psikiatri dan kesehatan mental Fakultas kedokteran dan program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya, bahwa meskipun sudah dijelaskan beberapa kesehatan mental pada bagian di atas, untuk menetapkan suatu keadaan psikologis berada dalam keadaan sehat tidaklah mudah. Kalangan ahli kesehatan mental telah membuat kriteria-kriteria atau kondisi optimum seseorang dapat dikatakan berada dalam kondisi yang sehat. Kondisi optimum ini dapat dijadikan sebagai acuan dan

arah yang dapat dituju dalam melakukan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahannya.

Di kalangan ahli kesehatan mental, istilah yang digunakan untuk menyebut kesehatan mental berbeda-beda, kriteria yang dibuat pun tidak sama secara tekstual, meskipun memiliki maksud yang sama. Dapat disebut di sini, Maslow menyebut kondisi optimum itu dengan self-actualization, Rogers menyebutnya dengan fully functioning, Allport memberi nama dengan mature personality, dan banyak yang menyebut dengan mentalhealth.

Semuanya bermaksud yang sama, tidak ada yang perlu diperdebatkan meskipun berada dalam kerangka teorinya masing-masing. Pada bagian berikut akan diuraikan berbagai pandangan tentang kriteria kesehatan mental itu satu persatu, dengan maksud dapat memberikan gambaran yang lebih luas tentang kondisi mental yang sehat.

Manifestasi mental yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn (dalam Daradjat, 2013: 11-13) adalah sebagai berikut:

1. Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai).

Perasaan merasa aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, sosial, dan keluarganya.

2. Adequate self-evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai), yang mencakup:

(a) harga diri yang memadai, yaitu merasa ada nilai yang sebanding pada diri sendiri dan prestasinya,

(b) memiliki perasaan berguna, yaitu perasaan yang secara moral masuk akal, dengan perasaan tidak diganggu oleh rasa bersalah

yang berlebihan, dan mampu mengenai beberapa hal yang secara sosial dan personal tidak dapat diterima oleh kehendak umum yang selalu ada sepanjang kehidupan di masyarakat.

3. Adequate spontanity and emotionality (memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai, dengan orang lain).

Hal ini ditandai oleh kemampuan membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi, seperti hubungan persahabatan dan cinta, kemampuan memberi ekspresi yang cukup pada ketidaksukaan tanpa kehilangan kontrol, kemampuan memahami dan membagi rasa kepada orang lain, kemampuan menyenangi diri sendiri dan tertawa. Setiap orang adalah tidak senang pada suatu saat, tetapi dia harus memiliki alasan yang tepat.

4. Efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efisien dengan realitas).

Kontak ini sedikitnya mencakup tiga aspek, yaitu dunia fisik, sosial, dan diri sendiri atau internal. Hal ini ditandai dengan:

(a) tiadanya fantasi yang berlebihan,

(b) mempunyai pandangan yang realistis dan pandangan yang luas terhadap dunia, yang disertai dengan kemampuan menghadapi kesulitan hidup sehari-hari, misalnya sakit dan kegagalan

(c) kemampuan untuk berubah jika situasi eksternal tidak dapat dimodifikasi. Kata yang baik untuk ini adalah: bekerja sama tanpa dapat ditekan (cooperation, with the inevitable).

5. Adequate bodily desires and ability to gratify them (keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya).

Hal ini ditandai dengan:

(a) suatu sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani, dalam arti menerima mereka tetapi bukan dikuasai;

(b) kemampuan memperoleh kenikmatan kebahagiaan dari dunia fisik dalam kehidupan ini, seperti makan, tidur, dan pulih kembali dari kelelahan;

(c) kehidupan seksual yang wajar, keinginan yang sehat untuk memuaskan tanpa rasa takut dan konflik;

(d) kemampuan bekerja;

(e) tidak adanya kebutuhan yang berlebihan untuk mengikuti dalam berbagai aktivitas tersebut.

