• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian 1

4.1.1.5 Hubungan Sosial

4.1.1.5 Hubungan Sosial

Hubungan sosial penderita gangguan bipolar dengan orang-orang di sekitarnya tentu akan sangat terganggu. Ketika dalam keadaan manik atau mania atau perasaan gembira yang berlebihan, Desy akan memiliki energi yang sangat berlebihan dengan ide-ide tanpa batas. Diakuinya, dia pernah tiba-tiba berkaraoke tengah malam di kamarnya saat tengah malam karena tidak bisa tidur. Dia juga pernah menjadi ketua panitia dalam dua kegiatan sekolah yang berbeda di waktu yang bersamaan.

Yohana, temannya, bercerita,

"Yang lebih ekstrim adalah dia pernah tiba-tiba membawakan teman-teman satu kelas nasi kotak sebagai tanda pertemanan. Bagi kami itu aneh sekali. Dia juga jadi sangat pintar berolahraga dan mengatur perilaku semua teman-temannya. Dia juga tiba-tiba masuk klub pencinta alam dan memiliki hobi baru yaitu panjat tebing. Pernah juga dalam satu kesempatan dia membuatkan kami gambar karikatur yang diberikan pada teman sekelasnya satu per satu. Hal ini membuat banyak teman menjauh karena merasa sesuatu yang aneh dan tiba-tiba."

Ketika masuk tahap depresi kondisi Desy bahkan lebih parah. Dia benar-benar sudah tidak mengetahui fungsi dan perannya lagi. Dia akan menjauhi teman-temannya dan merasa tidak butuh bergaul dengan siapapun. Hobinya adalah mengurung diri di kamar dan berdiam diri. Terkadang dia menangis sendiri dan merasa gelisah. Setiap tidur terkadang dia terbangun tanpa alasan yang jelas dengan kondisi menangis.

Hubungan dengan adiknya yang paling dekat pun jadi sedikit merenggang seperti yang dituturkan Yuliana,

"Kalau sedang depresi dia akan sangat tertutup. Dia tidak mau diajak berbicara, bahkan mengangkat telepon pun tidak. Dia seperti tidak punya harapan hidup. Kalaupun berkumpul dengan keluarga dia akan lebih banyak murung. Tugas-tugas sekolah tidak dikerjakan, padahal dia tergolong anak pintar yang rajin. Dia tidak mau membantu saya mengerjakan tugas sekolah lagi. Bahkan ketika ditawari es buah yang sangat dia sukai, dia sama sekali tidak mau meminumnya. Ketika diajak untuk cerita dia cenderung akan marah-marah, mengomel, bahkan pernah sampai melemparkan barang-barang yang ada di rumah. Menurut beberapa teman dia juga sampai pernah memukul beberapa teman pria di kelasnya dan bertengkar."

4.1.1.6 Terapi Psikososial untuk Peningkatan Keberfungsian Sosial Untuk memulihkan kondisi Desy, sesuai dengan saran dokter, keluarga pun melakukan farmakoterapi atau bantuan medis dengan obat-obatan yang harus diminum secara teratur dengan kadar yang tepat. Jenis obat-obatan yang diminum Desy adalah obat anti depresan, anti psikotik dan penstabil suasana hati. Contoh obat yang kerap diminum Desy adalah Seroquel.

Terapi dengan obat-obatan dirasakan cukup efektif bagi perawatan gangguan bipolar Desy untuk mengurangi atau mencegah kekambuhan episode. Namun keluarga juga melakukan cara lain yang lebih personal yaitu terapi

pendampingan psikososial. Terapi yang juga melibatkan orang-orang terdekat Desy yang dalam kasus ini yakni keluarga inti dan seorang teman dekat Desy yaitu Yohana.