6. Adequate self-knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar). Termasuk di dalamnya, antara lain:

(a) cukup mengetahui tentang: motif, keinginan, tujuan, ambisi, hambatan, kompensasi, pembelaan, perasaan rendah diri, dan sebagainya,

(b) penilaian yang realistis terhadap milik dan kekurangan. Penilaian diri yang jujur adalah dasar kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sifat dan tidak untuk menanggalkan (tidak mau mengakui) sejumlah hasrat penting atau pikiran jika beberapa di antara hasrat-hasrat itu secara sosial dan personal tidak dapat diterima. Hal itu akan selalu terjadi sepanjang kehidupan di masyarakat.

7. Integration and concistency of personality (kepribadian yang utuh dan konsisten).

(a) cukup baik perkembangannya, kepandaiannya, berminat dalam beberapa aktivitas;

(b) memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak terlalu berbeda dengan pandangan kelompok;

(c) mampu untuk berkonsentrasi;

(d) tiadanya konflik-konflik besar dalam kepribadiannya dan tidak diasosiasi terhadap kepribadiannya.

8. Adequate life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar). Hal ini berarti:

(a) memiliki tujuan yang sesuai dan dapat dicapai;

(b) mempunyai usaha yang cukup dan tekun mencapai tujuan; (c) tujuan itu bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat.

9. Ability to learn from experience (kemampuan untuk belajar dari pengalaman). Kemampuan untuk belajar dari pengalaman termasuk tidak hanya kumpulan pengetahuan dan kemahiran ketrampilan terhadap dunia praktik, tetapi elastisitas dan kemauan menerima dan oleh karena itu, tidak terjadi kekakuan dalam penerapan untuk menangani tugas-tugas pekerjaan. Bahkan lebih penting lagi adalah kemampuan untuk belajar secara spontan.

10. Ability to satisfy the requirements of the group (kemampuan memuaskan tuntutan kelompok). Individu harus:

(a) tidak terlalu menyerupai anggota kelompok yang lain dalam cara yang dianggap penting oleh kelompok:

(b) terinformasi secara memadai dan pada pokoknya menerima cara yang berlaku dari kelompoknya;

(c) berkemauan dan dapat menghambat dorongan dan hasrat yang dilarang kelompoknya;

(d) dapat menunjukkan usaha yang mendasar yang diharapkan oleh kelompoknya: ambisi, ketepatan; serta persahabatan, rasa tanggung jawab, kesetiaan, dan sebagainya,

(e) minat dalam aktivitas rekreasi yang disenangi kelompoknya.

11. Adequate emancipation from the group or culture (mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya). Hal ini mencakup:

(a) kemampuan untuk menganggap sesuatu itu baik dan yang lain adalah jelek setidaknya;

(b) dalam beberapa hal bergantung pada pandangan kelompok;

(c) tidak ada kebutuhan yang berlebihan untuk membujuk (menjilat), mendorong, atau menyetujui kelompok;

(d) untuk beberapa tingkat toleransi; dan menghargai terhadap perbedaan budaya.

Carl Rogers mengenalkan konsep fully functioning (pribadi yang berfungsi sepenuhnya) sebagai bentuk kondisi mental yang sehat. Secara singkat fully functioning person ditandai dengan:

(1) terbuka terhadap pengalaman; (2) ada kehidupan pada dirinya;

(3) kepercayaan kepada organismenya; (4) kebebasan berpengalaman; dan (5) kreativitas.

Golden Allport (dalam Daradjat, 2003:21) menyebut mental yang sehat dengan maturity personality. Dikatakan bahwa untuk mencapai kondisi yang matang itumelalui proses hidup yang disebutnya dengan proses becoming. Orang yangmatang jika:

(l) memiliki kepekaan pada diri secara luas; (2) hangat dalamberhubungan dengan orang lain; (3) keamanan emosional atau penerimaandiri;

(4) persepsi yang realistik, ketrampilan dan pekerjaan;

(5) mampumenilai diri secara objektif dan memahami humor; dan (6) menyatunyafilosofi hidup.

D.S. Wright dan A Taylor (dalam Daradjat, 2003:21) mengemukakan tanda-tanda orang yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki ciri-ciri seperti:

(1) bahagia (happiness) dan terhindar dari ketidakbahagiaan;

(2) efisien dalam menerapkan dorongannya untuk kepuasan kebutuhannya;

(3) kurang dari kecemasan;

(4) kurang dari rasa berdosa (rasa berdosa merupakan refleks dari kebutuhan self-punishment);

(5) matang, sejalan dengan perkembangan yang sewajarnya; (6) mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya; (7) memiliki otonomi dan harga diri;

(8) mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain; dan

(9) dapat melakukan kontak dengan realitas.