Terapi pendampingan psikososial yang pertama dilakukan setelah melakukan konseling adalah dengan menjadi sahabat penderita. Penderita gangguan bipolar harus diyakinkan bahwa mereka tidak hidup sendirian. Menunjukkan kepedulian kita akan meningkatan optimisme penderita. Psikoedukasi bagi keluarga dan penderita juga termasuk dalam terapi ini untuk mengetahui langkah tercepat apa yang bisa dilakukan terhadap penderita gangguan ketika terlihat gejala-gejala kekambuhan episode depresi atau mania.

Ketika mulai memasuki gejala depresi atau mania terkadang Desy tidak menyadari dan dibutuhkan kepekaan orang-orang terdekatnya untuk menolong. Bila terlihat gejala-gejala mania maka Yuliana akan mengajak kakaknya untuk berolahraga seperti tenis, lari, basket, bersepeda atau berenang. Hal ini dilakukan agar energi yang berlebihan yang akan keluar dari Desy bisa diluapkan secara positif dan tidak mengganggu banyak orang. Selain itu, hal ini dilakukan agar badannya bisa sedikit relaksasi dan saat malam bisa sedikit tenang.

"Saya juga berusaha untuk mencegah Desy berbelanja, karena pada saat mania dia akan sangat boros hingga seluruh uangnya habis. Selain itu nafsu makannya akan bertambah banyak dan dia akan wisata kuliner sepanjang hari. Saya juga akan menelepon Kakak Yohana, teman dekatnya untuk mengajaknya beraktifitas secara positif dan mengingatkan Desy bahwa saat itu dia sedang dalam kondisi mania. Dia harus diingatkan." Setelah mengikuti sesi psikoedukasi, Yohana mulai mengerti kondisi Desy dan mulai membantu teman dekatnya.

"Ketika gejala manianya mulai timbul, saya berusaha menjadi teman ceritanya. Saya berusaha mengajak dia terlibat aktif dalam kegiatan yang menyenangkan dan melibatkan banyak orang karena akibatnya akan cukup fatal. Desy akan bertindak ceroboh karena sulit mengambil keputusan. Di saat-saat seperti itu saya akan tetap berusaha mengingatkan dia bahwa dia sedang dalam kondisi mania dan saya siap dimintai pendapat untuk setiap keputusan yang akan dia ambil."

Sementara itu orang tua Desy juga akan bertindak cepat bila melihat gejala depresi pada anaknya. Selain memberikan obat, setiap malam kami melakukan doa bersama dan saat teduh saat pagi hari. Diana akan memeluk Desy dan mengatakan bahwa Desy tidak sendirian dan akan baik-baik saja. Karena Desy sangat jago memainkan musik maka keluarganya menyediakan gitar dan piano di ruang tengah keluarga.

"Sebagai ibunya, saya sangat khawatir saat Desy memasuki tahap depresi. Dia terlihat begitu letih dan selalu tidur. Oleh karena itu, kami biasanya menyarankan dia untuk memainkan musik ketika gejala depresinya muncul. Dan, puji Tuhan ekspresi sedihnya bisa tersalurkan secara positif dan dia mampu melahirkan beberapa karya lagu.

Satu lagi, jangan biarkan dia sendirian saat episode depresinya datang. Dia akan saya suruh tidur di kamar saya atau adiknya dengan tidak mematikan lampu. Jangan berikan suasana gelap karena perasaannya akan semakin suram."

Memberi kehangatan dan kasih sayang bagi si penderita akan meringankan gejala depresi yang ada, ungkap Rudy.

"Saat fase depresi atau manianya timbul, saya biasanya akan mengajak dia untuk hunting foto menelusuri kota di sore hari atau malam hari. Entah kenapa, dia selalu bisa mengambil foto dengan bagus saat itu. Ini adalah teknik terapi untuk menyalurkan emosi yang ada di dalam diri Desy.