Berangkat dari definisi kesehatan mental yang berbeda-beda sesuai dengan bidang dan pandangan masing-masing, maka upaya pencapaiannya juga beragam. Kartini Kartono (2009:29-30) berpendapat ada tiga prinsip pokok untuk mendapatkan kesehatan mental, yaitu;

1. Pemenuhan kebutuhan pokok

Setiap individu selalu memiliki dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bersifat organis (fisik dan psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan itu menuntut pemuasan. Timbullah ketegangan-ketegangan dalam usaha pencapaiannya. Ketegangan cenderung menurun jika kebutuhan-kebutuhan terpenuhi, dan cenderung naik atau semakin banyak, jika mengalami frustasi atau hambatan-hambatan.

2. Kepuasan

Setiap orang menginginkan kepuasan, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat psikis. Dia ingin merasa kenyang, aman terlindung, ingin puas dalam hubungan seksnya, ingin mendapat simpati dan diakui harkatnya. Pendeknya ingin puas di segala bidang, lalu timbullah Sense of Importancy dan

Sense of Mastery, (kesadaran nilai dirinya dan kesadaran penguasaan) yang memberi rasa senang, puas dan bahagia.

3. Posisi dan status sosial

Setiap individu selalu berusaha mencari posisi sosial dan status sosial dalam lingkungannya. Tiap manusia membutuhkan cinta kasih dan simpati. Sebab cinta kasih dan simpati menumbuhkan rasa diri aman atau assurance, keberanian dan harapan-harapan di masa mendatang. Orang lalu menjadi optimis dan bergairah. Karenanya individu-individu

yang mengalami gangguan mental, biasanya merasa dirinya tidak aman. Mereka senantiasa dikejar-kejar dan selalu dalam kondisi ketakutan. Mereka tidak mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan hari esok, jiwanya senantiasa bimbang dan tidak imbang.

2.5 Bipolar Disorder

Penyakit bipolar atau bipolar disorder, selain itu dikenal sebagai manic depression atau bipolar depression, adalah penyakit suasan hati (keadaan jiwa) yang relatif umum yang mempengaruhi kira-kira 5,7 juta orang-orang Amerika. Dikarakteristikan oleh episode-episode dari depresi yang bergantian dengan keadaan-keadaan euphoric (sangat gembira), gejala-gejala dari penyakit bipolar adalah beberapa dan seringkali mempengaruhi fungsi harian dari individu dan hubungan-hubungan antar pribadi (WHO, 2013).

Gejala-gejala penyakit bipolar termasuk depresi dan perasaan-perasaan putus asa selama fase depresi. Gejala-gejala depresi termasuk pikiran-pikiran

bunuh diri, perubahan-perubahan pada pola-pola tidur, dan kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah menjadi sumber dari kesenangan.

Apa yang membedakan penyakit bipolar dari depresi utama adalah kejadian dari episode-episode manik atau mania, seringkali digambarkan sebagai "puncak-puncak" emosional, diantara episode-episode dari depresi. Gejala-gejala dari keadaan-keadaan mania adalah kegelisahan, energi yang meningkat, suasana hati yang sangat gembira, pemikiran-pemikiran yang tergesa-gesa, keputusan yang buruk, kelakuan yang mengganggu atau provokatif, kesulitan berkonsentrasi, dan keperluan yang berkurang untuk tidur.

Orang-orang yang mengalami episode-episode mania seringkali berbicara dengan cepat, terlihat mudah teriritasi atau tersinggung, dan mungkin mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak realistik tentang kekuatan dan kemampuan mereka sendiri.

Untungnya, penyakit bipolar adalah kondisi yang dapat dirawat. Dengan perawatan yang tepat, kebanyakan orang-orang yang menderita penyakit bipolar dapat mencapai penstabilan yang substansial dari turun naiknya suasana hati mereka dan mampu memimpin kehidupan yang normal.