Kami usahakan juga untuk selalu berkumpul bersama, saling bercerita, menonton hiburan yang lucu hingga memasak bersama. Puji Tuhan, terapi pendampingan seperti ini perlahan bisa memperbaiki kondisi gangguan bipolar Desy dan dia mampu mengatasi masalahnya dengan baik. Dia pun mampu memerankan peran dan fungsinya dengan baik di tengah masyarakat atau lingkungannya."

4.1.1.7 Terapi Psikososial untuk Penurunan Risiko Bunuh Diri

Salah satu ancaman yang paling besar bagi penderita gangguan bipolar adalah menghabisi dirinya sendiri atau bunuh diri. Risiko ini tumbuh kuat dalam diri seorang penderita bipolar baik pada episode depresi maupun mania. Desy sendiri merasa bahwa bunuh diri sempat dia pikir sebagai langkah cepat untuk mengatasi rasa sakit dan pahit yang dirasakan dan dipendamnya sejak lama.

"Saya akhirnya melakukan terapi keluarga dan saya diyakinkan untuk menerima diri saya apa adanya. Tidak peduli saya gemuk atau jelek, bagaimanapun keadaan saya, keluarga saya tetap menerima saya apa adanya. Mereka mencintai saya sepenuhnya. Seperti Tuhan mencintai saya tanpa syarat.

Oleh karena itu saat terapi pendampingan pertama saya pun diyakinkan untuk menerima diri saya, menghargai diri saya dan mulai menghentikan perilaku buruk bulimia saya. Saya juga berhenti untuk menyakiti diri saya sendiri dengan menyilet-nyilet tubuh saya.

Ketika saya sadar atau disadarkan akan gejala depresi saya akan langsung mendatangi orang yang saya percaya untuk menghindari hal-hal negatif yang kemungkinan besar akan saya lakukan tanpa logika yang sehat."

Diana juga mengatakan bahwa teknik penerimaan konsep diri cukup efektif bagi Desy. Dukungan semangat dan doa juga cukup penting untuk selalu diberikan. Selain itu mereka juga membuatkan jurnal harian yang akan ditulisi Desy untuk mengontrol perasaannya saat depresi atau mania. Di dalamnya Desy bebas untuk mengekspresikan perasaannya yang meluap. Ini dinamakan teknik koping.

Sebisa mungkin Desy juga menghindari stres dengan melakukan manajemen diri. Keluarga dan teman Desy sebagai pendamping akan memantau kedisiplinan diri Desy.

"Seorang bipolar seperti saya harus mampu memanajemen diri dengan baik. Disiplin adalah kuncinya. Karena salah satu penyebab gangguan bipolar adalah gangguan hormonal atau zat kimiawi di dalam

otak yang tidak seimbang maka menjaga kesehatan juga dirasakan cukup penting.

Saya dibantu oleh keluarga dan teman saya mulai mengontrol pola makan, pola tidur, manajemen stres hingga olahraga. Diusahakan saya untuk selalu tidur cukup setiap harinya delapan jam per hari, makan teratur dengan pola sehat dan gizi berimbang, minum teh hijau, rajin olahraga setiap hari, serta ikut klub yoga untuk relaksasi pikiran.

Saya yang dulu selalu menelan mentah-mentah setiap kritikan atau ejekan kini mampu menetralisirnya dengan berpikiran positif bahwa tidak ada manusia yang sempurna di hidup ini. Selain itu, saya juga membuat mading motivasi di dinding kamar saya yang berisikan gambar-gambar harapan maupun cita-cita yang ingin saya raih ke depannya. Jadi, ketika tiba-tiba saya jatuh depresi dan ingin bangkit saya bisa melihat dinding kamar saya yang penuh inspirasi dan berusaha mengatakan pada diri saya bahwa hidup saya berharga. Sampai sekarang saya masih terus berjuang untuk hal ini. Semangat!!!"