Perawatan dari penyakit bipolar termasuk obat-obat yang dikenal sebagai "mood stabilizers" atau obat-obatan penstabil-penstabil suasana hati. Contohnya adalah lithium (Eskalith, Lithobid), valproate (Depakote) atau carbamazepine (Tegretol) (WHO, 2013).

Penyakit bipolar, yang dikenal juga sebagai penyakit manic-depressive, adalah penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati, energi, tingkat-tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk

melakukan tugas-tugas harian. Gejala-gejala dari penyakit bipolar bisa dibilang sangat parah. Perasaan mereka mudah naik dan turun secara berlebihan atau ekstrim bila dibandingkan manusia normal pada umumnya

. Gejala-gejala penyakit bipolar dapat berakibat pada hubungan-hubungan sosial yang rusak, pencapaian sekolah atau pekerjaan yang buruk, dan bahkan bunuh diri. Namun penyakit bipolar dapat dirawat, dan orang-orang dengan penyakit ini dapat menjalankan kehidupan-kehidupan yang penuh dan produktif.

Penyakit bipolar seringkali berkembang pada akhir masa remaja seseorang atau pada tahun-tahun awal masa dewasa. Paling sedikit setengah dari semua kasus-kasus mulai sebelum umur 25 tahun. Beberapa orang-orang mempunyai gejala-gejala pertama mereka selama masa kanak-kanak, sementara ada juga yang baru mengalami gejala bipolar ketika sudah dewasa, namun kasus itu jarang ditemukan (Total Kesehatan Anda, 2013).

Penyakit bipolar tidak mudah dilihat sekilas mata atau diprediksi. Gejala-gejala mungkin nampak seperti persoalan-persoalan yang terpisah, tidak dikenali sebagai bagian-bagian dari persoalan yang besar. Beberapa orang-orang menderita bertahun-tahun sebelum mereka didiagnosa dan dirawat secara benar. Seperti diabetes atau penyakit jantung, penyakit bipolar adalah penyakit jangka panjang yang harus dikelola secara hati-hati sepanjag kehidupan seseorang.

2.5.1 Gejala-Gejala Penyakit Bipolar Disorder

Menurut data dari WHO orang-orang dengan penyakit bipolar mengalami keadaan-keadaan emosional yang hebatnya tidak biasa yang terjadi pada periode-periode yang berbeda yang disebut "mood episodes" atau episode-episode suasana

hati. Keadaan yang sangat penuh kegembiraan disebut manic episode atau mania, dan keadaan yang sangat sedih atau tanpa harapan disebut depressive episode atau depresi. Adakalanya, episode suasana hati termasuk gejala-gejala dari keduanya mania dan depresi. Ini disebut keadaan campuran (mixed state). Orang-orang dengan penyakit bipolar juga mungkin eksplosif dan teriritasi selama episode suasana hati (mood episode).

Perubahan-perubahan yang ekstrim pada energi, aktivitas, tidur, dan kelakuan berjalan bersama dengan perubahan-perubahan pada suasana hati ini. Adalah mungkin untuk seseorang dengan penyakit bipolar untuk mengalami periode yang berlangsung lama dari suasana-suasana hati yang tidak stabil daripada episode-episode yang terpisah dari depresi atau mania.

Seorang penderita bipolar bisa saja memiliki gejala-gejala mania atau depresi hampir sepanjang hari, setiap hari, atau bahkan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Adakalanya gejala-gejalanya begitu parah sehingga orang itu tidak dapat berfungsi di tempat kerja, sekolah, atau rumah.

Tabel 2.1 Gejala-Gejala Penyakit Bipolar

Gejala-gejala dari mania atau episode manik Gejala-gejala dari depresi atau episode depresi Perubahan-Perubahan Suasana Hati

Periode yang panjang dari perasaan "puncak", atau suasana hati yang sangat gembira atau ramah

Perubahan-Perubahan Suasana Hati

Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi, merasakan "jumpy (gelisah)" atau "wired".