4.1.1.8 Hasil Terapi Pendampingan Psikososial

Sudah kurang lebih tiga tahun Desy menjalani terapi pendampingan psikososial ini. Tahun pertama dirasakan cukup berat karena keluarga dan beberapa teman Desy masih belajar bagaimana cara menjadi pendamping yang baik. Namun ternyata berkat kesabaran dan rasa kasih sayang yang besar terhadap Desy membuat semuanya berjalan dengan baik.

Desy dengan penuh semangat menceritakan bahwa ada kekuatan baru yang tumbuh di dalam dirinya ketika melakukan banyak sesi terapi bersama keluarganya. Walaupun sudah dua kali relaps dan masuk rumah sakit, dirinya merasa bahwa dia tidak berjuang sendirian. Ada kekuatan dari orang-orang yang mencintainya.

Saat ini Desy mampu menjalani hidup normal seperti biasanya. Peneliti bahkan bisa melihat banyak piala dan piagam penghargaan atas namanya di dalam rumahnya. Aktivitasnya sebagai mahasiswa pun dilakukan dengan baik. Indeks prestasi akademiknya selalu dia atas 3,5. Bahkan Desy pun mendapatkan beasiswa

dari perguruan tingginya. Aktivitasnya sebagai seorang penyiar radio pun dia lakoni dengan penuh semangat dan menginspirasi.

"Memang, saya sempat mengalami kekambuhan beberapa kali. Namun lebih mudah diatasi karena bantuan terapi ini. Saya juga menjadi lebih terbuka, optimis, dan berpikiran postitif. Bagaimanapun jangan sampai saya dikendalikan oleh bipolar ini namun saya harus mampu mengendalikan penyakit ini.

Saya juga harus bisa mendisiplikan diri, menghindari stres, jangan terlalu serius menjalani hidup, santai dan refreshing itu perlu. Miliki tujuan hidup dan cintailah orang-orang yang mencintaimu dan selalu berikan semangat bagi orang lain. Bipolar ini hayalah sebagian kecil dari hidup saya dari sebegitu besar hidup saya yang begitu berharga dan menyenangkan. Saya yakin bisa sembuh."

4.1.1.9 Faktor Pendukung dan Penghambat Terapi Pendampingan Psikososial

Rudy Widjaja sebagai seorang kepala keluarga mengatakan bahwa faktor penghambat adalah waktu keluarga yang terbatas untuk mendampingi Desy. Dia bekerja di sebuah perusahaan swasta di bidang perkebunan yang membuatnya sering pergi ke luar kota. Istrinya juga harus menjaga usaha dagang yang terletak di samping rumah mereka.

Yuliana, sebagai adik juga memiliki cukup kesibukan di kampusnya sebagai seorang pelayan persekutuan mahasiswa kristen. Namun mereka memanfaatkan teknologi yang ada. Setelah melakukan psikoedukasi, Desy mengetahui gejala-gejala bipolarnya. Ketika gejala muncul dia akan langsung mengirimkan pesan singkat atau sms pada keluarganya, lalu keluarganya akan menjadi teman cerita dan memberikan dukungan semangat. Setidaknya Desy tidak dibiarkan sendiri.

Faktor pendukung yang sangat dominan dalam perawatan bipolar Desy adalah pada kehangatan keluarga. Cinta dan kasih sayang. Keluarga Widajaja ini sangat indah, mereka peduli satu sama lain, perbedaan pendapat memang ada namun tidak membuat mereka berselisih dan beradu argumen. Saling berbagi cerita dan saling mendoakan peneliti lihat sebagai sebuah kebiasaan baik di keluarga yang hangat ini, bukan hanya sebatas terapi namun bagian dari tradisi keluarga Widjaja.

Selain itu hobi keluarga dalam bermusik dan fotografi sangat mendukung proses pendampingan. Fasilitas yang tersedia pun cukup baik untuk digunakan sebagai teknik koping dalam penyaluran energi dan emosi Desy.

4.1.2 Deskripsi Objek Penelitian 2

Dokumen terkait