Perubahan-Perubahan Kelakuan

Berbicara sangat cepat, melompat dari satu ide ke ide yang lainnya, mempunyai pemikiran-pemikiran yang tergesa-gesa

Sangat mudah dikacaukan

Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang

meningkat, seperti menerima proyek-proyek baru

Menjadi gelisah Tidur yang sedikit

Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik

pada kemampuan-kemampuan seseorang

Berkelakuan secara impulsif dan mengambil

bagian pada banyak kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti melakukan olahraga bernyali tinggi, belanja tanpa perhitungan panjang untuk kesenangan, seks yang impulsif, dan investasi-investasi bisnis yang impulsif.

dari perasaan khawatir atau kosong

Kehilangan minat pada

aktivitas-aktivitas yang pernah dinikmati, termasuk seks.

Perubahan-Perubahan Kelakuan

Merasa lelah atau

"slowed down" Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan-keputusan

Menjadi gelisah atau

teriritasi

Merubah

kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang lain-lain

Memikirkan kematian

atau bunuh diri, atau mencoba bunuh diri.

Sebagai tambahan, pada mania dan depresi, penyakit bipolar dapat menyebabkan jajaran dari suasana-suasana hati, seperti ditunjukan pada skala.

Satu sisi dari skala termasuk depresi yang parah, depresi yang sedang, dan suasana hati rendah yang ringan. Depresi sedang mungkin menyebabkan gejala-gejala yang kurang ekstrim, dan suasana hati rendah yang ringan disebut dysthymia jika ia kronis atau berjangka panjang. Di tengah-tengah skala adalah suasana hati yang normal atau seimbang.

Pada ujung lain dari skala adalah hypomania dan mania yang parah. Beberapa orang-orang dengan penyakit bipolar mengalami hipomania. Selama episode-episode hipomania, seorang penederita bipolar mungkin mempunyai energi dan tingkat-tingkat aktivitas yang meningkat atau sangat tinggi namun tidak separah mania, atau ia mungkin mempunyai episode-episode yang berlangsung kurang dari satu minggu dan tidak memerlukan perawatan gawat darurat.

Seseorang yang mempunyai episode hipomania mungkin merasa sangat baik, berproduktif sangat tinggi, dan berfungsi baik. Orang ini mungkin tidak merasa bahwa ada sesuatu yang tidak benar bahkan ketika keluarga dan teman-temannya mengenali turun naiknya suasana hati sebagai kemungkinan penyakit bipolar. Tanpa perawatan yang benar, bagaimanapun, orang-orang dengan hipomania tetap memiliki mungkin kemungkinan untuk mengalami mania atau depresi yang parah.

Selama keadaan campuran, gejala-gejala seringkali termasuk agitasi, kesulitan tidur, perubahan-perubahan utama pada nafsu makan, dan pikiran bunuh diri. Orang-orang pada keadaan campuran mungkin merasa sangat sedih atau putus asa namun tiba-tiba merasakan sangat bertenaga atau bersemangat.

Adakalanya, seorang dengan episode-episode yang parah dari mania atau depresi juga mempunyai gejala-gejala psikotik, seperti halusinasi-halusinasi atau delusi-delusi (khayalan-khayalan). Gejala-gejala psikotik cenderung mencerminkan suasana hati seseorang yang ekstrim. Contohnya, gejala-gejala psikotik untuk seseorang yang mempunyai episode mania mungkin termasuk kepercayaan bahwa ia terkenal, mempunyai banyak uang, atau mempunyai kekuatan-kekuatan khusus. Pada cara yang sama, seseorang yang mempunyai episode depresi mungkin percaya ia hancur dan tidak beruang sepeser pun, merasa jadi orang paling bodoh atau paling gagal di dunia atau telah melakukan kejahatan. Sebagai akibatnya, orang-orang dengan penyakit bipolar yang mempunyai gejala-gejala psikotik adakalanya salah didiagnosa sebagai mempunyai schizophrenia, penyakit mental parah lainnya yang dihubungkan dengan halusinasi-halusinasi dan khayalan-khayalan (Total Kesehatan Anda, 2013).

Orang-orang dengan penyakit bipolar mungkin juga mempunyai persoalan-persoalan kelakuan. Mereka mungkin menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan terlarang, mempunyai persoalan-persoalan hubungan sosial, atau berkinerja buruk di sekolah atau tempat kerja. Pada awalnya, sangat tidak mudah untuk mengenali persoalan-persoalan ini sebagai tanda-tanda dari penyakit mental utama.

Dokumen terkait